Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Haidar Milsan
2211305009
Muhammad Dimas
2211305002
Sri Artarti
2211305016
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak
lupa pula untuk selalu memanjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang mana telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang membahas mengenai “Tinjauan Filosofis Tentang Pendidik”. Adapun makalah
ini telah disusun dengan diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
referensi melalui beberapa buku dan jurnal sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
kali ini. Untuk itu tidak lupa disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dan
referensi-referensi yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberikan kritik dan saran guna penyempurnaan makalan ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan manfaat bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ I
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 8
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Pada masa itu pendiri bangsa merumuskan visi bahwa untuk kemajuan
bangsa ini ada beberapa tantangan besar yang dikemudian hari harus dipersiapkan oleh
generasi muda. Cita-cita pertama adalah mendirikan negara berdaulat yang terbebas
dari intimidasi penjajah. Kedua, membangun bangsa yang berkeadilan sosial. Ketiga,
membangun karakter yang baik. Ketiga cita cita tersebut merupakan komitmen bangsa
Indonesia karena secara terinci terdapat pada konsep bernegara dan pembangunan
karakter manusia seutuhnya Pada implementasinya upaya untuk membangun bangsa
dan membangun karakter lebih terlambat dibandingkan dengan mendirikan negara
yang relatif lebih cepat. Padahal pentingnya membangun karakter diutarakan oleh Ir.
Soekarno menurutnya Indonesia menjadi bangsa besar, serta berjaya dan memiliki
bermartabat manakala bangsa ini dibangun dengan mendahulukan pembangunan
karakter. Kalau pembangunan karakter dihilangkan, maka siap-siap bangsa Indonesia
akan menjadi budak diantara negara lainnya.
Pembinaan karakter pada pendidikan adalah amanat dari Pembukaan UUD
1945 yaitu Pancasila sebagai landasan dasar sekaligus pandangan hidup yang harus
terinternalisasi pada semua bidang dalam mewujudkan pembangunan manusia yang
berkelanjutan. Pembinaan karakter bangsa masih dipandang sebagai salah satu bidang
strategis yang sangat penting sebagai pondasi untuk kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut selaras dengan Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa dalam mengimplementasikan dari amanat Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Di tataran praktis
Kementerian Pendidikan Nasional telah mengidentifikasi 18 nilai karakter yang mesti
ditumbuhkan pada pada peserta didik. Karakter tersebut merupakan nilai utama yang
mesti tertanam pada siswa yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan
pendidikan nasional. Kejujuran merupakan salah satu karakter yang mendesak untuk
diwujudkan pada anak usia dini yang berperan dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
Oleh karena itu penting kiranya bahwa pendidikan karakter merupakan kunci sukes
seseorang dan harus dibiasakan sejak. Hal ini dikarenakan karakter jujur merupakan
1
salah satu kunci utama seseorang dalam meraih kesuksesan. Untuk itulah pentingnya
sosok yang akan membimbing, menuntun serta mendidik anak maka seperti apakah
sosok itu, akan dibahas pada makalah ini yaitu seorang pendidik. 1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Dan Kedudukan Pendidik?
2. Tugas Dan Peran Pendidik?
3. Sifat-Sifat Pendidik Yang Baik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Dan Kedudukan Pendidik.
2. Mengetahui Tugas Dan Peran Pendidik.
3. Mengetahui Sifat-Sifat Pendidik Yang Baik.
1
Yoyo Zakaria, “Strategi Pendidik Dalam Menumbuhkan Karakter Jujur Pada Anak Usia
Dini”, Jurnal Obsesei: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 6, 2022.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Hengki Satrisno, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Samudera Biru, 2018). hal, 83-
84.
3
berilmu pengetahuan (guru) sangat luhur kedudukannya di sisi Allah SWT daripada
yang lainnya. Kalau kita renungkan, tugas pendidik adalah seperti tugas para utusan
Allah. Ibnu Sina dalam kitab Al- Siyasah fi al-Tarbiyah menghendaki agar seorang
pendidik memiliki kepribadian, pengetahuan, dan pandangan sebagaimana yang
dimiliki oleh Nabi Saw, karena pendidik yang pada hakikatnya juga ulama adalah
sebagai pewaris Nabi. Dengan kepribadian seperti itu, maka pendidik memiliki
kemampuan untuk mengarahkan dan membina peserta didiknya sesuai dengan nilai-
nilai kehidupan yang luhur dan bermartabat menurut pandangan agama. Penghormatan
terhadap pendidik demikian tinggi dapat dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam
mempersiapkan kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Jasa pendidik yang
terpenting adalah meliputi; pertama, pendidik sebagai pemberi pengetahuan yang benar
kepada peserta didiknya, sedangkan ilmu adalah modal untuk mengangkat derajat
manusia dan dengan ilmu pula seseorang akan memiliki rasa percaya diri dan bersikap
mandiri dan orang seperti inilah yang diharapkan dapat menanggung beban sebagai
pemimpin bangsa, kedua, pendidik sebagai pembina akhlak yang mulia dan merupakan
tiang utama untuk menopang kelangsungan hidup suatu bangsa; dan ketiga, pendidik
sebagai pemberi petunjuk kepada peserta didik tentang hidup yang baik, yaitu manusia
yang tahu siapa pencipta dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang yang
sombong, menjadi orang yang tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada orang tua, dan
kepada orang lain. 3
3
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Samudera Biru, 2015). hal,
107-109.
4
mentransfer ilmu pengetahuan dan mentransformasikan nilai dan norma kepada peserta
didik sehingga terbentuk kepribadian yang soleh. Tugas pendidik tersebut merupakan
tugas mulia dan melebihi tanggung jawab moral yang diembangnya, karena dengan
demikian pendidik akan mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT atas segala
tugas yang dilaksakannya. Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama
adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Pendidik berfungsi sebagai spiritual
father (bapak rohani), bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu,
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu,
pendidik memiliki kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan: “Jadilah
engkau sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau
menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”.
Berdasarkan pendapat para ahli sungguh banyak tugas pendidik yang
diperlukan dari pendidik sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah yang menerjunkan
diri menjadi pendidik. Semua peran yang diharapkan dari pendidik seperti diuraikan
dibawah ini, sebagai:
1. Korektor, pendidik harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di
masyarakat.
2. Inspirator, pendidik harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak
didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Pendidik harus dapat
memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak
mesti harus bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi
bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
3. Motivator, pendidik hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif
melakukan sesuatu. Dalam upaya memberikan motivasi, pendidik perlu menganalisis
motif-motif yang melatarbelakangi anak didik kurang bergairah untuk melakukan
sesuatu.
4. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, pendidik harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran.
5. Pembimbing, peranan pendidik yang tak kalah pentingnya dari semua peranan yang
telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih
5
dipentingkan. Karena kehadiran pendidik adalah untuk membimbing anak didik
menjadi manusia dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya.4
1) Memiliki sifat Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karna mencari
keridoan Allah semata.
2) Seorang guru harus bewrsih tubahnya, jauh dari dosa besar, sifat riya ( mencari nama
), dengki, permusuhan, perselisihan, dan sifat-sifat lain yang tercela.
5) Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap bmuridnya, ia sanggup menahan diri,
menahan kemarahan, lapang dada dan sabar, kepribadian baik dan memiliki harga diri.
4
M. Ramli, “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Tarbiyah Islamiyah, Vol.5, no. 1,
Januari-Juni 2015. hal, 61-85.
6
6) Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa. dan
pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik murid- muridnya.
7) Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diajarkannya. serta
mendalami pengetahuannya, sehingga mata pelajaran itu tidak bersifat dangkal. 5
BAB III
PENUTUP
5
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal, 70-76.
7
A. Kesimpulan
Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu
pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata
Yunani paedagogia yang berarti "pergaulan dengan anak-anak". Paedagogos ialah
seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar
dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Juga dirumahnya, anak-anak tersebut
selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Paedagogos berasal
dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan
Paedagogos yang mulanya berarti "rendah" (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk
pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang
tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. Apa
yang Dimaksud dengan Mendidik? Dapat dikatakan dengan singkat mendidik ialah
memimpin anak. Mendidik adalah pengertian yang sangat umum yang meliputu semua
tindakan mengenai gejala-gejala pendidikan.
Secara umum dijelaskan oleh Maragustam Siregar, pendidik yakni orang yang
memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain baik di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. pendidik memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena pendidik adalah pihak yang
bersentuhan langsung dengan unsur-unsur yang ada dalam sebuah aktivitas pendidikan,
terutama anak didik. Sebagai wujud dari kedudukan yang sangat penting tersebut, tugas
pendidik adalah berupaya untuk mengembangkan segenap potensi anak didiknya, agar
memiliki kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya.
Pendidik yang baik juga memiliki sifat-sifat seperti zuhud dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
8
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal, 70-76.
Hengki Satrisno, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Samudera Biru, 2018). hal, 83-84.
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT REMAJA
ROSADAKARYA, 2019), hal 3.
M. Ramli, “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Tarbiyah Islamiyah, Vol.5, no. 1, Januari-
Juni 2015. hal, 61-85.
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Samudera Biru, 2015). hal,
107-109.
Yoyo Zakaria, “Strategi Pendidik Dalam Menumbuhkan Karakter Jujur Pada Anak Usia
Dini”, Jurnal Obsesei: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 6, 2022.