Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh:
Kelompok V
Nama Anggota:
1. Rohaya Harilasari (190101007)
2. Sayyid Mubarok (190101018)
3. Nila Wati (190101026)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Nashuddin, M.Pd.
NIP : 195212311986031011

Dipresentasikan pada:
Hari/tanggal: Senin/29 Maret 2021
Pukul: 07.30-09.10 WITA

Semester IV Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin selalu terpanjatkan puji syukur kepada Allah


SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah atas rahmat dan kenikmatan yang selalu
diberikan kepada kita semua dan tidak lupa shalawat serta salam selalu kita panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW atas kasih sayang dan perjuangannya untuk umat Islam
sehingga sampai saat ini kita masih bisa menikmati betapa indahnya dunia Islam. Tak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam, bapak Prof. Dr. H. Nashuddin, M.Pd. yang telah memberikan
motivasi dan arahan serta bimbingan terhadap penyusunan karya ilmiah ini yang
berjudul “Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Kami ucapkan terimakasih pula
kepada keluarga tercinta dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
semangat serta dorongan baik secara moral maupun spiritual.
Kami masih sadar dalam penyusunan karya ilmiah ini, masih terdapat
kekurangan sebagaimana karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari bapak dosen dan teman-teman semua. Semoga dengan adanya karya
ilmiah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 20 Maret 2021

Kelompok V
iii

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Definisi Pendidik.............................................................................................................3
B. Jenis Pendidik dalam Pendidikan Islam..........................................................................5
C. Keutamaan Pendidik.......................................................................................................6
D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak Pendidik...................................................................8
E. Kode Etik Pendidik.......................................................................................................11
F. Peran Pendidik..............................................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam memiliki tujuan akhir yakni untuk dapat melahirkan
insan kamil, dan untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan
Islam, seorang pendidik mempunyai tanggung jawab dalam mengantarkan
peserta didik ke arah yang hendak dituju, sehingga keberadaan pendidik dalam
dunia pendidikan sangatlah penting. Dalam situasi apapun seorang pendidik
dituntut agar dapat membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami
materi dan pengajaran yang disampaikan. Dengan kesungguhan dan keikhlasan
pendidik juga menjadi sebuah modal utama untuk mencapai hal tersebut.
Namun perlu diketahui bahwa, kewajiban sebagai pendidik tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dituntut untuk
menginternalisasikan nilai-nilai yang baik pada peserta didik serta bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Dengan demikian, pendidik merupakan salah satu hal terpenting dalam
proses pendidikan sebab seorang pendidiklah yang menentukan kesuksesan
seorang peserta didik. Tugas sebagai pendidik merupakan hal yang sangat mulia
di sisi Allah Swt sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-
Mujadilah ayat 11 sehingga sangat penting untuk membahas mengenai pendidik
dalam perspektif Pendidikan Islam agar dapat membantu pembaca dalam
mengaktualisasikan perannya terhadap perkembangan generasi agar menjadi
manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pendidik?
2. Apa saja jenis pendidik dalam pendidikan Islam?
3. Bagaimana keutamaan pendidik?
4. Apa saja tugas, tanggung jawab, dan hak pendidik?
5. Apa saja kode etik pendidik?
2

6. Bagaimana peran pendidik?


C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari pendidik
2. Mengetahui jenis pendidik dalam pendidikan Islam
3. Mengetahui keutamaan pendidik
4. Mengetahui tugas, tanggung jawab, dan hak pendidik
5. Mengetahui kode etik pendidik
6. Mengetahui peran pendidik
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidik
Secara etimologi pendidik berasal dari kata “didik” yang berarti
memelihara, merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu
pengetahuan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) seperti
yang diharapkan.1 Sedangkan secara terminologi, pendidik adalah seseorang
yang berkontribusi dalam sebuah proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dan memenuhi tingkat
kedewasaannya sehingga mampu mendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk
sosial dan sebagai individu yang mandiri.2
Seorang pendidik mengemban tugas yang sangat tinggi yaitu tidak hanya
sekedar memberi materi dalam pengajaran di dalam kelas saja tetapi lebih dari
itu. Dengan adanya pengarahan, bimbingan, pimpinan, tuntunan serta ajaran dari
seorang pendidik terhadap peserta didiknya menjadi suatu kebaikan yang
bertujuan kepada moralitas dari peserta didik itu sendiri. Jika semua pendidik di
Indonesia ini memiliki pemikiran yang mendalam mengenai hal tersebut, tentu
slogan pembudidayaan pendidikan karakter dari pemerintah itu, tidak akan
pernah muncul lagi sebab semua pendidik itu telah mengetahui bahwa karakter
atau morallah yang menjadi tujuan akhir dari proses pendidikan. Sebagaimana
dikutip dari bahasanya Hamka dikatakan bahwasannya tujuan pendidikan islam
itu adalah mengenal dan mencari ridho Allah, serta membangun budi pekerti
untuk berakhlak mulia.3
1
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency, 2013), h. 141.
2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), h. 159.
3
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran HAMKA Tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 117.
4

Dalam bahasa Arab terdapat beberapa istilah mengenai pendidik antara


lain, al-murabbi yang diartikan sebagai pendidik4 yang didasarkan pada firman
Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 24, istilah al-mu’allim yang dijumpai
dalam surah Al-Baqarah ayat 151 yang diartikan sebagai pengajar yakni
memberi informasi tentang kebenaran dan ilmu pengetahuan. Selain itu,
pendidik juga diistilahkan dengan al-muzakki pada surah Al-Baqarah ayat 129,
dan surah Al-Imran ayat 164, yang diartikan sebagai orang yang melakukan
pembinaan mental dan karakter yang mulia dengan cara membersihkan si anak
dari pengaruh akhlak yang buruk serta terampil dalam mengendalikan hawa
nafsu.5
Abuddin Nata menegaskan bahwa, kata pendidik secara fungsional
menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan
pengetahuan, keterampilan, pendidikan, serta pengalaman dan orang yang
melakukan pendidikan ini bisa siapa saja dan di mana saja.6 Dalam UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.7
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah orang
yang terlibat dalam kegiatan pendidikan yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada manusia (peserta didik) melalui usaha pengajaran dan pelatihan yang
tidak hanya dilaksanakan di lembaga formal saja akan tetapi bisa juga di
lembaga non formal. Dengan demikian, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam merupakan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.8

4
Ahmad Warson Al Munawwir, Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Al
Munawwir, 1984), h. 497.
5
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), h. 160-161.
6
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 114.
7
Redaksi Sinar Grafika, Undang- Undang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 3-4.
8
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Padang: Kalam Mulia, 1990), h. 19.
5

B. Jenis Pendidik dalam Pendidikan Islam


Pendidik dalam pendidikan Islam terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai
berikut:9
1. Pendidik Kodrat
Orang dewasa yakni orang tua mempunyai tanggung jawab utama
terhadap anak dan orang tua disebut dengan pendidik kodrat sebab
mempunyai hubungan darah dengan sang anak, akan tetapi orang tua
memiliki kemampuan dan waktu yang kurang untuk memberikan pendidikan
yang dibutuhkan oleh anak sehingga banyak orang tua yang menyerahkan
sebagian tanggung jawabnya kepada orang dewasa lain untuk membimbing
anaknya seperti guru di sekolah, guru agama di masjid, dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya.
Orang tua sebagai pendidik kodrat menerima amanah dan tugas
mendidik langsung oleh Allah Swt sebagaimana firmanNya dalam surah At-
Tahrim ayat 6:
ٌ ‫ُ َ اَل َ ٌ اَل‬ ْ ُ َّ َ ُ ُ َ ً َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫اس َوال ِح َج َارة َعل ْي َها َم ِئكة ِغ ظ‬ ‫يا أيها ال ِذين آمنوا قوا أنفسكم وأه ِليكم نارا وقودها الن‬
َ ‫الل َه َما َأ َم َر ُه ْم َو َي ْف َع ُل‬
َ ‫ون َما ُي ْؤ َم ُر‬
‫ون‬
َّ َ ُ ْ َ ‫َ ٌ اَل‬
‫ِشداد يعصون‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim: 6)
Berdasarkan ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa, setiap orang tua
mukmin otomatis menjadi pendidik. Dengan demikian, orang tua harus
melaksanakan tugas mendidik dengan baik dengan melakukan berbagai
aktivitas dan upaya agar anggota keluarganya selalu menaati Allah dan
RasulNya sebab hal tersebut akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah
Swt kelak.
2. Pendidik Jabatan
Pendidik di sekolah seperti guru, dosen, guru besar, dan konselor
disebut pendidik karena jabatan. Sebutan ini diberikan sebab mereka

9
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2018), h. 83.
6

ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah kepada


peserta didik, sebagaimana penjelasan berikut ini:10
a. Guru, yaitu pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidik dasar, dan pendidikan menengah.
b. Dosen, yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utamanya
untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
c. Guru besar atau profesor, yaitu jabatan fungsional tertinggi bagi dosen
yang masing mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
d. Konselor merupakan pendidik yang berkinerja melakukan proses
pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat 20 dalam
undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyebutkan bahwa konselor adalah pendidik yang sejajar
dengan kualifikasi pendidik lainnya. Dimana posisinya sebagai tenaga
profesional.
Pendidik jenis jabatan ini, dengan keahliannya ditugaskan mendidik
untuk melanjutkan pendidikan yang telah dilaksankan oleh orang tua dalam
keluarga. Pada hakikatnya, pendidik jabatan membantu orang tua dalam
mendidik anak karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan. Oleh
karena itu, pendidik jabatan dituntut memiliki berbagai kompetensi yang
sesuai dengan tugasnya.
C. Keutamaan Pendidik
Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Sebagai seorang pendidik, bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan membina peserta didik dalam segala aspeknya.
Dalam Islam mengajar atau menyebarkan ilmu itu adalah suatu pekerjaan yang
sangat mulia, sebagaimana dalam hadis yakni dari Abu Hurairah r.a, ia berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

10
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), h. 159.
7

َ ‫ص َد َقة َجار َي ة َوع ْلم ُي ْن َت َف ُع ب ه َو َو َل د‬


‫ص ِال ٍح َي ْد ُعو‬ َ ‫ان ْان َق َط َع َع َم ُل ُه إاَّل م ْن ثَاَل َث ة م ْن‬
ُ َ ْ ‫َ َ َ إْل‬
‫إذا م ات ا ِ نس‬
ٍ ِِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ
ُ‫ه‬ َ
‫ل‬
Artinya : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak
yang sholeh” (HR. Muslim).
Hadis diatas menjelaskan bahwa ada tiga hal yang pahalanya terus
mengalir yang didapatkan seorang hamba walaupun ia sudah meninggal dunia
yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu
mendoakan orang tuanya yang sudah meninggal dunia. Sehubungan dengan ini,
ada dua bentuk pemanfaatan ilmu yaitu dalam mengajar dan menulis. Mengajar
adalah proses memberikan ilmu pengetahuan kepada orang yang belum tahu
yang menghasilkan orang yang belajar tersebut memiliki ilmu pengetahuan dan
dapat dimanfaatkan dalam menjalani aktivitas kehidupannya.
Demikian juga dengan orang yang menulis, orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dapat menuangkan ilmu yang dimilikinya dalam sebuah buku,
dengan menulis dan menyusun sebuah buku dapat memberikan manfaat kepada
orang lain yang membacanya sehingga orang yang membaca karangan tersebut
mendapatkan ilmu meskipun belum pernah bertemu langsung dengan sang
penulis buku tersebut. Pekerjaan hal yang demikian hanya dapat dilakukan bila
seseorang memiliki ilmu pengetahuan dan mempunyai niat untuk mengamalkan
ilmunya serta menyebarkannya kepada orang lain.11
Oleh karena itu,pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
agama Islam. Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya.
Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT, dalam firmanNya pada QS. Al-
Mujadalah ayat 11:
ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ّٰ
‫س فاف َس ُح ۡوا َي ۡف َس ِح الل ُه لـك ۡم‌ ۚ َو ِاذا ِق ۡي َل انش ُز ۡوا فانش ُز ۡوا‬
ۡ َ ٰ َ ‫مۡل‬ ۡ ُ َّ َ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ ۤۡ ُ َ ٰ َ ۡ َّ َ ُّ َ ٰۤ
ِ ‫يايها ال ِذين امنوا ِاذا ِقيل لـكم تفسحوا ِفى ا ج ِل‬
َ ُ َ ّٰ ۡ ۡ ُ ُ َّ ُ ٰ َّ ّٰ َ
‫َي ۡرف ِع الل ُه ال ِذ ۡي َن ا َم ُن ۡوا ِم ۡنك ۡم ۙ َوال ِذ ۡي َن ا ۡوتوا ال ِعل َم َد َر ٰج ٍت ‌ؕ َوالل ُه ِب َما ت ۡع َمل ۡو َن خ ِب ۡي ٌر‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,


"Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah
kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilah:11)

11
Marlina, “Pendidik Dalam Konteks Pendidikan Islam”, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol.
3, No. 1, 2017, h. 36.
8

Dalam ayat tersebut menggambarkan bahwa, tingginya kedudukan orang


yang memiliki ilmu pengetahuan (pendidik) sebab dengan pengetahuan dapat
menuntun manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua
fenomena yang ada pada alam sehingga mampu membawa manusia semakin
dekat dengan Allah SWT.
Dengan demikian, tingginya kedudukan pendidik dalam Islam
merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri. Sebagaimana Islam yang
memuliakan pengetahuan dan pengetahuan didapati dari belajar dang mengajar
dan yang belajar adalah calon guru sementara yang mengajar adalah guru.12
D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak Pendidik
Dalam pendidikan Islam, pendidik merupakan orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik itu potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
ataupun psikomotorik (karsa). Selain itu pendidik juga bertanggung jawab dalam
memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan
ruhaninya agar dapat mendewasakan setiap peserta didiknya sehingga mampu
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah serta sebagai
makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.
1. Tugas dan tanggung jawab pendidik
Menjadi seorang pendidik, dituntut harus mampu memberikan
peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruan. Paradigma
pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang mendoktrin peserta
didik untuk mengetahui seperangkat ilmu pengetahuan dan skill tertentu.
Pendidik hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
belajar mengajar, keaktifan sangat tergantung pada peserta didik itu sendiri
sekalipun keaktifan merupakan akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas
dari pendidiknya. Oleh karena itu fungsi dan tugas pendidik dalam
pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :13
a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan program yang telah disusun serta melaksanakan penilaian
setelah program dilakukan.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 123.
13
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 91.
9

b. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada


tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan
Allah subhanahu wata’ala menciptakannya.
c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
Selain itu, A. Fatah Yasin juga berpendapat sebagaimana yang dikutip
dari Djamarah, ia menyebutkan dan merinci bahwa tugas dan tanggung
jawab pendidik adalah sebagai berikut :14
1. Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari
afektif sampai ke psikomotor.
2. Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator bagi kemajuan belajar
siswa/mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi
permasalahan lainnya.
3. Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik
(belajar).
5. Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar
bergairah dan aktif belajar.
6. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang
memungkinkan kegiatan belajar.
8. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing anak didik
manusia dewasa susila yang cakap.
9. Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan
bahan pelajaran yang sudah dipahami.
14
A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.
82-83.
10

10. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk
menunjang interaksi edukatif.
11. Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat
komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif.
12. Supervisor, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan
jujur.
2. Hak Pendidik
Hak-hak guru adalah suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam suatu proses pendidikan. Para penanggung jawab disegala jenjang dan
lini pendidikan sudah seharusnya bekerja secara maksimal dalam memenuhi
hak-hak guru, baik yang terkait dengan kesejahteraan hidup dan
pengharga’an terhadap prestasi maupun yang berhubungan dengan usaha
pengembangan kapasitas dan keahlian.
Ditjen Pendidikan Islam Depag RI menyatakan bahwa guru sebagai
tenaga profesional memiliki hak-hak tertentu. Hak-hak guru diatur dalam
undang-undang nomor 14 tahun 2005 pasal 14 sebagai berikut :15
a. Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahtera’an sosial.
b. mendapatkan promosi dan pengharga’an sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekaya’an intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan
kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
15
Andi Fitriani Djollong, “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”, dalam Jurnal Istiqra, Vol. IV,
No. 2, Maret 2017, h. 128-129.
11

i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan


pendidikan.
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi.
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Hak-hak guru akan dapat meningkatkan kinerja guru sesuai dengan
tuntutan profesinya. Hak-hak guru tersebut pada dasarnya meliputi perlakuan
yang adil, memperoleh pengharga’an tepat pada waktunya, serta
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan profesinya.
E. Kode Etik Pendidik
Kode etik pendidik merupakan sekumpulan norma-norma yang mengatur
tentang hubungan kemanusiaan yang terjadi antara pendidik dengan peserta
didik, orang tua peserta didik, koleganya dan atasannya. 16 Sebagaimana dalam
suatu jabatan yang melayani orang lain akan selalu memerlukan kode etik.
Begitu pula dengan jabatan pendidik tentu mempunya kode etik yang harus
dipahami serta dilaksanakan oleh setiap pendidik.
Setiap lembaga pendidikan tentu tidak harus memiliki bentuk kode etik
yang sama, namun memiliki kesamaan konten yang berlaku umum jika dilihat
secara intrinsiknya dan jika terjadi pelanggaran terhadap kode etik maka dapat
mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.17 Terdapat beberapa
pandangan para ahli dalam merumuskan kode etik pendidik, diantaranya sebagai
berikut:
1. Menurut Ibnu Jama’ah, etika pendidik terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yakni pertama, memiliki sifat-
sifat keagamaan (diniyyah) yang baik, seperti mengikuti syari’at-syari’at
Allah baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, baik yang wajib
maupun sunnah, senantiasa membaca Al-Qur’an, serta senantiasa
berdzikir kepada Allah dengan hati serta lisan. Kedua, memiliki sifat-
sifat akhlak yang mulia (akhlaqiyyah), seperti menghias diri dengan

16
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 97.
17
Westy Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), h. 147.
12

menjaga dan memelihara diri, khusu’, rendah hati, menerima apa adanya,
zuhud, dan memiliki daya dan hasrat yang kuat.
b. Etika terhadap peserta didik, yakni dengan sifat yang sopan dan santun
(adabiyyah) dan sifat-sifat yang memudahkan, menyenangkan, dan
menyelamatkan.
c. Etika dalam proses belajar mengajar, pendidik dalam bagian ini
setidaknya memiliki dua etika yakni sifat-sifat yang memudahkan,
menyenangkan, dan menyelamatkan, serta sifat-sifat seni yaitu seni
mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa
bosan.18
2. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, ia menentukan kode etik pendidik
dalam pendidikan Islam, menjadi sembilan bagian, yaitu sebagi berikut:
a. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik
sehingga dapat menyayangi peserta didiknya seperti menyayangi
anaknya sendiri.
b. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik ketika
terjadinya proses belajar mengajar.
c. Memerhatikan kemampuan dan kondisi peserta didiknya. Dalam
pemberian materi pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya “Kami para nabi
diperintahkan untuk menempatkan posisinya, berbicara dengan
seseorang sesuai dengan kemampuan akalnya” (HR. Abu Bakr ibn al-
Syakhir)
d. Mengetahui kepentingan bersama yang tidak terfokus pada sebagian
peserta didik saja.
e. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.
f. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal yang
di luar kewajibannya.
g. Dalam proses belajar mengajar hendaknya pendidik mengaitkan materi
satu dengan materi lainnya dengan menggunakan pola integrited
curriculum.

18
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2018), h. 98.
13

h. Memberi bekal peserta didik dengan ilmu ynag mengacu pada masa
depan karena peserta didik tercipta berbeda dengan zaman yang dialami
oleh pendidik.
i. Sehat jasmani dan rohani serta memiliki kepribadian yang kuat,
bertanggung jawab, dan mampu mengatasi permasalahan peserta didik
serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan bersungguh-sungguh.19
Perlu diketahui pula bahwa, dalam menjadi seorang pendidik atau guru
haruslah memenuhi syarat dan secara umum syarat guru dalam Islam, yaitu:
a. Memiliki umur yang harus sudah dewasa.
b. Memiliki kesehatan yang harus sehat jasmani dan ruhani.
c. Memiliki keahlian yang harus menguasai bidang yang diajarkannya serta
menguasai ilmu mendidik yakni termasuk ilmu mengajar.
d. Harus berkepribadian muslim.20
F. Peran Pendidik
Sebagaimana di dalam Al-Qur’an dan hadits yang merupakan petunjuk
ajaran Islam, bahwa istilah yang berkaitan dengan pendidik sangatlah banyak
jumlahnya dibandingkan dengan istilah pendidik yang terdapat di luar Islam.
Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa selain terdapat perhatian
yang besar terhadap pendidik juga menunjukkan banyaknya peran pendidik
dalam pendidikan.
Peranan pendidik dapat ditinjau dalam arti sempit dan arti luas. Dalam
arti sempit peran pendidik yakni dalam hubungan dengan proses belajar
mengajar yang meliputi peranan-peranan yang lebih spesifik sifatnya, yaitu
meliputi lima hal, sebagai berikut:21
1. Pendidik sebagai model
Dengan perkembangan peserta didik untuk menuju arah idealisme
serta kritis tentu hal tersebut membutuhkan pendidik yang dapat dijadikan
sebagai contoh serta teladan bagi setiap peserta didiknya.
2. Pendidik sebagai perencana
19
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 100-101.
20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 129.
21
Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 45.
14

Pendidik memiliki kewajiban dalam mengembangkan tujuan-tujuan


pendidikan menjadi rencana-rencana yang bersifat operasional. Dengan
tujuan-tujuan umum yang harus diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan yang
lebih spesifik dan operasional.
3. Pendidik sebagai peramal
Peran pendidik sebagai peramal atau pendiagnosis dalam kemajuan
belajar peserta didik memiliki kaitan yang sangat erat dengan tugasnya
dalam melakukan evaluasi terhadap kemajuan belajar peserta didik.
4. Pendidik sebagai pemimpin
Ketika berada di dalam kelas, pendidik berperan sebagai pemimpin
untuk memelihara keterlibatan dalam kelas, mengatur ruangan, serta terlibat
dalam setiap pengurusan kelas.
5. Pendidik sebagai penunjuk jalan atau pembimbing
Pendidik bukan hanya berperan sebagai pengajar akan tetapi
sekaligus sebagai pembimbing. Dalam artian pendidik dapat sebagai wali
yang membantu peserta didiknya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
studinya serta permasalahan lainnya. Selain itu, pendidik berkewajiban
menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan peserta didik dapat
memperoleh pengalamannya.
Selain yang disebutkan di atas, peran pendidik juga sebagai komunikator
dengan masyarakat, sebagai pengembangan ilmu dan penjabaran luasan ilmu
(inovator), bahkan berperan sebagai pelaksana administrasi.22 Sementara,
peranan pendidik dalam artian luas, yaitu pendidik mengemban peranan-peranan
sebagai ukuran kognitif, agen moral, inovator, dan kooperatif dan berikut ini
penjelasannya:23
1. Pendidik sebagai ukuran kognitif
Tugas pendidik pada umumnya ialah mewariskan pengetahuan serta
berbagai keterampilan kepada para generasi muda. Hal-hal yang diwariskan
tersebut tentu harus sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan oleh
masyarakat serta merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan

22
Muhammad Ali, “Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam”, dalam Jurnal Tarbawiyah, Vol.
11, No. 1, 2014, h. 86.
23
Syaiful Akhyar, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006), h. 18.
15

politik. Dengan demikian pendidik harus mampu memenuhi ukuran


kemampuan tersebut.
2. Pendidik sebagai agen moral
Pendidik bertindak sebagai agen moral masyarakat sebab fungsinya
sebagai mendidik warga masyarakat agar setiap masyarakat memiliki
berbagai keterampilan kognitif, seperti pandai membaca, menghitung, dan
lain sebagainya. Sebagaimana, keterampilan-keterampilan tersebut
dipandang sebagai bagian dari proses moral kerena dengan masyarakat yang
telah pandai membaca dan memiliki berbagai pengetahuan maka diharapkan
masyarakat dapat berusaha menghindari diri dari tindakan-tindakan kriminal
dan tindakan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.
3. Pendidik sebagai inovator
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dapat
berubah dan berkembang dalam segala aspek sehingga perubahan dan
perkembangan tersebut menuntut adanya inovasi pendidikan. Sebagaimana
tanggung jawab melaksanakan inovasi tersebut diantaranya terletak pada
penyelnggaraan pendidikan.
4. Pendidik berperan dalam kooperatif
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, maka pendidik
perlu untuk bekerja sama antar sesama pendidik serta dengan pekerja-
pekerja sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan dengan persatuan
orang tua murid.
Dengan besarnya peranan pendidik dalam kegiatan proses belajar
mengajar serta dalam lingkungan masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting serta
yang paling menentukan keberhasilan dari pendidikan itu sendiri. Sebagaimana
bila komponen pendidikan lainnya belum tersedia, namun dengan komponen
pendidik yang telah ada maka pendidikan tersebut masih akan tetap dapat
berjalan.
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidik dalam perspektif Islam merupakan orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik
potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Pendidik dalam pendidikan Islam terbagi menjadi dua jenis, yaitu
pendidik kodrat dan pendidik jabatan. Mengenai kedudukan pendidik dalam
Islam sangatlah penting dengan mempunyai tanggung jawab dan tugas yang
harus diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar, pendidik, dan
pemimpin.
Kode etik pendidik merupakan sekumpulan norma-norma yang mengatur
tentang hubungan kemanusiaan yang terjadi antara pendidik dengan peserta
didik, orang tua peserta didik, koleganya dan atasannya. Pendidik memiliki
peranan yang sangat besar dalam kegiatan proses belajar mengajar serta dalam
lingkungan masyarakat. Sebagaimana peranan pendidik dapat ditinjau dalam arti
sempit peran pendidik yakni dalam hubungan dengan proses belajar mengajar
yang meliputi peranan-peranan yang lebih spesifik sifatnya yakni sebagai model,
perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing. Sementara
peran pendidik dalam artian luas yakni pendidik mengemban peranan-peranan
sebagai ukuran kognitif, agen moral, inovator, dan kooperatif.
B. Saran
Diharapkan para pembaca untuk lebih mengenal dan memahami secara
mendalam mengenai pendidik dalam perspektif Islam, sebab pendidik memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan yang dapat melahirkan
peserta didik yang berakhlakul karimah, yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.
17

DAFTAR PUSTAKA

A. Fatah Yasin. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.

Abdul Mujib. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Abuddin Nata. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Abuddin Nata. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016

Ahmad Warson Al Munawwir. 1984. Al Munawwir; Kamus Arab-Indonesia.


Yogyakarta: Al Munawwir.
Andi Fitriani Djollong. 2017. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik. Jurnal Istiqra.
IV(2):128-129.
Bukhari Umar. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH.

Kamisa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Cahaya Agency.

Marlina. 2017. Pendidik Dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam.
3(1):36.

Muhammad Ali. 2014. Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam. Jurnal Tarbawiyah.
11(1):86.
Oemar Hamalik. 2008. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 1990. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Padang: Kalam Mulia.

Redaksi Sinar Grafika. 2009. Undang- Undang Sisdiknas. Jakarta: Sinar Grafika.

Samsul Nizar. 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran HAMKA


Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Syaiful Akhyar. 2006. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Cita Pustaka Media.

Westy Soemanto dan Hendyat Soetopo. 1982. Dasar dan Teori Pendidikan Dunia.
Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai