Oleh:
Kelompok 5
Nama Anggota:
1. Rohaya Harilasari (190101007)
2. Sayyid Mubarak (190101024)
3. Suhaimi (190101077)
Semester VI Kelas A
Dosen Pengampu:
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I
NIP.198712312019031020
KATA PENGANTAR
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
C. Mengembangkan Instrument Penilaian PAI untuk Tes Objektif dan Non Objektif ..9
A. Kesimpulan ...........................................................................................................18
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pendidikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran maka diperlukan suatu alat ukur keberhasilan yang
dimaksud dengan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran pada dasarnya
dilakukan untuk menilai hasil belajar peserta didik, sehingga dalam evaluasi
dilakukan penilaian atau pengukuran terhadap kemampuan peserta didik. Istilah
pengujian, pengukuran, penilaian, dan evaluasi terkadang digunakan secara
bergantian, namun sebagian besar pengguna membuat perbedaan di antara empat
istilah tersebut. Dimana penilaian danevaluasi lebih bersifat komprehensif yang
meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran.
Pada saat ini banyak sekali ditemukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma agama Islam yang sangat memprihatinkan sehingga untuk memperbaiki
pendidikan agama Islam, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Salah satu aspek yang penting dalam suatu pembelajaran
adalah penilaian. Sebagaimana dalam Pendidikan Islam, berhasil atau tidaknya
dalam mencapai tujuanya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put
yang dihasilkanya. Jika hasilya sesuai dengan apa yang telah gariskan dalam tujuan
pendidikan Islam, maka usaha pendidikan itu dapatdinilai berhasil. Tetapi jika
sebaliknya, ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami betapa urgesinya evaluasi
dalam proses kependidikan Islam.
Dalam mengevaluasi ada banyak teknik yang dapat dipilih dan dilakukan
oleh guru. Teknik evaluasi ada dua macam, yaitu teknik tes dan tekniknon-tes.Pada
dasarnya untuk melakukan sebuah penilaian hendaknya menggunakan berbagai
instrument. Adapun jenis-jenis instrumen dalam evaluasi pembelajaran ada dua
macam yaitu tes objektif dan tes non–objektif. Tes objektif dibagi menjadi 4 yang
meliputi: soal pilihan ganda, pilihan benar salah, menjodohkan dan bentuk
melengkapi atau isian singkat. Sedangkan tes non–objektif berbentuk uraian
panjang.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran PAI?
3. Bagaimana mengembangkan instrument penilaian PAI untuk tes objektif dan
non objektif?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengetian pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi pembelajaran
2. Mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran PAI
3. Mengetahui pengembangan instrument penilaian PAI untuk tes objektif dan
non objektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ismanto, “Evaluasi Hasil Belajar PendidikanAgama Islam (PAI)”, Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 214.
2
Hamzah B. Uno, PerencanaanPembelajaran, (Jakarta: PT BumiAksara, 2014), h. 93.
3
M.Ilyas Ismail, Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran, (Makasar: Cendikia Pubisher, 2020), h. 6.
4
4
Ismanto, “Evaluasi Hasil Belajar PendidikanAgama Islam (Pai)”, Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 215.
5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 2.
6
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: BumiAksara, 1995), h. 28.
7
Hamzah B. Uno dan SatriaKoni, Assesment…, h. 3.
5
8
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 1
9
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1991), h. 247.
10
Ismanto, “Evaluasi Hasil Belajar PendidikanAgama Islam (PAI)”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 216.
11
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 269.
6
12
Ismanto, “Evaluasi Hasil Belajar PendidikanAgama Islam (PAI)”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 216.
13
Ahman Suyanto, “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri 2
Kedarpan Kejobong Purbalingga” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto,
2014), h. 2.
14
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT BumiAksara, 2012),
h. 4.
7
َّٰللاَ َخبِ ْي ٌۢر بِ َما تَ ْع َملُ ْون ُ َع ٰلٰٓى اَ ََّل ت َ ْع ِدلُ ْوا ۗاِ ْع ِدلُ ْو ۗا ه َُو اَ ْق َر
ٰ ب ِللتَّ ْق ٰو ِۖى َواتَّقُوا
ٰ ّٰللاَ ۗا َِّن
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
15
Ibid., h. 5.
8
16
Sardiyanah, “Konsep Evaluasi Dalam Pendidikan”, Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, Vol. 8,
No. 1, 2016, h. 5.
9
8. Dicatat (akurat)
Prinsip ini memiliki makna bahwa hasil dari setiap pelaksanaan evaluasi
peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan,
sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan. Dengan begitu, guru tidak dapat
merekayasa data yang baru jika suatu waktu diperlukan, karena masih memiliki
buku arsip mengenai data tersebut dan masih diakui keakuratannya.
9. Praktis
Prinsip praktis diartikan bahwa evaluasi tersebut mudah dimengerti dan
dilaksanakan dengan beberapa indikator, yakni hemat waktu, biaya, tenaga,
kemudian mudah menskor dan mengolahnya sehingga tidak mempersulit guru
yang mengevaluasi dan peserta didik yang dievaluasi. 17
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip
tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak
yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur mengatakan sesuatu sesuai apa
adanya, valid, reliabel, terbuka, akurat, dan praktis.
C. Mengembangkan Instrument Penilaian PAI untuk Tes Objektif dan Non
Objektif
1. Tes Objektif
Tes Objektif merupakan tes tertulis dimana soal dan jawaban dalam bentuk
bahan tulisan yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan
atau memberikan jawaban singkat dan pemeriksaannya dilakukan secara
objektif (seragam) terhadap semua siswa.18 Ada beberapa jenis tes bentuk
objektif yaitu sebagai berikut:
a. Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiflechoise test)
Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang menyajikan
soal dan beberapa pilihan jawaban yang hanya ada satu jawaban yang
benar. Tes pilihan ganda adalah bentuk penilaian dimana responden
ditanya untuk memilih jawaban terbaik dari pilihan yang ada di dalam
17
Leni Fitrianti, “Implementasi Prinsip-prinsip Evaluasi Dalam Proses Penilaian Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Pekanbaru”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, Pekanbaru, 2013), h. 28-30.
18
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
181.
10
daftar.19 Dalam menyusun tes pilihan ganda terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
1) Ada kesesuaian antara soal dan jawaban
2) Penyusunan kalimat pada setiap butir soal harus jelas
3) Bahasa yang digunakan pada soal hendaknya mudah dipahami
4) Setiap soal hanya mengandung satu masalah.20
Dalam tes objektif bentuk pilihan ganda ini ada beberapa macam,
diantaranya sebagai berikut:
1) Pilihan ganda model melengkapi
Contoh:
Bangkai darah yang mengalir dan binatang yang mati dicekik,
hukumnya…..
a) Halal
b) Najis
c) Makruh
d) Haram
e) Mubah
2) Pilihan ganda model soal yang disediakan alternatif jawaban yang
benar kecuali ada salah satu yang salah
Contoh:
Manakah diantara rasul-rasul di bawah ini yang tidak termasuk ulul
azmi?
a) Adam
b) Ibrahim
c) Musa
d) Isa
3) Pilihan ganda model analisis kasus
Contoh:
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang kompleks, terdiri atas
golongan mukmin, yahudi, Nasrani dan sebagian kafir dzimmiy. Di
tengah-tengah masyarakat tersebut Islam dapat berkembang dengan
19
Muhammad yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum
2013, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 191.
20
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h. 46.
11
21
Idrus Alwi, “Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda terhadap
Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda”, Jurnal Ilmiah Faktor Exacta, Vol. 3 No. 2, Juni
2010, h.189.
12
22
Zainal Arifin, Evaluasi…, h. 154.
23
Asrul, dkk, Evaluasi…, h. 50.
24
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip…, h. 193.
13
25
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar, (Bandung: PT RemajaRosdakarya,
2010), h. 47.
26
Asrul, dkk, Evaluasi…, h. 48.
14
27
Muhammad yaumi, Prinsip-Prinsip…, h. 194.
28
Asrul, dkk, Evaluasi…, h. 45.
29
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar…, h. 173.
15
30
Muhammad yaumi, Prinsip-Prinsip…, h. 194.
31
Nana Sudjana, Penilaian…, h. 35.
32
Doni, dkk., Evaluasi Pendidikan, (Denpasar: BETA, 2014), h. 58.
16
sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Namun guru tetap harus
mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban setiap siswa.33
Contoh :
a) Jelaskan yang anda ketahui tentang shalat berjamaah?
b) Apakah Imam Masjid bertanggungjawab dengan shalat berjamaah?
2) Uraian terbatas
Pada uraian terbatas, soal telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau
ada pembatasan tertentu. Pada uraian terbatas siswa diberi kebebasan
untuk menjawab soal yang ditanyakan namun arah jawabannya dibatasi
sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah.34
Contoh:
a) Uraikan lima rukun Islam!
b) Terangkan apa saja syarat shalat berjamaah?
Adapun cara penyusunan jenis tes bentuk uraian, ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal
tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan
2) Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya,
menyontek dan bertanya kepada tester yang lainya hendaknya suatu
kalimat pada soal berlawanan dengan buku pelajaran
3) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan
agar pertanyaan-pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan
bervariasi. Contohnya: Jelaskan perbedaan antara …dengan .. dan
kemukakan alasannya…mengapa…
4) Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat
5) Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester mengemukakan
cara mengerjakannya. Contoh: “Jawaban soal harus ditulis di atas
lembaran jawaban dan sesuai dengan urut nomor.35
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tes non objektif (uraian) yaitu
sebagai berikut:
33
Zainal Arifin, Evaluasi..., h. 137.
34
Ibid., h. 137.
35
Asrul, dkk, Evaluasi…, h. 44.
17
1) Kelebihan
a) Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan
waktu yang lama
b) Siswamempunyai kebebasan dalam menjawabdengankemampuannya
c) Melatih kemampuanberpikirsiswa dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur
d) Lebih sederhana dan hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu
banyakuntuk membuat soal tes, dapat didektekan atau ditulis dipapan
tulis.
2) Kekurangan
a) Kurang dapat menilai isi pengetahuansiswa yang sebenarnya
b) Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan
penjelasanpengetesan dalam mensekornya
c) Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang
samamudah menimbulkan evaluasi dan perskoranyang
kurangobjektif. 36
36
Ibid., h. 45
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi memiliki makna yang
berbeda. Pengukuran pada dasarnya adalah proses atau kegitan untuk menentukan
kuantitas sesuatu. Sementara penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
progresivitas belajar peserta didik baik secara individu atau kelompok. Adapun tes
merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis, untuk memperoleh informasi yang
menyeluruh dan berkesinambungan tentang proses dan hasil belajar peserta didik
sehingga penilaian dan evaluasi lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat pengukuran.
Mengenai prinsip evaluasi pembelajaran PAi harus mengacu kepada tujuan
agar dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Prinsip-prinsip evaluasi tersebut
adalah prinsip kesinambungan, prinsip komprehensif, prinsip obyektif, prinsip
sistematis, prinsip validitas, prinsip reliabilitas, prinsip akurat, prinsip terbuka, dan
prinsip praktis. Dimana prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena
dalam ajaran Islam prinsip-prinsip tersebut termasuk ke dalam akhlak yang mulia.
Adapun jenis-jenis instrumen dalam evaluasi pembelajaran PAI terbagi
menjadi 2, yaitu bentuk tes objektif dan non-objektif. Macam-macam dari tes
bentuk objektif dibagi menjadi 4, yaitu pilihan ganda, pilihan benar salah,
menjodohkan, dan bentuk melengkapi. Sedangkan macam-macam tes non-objektif
9uraian) terbagi menjadi 2, yaitu uraian bebas dan uraian terbatas.
B. Saran
Setiap guru hendaknya mengetahui dan memahami perbedaan akan
pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi pembelajaran PAI. Serta memhami cara
penggunaan intrumen penilaian PAI, baik tes objektif maupun non objektif, agar
penilaian dapat dilakukan dengan sebenar dan sebaik mungkin baik dalam penilaian
sikap, tingkah laku dan kepribadian peserta didik selama kegiatan belajar mengajar
dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012.
Ahman Suyanto, “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar
Negeri 2 Kedarpan Kejobong Purbalingga”. Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Purwokerto, Purwokerto, 2014.
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media, 2015.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.
Idrus Alwi, “Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda
Terhadap Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda”. Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta, Vol. 3 No. 2, Juni 2010, h. 189.
Ismanto, “Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, h. 216.
Leni Fitrianti, “Implementasi Prinsip-prinsip Evaluasi Dalam Proses Penilaian Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Pekanbaru”. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, Pekanbaru, 2013.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara,1991.
M. Ilyas Ismail, Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran. Makasar: Cendikia Pubisher, 2020.