Oleh :
Sawitri (2011041003)
DHARMA ACARYA
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wase karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah makalah yang berjudul “Kaitan Evaluasi, Asesmen,
Pengukuran dan Tes dengan Pembelajaran dan Perkembangan Anak” dapat terselesaikan.
Tujuan penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Anak Usia Dini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah tentang
“Kaitan Evaluasi, Asesmen, Pengukuran dan Tes dengan Pembelajaran dan Perkembangan
Anak” ini dapat memberikan manfaat maupun informasi sekaligus menambah waswasan para
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
BAB I PENDAHULAN
BAB II PEMBAHASAN
3. 2 Saran .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah di atas ini, maka dapat penulis rumuskan
permasalahan sebagi berikut:
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang
evaluasi, asesmen, pengukuran, dan tes dengan kaitannya antara pembelajaran dan
perkembangan pada anak.
2. Manfaat Praktis
Pertama-tama harapannya bagi penulis dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan tentang evaluasi dan asesmen dalam pembelajaran dan
perkembangan pada anak. Sedangkan bagi pembaca di harapkan dapat memberikan
kontribusi terkait aspek evaluasi, asesmen, pengukuran dan tes dengan pembelajaran
dan perkembangan pada anak usia dini tentunya.
2
BABA II
PEMBEHASAN
Ada empat konsep istilah yang perlu di kemukakan terlebih dahulu dalam
kaitannya dengan pembahasan evaluasi pembelajaran yakni tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Keempat konsep tersebut saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Kegiatan evaluasi perlu melibatkan ketiga kegiatan lainnya, yaitu tes,
pengukuran, dan penilaian.
a. Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan
pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes merupakan alat
ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping alat ukur yang lain.
Menurut Mardapi (Ghufron, A., & Sutama) menyatakan bahwa tes adalah sejumlah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang di kenai tes. Hasil tes biasanya digunakan untuk mengetahui
kemampuan belajar, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kegiatan
pembelajaran. Tes sebagai bagian dari kegiatan pengukuran dibedakan dari jenis
pengukuran lain (non tes). Salah satu aspek yang membedakan adalah “jawabannya”. Tes,
pada umumnya, menuntut jawaban “benar” atau “salah”. Sementara itu, non tes tidak
selalu dan sangat tergantung dari karakteristik aspek yang diukur.
b. Pengukuran
3
pengukuran. Pengukuran memegang peranan penting, baik dalam rangka pengembangan
ilmu dan teknologi. Selain itu, pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka
atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah
mencapai karakteristik tertentu. Menurut Guildford (Ghufron, A., & Sutama) pengukuran
adalah proses penetapan angka terhadap proses gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran
dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya
berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan kualitatif misalnya
pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang. Zainul dan Noehi Nasoetion (Ghufron, A., &
Sutama) memberikan batasan pengukuran, yaitu merupakan pemberian angka kepada
suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa, guru melakukan
pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati kinerja
mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil pengukuran dapat
diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan, dan sebagainya.
Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.
c. Asesmen
4
baik tertulis maupun lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah.
Penilaian juga dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Asesmen secara sederhana dapat di artikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran
untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk menetapkan keberhasilan atau kualitas
suatu program atau kegiatan. Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk
melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga
atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.
Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia
pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan
sumber belajar tertentu atau etos kerja guru. Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam
KTIPTK (Ghufron, A., & Sutama) evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang
manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan suatu evaluasi di dalamnya ada
kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang
nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur subjektivitas. Menurut
Ornstein dan Hunkins, (Ghufron, A., & Sutama) di dalam evaluasi terkandung tiga
kegiatan, yaitu penetapan standar untuk menentukan kualitas kinerja, pengumpulan data
yang relevan, dan penerapan standar untuk menentukan kualitas kinerja. Ketiga aspek atau
kegiatan ini yang membedakan antara kegiatan evaluasi dibanding kegiatan lainnya. Tidak
ada kegiatan evaluasi jika tak ada standar. Evaluasi memerlukan standar, karena standar
akan menentukan batasbatas penerimaan atau penolakan minimal dari mutu kinerja.
Demikian pula, tanpa adanya bukti-bukti empirik suatu kegiatan atau objek hasil kegiatan
penilaian maka kegiatan evaluasi sulit dilakukan.
5
beliau bahwa evaluasi belajar baru dapat di lakukan dengan baik dan benar apabila
mengunakan informasi yang di peroleh melalui pengukuran yang mengunakan tes
sebagaai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur
yang dapat di gunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula di peroleh
tidak melalui tes, misalnya mengunakan alat non tes seperti observasi dan skala rating.
Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan
dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya sering
dilakukan secara berbarenga. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak dirasakan
pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula melakukan ketiganya. Waktu
melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat ukur berupa tes maupun nontes
seperti soal-soal ataupun kegiatan yang tentunya membantu anak dalam proses
pembelajaran, observasi proses pembelajaran dan sebagainya. Melakukan pengukuran,
yaitu mengukur atau memberi angka terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan
siswa sebagai hasil belajar yang merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi
yang dipersyaratkan, kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu
yang berupa batas penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok,
sehingga munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Akhirnya diambillah keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar. Dengan
demikian jelas hubungan antara ketiga pengertian tersebut dalam kegiatan asesmen
pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara bersamaan. Melakukan
asesmen selalu diawali dengan menyusun tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil
pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum bermakna bila tidak dilanjutkan
dengan proses penilaian dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria tertentu
sebagai landasan pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Sebaliknya, penilaian
(penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses pengukuran.
Contoh keterkaitan antara tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi sebagai
berikut misalnya seorang guru memberikan empat tugas kepada anak yaitu menempatkan
potongan Pouzzle mata, hidung, mulut dan telinga untuk di tempat pada gambar wajah
yang kosong. Dari aktifitas ini anak menempatkan mulut benar sesuai dengan posisinya,
akan tetapi menempatkan gambar bagian pouzzle mata anak sudah keliru, yang mana
gambar matanya terbalik. Demikian juga dengan gambar hidung yang mana penempatan
posisinya juga terbali, akan tetapi untuk penempatan gambar hidung sesuai dengan
posisinya sudah benar. Dari kegiatan yang di lakukan anak ini, maka kita sebagai seorang
guru dapat mengetahui bahwa tugas yang di kerjakan oleh anak benar dua dan salah dua.
6
Proses yang di lakukan guru pada saat itu adalah termasuk ke dalam tes, dengan begitu
jika guru sudah mengetahui anak benar dan salah berapa dalam penyelesaian tugasnya
maka itu dapat di katakan asesmen atau penilaian itu sendiri. Dengan demikian guru sudah
mengetahui hasil dari tes tersebut, maka langkah selanjutnya guru mengukur kemampuan
siswa dengan cara memberikan penilaian dengan cara membuat teks anedot atau deskripsi
seperti ini (anak belum berkembang, anak mulai berkembang, anak berkembang sesuai
harapan dan anak berkembang sangat baik). Langkah yang selanjutnya yaitu evaluasi
dengan mengetaui hasil dari perkembangan setiap anak maka guru sudah melakukan
evaluasi karena kriteria keberhasilan yang di gunkan yaitu 50% berada pada kategori
berkembang. Bila guru tidak membandingkan kriteria tersebut dengan kriteria lain maka
guru tidak melakukan evaluasi dan data tersebut tidak di gunakan sebagai evaluasi.
7
akhirnya mengaasah sejumlah keterampilan yang akan mengembangkan semua potensi
dirinya.
Asesmen memiliki dua kedudukan yaitu di akhir pembelajaran dan juga dasar
pembelajaran berikutnya. Untuk pembelajaran berlangsung asesmen di lakukan untuk
memperoleh data tentang bagaimana anak melakukan kegiatan belajar dan bagimana pula
keberhasilan anak mencapai indikator kompetensi. Sedangkan untuk pembelajaran
berikutnya asesmen memberi informasi tentang beberapa banyak anak yang sudah berhasil
mencapai indikator kompetensi. Hal ini penting untuk di gunakan sebagai dasar merancang
pembelajaran berikutnya khususnya dalam membantu anak yang belum berhasil mencapai
indikator perkembangan.
8
mengukur mengukur kemampuan siswa maka selanjutnya guru melihat data Leni, Bindu,
Rendi, Cindi, dan yang lainnya, hal ini sama seperti pada data yang tadi mengenai data
tentang tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi yang punya Andi tadi, sehingga guru
melanjutkan meganalisis data yang ada. Guru dapat menjumlah dan menghitung
persentase. Hasil perhitungan memberikan informasi beberapa persen anak yang
berkembang sangat baik, beberapa persen anak yang berkembang seusai harapan, ada pula
beberapa anak yang mulai berkembang, dan ada beberapa anak yang belum berkembang.
Sehingga hasil ini perhitungan ini di perlukan untuk menentukan pembelajaran berikutnya
dan menentukan upaya yang perlu di lakukan untuk anak secara individu. Bila perentase
terbesar berada pada anak yang mulai berkembang, tentu guru perlu merancang dan
melakukan pebelajaran yang bertujuan untuk embantu perkembangan anak yang mulai
berkembang. Sedangkan pada anak yang berkemang sesuai harapan, berkembang sangat
baik dan berkembang baik di upayakan melalui pendekatan individual. Berdasarkan
konsep perkembangan guru melakukan berbagai upaya untuk membantu anak
memaksimalkan perkembangannya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah ini dapat penulis simpulakan sebagai berikut:
Tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi suatu konsep yang berbeda
sesuai dengan peran dan fungsinya, akan tetapi keempat hal ini saling keterkaitan
dalam proses pembelajaran yang di laksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa di
dalam konsep evaluasi termuat konsep asesmen, pengukuran, dan tes. Evaluasi dapat
terlaksana manakala telah dilaksanakannya kegiatan asesmen. Kualitas asesmen
ditentukan oleh kegiatan pengukuran, yang salah satu bentuknya adalah tes. Menurut
Zainul dan Nasution (Wulan, A. R.) hubungan antar tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi yaitu menurut beliau bahwa evaluasi belajar baru dapat di lakukan dengan baik
dan benar apabila mengunakan informasi yang di peroleh melalui pengukuran yang
mengunakan tes sebagaai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan
salah satu alat ukur yang dapat di gunakan karena informasi tentang hasil belajar
tersebut dapat pula di peroleh tidak melalui tes, misalnya mengunakan alat non tes
seperti observasi dan skala rating.
10
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Ghufron, A., & Sutama, M. P. Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya
dalam Pembelajaran.
Wulan, A. R. (2007). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan
pengukuran. Jurnal, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Yus, Anita. (2019). Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini. Banten: Universitas Terbuka
12