Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL

“Prosedur Evaluasi (Melakukan Pengukuran, Pengolahan Hasil Pengukuran Dan


Penafsiran Hasil Penilaian)”

Disusun Oleh : Kelompok 7

Mawarni Anastasia (21129243)


Sabrina Novita Putri L (21129475)

Yulia Asfitri (21129329)

21 BB 04

Dosen Pengampu :

Dra. Tin Indrawati M.Pd

Dr. Dina Amsari M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima
kasih pada ibu Dra. Tin Indrawati M.Pd dan ibu Dr. Dina Amsari M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Berbasis Digital yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan, pengetahuan serta apresiasi kita tentang Prosedur Evaluasi Pembelajaran. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, Maret 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Melakukan Pengukuran ................................................................................... 2


B. Pengolahan Hasil Pengukuran ......................................................................... 6
C. Penafsiran Hasil Penilaian ............................................................................... 10

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru.
Penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki beberapa tujuan. Penilaian atau
assesmen merupakan kegiatan informasi hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
menetapkan apakah peserta didik telah menguasai kompetensi yang ditetapkan oleh
kurikulum. Berdasarkan data informasi yang telah diproses.
Menurut Angelo dan Croos (Abidin,2014), penilaian merupakan sebuah proses yang
didesain untuk membantu guru menemukan hal-hal yang telah dipelajari siswa di dalam
kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar,
perlu diketahui hasil dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dapat diketahui dari nilai siswanya. Penilaian sangat di lakukan
oleh guru, hal ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswanya sendiri. Bagi buru nilai siswa
dapat dijadikan acuan bagi proses pembelajaran yang akan dilakukan. Bagi siswa nilai
bermanfaat untuk mengetahui tolak ukur pemahaman siswa terhadap suatu materi
pembelajaran yang sudah diajarkan.
Nilai dalam proses pembelajaran tidak begitu saja dapat digunakan sebagai acuan atau
tolak ukur penilaian guru terhadap kemampuan siswanya, maupun tolak ukur siswa itu
sendiri terhadap kemampuannya sendiri. Sangat penting bagi guru untuk mengolah data
hasil penilaian yang sudah dilakukan. Manfaat dari pengilahan nilai akan sangat membantu
guru dan siswa dalam pemahaman kemampuan seorang siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran dan bagaimana melakukan
pengukuran pada evaluasi pembelajaran?
2. Jelaskan dan bagaimana mengolah hasil pengukuran?
3. Jelaskan apa itu penafsiran hasil penilaian?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu pengukuran dan bagaimana melakukan
pengukuran
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa dan cara mengolah hasil pengukuran
3. Mahasiswa dapat mengetahui penafsirsan hasil penilaian

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Melakukan Pengukuran
1. Konsep Evaluasi, Tes, Pengukuran, dan Penilaian
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling
berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian
ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun,
belum dapat menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan
dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan
hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta
didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering
disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional
istilahistilah tersebut sebenarnya berbeda satu sama lain, meskipun mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas
dalam bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Hasil pelaksanaan tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan kesimpulan
tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada
sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana
sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam
bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan
pengukuran biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas,
keputusan tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang
akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang
kebijakan pendidikan.
Selanjutnya, istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda meskipun
maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya, mengemukakan definisi
evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”.
Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a process through
which a value judgement or decision is made from a variety of observations and from the
background and training of the evaluator”.
Dalam buku Measurement and Evaluation in Education and Psychology ditulis
William A. Mohrens (1984:10) istilah tes, measurement, evaluation dan assesment
dijelaskan sebagai berikut :

2
1. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya,
yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai
hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang.
2. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan
observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan
pada skor yang diperoleh.
3. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi
keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data
kuantitatif maupun kualitatif.
4. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema
seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang
perlu ditekankan disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter
dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk
mengejar dan sebagainya. Kita juga sebenarnya hampir setiap hari melakukan
pengukuran, yakni membandingkan benda- benda yang ada dengan ukuran
tertentu, setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana benda yang paling
memenuhi ukuran itulah yang kita ambil. Dua langkah kegiatannya dilalui
sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi
yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran.
 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap suatu dengan ukuran
baik buruk. Penilaian bersifat Kualitatif.
 Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas. Yakni mengukur
dan menilai. (Suharsimi:2002:2-3).
Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin
(2013:5) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai
dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka mengambil suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa
hal tentang evaluasi, bahwa:
 Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada
sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan
untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.

3
Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari
proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur
dan aturan, dan terus menerus.
 Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu,
terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
 Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar
evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and
merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian
pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan
evaluasi.
 Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan
kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti
yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai
evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan
a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
b) evaluator lebih percaya diri
c) menghindari adanya unsur subjektifitas
d) memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada
waktu dan orang yang berbeda, dan
e) memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan
penafsiran hasil evaluasi.

2. Konsep Pengukuran

Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi
yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan instrumen test maupun non-test.

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.
Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white
board, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat
ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajad validitas
dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-
variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasa nya menggunakan tes.

Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance peserta didik


dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performance peserta didik tersebut dinyatakan dengan angka-angka
4
(Alwasilah et al.1996). Dapat didefinisan sebagai proses penetapan angka terhadap
individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel &Frisbie, 1986). Pengukuran
adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu hal menurut apa adanya, yang biasanya
dinyatakan dalam bilangan. Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran
dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-
angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan
selalu berupa angka.

Ebel (1972) menyatakan bahwa “measurement is a process of assigning numbers to


the individual members of a set of objects or persons for the purposes of indicating
differences among them in the degree to which they possess the characteristic being
measured”. Pengukuran merupakan kegiatan pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang melekat pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang
berlaku. Dalam bidang matematika, kegiatan pengukuran merupakan bentuk kegiatan
yang sering kali dilakukan sehari-hari. Tanpa adanya kegiatan pengukuran, kita susah
menentukan besaran atau kualitas suatu objek atau kegiatan. Apabila kita ingin
mengetahui keberhasilan suatu program maka dibutuhkan kegiatan pengukuran.
Kemajuan ilmu dan teknologi juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengukuran.

Pengukuran memegang peranan penting, baik dalam rangka pengembangan ilmu dan
teknologi maupun untuk pemenuhan kebutuhan hajat orang banyak. Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik
dari suatu tingkatan peserta didik setelah mencapai karakteristik tertentu. Menurut
Guildford (1982) pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap proses gejala
menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa
pernyataan kualitatif misalnya pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang. Zainul dan
Noehi Nasoetion (1997: 5) memberikan batasan pengukuran, yaitu merupakan pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa, guru
melakukan pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati
kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil pengukuran
dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan, dan
sebagainya. Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.

Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.

Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar Secara klasik
tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan
seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk

5
memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai
pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan
sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan.

Pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan


remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan
program 10 pendidikan serta pengembangan ilmu.

Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan pembelajaran


yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan, dan
minat, sikap serta cara belajar mahasiswa. Evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil
belajar antara lain mengguakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai
prestasi belajar, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa.
Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktek pembelajaran
secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses
pembelajaran atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi
substansial.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis
evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting.
Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut pada
gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan dasar memperbaiki kualitas proses
pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil pembelajaran.

B. Mengolah Hasil Pengukuran


Pengertian pengolahan adalah pemberian nilai dengan cara menerjemahkan
informasi deskriptif ke dalam angka atau simbol lain yang menunjukkan kualitas kinerja
siswa. Setelah diperoleh skor, kemudian diolah dengan cara dibandingkan kriteria
tertentu. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, ada dua substansi penting yang harus
dicermati pendidik dalam konteks penilaian, yaitu proses pengumpulan dan
prosespengolahan. Pengumpulan hasil belajar siswa dilakukan melalui ulangan,baik
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, maupun ulangan
kenaikan kelas.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian pendidik belum melaksanakan
proses pengumpulan dan pengolahan hasil belajar dengan baik dan benar. Terdapat
sinyalemen bahwa dalam proses pengumpulan dan pengolahan hasil belajar siswa,
pendidik tidak mencermati kompetensi dasar dan indikator. Akibatnya, pendidik

6
kesulitan dalam menyimpulkan keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Oleh karena
itu, diperlukan desiminasi yang berkelanjutan berkaitan dengan penilaian hasil belajar
sehingga ada persamaan persepsi dan kesatuan langkah dalam implementasinya. Oleh
sebab itu, penilaian hasil belajar lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh pendidik untuk memberikan keputusan tentang hasil belajar peserta didik
berdasarkan tahapan belajarnya. Dari prosesini, diperoleh potret/profil kemampuan
peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
tercantum dalam standar isi.
Pengukuran pendidikan terdiri dari beberapa bidang ilmu, bidang ilmu itu terdiri
dari bidang kognitif; bidang afektif; dan bidang psikomotor. Bidang kognitif diukur
melalui uji test; bidang afektif diukur melalui kuisioner, wawancara, bisa juga melalui
suatu pengamatan; bidang psikomotor dapat diukur melalaui perbuatan dan pengamatan.
Berdasarkan perspektif uji test dan kuisioner dapat dianggap menjadi 3 bagian
kegiatan. Bagian pertama terdiri dari konstruksi, uji test, dan kuisioner. Bagian kedua
adalah dilakukannya penyelenggaraan uji test dan pengisian kuisioner oleh responden.
Nabnagian ketiga terdiri dari pensekoran dan penganalisisan butir dari uji tes dan
kuisioner.
Pensekoran terdapat di dalam pengkuran pendidikan, digunakan dalam mengukur
kemampuan, keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri terpendam lainnya yang dimiliki
oleh para peserta pengukuran tersebut. Karena sifat pengukuran ini terpendam yang tidak
kelihatan yang dimiliki oleh peserta maka kita perlu memberikan sejumlah stimulus baik
dalam uji test, atau dalam bentuk kuisioner. Bila stimulus itu mengenai sasaran maka
akan terlihan kemampuan keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri-ciri lain yang
dimiliki para peserta itu yang kita dapat ukur. Respon yang kelihatan itu dapat kita
tafsirkan dengan memberikan nilai yang sesuai.
Pengukuran pendidikan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
1. Untuk mengukur ciri terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki para peserta;
2. Mengukur ciri terpendam yang tidak terlihat yang kita berikan pada para peserta,
stimulus yang terdiri dari uji test dan kuisioner yang tepat;
3. Para peserta memberikan responsi terhadap stimulus itu dengan berharap bahwa
responsi tersebut mencerminkan dengan benar ciri dari terpendam yang ingin kita
ukur;
4. Responsi yang terlihat diberikan skor yang dapat ditafsirkan dengan memadai.
Bila urutan kegiatannya tepat maka skor yang kita dapat dari uji test atau
kuisioner maka skor yang kita peroleh dari uji test dan kuisioner dapat dianggap sebagai
skor dari ciri terpendam yang dimiliki peserta. Pengukuran ciri terpendam peserta
memiliki beberapa masalah, yaitu sejauh mana responsi dari para peserta dapat mengukur
secara tepat ciri terpendam yang dimiliki peserta untuk diukur; uji test dan kuisioner
sudah menjadi stimlus, namun dipertanyakan kemampuan para peserta untuk
mengungkapkan secara benar ciri terpendam yang dimiliki oleh para peserta. Maka

7
sebaiknya uji test dan kuisioner harus divalidasi terlebih dahulu lalu kemudian di
relibilitas. Setelah dilakukan validitas dan realibilas uji test dan kuisioner, maka dapat
kita terapkan kepada responsi untuk mengukur sifat terpendam yang dimiliki oleh para
peserta.
Skor klasik tidak sama dengan skor modern dalam skala pengukuran pendidikan.
Pengukuran modern belum banyak digunakan orang hanya baru diterapkan di
negaranegara maju, sedangkan skor klasik masih digunakan sampai sekarang baik dalam
uji test dan kuisioner. Ciri dari pengkuran secara klasik ditunjukan oleh kenyataan bahwa
kelompok butir pada uji test dan kuisioner tidak dapat dipisahkan dari kelompok peserta
yang mengikuti uji test dan mengisi kuisioner. Tidak dapat dipisahkan itu maksudnya
adalah kelompok butir soal uji test dan pengisian kuisioner diisi degan kelompok yang
sama, kalau kelompok butir soal uji test dan kuisioner diisi kelompok peserta yang
berbeda maka hasilnya merupakan ciri atau karakteristik umum dari kelompok butir itu
berubah, berarti taraf kesukarannya berubah karena kelompok pesertanya berubah dan
berbeda. Dengan demikian pada pengukuran skor klasik uji test dan pengisian kuisioner
sangat bergantung kepada butir-butir dari uji test dan pengisian kuisioner dan pesertanya.
Begitu juga skor selalu disertai dengan butir dan peserta terlibat dalam penskoran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam skala pengukuran klasik yang dimiliki para
peserta terdiri dari;
1. Semua peserta yang cirinya akan di skor atau dinilai perlu menempuh uji test atau
mengisi butir kuisioner yang sama pada saat yang sama dan bersamaan. Hindari
kebocoran butir uji test sebelum uji test dilakukan pada para peserta.
2. Interpretasi atau tafsiran skor menjadi bersifat khusus karena butir soal terkait
dengan para peserta, maka tafsiran skor mengacu kepada kelompok para peserta
yang menanggapi butir soal tersebut.
3. Bila uji test dan pengisian kuisioner sangat mudah atau sangat sukar bagi para
peserta yang mengikuti uji test dan pengisian kuisioner maka hasilnya
akanmemberikan gambaran skor yang tidak mencerminkan dengan benar
kemampuan peserta itu sesungguhnya.
4. Bila uji test dan pengisian kuisioner sangat mudah atau sangat sukar bagi dua atau
lebih peserta maka skor tidak dapat lagi membedakan kemampuan bagi peserta
kerana mereka memiliki perbedaan kemampuan.
Skala Modern digunakan untuk menghilangkan kelemahan pada pengukuran skor klasik.
Kegunaan pengukuran modern adalah melepaskan ketakterpisahan diantara butir uji test
dengan peserta uji test. Pada pengukuran skor modern ciri butir soal akan tetap sama
tidak menjadi masalah peserta mana yang menempuhnya. Pada skala pengukuran skor
modern teori yang cukup terkenal adalah teori responsi butir (item response theory). Pada
teori responsi ada 3 hal, yaitu :

8
1. Proporsi jawaban benar yang dilakukan oleh peserta uji test terhadap butir uji test.
Dalam hal sikap ini merupakan proporsi jawaban yang positif yang dilaksanakan
oleh responden kuisioner terhadap butir kuisioner.
2. Ciri butir soal tersebut yang menyebabkan para peserta memberi tanggapan
seperti itu terhadap soal tersebut.
3. Mempunyai ciri terpendam bagi peserta sehingga peserta memberikan tanggap
demikian terhadap butir soal tersebut. Skala Pengukuran terdiri dari nominal,
ordinal, interval, ratio. Nominal dari yang rendah sampai yag tertinggi yaitu
Ratio. Makin tinggi skala pengukuran maka makin tinggi teori yang dapat
dibangun. Sifat ini berlaku untuk umum dan dapat untuk diprediksi.
 Skala nominal Klasifikasi sederhana berdasarkan karakteristik tertentu.
Angka yang diberikan disini hanya sebagai alat identifikasi, tidak
menunjukan magnitude.
 Skala Ordinal Objek diurut berdasarkan dimensi tertentu, juga tidak dapat
menunjukan magnetude karakteristik, sebab tidak ada jarak baku antara
unit- unit tersebut.
 Skala Interval Adalah perbedaan antara objek dinyatakan dengan suatu
magnetude yang selalu ekuivalen besarnya meliputi: klarifiksai,magnetude
kunut pengukuran yang selalu sama besarnya.
 Skala Ratio Adalah skala pengukuran yang tertinggi mempunyai angka 0
yang bersifat absolut, dapat dipakai untuk perhitungan perhitungan dan
prediksi.

Tujuan pengolahan adalah mengomunikasikan makna informasi tentang pembelajaran


dan prestasi murid. Secara khusus, pengolahan nilai mengandung empat tujuan dasar
berikut (Airasian, 2001).
1. Administratif Hasil pengolahan yang berupa nilai atau grade membantu
menentukan ranking kelas murid, kelulusan, dan apakah murid bisa naik ke kelas
selanjutnya atau tidak.
2. Informasional Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang
tua, dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid. Sebuah
grade atau nilai merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik murid
dalam memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajaran.
3. Motivasional Strategi yang baik adalah membantu murid agar termotivasi secara
intrinsik. Walaupun demikian, dalam dunia pendidikan tempat nilai diberikan,
banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara ekstrinsik, yakni
ingin mendapat nilai tinggi dan takut nilai rendah.
4. Pedoman Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus
dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentangmurid

9
mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan tepat bagi
murid.

Terdapat beberapa prinsip pengolahan hasil pengolahan. Bacalah prinsip penilaian


berikut dengan saksama.
1) Pengolahan Bersumber dari Beragam Bukti Belajar
Pengolahan hasil belajar perlu mempertimbangkan bukti belajar yang berbeda
beda. Bukti belajar yang berbeda-beda diberi bobot yang sesuai.Pemberian grade
kategori tidak hanya untuk penilaian hasil, tetapi juga penilaian proses (aspek afektif).
Guru tidak boleh hanya mengolah kualitas siswa berdasarkan ujian semata.
Pertimbangan berbagai bukti belajar dan pembobotannya dicontohkan berikut.
Misalnya, digunakan sumber pengolahan dari berbagai bukti belajar berikut dengan
pembobotan tertentu.
Tes utama 20%
Ujian akhir 25%
Ulangan 20%
PR 5%
Laporan oral 10%
Proyek 20%
Banyak guru tidak menggunakan pekerjaan rumah sebagai komponen untuk
penilaian. Salah satu alasannya adalah ketika nilai murid tergantung pada PR atau
tugas lain yang dikerjakan di luar kelas, orang tuanya mungkin ikut membantu atau
bahkan mengerjakan sendiri tugas itu agar anaknya dapatnilai yang bagus. Alasan lain
adalah murid dengan lingkungan rumah yang lebih baik akan lebih diuntungkan.
Sebagaimana dengan aspek penilaian kelas lainnya, penilaian Anda harus
menyintesiskan informasi informasi untuk mendapatkan nilai murid. Jika seorang
murid tidak mengerjakan beberapa tugas, beberapa guru menurunkan nilai murid.
2) Keterbukaan Sistem Cara Pengolahan
Prinsip lain dalam pengolahan hasil adalah adanya keterbukaan sistem yang
digunakan pada pengolahan. Dengan keterbukaan cara pengolahan, semua orang bisa
mengontrol jika terdapat kesalahan.
C. Penafsiran Hasil Penilaian
Memberikan penafsiran maksudnya adalah membuat pernyataan mengenai hasil
pengolahan data. Penafsiran yang dilakukan terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas
kriteria tertentu yang disebut norma. Penafsiran skor hasil penilaian adalah interpretasi
atau memaknai pengolahan skor hasil penilaian terhadap kriteria atau patokan tertentu
yang menjadi standart penilaian dengan menggunakan aluan tertentu. Penilaian dilakukan
untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil atau tuntas dalam menguasai suatu
kompetensi atau indikator tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam

10
suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0- 100%. Kriteria ideal untuk belajar
tuntas (mastery learning) adalah labeh besar dari 75%
Ada dua jenis penafsiran data, yaitu:
a. Penafsiran kelompok yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karateristik
kelompok data hasil evaluasi yang meliputi prestasi kelompok, rata-rata kelompok,
sikap kelompok terhadap pendidik dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai
kelompok.
b. Penafsiran individual yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan
diantaranya bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya. Tujuannya adalah
untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik (readiness), pertumbuhan fisik,
kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti kepala pimpinan atau kepala sekolah, pemerintah, dan peserta
didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat
diketahui oleh berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Disamping itu,
laporan juga penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang
dimilikinya, dan atas itu ia menentukan kemana arah yang haarus ditempuhnya serta apa
yang harus dilakukannya.
langkah selanjutnya adalah menafsirkan data sehingga dapat memberikan makna.
Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengolahan data
itu sendiri, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil
pengolahan itu. Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu
yang disebut norma. Norma bisa ditetapkan terlebih dahulu se!ara rasional dan sistematis
sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Dalam kegiatan penilaian hasil belajar,
guru dapat menggunakan kriteria yang bersumber pada tujuan setiap mata pelajaran
(standar kompetensi, kompetensi dasar). Kompetensi itu tentu masih bersifat umum,
karena itu harus dijabarkan menjadi indikator yang dapat diukur dan diamati.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan
keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan
untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai
pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai
tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Pengukuran dan penilaian berguna untuk :
seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing
belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
Pengolahan adalah pemberian nilai dengan cara menerjemahkan informasi deskriptif ke
dalam angka atau simbol lain yang menunjukkan kualitas kinerja siswa. Setelah diperoleh
skor, kemudian diolah dengan cara dibandingkan kriteria tertentu. Tujuan pengolahan adalah
mengomunikasikan makna informasi tentang pembelajaran dan prestasi murid. Secara
khusus, pengolahan nilai mengandung empat tujuan dasar yatu sebagai penentu penempatan
rangking siswa, menginformasikan hasil belajar siswa, sebagai motivasi bagi siswa dan
membantu guru dan orang tua dalam memberikan level yang sesuai dengan potensi siswa.
Penafsiran skor hasil penilaian adalah interpretasi atau memaknai pengolahan skor hasil
penilaian terhadap kriteria atau patokan tertentu yang menjadi standart penilaian dengan
menggunakan aluan tertentu. Penafsiran dilakukan untuk menentukan seorang siswa apakah
mereka lulus atau tidak lulus di dalam suatu kompetensi. Terdapat 2 jenis penafsiran hasil
penilaian yaitu secara individu dan kelompok.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis kelompok menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber. Kelompok akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas

12
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, I., Hamengkubuwono, H., & Syaripah, S. (2022). Strategi Pembelajaran Daring Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani di Tingkat Sd/Mi (Doctoral dissertation, IAIN
Curup). Naga, Dali. S. 1992. Pengantar Teori Skor Pada Pengukuran Pendidikan.
Gunadarma, Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Kerlinger, Fred N. 1993. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi ketiga, terj. Simatupang, ed.
H.J. Koesoemanto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widoyoko, S. Eko Putra. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidikan
dan Calon Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009. Hal: 136-145

13

Anda mungkin juga menyukai