Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGASUH

Evaluasi Hasil Belajar SD/MI Mahmudah, M.Pd. I

PENGERTIAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI


PEMBELAJARAN

OLEH

KELOMPOK 1

Lia Safitri : 170102071401

Nur Anisa : 170102071273

Sari Bunga : 170102071277

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

i
2020 M / 1441H

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan
ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam
rangka untuk melaksanakan tugas dari dosen pada mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
SD/MI.Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Ibu
Mahmudah, M. Pd. I

Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan sehingga penyusun dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.Makalah ini penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
perbaikan isi makalah ini kami sambut dengan senang hati.

Banjarmasin, 1 Februari 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi....................................... 3

BAB III PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................12

DAFTARPUSTAKA.......................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari kita selalu mengadakan pengukuran dan penilaian.
Namun tidak semua orang menyadari kalau kita setiap saat melakukan pekerjaan
evaluasi.
Dari dua kalimat diatas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi,
pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan
ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya
hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi
sementara orang yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut. dan untuk memahami
apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami
melalui makalah ini yang membahas tentang pengukuran, penilaian dan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi


1. Pengukuran
Pengukuran (measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan sesuatu skala kuantitatif (sistem angka)
sedemikian rupa sehigga sifat kualitatif dari perfomance siswa tersebut dinyatakan
dengan angka-angka (A lwasilah et al. 1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek
tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi
tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (zainul dan nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut
atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta
didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat
tersebut, secara lebih ringkas, arikunto dan jabar (2004) menyatakan pengertian
pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Measurment dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Tes terdiri atas tes
tertulis ( ) dan tes lisan. Sementara itu ukur non-test terdiri atas pengumpulan kerja
siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasaan (proyek), dan kinerja
(performance).
Pengukuran (measurement) adalah proses pengumpulan data secara empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan, dengan tujuan yang telah ditentukan.
Pengukuran dalam bidang pendidikan, berarti mengukur atribut atau karakteristik
peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan siswa tersebut, tapi
karakteristik atau atributnya. Dengan demikian, maka pengukuran memiliki dua
karakterustik utama, yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu
aturan atau formula tertentu. Pengumpulan data tersebut ditujukan untuk
mendeskripsikan kompetensi siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif

4
(sistem angka) sedemikian rupa, sehingga sifat kualitatif dari kompetensi siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka.1
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek
yang diukur. Grondlund dan Linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran
sebagai “measurement is limited quantitative descriptions of pupil behavior, that is
the results of measurement are always expressed in numbers”. Rumusan yang sama
diberikan oleh Nitko (1983): measurement refers to quantitative aspects of
describingthe characteristics or attributes of persons.
Penentuan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristis
suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil
pengukuran)maka diperlukan alat ukur.
Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya
sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang valid dan reliabel. Jika dalam melakukan pengukuran kita banyak
melakukan kesalahan maka hasil pengukurannya tidak dapat menggambarkan skor
yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu: alat ukur, objek yang
diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran tersebut
dapat bersifat acak (random) atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak
disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang
mengukur. Sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang
diukur, atau yang mengukur. Contoh: guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika
dalam memberi skor, guru tersebut cenderung memberi skor mahal pada seluruh
siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak melakukannya secara
konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
measurement atau pengukuran di artikan sebagai proses untuk menentukan luas
atau kuantitas sesuatu (wondt, Edwin and G.W Brown,1957), dengan pengertian lain
pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya
yang dapat di kuantitaskan, hal ini dapat di peroleh dengan jalan tes atau cara lain.

1
Ida Farida, “Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
hlm. 5

5
Hasil suatu pengukuran belum banyak memiliki arti sebelum di tafsirkan dengan
jalan membandingkan hasil pengukuran dengan standar atau patokan yang telah di
tentukan sebelumnya. Dalam penilaian pendidikan patokan itu dapat berupa batas
minimal kompetensi materi pembelajaran yang harus di kuasai, atau rata-rat nilai
yang di peroleh oleh sekelumpuk sebagai contoh siswa yang memperoleh skor tujuh,
dapat berarti memiliki nilai rendah apabila di bandingkan dengan rata-rata kelompok
yang mencapai skor delapan, tetapi nilai tersebut dapat berarti tinggi apabila di
bandingkan dengan batas lulus yang hanya di butuhkan angka lima misalnya.
Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan pengukuran adalah
1. Adanya objek yang di ukur
2. Adanya tujuan pengukuran
3. Adanya alat ukur
4. Proses pengukuran dan hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
2. Penilaian
Penilaian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa
yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk
menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang
digunakan dalam penilaian antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas
kelompok, ulangan akhir semester laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru
memberi tugas kepada siswa untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal
yang telah ditetapkan. Setelah siswa mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan
memberi umpan balik kepada siswa untuk memperbaiki lagi. Hasil pemeriksaan
dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki. Siswa kemudian memperbaiki
kurangnya sesuai dengan masukan guru. Setelah memperbaiki karangannya, siswa
mengumpulkan kembali karangannya kepada guru untuk dinilai. Dari kegiatan seperti
ini, guru dapat menilai hasil dan perkembangkan belajar siswa.2
Pengertian assesment tidak sampai ke taraf evaluasi melainkan sekadar mengukur
dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran, apabila di lihat dari prosedur
kerjanya, penilaian memiliki pengertian yang hampir sama dengan kegiatan research
keduanya sama-sama merupakan kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang

2
Adi Suryanto, Evaluasi Pendidikan di SD, (2014): 1 no 49

6
keadaan suatu objek melalui proses penelaahan secara logika dan sistematik,
membutuhkan data empirik untuk membuat kesimpulan, dan menuntut syarat
keahlian tertentu bagi pelakunya, perbedaan, penelitian hampir selalu di mulai dari
kesadaran tentang adanya problem , bertujuan untuk mengembangkan prinsip-prinsip
baru melalui proses generalisasi dan dengan mengadakan analisis hubungan antar
indivariabel tetapi dalam penilaian perhatian utamanya tidak di mulai dari adanya
kesadaran terhadap problem kependidikan, melainkan karena ada proses pendidikan.
Analisis yang di kembangkan tidak sekedar mencari hubungan antarvariabel
melainkan mencari koherensi antara tujuan, proses, dan pencapaian tujuan pada setiap
program pendidikan penilaian juga tidak berkepentingan terhadap generalisasi,
namun memperhatikan aspek prediktif dari hasil evaluasi.
Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan penilaian (asesmen) ke dalam kedua
kelompok besar yaitu assesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang
tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes
jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes)
adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar
cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assesment), portofolio,
observasi, diskusi dan interview (wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa penilaian atau asesmen merupakan sarana
yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu,
maka Popham (1995) menyatakan bahwa sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa dalam mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses
perkembagan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen
tidak hanya menilai hasil proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.3
Adapun unsur pokok dalam penilaian selain mencakup kegiatan pengukuran
mencangkup pula
1. Adanya standar yang di jadikan pembanding
2. Adanya proses perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar
3. Dan hasil penilaian yang bersifat kualitatif
3
Anna Rata Wulan, Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan pengukran. Jurnal,FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia (2007).

7
3. Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (john M. Echols dan Hasan Shadily,
1983:220), sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang
terencanan untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya di bandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Anne Anastsi mengartikan evaluasi sebagai “A systematic process of determining the
extent to which instructional objectives are achieved by pupils” evaluasi bukan
sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan
kegiatan untuk menilai sesuatu secara,sistematis, dan terarah berdasarkan atas tujuan
yang jelas.
Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaaan informasi yang di peroleh melalui
pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan memuat
keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan di
pengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem-nilai yang ada pada si pembuat keputusan
(sumadi suryabrata,1983”33)
Evaluasi melingkup seluruh komponen dalam program pembelajaran. Evaluasi
merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk kurikulum dan
penilaian (assesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan
guru, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.evaluasi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja, atau produktivitas suatu lembaga
dalam melaksanakan programnya. Agar dapat meningkatkan kualitas kinerja, dan
produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran
dan penilaian (assesmen). Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan
bahwa evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana pendidikan telah tercapai.
Banyak definisi evaluasi yang disampaikan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya
evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu informasi tentang
pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan kebijakan berikutnya. Kalau anda akan mengevaluasi program
pembelajaran yang telah anda lakukan maka anda harus megevaluasi pelaksanaan dan
keberhasilan dari program pembelajaran yang telah anda rencanakan. Hasil evaluasi

8
pembelajaran diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan
mendorong siswa untuk belajar lebih baik.4
Ada tiga alasan utama mengapa dalam kegiatan pendidikan selalu memerlukan
evaluasi , pertama apabila di lihat dari pendekatan proses, kegiatan pendidikan secara
sederhana dapat di gambarkan dalam segitiga sebagaimana di kemukakan oleh David
Mckay yang mengambarkan interaksi ketiga proses tersebut sebagai berikut:
Educational
Objectives

Learning experiences evaluasi procedures

Berdasarkan gambar tersebut dapat di ketahui hubungan interdependensi antara


tujuan pendidikan, proses belajar mengajar, dan prosedur evaluasi, tujuan pendidikan
akan mengarahkan bagaiamana pelaksanaan proses belajar –mengajar yang seharusnya di
laksanakan , sekaligus merupakan kerangka acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi
hasil belajar. Pelaksanaan proses belajar-mengajar juga berkepentingan akan adanya
perumusan tujuan yang baik dan proses belajar-mengajar. Evaluasi memiliki dua
kepentingan yakni yaitu untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai
dengan baik, dan kedua untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses
belajar mengajar.

Alasan kedua kegiatan mengevaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah satu
ciri dari pendidik profesional. Satu pekerjaan di pandang memerlukan kemampuan
profesional bila pekerjaan tersebut memerlukan pendidikan lanjut \9advanced
Education) dan latihan khusus (special Training) pekerjaan pendidik profesional
meliputi : menyusun rencana belajar-mengajar, mengorganisasikan, menata
mengendalikan , membimbing dan membina telaksananya proses belajar-mengajar
secara relavan, efesien dan efektif menilai program dan hasil belajar dan
4
Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, Deepublish, 2018.

9
mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar
bagi dapat di sempurnakannya proses belajar mengajar
Ketiga, bila di lihat dari pendekatan kelembagaan, kegiatan pendidikan
adalah merupakan kegiatan manajemen, yang meliputi kegiatan planning,
programmming, organizing,actuating, controlling dan evaluating. Dua hal yang
terakhir ini hampir merupakan titik lemah dalam manajemen tradisional yang
menganggap bahwa fungsi kontrol dan evaluasi pada setiap proses termasuk
pendidikan, di anggap sebagai upaya mengurangi kebebasan dan kemerdekaan para
pelaksanaan kegiatan tersebut padahal apabila kedua fungsi manajemen tersebut tidak
di laksanakan dengan baik hampir dapat di pastikan bahwa apabila dalam
pelaksanaan program terjadi penyimpangan dan pengorganisasian yang tidak sesuai
dengan karakteristik program, maka tujuan tidak akan tercapai . oleh karena itu
berdasarkan tiga alasan utama tersebut di atas evaluasi sangat di perlukan dalam
dunia pendidikan, baik di tinjau dari segi profesionalisme tugas ke pendidikan, proses
dan manajemen pendidikan itu sendiri mengharuskan adanya artivitas evaluasi/
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Dalam buku
Essentials of Educational Evaluation karangan Edwind Wand dan Gerald W. Brown
dikatakan bahwa : Evaluation refer to the act or prosess to determining the value of
something (Wand and Brown, 19, hal 1). Jadi menurut Wand and Brown, evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentkan nilai daripada se suatu.
Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dalam pendidikan atau segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.5
Perlu dijelaskan di sini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran
(measurement). Pengenai pengertian pengukuran (measurement) Wand and Brown
mengatakan bahwa : “Measurement means the act or prosess of axestaining the extent or
quantity of something” (Wand and Brown, 19, hal 1). Jadi menurut Wand and Brown
pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukkan luas atau kuantitas
daripada sesuatu.

5
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan(Surabaya: Usaha Nasional, cetakan I 1982), hal. 1

10
Dari definisi evaluasi (penilaian) dan definisi pengukuran (measurement) yang
telah disebutkan diatas, maka dapatlah diketahui dengan jelas perbedaan antara penilaian
dan pengukuran. Pengukuran akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “how
much”, sedangkan penilaian akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “what
value”.
Walaupun ada perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan karena antara pengukuran dan penilaian terdapat
hubungan yang sangat erat. Sebab untuk dapat mengadakan penilaian yang tepat terhadap
sesuatu terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran. Misalnya untuk
menilai apakah seorang anak dapat membaca dengan lancar atau tidak maka perlu kita
mengukur berapa jumlah kata-kata yang dapat dibacanya dalam tempo satu menit, berapa
kesalahan-kesalahan yang dibuatnya dan sebagainya.
Sebaliknya pengukuran-pengukuran yang dilakukan tidak akan memberi arti apa-
apa kalau tidak kita hubungkan dengan penilaian. Apabila berdasarkan suatu pengukuran
kita ketahui bahwa seorang anak dapat membaca dengan kecepatan 50 kata per satu
menit. Apakah dapat kita katakan anak itu cukup lancar membaca atau tidak! Tentu saja
kita belum bisa mengatakan apakah anak itu anak yang dapat membaca dengan lancar
atau tidak tanpa kita ketahui kriteria penilaiannya. Kalau kecepata membaca anak-anak
yang sekelas dengan anak tadi pada umumnya 40 kata tiap menit, maka anak tadi dapat
dikatakan anak yang lancar dalam membaca. Tetapi kalau kecepatan membaca anak-anak
yang sekelas dengan anak tadi pada umumnya adalah 60 kata tiap menit, maka anak tadi
adalah anak yang lambat.
Oleh karena antara pengukuran dan penilaian itu sangat erat hubungannya, maka
kedua istilah tersebut biasanya dirangkaikan sehingga menjadi pengukuran dan
penilaian. 6

6
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1996)h, 5

11
BAB III
PENUTUP

12
A. Simpulan
Pengukuran (measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan sesuatu skala kuantitatif (sistem
angka) sedemikian rupa sehigga sifat kualitatif dari perfomance siswa tersebut
dinyatakan dengan angka-angka (A lwasilah et al. 1996). Pernyataan tersebut
diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki
oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan
formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara
umum oleh para ahli (zainul dan nasution, 2001). Dengan demikian,
pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu.
Penilaian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil
belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah
informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam penilaian antara lain:
kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester
laporan kerja dan lain sebagainya.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (john M. Echols dan Hasan
Shadily, 1983:220), sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencanan untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya di bandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.

B. Saran
Diharapkan semoga makalah ini dapat dipahami untuk menjadi bahan
tambahan dalam menambah wawasan kita. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

13
Farida. Ida. (2017). Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rata Wulan. Anna. (2007). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan
pengukran. Jurnal,FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Rukajat. Ajat.(2018). Teknik Evaluasi Pembelajaran, Deepublish.
Suryanto. Adi. (2014). Evaluasi Pendidikan di SD. 1 no 49
Thoha. M. Chabib. (1996). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada.
Wayan Nurkancana. Wayan & Sumartana. (1982). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.cetakan I.

14

Anda mungkin juga menyukai