Anda di halaman 1dari 38

EVALUASI HASIL BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN

Disusun oleh Kelompok:


Ahmad Fauzi Zam Zami
Indah Dwi Rahmayanti

Dosen : Latiphah Hasanah, M.Pd


Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran

STAI BANI SALEH BEKASI


Tahun ajaran 2019/2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Karena telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
“Evaluasi Hasil Belajar dan Pembelajaran”. Shalawat
serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan agama yang
sempurna kepada umat islam. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing. Kami menyadari
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga selesainya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Aamiin.

Bekasi, 18 Oktober 2019


Penyusun

Kelompok 6

Daftar Isi
Kata pengantar...................................................................... i
Daftar isi ................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................
C. Tujuan............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi..........
B. Penilaian Hasil Belajar dan Kegunaannya......................
C. Macam-Macam Instrumen Penilaian Hasil Belajar .....
D. Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran ..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah proes pembelajar komponen yang turut menentukan
keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Evaluasi merupakan
salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

a. Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan sebagai “pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas “.
Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat badan
seseorang. Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih
komplek lagi apabila digunakan untuk mengukur
psikologik seseorang, seperti kecerdasaan, kematangan
serta kepribadian karena pengukuran ini menuntut
nkeahlian dan latihan tertentu.
Pengukuran dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan proses membandingkan
tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran
dengan ukuran keberhasilan belajar dan
pembelajaran yng telah ditentukan secara kuantitatif.
Definisi pengukuran menurut beberapa ahli :
1. Secara formal sebagai suatu proses dimana kita
mengenakan angka-angka kepada barang atau
berdasarkan aturann tertentu.
2. Sebagai proses membandingkan sesuatu
dengan satuan ukuran tetentu.

Dari definisi di atas ada dua karakteristik utama


yaitu :
1. Penggunaan skala angka atau tertentu terbagi
menjadi 4 kategori :

 Skala nominal, skala nominal adalah


pengukur paling sederhana dan bersifat
kategori.

 Skala ordinal yaitu angka yang


menunjukan adanya urutan.

 Skala interval yaitu angka yang


menunjukan adanya jarak (Km dan Kg).

 Skala rasio angka yang memiliki semu


karakteristik angka.

2. Menurut suatu aturan atau formula

Contoh : mengukur tinggi dan berat badan


seseorang dan lain sebagainya
b. Penilaian
Penilaian adalah proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang di
peroleh melalui pengukuran hasil belajar. Penilaian
bisa melewati tes atau pun non tes. Pengertian penilain
belajar dan pembelajaran adalah suatu proses
pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan
pembelajaran secara kualitatif. Tujuannya adalah
memberi nilai tenteng kualitas sesuatu.
Secara sederhana penilaian dapat digambarkan
dengan value judgement. Value judgment adalah
mempertimbangakan satu barang atau gejala dengan
menggunakan patokan. Misalnya baik-tidak baik,
memadai-tidak memadai, memenuhi syarat- tidak
memenuhi syarat dan seterusnya.

c. Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti
penaksiran atau penilaian.
Pemahaman evaluasi secara etimologis menurut
dari beberapa ahli :
a. Menurut Groundlund “ a system atic prcess a
determining the extent to wich instructional
objectives are achieved by pupil”
b. Menurut Nurkancana (1983) menyatakan
bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan
proses kegiatan untuk menetukan nialai
sesuatu.
c. Menurut Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi
menggunakan value judgment sama seperti
penilaian.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa


evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai
sesorang dengan menggunakan patokan-patokan
tertentu untuk menapai tujuan. Dan evalausi hasil
belajar adalah suatu proses menentukan niali prestasi
belajar pembelajaran dengan menggunakan patokan
tertentu guna mecapai tujuan pengajaran yang telah di
tentukan.

Ada beberapa perumusan penilaian sebagai


padanan kata evaluasi dari beberapa ahli diantaranya:
a. Adam (1964), menjelaskan bahwa kita
mengukur kemampuan anak didik. Bila kita
melangkah lebih jauh lagi dalam
menginterprestasikan skor sebagai hasil
pengukuran itu dengan menggunakan standar
tertentu untuk menetukan nilai dalam suatu
kerangka maksud pendidikan dan pelatihan
atas dasar beberapa pertimbangan lain untuk
membuat penilaian, maka kita tidak lagi
membatasi diri kita dalam pengukuran karena
telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan
anak didik.
b. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen
(1961), Evaluasi berhubungan dengan
pengukuran. Akan tetapi evaluasi lebih luas
karena didalamnya terdapat penilaian penilaian
formal dan penilaian intuitif mengenai
kemajuan peserta didik. Evaluasi juga
mencakup penilaian tentang apa yang baik dan
apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil
pengukuran yang benar merupakan asar yang
kokoh untuk melakukan penilaian.
c. Arikunto (1990), penilaian lebih menekankan
kepada proses pembuatan keputusan terhadap
sesuatu ukuran baik-buruk yang bersifat
kuantitatif. Sedangkan pengukuran lebih
menekankan proses penentuan kualitas sesuatu
yang dibandingkan dengan satuan ukuran
tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengukuran dapat dilakukan apabila kegiatan
penilaian membutuhkannya, bila kegiatan
penilaian tidak membutuhkan maka
pengukuran tidak perlu dilakukan. Selanjutnya
hasil pengukuran yang bersifat kuatitatif akan
diolah dan dibandingkan dengan kriteria
sehingga mendapatkan hasil penilaian yang
bersifat kualitatif.
d. Ralph Tyler (1950), menyatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai.
Penilaian terhdap pembelajaran siswa
membutuhkan penggunaan sejumlah teknik untuk
mengukur prestasi siswa. Penilaian merupakan proses
sistematis yang memainkan peran pentin dalam
pengajaran yang efektif. Penilaian beraal dari idetifikasi
tujuan pembelajaran (learning goal) dan berakhir
dengan penilaian (judgement) tentang seberapa dalam
tujuan itu sudah dicapai.
Penilaian hasil belajar adalah segala macam
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa
atau seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian meliputi
tes menggunkan kertas dan pensil dan unjuk kerja atas
kegiatan (seperti percobaan laboratorium). Penilaian
menjawan pertanyaan “Sebagaimana bagus
penampilan individual?”.

Tes (test) adalah suatu instrument atau prosedur


sistematik untuk mengukur sempel dari perilaku
dengan memberikan serangkaian pertanyaan dalam
bentuk seragam. Te merupakan bentuk penilaian,
maka tes juga menjawab pertanyaan “sebagaimana
bagus penampilan individual-apakah dalam
perbandingannya dengan siswa yang lain ataukan
perbandingannya dengan ranah tugas kerja?”
Pengukuran atau measurement adalah suatu proses
yang mengandungdeskripsi numeric dari tngkatan
dimana invidu memiliki kareateristik tertentu.
Pengukuran mnajawab pertanyaan “seberapa
banyak?”.
Istilah penilaian lebim komprehensif dan inklusif
dibanding pengukuran dan tes. Istilah pengukuran
terbatas pada deskripsi kuantitatif dari siswa, hasil
pengukuran selalu dideskripsikan dengan angka.
Pengukuran tidak melibatkan deskripsi kualitatif.
Sedangkan penilaian melibatkan deskripsi kuantitatif
dan deskripsi kualitatif siswa. Proses penilaian siswa
dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 1

Proses Penilaian
Penilaian
B.
Pengukuran
Non-pengukuran
(misal testing)
(misal pengamatan informasi)

Penentuan Nilai
(misal kemajuan pembelajaran bagus)
B. Penilaian hasil belajar dan kegunaannya
Penilaian hasil belajar adalah segala macam
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa
atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut W. James Popham (1995), telah terjadi
pergeseran terhadap alasan penilaian. Alasan
tradisional guru menilai siswa adalah untuk :
a. Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa
b. Memonitor kemjuan siswa
c. Menetapkan kemajuan siswa
d. Menentukan kefektifan instrusional
Sedangkan alasan terkini tentang mengapa guru
melakukan penilaian adalah untuk :
a. Mempengaruhi persepsi publik tentang
keefektifan pendidikan
b. Membantu mengevaluasi guru
c. Meningkatkan kualitas instruksional
Penilaian hasil belajar sebagai salah satu
komponen dari penilaian akan lebih efektif jika
menggunakan peraturan sebagai berikut :
1. Jelas merinci apa yang akan dinilai dan mejadi
prioritas dalam proses penilaian.
2. Suatu prosedur penilaian haruslah diseleksi
karena berkaitan dengan karakteristik atau unjuk
kerja yang diukur.
3. Penilaian yang komprehensif membutuhkan
beraneka prosedur
4. Penilaian membutuhkan pengetahuan mengenai
keterbatasannya
5. Penilaian merupakan suatu cara untuk
mendapatkan apa yangdiinginka, bukan akhir
dari proses itu sendiri.
Beberapa tujuan dan fungsi dari evaluasi belajar adalah :
 Diagnostik : menentukan letak kesulitan kesulitan
siswa dalam belajar, bisa terjadi pada keseluruhan
bidang yang dipelajari oleh siswa atau pada bidang-
bidang tertentu saja.
 Seleksi : menentukan nama calon siwa yang akan
diterima di sekolah tertentu dan mana saja yang tidak
dapat diterima. Seleksi digunakan guna menjaring
siswa yang memenuhi syarat tertentu
 Kenaikan kelas : menentukan naik/luus tidaknya
siswa setelah menyelesaikan sutu progam
pembelajaran tertentu
 Penempatan : menempatkan siswa sesuai dengan
kemampuan/potensi mereka. Instrumen yang
digunakan antara lain readliness test, aptitude test, pre-
test dan teknik-teknik obsevasi.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan bukti- bukti kemajuan belajar siswa,
yaitu:

a. Peniaian portofolio (portfolio)


Portofolio merupakan hasil kerja siswa yang
sistematis dalam satu periode. Portofolio ini
memperlihatkan prestasi dan keterampilan siswa.
Hal penting yang menjadi ciri dari portofolio
adalah hasil kerja tersebut harus diperbaharui
sebagaimana prestasi dan keterampilan siswa
mengalami perkembangan. Dalam dunia
pengajaran portofolio adalah integral dari proses
pembelajaran.

b. Penilaian melalui unjuk kerja (performance)


Penilaian unjuk kerja adalah penilaian
berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap
aktivitas siswa sebgaimana yang terjadi.
Penialaian dilakukan terhadap unjuk kerja,
tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilain
ini lebih otentik daripada tes tertulis karena
bentuk tugasnya lebih mencerminkan
kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin
banyank guru mengamati unjuk kerja siswa,
semakin reliable hasil penialaian tersebut.
Penilaian dengan cara ini, lebih tepat
digunakan untuk penilaian siswa dalam bentuk
penyajian lisan (keterampilan bicara, berpidato).
Pemecahan masalah dalam suatu kelompok,
partispasi siswa dalam diskisusi kelompok kecil,
dan sebagainya.
c. Penilaian melalui penugasan (project)
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap
suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan
siswa secara individual atau kelompok untuk
periode tertentu. Penyelidikan meliputi
pengumpulan dan perorganisasian data, analisa
data, dan penyajian data dalam bentuk laporan.
Proyek seringkali melibatkan pencarian data
perimer dan sekunder, mengevaluasi secara krisis
hasil penyelidikan, dan kerjasama orang lain. Oleh
karena itu, proyek sanga bermanfaat bila
digunakan untuk menilai keterampilan
menyelidiki secara umum untuk segala bidang
pembelajaran. Dan juga, proyek itu dapat
digunakan untuk megetahui pemahaman dan
pengeteahuan siswa dalam bidang tertentu dan
mengetahui kemampuan siswa dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas.

d. Penilaian melali hasil kerja (product)


Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk-produk
teknologi dan seni seperti makanan, pahatan, dan
barang logam.
Cara ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja
tetapi juga poses pembuatannya. Contohnya
kemampuan siswa menggunakan teknik
menggambar, menggunakan alat dan lain
sebagainya.

e. Penilaian melalui pensil dan kertas (pencil and


paper)
Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu
yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Secara
umum bentuk-bentuk tes tertulis adalah benar-
salah, pilihan ganda, isian singkat, dan
uraian/esai.

C. Macam-macam Instrument Penilaian Hasil Belajar (Tes


dan Non Tes)

1. Instrument Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar. Bila dilihat dari konstruksinya maka tes
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Tes Essay (Uraian)
 Pengertian Tes Essay (Uraian)

Tes essay adalah butir soal yang


mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawabannya atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran
peserta tes. Ciri khas dari tes essay adalah jawban
terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang
yang mengkontruksikan butir soal, tetapi harus
dijawab oleh peserta tes. Jadi yang terutama
membedakan tipe soal objektif dan soal uraian
adalah siapa yang memberikan jawaban atau
aternatif jawaban tehadap soal atau tugas yang
diberikan. Butir soal tipe uraian hanya terdiri dari
pertanyaan atau tugas dan jawaban sepenuhny
dipikirkan oleh peserta tes. Setiap peserta tes
dapat memilih, menghubungkan dan
menyampaukan gagasannya dengan
menggunakan kata-katanye sendiri.Dengan
pengertian ini maka akan segera kelihatan bahwa
pemberian skor terhadap jawabn soal tidak
mungkin dilakukan secara objektif.

 Kelebihan Tes Essay

1) Tes essay dapat digunakan dengan baik untuk


mengukur hasil belajar yang kompleks.
2) Tes bentuk uraian terutama menekankn kepada
pengukuran kemampuan dan keterampilan
menintegrasikan berbagai buah pikiran dan
sumber informasi ke dalam suatu pola pola
pikiran tertentu,yang disetai degan
keterampilan memcahkan masalah. Integrasi
buah pikian itu membutuhkan dukungan
kemampuan untuk mengekspresikannya.
3) Bentuk tes essay lebih meningkatkan motivasi
peserta tes ntuk belajar dibandingkan bentuk
tes dan yang lain.
4) Memudahkan dosen untuk menyusun butiran
soal. Kemudahan ini dapat disebabkan karena
jumlah butir soal tidak perlu terlalu banyak dan
dosen tidak selalu harus memasok jawaban.
5) Tes essay sangat menekankan kemampuan
menulis. Karena akan sangat mendorong
mahasiswa dan dosen untuk belajar dan
mengajar menyatakan pikiran secara tertulis.

 Kelemahan Tes Essay

1) Reabilitas rendah. Artinya skor yang dicapai


oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang
sama atau tes yang parallel diuji ulang
beberapa kali.
2) Untuk menyelesaikan tes essay dengan baik
dosen dan mahasiswa harus menyediakan
waktu yang cukup banyak.
3) Jawaban peserta tes kadang-kadang
disertadengan bualan.
4) Kemapuan menyatkan pikiran secara tertulis
menjadi hal yang paling utama membedakan
prestasi belajar antar mahasiswa.

 Pengunaan Tes Essay


1) Bila jumlah mahasiwa atau peserta ujian
terbatas maka soal uraian dapat diggunakan
karena masih mungkin bagi dosen dapat
memeriksa hasil ujian tersebut dengan baik.
2) Bila waktu yang dimiliki dosen untuk
mepersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan
ia mempunyai waktu yang cukup untuk
memeriksa hasil ujian, maka soal uraian dapat
digunakan.
3) Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai
adalah kemampuan mengekspresikan pikiran
dalam bentek tertulis, menguji kemampuan
menulis dengan baik, atau kemampuan bahasa
secar tertib, maka haruslah menggunakan tes
uraian.
4) Bila dosen ingin memperoleh informasi yang
tidak tertulis secara langsung dalam soal ujian
tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta
tes, seperti, nilai atau pendapat.
5) Bila dosen ingin memperoleh hasil pengalaman
belajar mahasiswanya, maka tes uraian
merupakan salah satu bentuk yang paling
cocok untuk mengukur pengalaman belajar
tersebut.

 Klasifikasi Tes Essay


Tes uraian secara umum dapat dibagi dua,
yaitu: tes uraian bebas dan tes uraian objektif. Tes
uraian bebas terbagi menjadi dua, tes uraian
terbuka dan tes uraian terbatas. Pembedaan kedua
jenis tes uraian ini adalah besarnya kebebasan
yang diserikan kepada peserta tes uraian kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan
menyatakan pikiran dan gagasannya.

 Klasifikasi Untuk Menyusun Tes Essay Yang


Baik
1) Sediakan kesempatan bagi para siswa untuk
mempelajari bagaimana cara mempersiapkan
diri dan mengikuti ulangan.
2) Yakinkan diri anda bahwa petanyaan-
pertanyaan telah diarahkan dan dirumuskan
secara berhati-hati.
3) Bila struktur pertanyaan disusun berdasarkan
isi pelajaran, maka banyaknya pertanyaan
dapat ditambah dan masalah diskusi agar
dikurangi.
4) Guru harus memiliki kerangka petunjuk dalam
penyusunan pertanyaan tes agar tidak
menimbulkan salah tafsir dan kebimbangan
pada orang lai, terutama jika terjadi kritik dari
guru lainnya.
5) Jangan menggunakan pertanyaan yang dapat
menimbukan berbagai macam jawaban, krena
semua siswa harus mengerjakan tes yang sama.
6) Sediakan waktu yang memberikan kesempatan
bagi siswa untuk memberikan jawaban pada
terhadap suatu pertanyaan pilihan.

b. Tes Objektif
Butir soal objektif adalah butir soal yang telah
mengandung kemungkina jawaban yang harus dipilih
atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi kemungkinan
jawaban yang telah dipasok oleh pengkontruksi butir
soal. Peserta hanya harus memilih jawaban dari
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dengan
demikian pemeriksaan jawaban peserta tes
sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif ialah tes
yang dapat diberi skor secara objektif

Secara umum ada tiga tipe tes objektif

a) Benar salah (true false)


Tipe benar salah adalah butir soal yang
terdiri dari pernyataan, yang disertai dengan
alternatif jawaban yaitu menyatakan
pertanyaan tersebut benara atau salah, atau
keharusan memilih satu dari dua alternatif
jawaban lainnya. Alternatif jawaban itu dapat
saja berbentuk benar-salah atau setuju-tidak
setuju, baik- tidak baik atau cara lain asalkan
alternatif itu mutual eksklusif.
1) Keunggulan butir soal tipe benar salah
 Mudah dikontruksi
 Perangkat soal dapat mewakili pokok
bahasan
 Mudah untuk memberikan skor
 Alat yang baik untuk mengukur fakta dan
hasil belajar langsung terutama yang
berkenaan dengan ingatan
2) Kekurangan butir soal tipe benar salah
 Mendorong peserta tes untuk menbak
jwaban
 Terlalu menekankan pada ingatan
 Meminta respon peserta tes yang
berbantuk penilaian absolute sedangkan
pada kenyataannya hasil belajar itu
kebanyakan bukanlah sesuatu kebenaran
absolute tanpa kondisi.

3) Beberapa petunjuk konstruksi butir soaal


benar-salah

 Setiap butir soal harus menguji atau


mengukur hasil belajar peserta tes yang
penting dan bermakna, tidak menanyakan
hal yang remeh. Misalnya :
Lemah : B-S Bung Hatta dilahirkan di
Bukit Tinggi
Lebih Baik : B-S Pemikiran Bung Hatta
tentang hak asasi manusia telah diabdikan
dalam pasal-pasal UUD 1945
 Setiap butir soal haruslah menguji
pemahaman, tidak hanya pengukuran
terhadap daya ingat. Misalnya :
Lemah : B-S Hukum Newton
Ⅰmenyatakan bahwa setiap benda akan
bergerak lurus beraturan atau diam, jika
tidak ada resultan gaya yang berkerja
pada benda itu.
Lebih Baik : B-S Penumpang bis yang
duduk tenang dalam bis yang berjalan
dengan kecepatan 80km/jam akan
tedorong kedepan apabila bis
diberhentikan secara tiba-tiba.
 Kunci jawaban yang ditemukan haruslah
benar. Misalnya :
Lemah : B-S Sebelum dilakukan
penikahan calon penantin laki- laki
diharuskan melamar calon pengantin
wanita.
Lebih Baik : B-S Dalam masyarakat
ptrilinial pihak calon pengantin pria
diharapkan lebih inisiatif daripada pihak
calon pengantin wanita.
 Butir soal yang baik haruslah jelas
jawabannya bagi seorang peserta tes yang
belajar, dan jawaban yang salah lebih
kelihatan seakan-akan benar bagi peserta
tes yang tidak belajar dengan baik.
Misalnya :
B-S : Makanan kaleng lebih mahal
harganya daripada makna yang sehat (S).
B-S : Bahasa ilmiah yang diunakan di
pesantren di Jawa Barat pada awal abad
ke 20 adalah bahasa Arab dan bahasa
Indonesia (B).
 Pernyataan dalam butir soal harus
dinyatakan secara jelas dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Jadi butir
soal tersebut harus menggunakan kalimat
sesingkat mungkin. Misalnya :
Lemah : B-S Kekalahan Jerman
terhadap sekutu pada perang dunia ke
Ⅱbukan disebabkan oleh ketidak
mampuan Jerman dalam strategi
memenangkan perempuran tetapi lebih
disebabkan oleh kelemahan semangat
perang rakyat Jerman.
Lebih Baik :B-S Hilangya semangat
peranng rakyat Jerman adalah penyebab
utama kekalahan Jerman terhadap sekutu
dalam Perang Dunia ke Ⅱ
4) Modifikasi butir soal tipe benar-salah
 Menyertakan jawaban yang benar bila
peserta tes memilih jawaban S. Dengan
memasok jawaban yang seharusnya bila
jawaban yang dipilih S maka peserta tes
dapat mendemostrasikan pengusaan
bahan yang diujiakan.
 Dalam bentuk penulisan sederetan
pernyataan sebagai kelanjutan dari suatu
pernyataan sebelumnya.
b) Menjodohkan (matching)
Tipe menjodohkan ditulis dalam 2 kolom.
Kolom pertama adalah pokok soal atau juga
disebut premis. Kolom keda adalah kolom
jawaban. Tugas peserta ujian ialah
menjodohkan pernyataan dibawah kolom
premis dengan pernyataan-pernyataan yang
ada dibawah kolom jawaban.
Bila te harus dikerjakan di lembar jawaban
yang terpisah. Maka pernyataan dibawa kolom
pertama di tulis urutan nomor, dimulai dengan
nomor urut soal sebelumnya. Dengan demikian
setiap nomor pernyataan dibawah kolom
pertama adalah sebuah stem butir soal yang
alternatif jawabannya secara bersama terdapat
di bawah kolom kedua.
 Kelebihan dan Kelemahan tipe
menjodohkan
Kelebihan :
 Baik untuk menguji hasil belajar
yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang istilah,
definisi, peristiwa atau
penanggalan.
 Dapat menguji kemampuan
menghubungkan dua hal baik
yang berhubungan langsung
maupun yang tidak langsung.
 Mudah dikontruksi sehingga
dosen dalam waktu yang tidak
terlalu lama dapat mngkontruksi
sejumlah butir soal yang cukup
untuk menguji satu pokok bahasan
tertentu.
 Dapat meliputi seluruh bidang
studi yang di uji.
 Mudah diskor

Kekurangannya
 Terlalu mengandalkan pada ujian
aspek ingatan. Untuk dapat
manghundarkan kelemahan ini
maka kontruksi butir soal tipe ini
harus dipersiapkan secara hati-
hati.
 Prinsip kontruksi tipe menjodohkan
 Pernyataan dibawah kolom
pertama dan kolom kedua masing-
masing haruslah terdiri dari
kelompok yang homogen.
 Pernyataan dikolom kedua harus
lebih banyak dari pernyataan
dibawah kelompok yang pertama.
Untuk memudahkan penyedian
lembar jawaban yang seragam,
maka dianjurkan supaya jumlah
pernyataan dibawah kolom
pertama berkisar antara 3 atau 4
buah. Sedangkan pernyataan
dibawah kolom kedua adalah 5.
Dengan demikian lembar jawaban
akan seragam dengan bentuk butir
soal pilihan ganda lainnya.

c) Pilihan berganda (multiple choice)


Tipe pilihan berganda adalah suatu butir soal
yang alternatif jawabannya lebih dari dua.
Pada umumnya jumlah alternatif jawaban
berkisar 4 atau 5 jawaban.
 Kelebihan butir soal pilihan ganda
 Butir soal pilihan ganda dapat
dikontruksi dan digunakan untuk
mengukur segala level tujuan
intruksional, muai dari yang
sederhana sampai dengan yang
paling kompleks.
 Setiap perangkat es dapat
mencakup hampir seluruh cakupan
bidang studi.
 Pemberian skor hasil kerja peserta
dapat dikerjakan secar objetif.
 Tipe butir soal dapat dikontruksi
sehingga menuntut kemampuan
peserta tes untuk membedakan
berbagai tingkatan kebenaran
sekaligus.
 Jumlah option yang disediakan
dapat melebihi dua. Karena aan
mengurangi keinginan peserta tes
untuk menebak.
 Tipe butir soal pilihan ganda
memungkinkan dilakukan analisis
butir soal secara baik. Butir soal
dapat dikontruksi dengan
dilakukan uji coba terlebih dahulu.
 Tingkat kesukaran butir soal dapat
dikendalikan, dengan hanya
mengubah tungakt homogenitas
alternatif jawaban.
 Informasi yang diberikan lebih
kaya. Butir soal ini dapat
memberikan informasi tentang
peserta tes lebih banyak kepada
dosen, terutama bila butir soal itu
memiliki homogenitas yang tinggi.

 Kekurangan butir soal pilihan ganda


 Sukar dikontruksi. Kesukaran
dalam mengontruksi butir soal tipe
ini terutama untuk menemukan
alternatif jawaban yang homogen.
Acapkali dosen mengkontruksikan
butir soal dengan hanya satu
alternatif jawaban yng tersedia,
yaitu kunci jawaban.
 Ada kecendrungan bahwa dosen
mengkontruksi butir soal tipe ini
dengan hanya menguji atau
mengukur aspek ingatan, atau
aspek yang paling rendah dalam
ranah kognitif.
 “Testwise” mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap hasil tes
peserta. Jadi, makin terbiasa
seseorang dangan bentuk tipe tes
pilihan ganda, makin besar
kemungkinan ia akan memperoleh
skor yang lebih baik.
 Ragam Tipe Pilihan Ganda
 Pilihan ganda biasa
 Pilihan ganda analisis hubungan
antar hal
 Pilihan ganda analisis kasus
 Pillihan ganda kompleks
 Pilihan ganda menggunakan
diagram, gambar, grafik atau table.

2. Instrument Non Tes


Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar
non tes terutama digunakan untuk mengukur perbahan
tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor terutama yang berhubungan
dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh
peserta didik daripada apa yang akan diketahui dan
dipahaminya. Dengan kata lain alat pengukuran seperti
itu terutama berhubungan dengan penampilan yang
dapat diamati daripada pengetahuan dan proses mental
lainnya yang tidak dapat diamati dengan indera. Di
samping itu, alat ukur seperti ini merupakan satu
kesatuan dengan alat ukur tes lainnya, karena tes pada
umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami,
diaplikasikan atau yang dikuasai oleh peseta didikdalam
tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Tetapi,
belumada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam
kemampuan mental itu dapat di demonstrasikan dalam
tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat
pengukur lainnya yang dapat memeriksa kemampuan
atau penampilan tentang apa yang telah diketahui dan
dimiliki dalam tindikan sehari –hari. Jadi, alat ukur non
tes merupakan bagian kseluruhan dari alat ukur hasil
bealajar peserta didik.
 Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution
Alat ukur keberhasilan belajar non tes yang umum
digunakan yaitu :
1. Partiscipation charts atau bagan partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam
proses belajar mengajar ialah keikutsertaan
peserta didik secara suka rela dalam kegiatan
belajar mengajar tersebut. Jadi, keikut sertaan
tersebut selain merupakan salah satu usaha
memudahkan peserta didik untuk memahami
konsep yang sedang dibicarakan dan
meningkatkan daya tahan ingatan mengenai
suatu isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan
untuk menjadikan proses belajar mengajar
sebagai alat meningkatkan percaya diri, harga
diri, dan lain-lain. Dengan demikian
keikutsertaan peserta didik dalam sutu proses
pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki
informasi yang kaya tentang hasil belajar yang
bersifat non-kognitif. Sungguhpun participation
charts belum dapat memberikan informasi tentang
alasan seseorang ikut serta dalam suatu kegiatan,
tetapi pola keikutsertaan dalam aktivitas sudah
dapat menjelaskan suatu hasil belajar yang
penting yang bersifat non-kognitif yaitu lebih
bersifat afektif. Participation charts ini terutama
berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas.

2. Check List (Daftar cek)


Esensi dari Check List adalah untuk menyatakan
ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen,
sifat, karakteristik atau kejadian dalam suatu
peristiwa, tugas dan satu kesatuan yang
kompleks. Dalam daftar cek pengamat hanya
dapat menyatakan ada atua tidak adanya suatu
hal yang sedang diamati, bukan memberi
peringkat atau derajat kualitas tesebut seperti
pada rating scale. Check List bermanfaat untuk
mengukur hasil belajar yang berupa produk
maupu prosedur atau proses yang dapat dirinci
ke dallam kompenen-kompenen yang lebih kecil,
terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik.
Check lists terdiri dari dua bagian yaitu komponen
yang akan diamati dan tanda yang menyatakan
ada atau tidak adanya komponen tersebut dalam
observasi.
3. Rating scale (Skala lajuan)
Rating scale adalah alat pengukuran non-tes yang
menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk
memperoleh informasi tentang sesuatu yang
diobservasi, yangmenyatak posisi sesuatu dalam
hubungannya dengan yang lain. Biasanya
berisikan seperangkat pernyataan tentang
karakteristik atau kualitas dari sesuatu yang akan
diukur beserta pasangannya berbentuk semacam
cara menilai. Jadi suatu rating scale terdiri atas 2
bagian yaitu: (1) adanya pernyataan tentang
keberadaan atau kualitas keberadaan dari suatu
unsur atau karakteristik tertentu, (2) Adanya
semacam petunjuk penilaian tentang pernyataan
tersebut.
4. Skala sikap
Sikap sebagai suatu konstruk psikologi harus
memenuhi 2 kriteria yaitu dapat diamati dan
dapat diukur. Sikap adalah identitas
kecenderungan positif atau negatif terhadap suatu
objek psikologis tertentu. Untuk mengukur siakap
harus dikontruksi skala sikap, yang dimulai
dengan menentukan dan mendefinisikan objek
sikap yang akan diukur, dengan kata lain “sikap
terhadap apa?”. Dengan demikian harus
ditentukan batas-batas objek sikap yang akan
diukur. Misalnya sikap orang terhadap hukuman
mati, bunuh diri atau kaum fundamentalis dan
lain sebagainya. Setelah itu dikumpulkan butir-
butir pernyataan tentang objek sikap tersebut.
Barulah kemdian menentukan format jawaban
yan akan digunakan dengan cara memberi skor.

D. Jenis Penilaian Hasil Belajar


a. Penilaian formatif dan sumatif
Tes hasil belajar yang selama ini dilakukan di ruang-
ruang kelas sebenarnya merupakan penilaian sumatif
(sumative assesement). Ciri dari penilaian sumatif adalah
dilakukan diakhir pembelajaran. Teknik yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar ditentukan oleh tujuan
pembelajaran, namun biasanya meliputi tes buatan guru
dan kelayakan unjuk kerja (seperti lisan dan kerja
laboratorium) dan penilaian hasil (seperti pembuatan
tema dan laporan penelitian). Sekalipun tujuan utama
dari penilaian sumatif adalah mengukur atau membuat
tinkatan prestasi siswa, penilaian sumatif atau hasil
belajar juga menyediakan informasi bagi bertimbangan
keberhasilan dan keefektifan suatu pembelajaran. Ciri-ciri
penilaian sumatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1
Ciri-ciri Dari Penilaian Sumatif/Tes Hasil Belajar
Aspek Deskripsi
Fokus pengukuran Butir-butir pembelajaran khusus
Sifat soal Luas meliputi bembelajaran
khusus
Tingkat kesulitan soal Memiliki jangkau yang luas
Waktu penyelenggaraan Di akhir suatu unit pembelajaran
Kegunaan dari hasil Menemukan suatu prestasi siswa
atau mengevakuasi proses
pengajaran

Tes hasil belajar oleh Cronbach (1970) digolongkan


kedalam unjuk kerja maksimum digunakan untuk
menetukan kemampuan perorangan siswa. Prosedur
kerja maksimum ditekankan pada seberapa bagus
penampilan individual ketika mereka termotivasi untuk
memperoleh skor setinggi mungkin.
Secara garis besar penilaian dibagi menjadi dua yaitu :
1. Penilaian formatif dengan maksud memantau jeauh
manakah proses pendidikan telah berjalan
sebagaimana yang telah direncanakan. Biasanya
diberikan secara periodik selama pembelajaran untuk
memantau kemajuan belajar siswa dan memperoleh
bilikan untuk guru dan siswa.
2. Penilaian sumatif dilakukan utuk mengetahui sejauh
manakah peserta didik dapat berpindah dari satu unit
pembelajaran ke unit berikutnya. Biasanya diberikan
pada akhir suatu progam pembelajaran atau satu unit
pembelajaran dan hasilnya digunakan untuk
menetukan seberapa jauh siswa menguasai tujuan
pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian
sumatif bukan terletak pada kapan itu dilaksanakan
tetapi terutama pada fungsi dan tujuaan tes itu
dilaksanakan.

b. Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan


Norma (PAN)
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced
test/ objective referenced test/ domain referenced test)
megukur tingkat pencapaian belajar siswa dengan
patokan tertentu, dalam hal ini pencapaian terhadap
tujuan pembelajaran khusus atau indikator
pembelajaran. Skor yang dicapai siswa ditafsirkan
sebagai tingkat pengusaannya terhadap perilaku dalam
tujuan pembelajaran khusus yang akan diukur.
Presentase skor yang dicapai siswa dibandingkan
denagn skor maksimum yang mungkin dicapai, berapa
persen siswa menguasai perilaku tersebut? Atau
seberapa tingkat pengusaan siswa tertentu terhadap
perilaku yangterdapat dalam pembelajaran khusus
tersebut?

Ciri-ciri penilaian acuan patokan :


1. Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dalam
jumlah terbatas dengan bayak butir tes untuk setiap
perilaku.
2. Menjelaskan perilaku yang dapan dan tidak dapat
dilakukan oleh peserta tes
3. Mementingkan butir-butir tes relevan dengan
perilaku yang akan diukur tanpa peduli dengan
tingkat kesulitannya
4. Terutama digunakan untuk tes pengusaan
5. Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian
perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas

Penilaian Acuan Norma (norm referenced test)


disusun untuk menentukan kedudukan atau posisi
seorang peserta tes diantara kelompoknya, bukan
untuk menentukan tingkat penguasaan setiap peserta
tes diantara kelompoknya, bukan untuk menentukan
tingkat penguasaan setiap peserta tes terhadap perilaku
yang ada dalam tujuan pembelajaran khusus. Tes harus
disusun untuk dapat mebedakan antara peserta yang
satu dengan peserta yang lainnya, antara peserta tes
yanng lebih pandai dan yang kurang pandai. Butir tes
harus dipilih yang mempunyai daya pembeda tertentu,
yaitu butir tes yang hanya dapat dijawab benar oleh
seluruh atau sebagian besar siswa. Butir tes juga haus
pula mepunyai tingkat kesulitan. Pengukuran daya
pembeda dan tingkat kesulitan butir tes harus
dilakukan dalam uji coba sebelum digunakan di
lapangan.
Ciri-ciri penilaian acuan Norma :
1. Mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan
sedikit butir tes untuk setiap perilaku
2. Menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian.
3. Mementingkan butir tes yng mempunyai tingkat
kesulitan sedang, tidak menggunakan tes yang
terlalu mudah dan terlalu sulit.
4. Digunakan terutama untuk survey
5. Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefinisian
kelompok secara jelas.

Prosedur Penyusunan Tes Acuan Patokan


Langkah dasar untuk menyusun tes adalah :
a. Menentukan maksud tes : ada dua maksud
utama yaitu memberikan balikan bagi siswa
dalam setiap proses belajarnya dan menilai
efektivitas sistem pembelajaran secara
keseluruhan.
b. Membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi soal):
1. Menentukan maksud tes : Klom pertama
berisi daftar peilaku atau kata kerja yang
terdapat dalam Tujuan Pembelajaran Khusus
(indikator)
2. Kolom kedua berisi presentase yang
menunjukan bobot setiap perilaku. Bobot di
tentukan atas dasar penting-tidaknya dan
luas-tidaknya perilaku tesebut dengan
perilaku yang lain. Jumlah seluruh bobot
100%
3. Kolom ketiga menunjukan jenis tes untuk
setiap indikator. Jenis tes ditentukan atas
pertimbangan kesesuain perilaku dalam
setiap indikator dengan kelebihan dan
kekurangan jenis tes.
4. Kolom keempat menunjukan jumlah butir tes
yang akan dibuat. Jumlah butir tes akan
memengaruhi waktu yng diperlukan untuk
mengerjakan tes.
c. Menuliskan butir-butir soal
d. Butir soal yang telah ditulis dikelompokan
berdasarkan jenisnnya.
e. Menuliskan petunjuk untuk setiap jenis tes.
Contoh: jika soal pilihan ganda maka
memberikan petunjuk “beri tanda silang pada
jawaban yang benar”
f. Menulis kunci jawaban
g. Mengujicobakan tes.
h. Menganalisis uji coba
i. Merevisi tes.

Anda mungkin juga menyukai