Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengukuran Dan
Penilaian Dalam Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan Anak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang teah
membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun. Kami sangat mengharapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Luwuk, 5 Oktober 2019

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………4

2.1 Pengertian Pengukuran dan Penilaian ……...…………………………………4


2.2 Hubungan Pengukuran dan Penilaian …………………………...……………9
2.3 Tujuan Fungsi dan Makna …… ………………………………………………9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………..15


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….15
3.2 Saran …………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita
jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Hal ini dapat dilihat mulai
dari berpakaian, setelah berpakaian kemudian dihadapkan ke kaca apakah
penampilannya sudah baik atau belum. Dari kalimat tersebut kita sudah
menemui tiga buah istilah yaitu evaluasi, pengukuran, dan penilaian.
Sementara orang cenderung lebih mengartikan ketiga kata tersebut sebagai
suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya tergantung dari
kata mana yang siap diucapkannya.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari
proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang di maksud adalah baik atau
tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Apabila pembelajaran yang
di lakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat di katakana
berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian sebaliknya.
Salah satu cara yang dapat di lakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi yang di lakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar
dan evaluasi pembelajaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
a. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dan penilaian dalam pendidikan?
b. Apa hubungan penilaian dan pengukuran dalam pendidikan?
c. Apa tujuan, fungsi, dan makna pengukuran dan penilaian dalam
pendidikan?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas maka tujuannya, sebagai berikut
a. Untuk mengetahui pengertian dan pengukuran dalam pendidikan
b. Untuk mengetahui hubungan penilaian dan pengukuran dalam pendidikan
c. Untuk mengetahui tujuan, fungsi, dan makna pengukuran dan penilaian
dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN DAN PENILAIAN
A. Pengukuran dalam pendidikan
Menurut Sutrisno Hadi (1997), pengukuran adalah suatu tindakan untuk
mengidentifikasi besar kecilnya gejala. Sedangkan menurut Remmers, dkk
(1960) mengemukakan bahwa “Measurement” berasal dari kata “to
measure” yang artinya suatu kegiatan atau proses untuk menetapkan
dengan pasti luas, dimensi, dan kuantitas dari sesuatu dengan cara
membandingkan terhadap ukuran tertentu.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suau standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat di perluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa di bayangkan, seperti tingkat
ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses
pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
mempresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini
karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau
mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa saja yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Dalam kegiatan belajar mengaja, pengukuran hasil belajar dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah
menghayati proses belajar. Pengukuran yang dilakukan oleh guru lazimnya
menggunakan tes sebagai alat pengukur. Hasil pengukuran tersebut
berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat
penguasaan materi pelajaran bagi siswa atau prestasi belajar. Menurut
Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama
yaitu :
1) Penggunaan angka atau skala tertentu
2) Menurut suatu aturan formula tertentu
Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan
peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya.

B. Penilaian dalam Pendidikan


Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik
apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan prses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang
telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar
(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiataan pembelajaran yang dikelola dapat
dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan
dengan nilai.
Menurut Suharsimi Arikunto, menilai adalah mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan baik, penilaian ynag bersifat kuantitas. Menurut
Mahrens, penilaian adalah suatu pertimbangan professional atau proses
yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan
mengenai nilai sesuatu. Penilaian adalah suatu tindakan untuk memberikan
interprestasi terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan norma
tertentu untuk mengetahui tinggi rendahnya atau baik buruknya aspek
tertentu. Semua usaha membandingkan hasil pengukuran terhadap suatu
bahan pembanding atau patokan atau norma disebut penilaian.
Beberapa kasus mungkin akan menunjukan jika penilaian terkadang
tidak perlu harus selalu melalui proses pengukuran. Karena bisa jadi untuk
beberapa situasi kriteria-kriteria yang diperlukan telah disediakan atau
menggunakan kriteria-kriteria sebelumnya. Di sini evaluator dapat lngsung
membandingkan data dengan kriteria yang ada untuk melakukan penilaian.
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik,
karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes di
bandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang
sama. Pengukuran ini digunakan sebagai mode pengukuran yang
menggunakan prinsip belajar kompetetif. Menurut prinsip pengukuran
norma, tes baku pencapaian di administrasi dan penampilan baku
normative di kalukulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang
bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama di
bandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah di
bakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur
pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap
siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evauasi empiris, guru
melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor,
merengking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah,
menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya.
Berikut ini beberapa ciri dari penilaian acuan normatif, antara lain:
a. Untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan
peserta didik lainnya. Artinya, penilaian acuan normative
digunakan apabila kita ingin menegtahui kemampuan peserta didik
di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain
sebagainya.
b. Menggunkan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu
berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan pada
waktu tersebut.
c. Nilai hasil dari penilaian acuan normative tidak mencerminkan
tingkat kemmapuan dan penguasaan siswa tentang materi
pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan
peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
d. Penilaian acuan normatif memiliki kecenderungan untuk
menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap
kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan
yang mengalami kesulitan yang serius.
e. Penilaian acuan normative memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.
2. Penilian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion
evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang
berbeda. Dalam pengukuran ini, siswa di komparasikan dengan kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukna
dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan
patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah di
jabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan
instruksional.
Dengan PAP, setiap imdividu dapat diketahui apa yang telah dan
belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang sedemikian
pula untuk memantapkan apa yang telah di kuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap pesrta didik (siswa) mendapat manfaat
dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan melaksanakaan tes awal (pre test) dan tes akhir
(post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan
petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran. PAP juga dapat
digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mislanya
kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang
diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok
berdistibusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas
(mastery learning).
3. Persamaan dan perbedaan penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian
acuan patokan (PAP)
Penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan mempunyai
beberapak persamaaan sebagai berikut :
a. Memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan
focus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan
instruksioanl umum dan instruksional khusus.
b. Memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang
hendak di jadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur
mempresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir
pengambilan keputusan.
c. Memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan
menggunkan aturan dasar penulisan instrument.
d. Memprsyaraatkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan di
ukur.
e. Menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes penampilan atau ketrampilan.
f. Dinilai kualitasnya dari segi validitas dan realibitasnya.
g. Digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang
berbeda.
Adapun perbedaan antara PAN dan PAP aalah sebagai berikut :
PAN PAP
Mengukur sejumlah besar Mengukur perilaku khusus dalam
perilaku khusu dengan sedikit jumlah yang terbatas dengan banyak
butir tes untuk setiap butir tes untuk setiap perilaku.
perilaku.
Menekankan perbedaan di Menekankan penjelasan tentang apa
antara peserta tes dari segi perilaku yang dapat dan yang tidak
tingkat pencapaian belajar dapat dilakukan oleh setiap peserta
secara relative. tes.
Lebih mementingkan butir- Menekankan penjelasan tentang apa
butir tes yang mempunyai perilaku yang dapat dan yang tidak
tingkat kesulitan sedang dan dapat dilakukan oleh setiap peserta
biasanya membuang tes yang tes.
terlalu mudah dan terlalu
sulit.
Untuk survey. Untuk penguasaan.

2.2 Hubungan Pengukuran dan Penilaian dalam Pendidikan


Istilah “Pengukuran” berarti yang dilakukan untuk mengukur sesuatu.
Sehingga istilah mengukur dapat di artikan membandingkan sesuatu dengan
ukuran tertentu (Sudijono, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengukuran lebih bersifat kuantitatif.
Istilah “Penilaian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai memiliki
arti mengambil keputusan terhadap Sesutu dengan mendasarkan diri atau
berpegangan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh, dan sebagainya (Sudijono, 2011). Sehingga dapat di simpulkan bahwa
penilaian bersifat kualitatif.
Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang
berkesinambungan. Pengukuran di laksanakan terlebih dahulu yang
menghasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan
penilaian.

2.3 Tujuan, Fungsi, dan Makna Pengukuran dan Penilaian


a. Pengukuran dalam bidang pemdidikam pada mempunyai peranana yang
sangat penting. Penentuan ini dapat di gunakan untuk menentukan tingkat,
membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran, menaikkan peserta
dari suatu tingkat ke tingkat lain yang lebih tinggi, memberikan umpan
balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu
kedalam kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk
latihan yang khusus. Pada pokoknya, penentuan status mencakup semua
tujuan-tujuan lain pada pengukuran dan evaluasi.
Berikut ini di uraikan tujuan-tujuan pengukuran sebagaimana tersebut di
atas.
• Pengelompokkan
Salah satu tujuan pengukuran adalah untuk pengelompokkan.
Pengolompokkan ini berdasarkan tingkat keterampilan, umur, jenis
kelamin, kondisi kesehatan, minat. Sebagai upaya memperbaiki proses
pembelajaran, guru dapat menempatkan siswanya ke dalam kelompok-
kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Siswa dengan
kemampuan yang tinggi tidak harus di paksa bertahan dengan teman
sekelompoknya yang berkemampuan kurang, demikian juga sebaliknya.
Dengan dilakukannya pengukuran dan evaluasi, siswa dapat
dikelompokkan pada kelompok yang tepat. Jika siswa ditempatkan pada
kelompok yang setara dengan tingkat keterampilannya, guru dapat
menyusun program pelajaran secara individual. Keuntungan lain yang
diperoleh dari pengelompokkan ini adalah siswa dapat berani, lebih
lancer, lebih aktif ketika berlatih, Karen amereka bersaing dengan siswa
lain ynag berkemampuan setara. Dengan kata lain, tujuan penempatan
siswa ke dalam kelompok yang setara adalah untuk memperbaikiproses
pembelajaran.
• Penilaian
Tujuan utama penilaian adalah memberi informasi tentang kemajuan
yang dicpai dalam proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa
di dalma kelompoknya. Dengan mempertimbangkan seluruh factor,
penilain harus dilakukan secara objektif sehingga dapat mencerminkan
kemajuan yang di peroleh, dan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
• Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk mencapai
hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat
merupakan proses memotivasi yang positif. Demikian pula sebaliknay,
bila dilakukan secara sembaranagn evaluasi dapat mengurangi motivasi.
Motivasi yang terbesar adalaha keberhasiln. Agar siswa tetap memiliki
motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang
kemampuannya. Tes-tes keterampilan olahraga memungkinkan siswa
untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri sebagai cara untuk mengukur
kemajuannya.
• Penelitian
Penellitian adalah penyelidikan yang dilakuakn secara sistematis untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan
bergantung pada ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran,
dan kelayakan tes.

Dengan menggunakan tes yang mengukur unjuk kerja fisik dalam


penelitian, diharapkan dapat emembantu guru/pelarih dalam menyusun
program latihan yang tepat, membantu memecahkan masalah-masalah
dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki program latihan yang telah
di jalankan. Dengan demikian, penelitian dapat di anggap sebagai sarana.
Informasi data yang di kumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian ahrus di
evaluasi keberartiannya. Jadi, tujuan penting pengukuran dan evaluasi
adalah menyediakan sarana-sarana yang di perlukan untuk mengadakan
penelitian.
b. Tujuan, Fungsi dan Makna Penilaian
1. Tujuan dari penilaian adalah sebgaai berikut :
• Selektif
Artinya adalah penilain di tujukan untuk memisahkan antara peserta
didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta
didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam
hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk
atau tidak di sekolah tertentu.
• Dianostik
Artinya adalah dengan mengadakan penilaian, guru mengadakan
diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.
• Sebagai Penempatan (Placement)
Artinya sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang
sama, akan berada pada kelompok yang sama dalam belajar.
• Sebagai Pengukur Keberhasilan
Artinya untuk menegtahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan.
2. Fungsi Penilaian hasil belajar sebagai berikut:
a. • Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas
• Sebagai umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar
• Meningkatkan motivasi beljar siswa
• Evalauasi diri terhadap kinerja siswa
b. • Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional
• Umpan balik bagi perbaikan prose belajar mengajar
• Selektif
• Diagnostik
3. Tujuan Penilaian dalam Pendidikan
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, di
antaranya untuk grading, seleksi, menegtahui tingkat peguasaan
kompetensi, bimbingan, diagnosis, dna presiksi.
a) Sebagai grading, penialain di tujukan untuk menentukan atau
membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik di bandingkan
dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukan
kedudukan peserta dididk dalam urutan di bandingkan dengan
anaka yang lain. Karena itu, funsi penilaian untuk grading ini
cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga
lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced
assessment).
b) Sebagai alat seleksi, penilaian di tujukan untuk memisahkan anatra
peserta didik yang masuk dalam kategoti tertentu dan yang tidak.
Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak
bo;eh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang
dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
c) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai kompetensi.
d) Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami diirnya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan.
e) Sebagai alata diagnosis, peniian bertujuan menunjukan kesulitan
belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah
seseorang perlu remidiasi atau pengayaaan.
f) Sebagai alat prdiski, penilaian bertujauan untuk mendapatkan
informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinrja peserta didik
pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang
sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes
potesi akademik.
4. Makna Penilaian Pendidikan
a) Bagi Siswa
• Memuaskan, jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan maka
siswa akana termotivasi untuk belajar lebih giat agara mendapat
hasil yang lebih memuaskan lagi.
• Tidak memuaskan, jika siswa tidak puas dengan hasil yang di
peroleh maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
b) Bagi Guru
• Guru dapat menegtahui siswa mana yang berhasil menguasai
materi dan siswa mana yang belum berhasil menguasai materi.
• Guru dapat mengetahui apakah materi yang di berikan dapat
diterima oleh siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di
aktu yang akan darting tidak perlu di adakan perubahan.
• Guru dapat mengetahui apakah metode yang digunakan sudah
tepat atau belum.
c) Bagi Sekolah
• Dengan penilaian selain guru dapat menegtahui hasil belajar
siswa maka dapat dimketahui pula kondisi belajar yang diciptakan
sudah sesuai harapan atau belum. Karena hasil belajar merupakan
cerminan kualitas sekolah.
• Informasi dari guru tentang tepat tidaknay kurikulum untuk
sekolah sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah
untuk masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
a. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran
tertentu dan bersifat kuantitatif dan yang dimaksud dari penilaian adalah
kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasrakan
kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif.
b. Pengukuran dan penilaian memiliki hubungan yang tidak bisa di pisahkan.
c. Pengukuran dan penilaian memiliki banyak funsi, manfaat dan makana
baik baigi siswa, guru, dan sekolah.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebaiknya system penilaian yang
baik dan tidak bisa. System penilaian yang baik akan mampu memberikan
gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan
mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa
sendiri, system penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk
selalu meningkatkan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://hanzabu7.blogspot.com/2014/12/makalah-pengukuran-dan-penilaian.html
https://haisesasakiar.blogspot.com/2017/01/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi-
dalam.html
https://dafia25.blogspot.com/2015/12/pengukuran-dan-evaluasi-dalam-
pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai