0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan7 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep dasar pendidikan Islam yang mencakup pengertian tarbiyah, ta'lim dan ta'bid.
2. Dibahas pula tujuan, sumber, dasar, dan komponen-komponen pendidikan Islam seperti potensi peserta didik, budaya, dan peran pendidik.
3. Evaluasi pendidikan Islam dijelaskan sebagai kegiatan untuk menentukan kemajuan proses pendidikan Islam
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep dasar pendidikan Islam yang mencakup pengertian tarbiyah, ta'lim dan ta'bid.
2. Dibahas pula tujuan, sumber, dasar, dan komponen-komponen pendidikan Islam seperti potensi peserta didik, budaya, dan peran pendidik.
3. Evaluasi pendidikan Islam dijelaskan sebagai kegiatan untuk menentukan kemajuan proses pendidikan Islam
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas konsep dasar pendidikan Islam yang mencakup pengertian tarbiyah, ta'lim dan ta'bid.
2. Dibahas pula tujuan, sumber, dasar, dan komponen-komponen pendidikan Islam seperti potensi peserta didik, budaya, dan peran pendidik.
3. Evaluasi pendidikan Islam dijelaskan sebagai kegiatan untuk menentukan kemajuan proses pendidikan Islam
Adapun konsep dasar pendidikan islam mencakup pengertian istilah
tarbiyah, ta’lim dan ta’bid. Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa Arab, lafaz At-Tarbiyah berasal dari tiga kata, pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 39. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Dalam Pandangan Syaikh Muhammad An-Naquib Al- Attas, ada konotasi tertentu yang dapat membedakan antara term at-tarbiyah dari at-ta’lim, yaitu ruang lingkup at-ta’lim lebih universal dari pada ruang lingkup at-tarbiyah, karena at-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial. Menurut Al-Attas, ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. 2. Pengertian Pendidikan Islam Dalam seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 didapatkan pengertian pendidikan Islam, yaitu: “Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. Pengertian ini mengandung arti bahwa dalam proses pendidikan Islam terdapat usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam. (Arifin, 1987: 13 14). Dari beberapa pengertian di atas dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Pengertian tersebut mempunyai lima prinsip pokok, yaitu: 1. Proses transformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Islam harus dilakukan secara bertahap, berjenjang, dan kontinu dengan upaya pemindahan, penanaman, pengarahan, pengajaran, pembimbingan sesuatu yang dilakukan secara terencana, sistematis dan terstruktur dengan menggunakan pola dan sistem tertentu. 2. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan penghayatan, serta pengamalan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. 3. Pada diri anak didik, yaitu pendidikan itu diberikan pada anak didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. 4. Melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, yaitu tugas pokok pendidikan Islam hanyalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan menjaga potensi laten manusia agar ia tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan, minat dan bakatnya. 5. Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya, yaitu tujuan akhir dari proses pendidikan Islam adalah terbentuknya “Insan Kamil”, yaitu manusia yang dapat menyelaraskan kebutuhan hidup jasmani-rohani, struktur kehidupan dunia-akhirat, keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah Allah dan keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia.
Sumber pendidikan Islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan
atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber pendidikan Islam terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan Islam.Ada enam sumber pendidikan Islam tersebut didukung secara hierarkis. Artinya, rujukan pendidikan Islam diawali dari sumber pertama Al-Qur’an ,As-Sunnah,Kata-kata Sahabat (Madzhab Nabi,Kemaslahatan Umat/Sosial (Mashalil al-Mursalah),Tradisi atau Adat Kebiasaan Masyarakat (‘Uruf),dan Hasil Pemikiran Para Ahli dalam Islam (Ijtihad) Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar idea/sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomis, politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis, yang mana keenam macam dasar itu berpusat pada dasar filosofis. Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang berproses melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan yang bertahap dan bertingkat pula. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, melainkan suatu keseluruhan dan kpribadian seorang berkenaan dengan seluruh aspek kepribadiannya. Daing Marimba (1986,45-46) mengemukakan bahwa tujuan mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1. Mengakhiri usaha, setiap usaha mempunyai awal dan akhir. 2. Mengarahkan usaha, dengan adanya tujuan, suatu usaha mempunyai arah 3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain 4. Member nilai (sifat) pada suatu usaha.
Berdasarkan fungsi-fungsi tujuan diatas dapat dikatakan bahwa perumusan
tujuan pendidikan islam secara jelas, sulit diketahui apakah suatu proses pendidikan sudah berakhiratau belum. Suatu hal yang ingin diwujudkan di akhir proses pendidikan adalah kristalisasi berbagai nilai dalam pribadi peserta didik. Itulah yang disebut tujuan akhir.Upaya mencapai tujuan pendidikan harus dilaksanakan upaya semaksial mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaaan Dalam Islam, potensi laten yang dimiliki manusia banyak ragamnya. Abdul Mujib (2006:43-48) menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia, yaitu sebagai berikut: 1. Al- Fithrah (citra asli) 2. Struktur Manusia 3. Al-Hayah (Vitality). 4. Al-Khuluq (Karakter) 5. Ath-Thab’u (Tabiat) 6. As-Sajiyah (Bakat) 7. As-Sifat (sifat-sifat) 8. Al-‘Amal (perilaku)
Dalam pendidikan Islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu sebagai berikut. 1. Nilai ilahiyyah: nilai yang dititahkan Allah Swt melalui para rasul- Nya yang diabadikan pada wahyu. 2. Nilai Insaniyyah; nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan tempat dalam proses pendidikan, dan jangan sampai salah satunya ada yang diabaikan. Tanpa interaksi tersebut, harmonisasi kehidupan akan terhambat. Untuk harmonisasi interaksi antara potensi dan budaya, diperlukan adanya ‘intervensi’ eksternal yang datang dari Sang Maha mutlak karena baik pengembangan potensi maupun pewaris budaya, keduanya memiliki tingkat relativitas yang tinggi. Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotor.Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.Pendidik terbagi menjadi dua, yaitu pendidik kodrat dan pendidik jabatan. Al-Ghazali menukil beberapa hadis Nabi SAW tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar (great individual) yang aktivitasnya lebih baik dari padaibadah setahun. Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmiahannya. Andai kata dunia tidak da pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab mendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan k epada sifat insaniyyah dan ilahiyah. Menurut Al Ghazali, tugas pendidik yang paling utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri (Taqarrub) kepada Allah. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepda Allah. Jika pendidik belum mampu menbiasakan dalam peribadatan kepada peserta didik berarti ia mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun peserta didik mengalami prestasi akademik yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal sholeh. Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan islam.(Nizar,2002:77) dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan islam pada peserta didik .sedang dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses pendidikan islam(dengan seluruh komponen yang terlibat didalam nya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan kependidikan, baik yang menyaangkut perencanaan pengelolaan ,prosesdan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan (Depdikbud,1983/1984:1) Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Secara umum,ada empat fungsi evaluasi dalam pendidikan islam: 1. Dari segi pendidikan ,evaluasi berfungsi untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauh mana hasil yang dicapaidalam pelaksanaan tugasnya. 2. Dari segi peserta didik,evaluasi membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengubah tingkah laku nya secara sadar kearah yang lebih baik. 3. Dari segi ahli pemikir pendidikan islam,evaluasi berfumgsi untuk membantu para pemikir pendidikan islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah. 4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan islam (pemerintahan)evaluasi berfungsi untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangankan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan islam.
Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
1. Evaluasi Mengacu pada Tujuan 2. Evaluasi dilaksanakan secara Objektif 3. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif 4. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus)
Jenis evaluasi pendidikan islam
1. Evaluasi formatif 2. Evaluasi sumatif 3. Evaluasi diagnostic 4. Evaluasi penempatan Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan dunia yang penuh dengan rintangan, tantangan dan godaan. Allah yang memberikan petunjuk ke arah jalan yang lurus, jalan yang ditempuh oleh orang-orang saleh terdahulu, jalan hidup warisan Ibrahim yang sebenarnya. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah : 1. Nabi Muhammad SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraar di antara mereka. 2. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bckerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah. 3. Untuk menjalin kerja sama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari'at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materiel maupun moral. 4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari'atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu salat Juma'at yang dilaksanakan secara berjama'ah dan azan.