Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Di Susun Guna Memenuhi Tugas


Makul :Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Pak Nus Sahid Mpd.i

Di Susun oleh :

Aini Zulfa

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

STAIS SABILI DARUSSALAM

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Secara kultural, pendidikan pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan
tujuan yang tidak bebeda. Semuanya dalam upaya untuk menegakkan martabat manusia melalui
transmisi yang dimilikinya.
        
    Dunia pendidikan Islam dengan pendidikan pada umumnya, kadang-kadang memang
mempunyai persamaan dan kadang-kadang juga memiliki perbedaan. Persamaan akan timbul
karena sama-sama berangkat dari dua arah pendidikan yakni dari diri manusia yang memang
fitrahnya untuk melakukan proses pendidikan, kemudian dari budaya yakni masyarakat yang
memang menginginkan usaha warisan nilai, maka semua memerlukan pendidikan.
            Pendidikan nasional menggalakan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk
mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelektual, rohani dan iman,
berdasarkan kepada kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada penekanan
dalam bidang rohani maupun jasmani manusia dalam sistem pendidikan nasional merupakan
ciri-ciri pendidikan Islam. Karena itu kurikulum pendidikan keagamaan merupakan bagian yang
dimuat dalam kurikulum pendidikan maupun yang melekat pada setiap pelajaran sebagai bagian
dari pendidikan nilai.
Mengenai pendidikan agama itu sendiri pada dasarnya cukup mewarnai perjalanan
bangsa Indonesia, apalagi bila dilihat dari dimensi historis. Sebelum pemerintah kolonial
Belanda memperkenalkan sistem pendidikan Barat yang sekuler, diketahui bahwa pesantren
merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya membatasi atau merumuskan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dan tujuan Pendidikan Agama Islam ?

2. Bagaimana Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional?


3. Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional?
4. Apa Saja Permasalahan yang ada dalam Pendidikan Islam di Indonesia?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dan tujuan pendidikan Agama Islam.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional.
3.      Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai agama dalam sistem pendidikan
nasional.
4.      Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam pendidikan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam


1.      Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Sehingga pendidkan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.Dalam Islam pada mulanya
pendidikan Islam disebut dengan kata “ta’dib”. Kata “Ta’dib”mengacu pada pengertian yang
lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm) pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan
yang baik (tarbiyah). Akhirnya dalam perkembangan kata ta’dib sebagai istilah pendidikan telah
hilang peredarannya, dan tidak dikenal lagi, sehingga ahli pendidik Islam bertemu dengan istilah
At Tarbiyah atau Tarbiyah, sehingga sering disebut Tarbiyah. Sebenarnya kata ini berasal dari
kata “Robba-yurabbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang. Maka dengan demikian
populerlah istilah “Tarbiyah” diseluruh dunia Islam untuk menunjuk pendidikan Islam.[1]
Terdapat beberapa pengertian mengenai Pendidikan Agama diantaranya sebagai berikut:
1.      Dalam Enclylopedia Education, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai suatu kegiatan
kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Dengan demikian perlu diarahkan
kepada pertumbuhan moral dan karakter. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan
pengetahuan tentang agma saja, akan tetapi disamping pengetahuan agama, mestilah ditekankan
pada aktivitas kepercayaan.
2.      Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).[2]
3.      Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya karangan abdul Majid Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[3]
4.      Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Abdul Majid Pendidikan agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam.[4]
5.      Menurut Dr. H. Zuhairini Pendidikan Agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[5]
Ada tiga term tertentu yang di gunakan manusia dalam mengartikan pendidikan
agama dalam khasanah pendidikan islam:
a.       Istilah al-tarbiyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa Arab, lafaz At-
Tarbiyah berasal dari tiga kata, pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.
Makna ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 39. Kedua, rabiya-yarba yang
berarti menjadi besar.  Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, menjaga dan memelihara.

b.      Istilah al-Ta’lim
Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang Min al-Usul at-Tarbiyah fii al-islam (1977: 15-24)
mengatakan bahwa istilah ta’lim lebih luas dibanding tarbiyah yang sebenarnya berlaku hanya
untuk pendidikan anak kecil. Yang dimaksudkan sebagai proses persiapan dan pengusahaan pada
fase pertama pertumbuhan manusia (yang oleh Langeveld disebut pendidikan “pendahuluan”),
atau menurut istilah yang populer disebut fase bayi dan kanak-kanak.
c.       Istilah al-Ta’dib
Menurut Al-Attas, ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.[6]
Dari beberapa definisi pendidikan Islam di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut:
1.      Segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju
terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
2.      Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai
pertumbuhan kepribadian yang sesuai ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-
latihan akal pikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca indera)
dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
3.      Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah dan
kemampuan ajarannya pengaruh diluar) baik secara individu maupun kelompok sehingga
manusia memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar.
Yang diaksud utuh dan benar adalah meliputi Aqidah (keimanan), Syari’ah (ibadah mu’amalah)
dan Akhlak (budi pekerti).

2.      Tujuan Pendidikan agama Islam


Adapun Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut beberapa ahli/tokoh pendidik Islam
adalah:
1.      Imam Al Ghozali mengatakan tujuan pendidikan Agama Islam yang  hendak dicapai adalah :
pertama kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri (dalam arti kualitatif) kepada
Allah SWT. Kedua kesempatan manusia yang bertujuan untuk kebahagiaan di dunia dan di
akhirat, karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan yang di
rumuskan tadi. Untuk menjadikan insan kamil (manusia paripurna) tidaklah tercipta dalam
sekejap mata, tetapi mengalami proses yang panjang dan ada prasyarat-prasyarat yang harus
dipenuhi di antaranya mempelajari berbagai ilmu, mengamalkanya, dan menghadapi berbagai
cobaan yang mungkin terjadi dalam proses kependidikan itu.
2.      Muhammad Athiyah Al Abrasi mengemukakan tujuan pendidikan Islam secara umum, ialah:
(a). Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia; (b). Persiapan untuk kehidupan dunia
dan kehidupan di   akherat; (c). Persiapan mencari rejeki dan pemeliharaan segi-segi
kemanfaatan; (d). Menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan
keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri; (e).
Menyiapkan pelajaran dari segi profesional, tehnis supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan
ketrampilan tertentu agar ia dapat mencapai rejeki dalam hidup disamping memelihara segi
kerokhanian.[7]
3.      Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya" Pengantar filsafat Pendidikan Islam",
menyatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.Dari
beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan
Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara
menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera,
sehingga memiliki kepribadian yang utama.[8]
4.      Menurut Drs. Abd. Rahman Sholeh Tujuan Pendidikan Agama Islam ialah memberikan
bantuan kepada manusia yang belum dewasa, supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang
diridhai Allah SWT, sehingga terjalinlah kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.[9]
5.      Menurut Al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
a.       Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
b.      Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat.
c.       Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai
seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.[10]

B.       Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara historis diketahui bahwa sejak pemerintahan Kolonial Belanda memperkenalkan
sistem pendidikannya yang bersifat sekuler, keadaan pendidikan di Indonesia berjalan secara
dualistis. Pendidikan kolonial yang tidak memperhatikan nilai-nilai agama dengan pola Baratnya
berjalan sendiri, sementara pendidikan Islam yang diwakili pesantren dengan tidak
memperhatikan pengetahuan umum juga berjalan sendiri. Hal ini berjalan
sampai Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya meskipun pada permulaan abad ke-20
sudah diperkenalkan sistem pendidikan madrasah berusaha memadukan kedua sistem tersebut di
atas terutama memasukkan pengetahuan-pengetahuan umum ke lembaga-lembaga pendidikan
islam dan memakai sistem klasikal. Namun, ternyata suasana ketradisionalannya masih terlihat
sekali.
Jadi, pemerintahan dan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih mewarisi
sistem pendidikan yang bersifat dualistis tersebut:
a.       Sistem pendidikan dan pengajaran modern yang bercorak sekuler atau sistem pendidikan dan
pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang merupakan warisan dari pemerintah kolonial
belanda.
b.      Sistem pendidikan islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan umat islam sendiri, yaitu
sistem pendidikan dan pengajaran yang berlangsung di surau atau langgar, masjid, pesantren, dan
madrasah yang bersifat tradisional dan bercorak keagamaan semata-mata.[11]
Dari perjalanan historisnya tersebut, meskipun pendidikan islam tidak jarang
mendapatkan tekanan dan kurang mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah, namun
pendidikan islam telah berhasil survive di dalam berbagai situasi dan kondisi mengarungi masa-
masa sulitnya. Hal demikian menyebabkan pendidikan Islam menyandang berbagai jenis nilai
luhur (Tilaar, 2000: 78), seperti hal-hal sebagai berikut:
a.       Nilai historis, di mana pendidikan Islam telah survive baik pada masa kolonial hingga zaman
kemerdekaan. Pendidikan Islam telah menyumbangkan nilai-nilai yang sangat besar di dalam
kesinambungan hidup bangsa, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam perjuangan
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Di dalam invasi kebudayaan barat, pendidikan
Islam telah menunjukkan ketahanannya sehingga tetap survive.
b.      Nilai religius, pendidikan Islam di dalam perkembangannya tentunya telah memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai agama Islam sebagai salah satu nilai budaya bangsa Indonesia.
c.       Nilai moral, pendidikan islam tidak diragukan lagi sebagai pusat pemelihara dan
pengembangan nilai-nilai moral yang berdasarkan agama Islam. Sekolah-sekolah madarsah,
pesantren, bukan hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai pusat atau
benteng moral dari kehidupan mayoritas bangsa Indonesia.[12]

1.      Fungsi Pendidikan Agama Dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara eksplisit fungsi pendidikan agama yang telah dituangkan dalam penjelasan Pasal
39 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan “pendidikan agama merupakan usaha
untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
yang dianut peserta didiknya yang bersangkutan, dengan memperhatikan tuntutan yang
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan basional.[13]

C.      Implementasi Nilai-nilai Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan keagamaan merupakan bagian terpadu yang dimuat dalam kurikulum
pendidikan maupun melekat pada setiap mata pelajaran sebagai bagian dari pendidikan nilai.
Oleh karena itu nilai-nilai agama akan selalu memberikan corak kepada pendidikan agama.
Pada palaksanaannya, pendidikan keagamaan dalam sistem pendidikan nasional, baik
yang berada pada jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah, paling tidak tampil dalam
beberapa bentuk atau kategori yang secara substansial memiliki perbedaan, baik dalam sifatnya
maupun dalam implikasi pelaksanaannya sebagai barikut:
1.      Keberadaan Mata Pelajaran Agama
Didalam UU Nomor 2 tahun 1989 dikemukakan bahwa pendidikan keagamaan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan, dan
diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan keagamaan merupakan salah satu
bahan kajian dalam kurikulum semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia.

2.      Lembaga Penyelenggara Pendidikan Keagamaan


Berkenaan dengan lembaga yang menyelenggarkan pendidikan keagamaan ini, ada tiga
bentuk yaitu:

a. Pesantren.
b. Madrasah-madrasah keagamaan (diniyah).
c. Madrasah-madrasah yang termasuk pendidikan umum berciri khas agama, yaitu
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Dalam sistem pendidikan nasional, pesantren yang mempunyai akar kuat dalam
masyarakat Islam Indonesia merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah. Di pesantren
secara intensif agama dipelajari, didalami, dan dikaji.

3.      Melekatnya Nilai-nilai Agama pada Setiap Mata Pelajaran


Hal ini pada dasarnya lebih subtil, namun mempunyai peranan yang sangat penting dalam
upaya mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada anak didik. Sebagai contoh dalam hal ini
adalah pendidikan MIPA. Melalui pendidikan ini siswa mempelajari substansi ke-MIPA-an yang
terdiri atas dalil-dalil, teori-teori, generalisasi-generalisasi, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep
MIPA. Dengan penguasaan ini, mereka dapat menerapkan MIPA untuk tujuan pemecahan
masalah dan pengembangan iptek. Di samping substansi ke MIPA-an, ada dimensi nilai yang
terkandung dalam pendidikan MIPA. Misalnya, siswa dapat belajar untuk lebih mencintai
lingkungan, sadar akan keuntungan MIPA bagi kehidupan manusia, dan sadar pula akan
implikasi dari penerapan MIPA terhadap kehidupan manusia jika disalah gunakan untuk tujuan-
tujuan destruktif.

4.      Penanaman Nilai-nilai Agama di Keluarga


Keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah sebagai wahana pendidikan
agama yang paling ampuh. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi
seseorang, dengan orang tua sebagai kuncinya. Dalam hal ini Al-Qur’an mengungkapkan tentang
peranan orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang dinyatakan dalam Surat At-
Tahrim ayat 6, yaitu:
‫يََآ يُّهَاالَّ ِذ ْينَ َءاَ َمنُوْ ا قُوْ آ َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.” (QS. At-Tahrim:6)
            Pendidikan dalam keluarga terutama berperan dalam mengembangkan watak,
kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan sederhana.[14]
D.      Permasalahan Pendidikan Islam di Indonesia
Permasalahan umum pendidikan islam:
a.       Masalah Pemerataan, adalah permasalahn umum pertama pendidikan islam. Isu pemerataan
pendidikan merupakan turunan dari isu pemerataan  pembangunan. Logika pembangunan
mempunyai sisi yang sama dengan logika pendidikan, yaitu bahwa pembangunan atau
pendidikan dimulai dari pertumbuhan, pertumbuhan itu kemudian dibagi atau diratakan, tanpa
pertumbuhan tidak ada yang diratakan, kecuali kemiskinan atau kebodohan.
b.      Masalah Mutu, adalah permasalahan umum kedua pendidikan islam. Pendidikan yang bermutu
menjadi acuan bersama, karena pendidkan islam memang harus mampu memberi layanan yang
bermutu, tawaran yang menjanjikan masa depan peserta didik, dan sekaligus tawaran yang akan
memperoleh respon positif dari masyarakat, sehingga pendidikan islam bisa berwujud seperti
“magnet school” yakni lembaga yang mampu menyedot partisipasi masyarakat karena layanan
pendidikannya bermutu. Namun demikian, pendidikan islam dalam banyak respon selalu di
tempatkan sebagai kualitas pendidikan yang terendah.
c.       Masalah Relevansi, adalah permasalahan umum ketiga pendidikan islam. Pendidikan islam
diselenggarakan bukan diruang kosong, tapi di tengah kehidupan masyarakat yang terus berubah
tanpa memahami karakteristik masyarakat, pendidikan islam bisa keluar dari kontek
masyarakatnya. Pendidikan isalam bisa menjadi “a-historis”, pendidikan islam bisa di “awang-
awang”. Setelah keluar, mereka bisa terasing, teralienasi dari masyarakatnya. Mereka tidak
memahami masyarakat, dan sebaliknya mereka tidak memahami jalan fikiran mereka.
d.      Masalah manajemen, adalah permasalahan umum keempat pendidkan islam. Menurut Thaher,
pelaksanaan otonomi daerah bidang pendidikan haruslah menitik beratkan manajemen
pendidikan. Institusi  pendidikan harus diberi wewenang mengatur dirinya sendiri dengan suatu
sistem yang sudah di desain. Tanpa menitik beratkan perhatian pada manajemen, maka sasaran
pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang hanya menjadi impian (Thaher, 2000) Abad
ke – 21 adalah abad dimana masalah manajemen pendidikan menjadi sorotan serius.[15]

Permasalahan Khusus/Internal pendidikan Islam


a.       Masalah konseptual, adalah masalah khusus pertama pendidikan islam. Masalah konsepsual
adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep pendidikan islam, baik konsep filosofis
maupun konsep empiris. Konsep filosofis menyangkut konsep peristilahan dan persepsi tentang
pendidikan islam sebagaimana telah dibahas diatas, sedang konsep empiris menyangkut asas
psikologis, sosiologis, politis pendidikan islam dan sebagainya, yang selama ini kurang
mendapatkan porsi yang proposional dalam pengembangan pendidikan islam.
b.      Masalah Struktural, adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan struktur pendidikan islam.
Sejak Indonesia merdeka, polemik tentang struktur pengelolaan pendidikan islam, struktur
perjenjangan kelembagaan pendidikan islam, dan struktur organik lainnya, khususnya apakah
pola kelanjutan pendidikan islam menggunakan single track atau multi track sampai sekarang
belum pernah tuntas dibahas.
c.       Masalah operasional, adalah masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengelolaan
pendidikan islam. Masalah tersebut bisa bertolak dari fungsi pendidikan islam, komponen
pendidikan islam, hubungan input, proses, dan out put serta out come, atau selainnya. Namun
jika bertitik tolak dari fungsi pendidikan islam, maka indikator dan soslusinya menyangkut
fungsi pendidikan intelektual, nilai-nilai dan produktivitas.[16]  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa definisi
pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian islam yang luhur.
Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia
menurut islam, yakni beribadah kepada Allah swt.

Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi agar
manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam rangka merealisasikan
tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara
berkelanjutan.

B.     Saran

Setelah membahas hakikat pendidikan islam ini. Maka kami berharap pendidikan islam
lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam, khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan
menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan ajaran islam dapat di mengerti dan di
pahami oleh generasi muda dalam mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari- hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dkk. 2003 Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Arif, Arifuddin. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kultura.
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
http://sablinews.blogspot.com/2012/10/sablicom-makalah-tentang-pendidikan_30.html
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam  (KBK 2004). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al- Ma’arif.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.

Soebahar, A.H. 2009. Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Marwa.


Tafsir, Ahmad. 1992. Imu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuhairini  dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama 1. Solo: Ramadhani

Anda mungkin juga menyukai