Disusun Oleh:
NIM : 20203020037
Kelas :A
TEKNOLOGI MESIN
VOKASI
2020
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
yang beragam. Baik secara konsep pendidikan, sistem yang
digunakan, maupun manajemen pengelolaan.
3
1.2. Perumusan Masalah
4
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
menghasilkan orang beragama. Dengan demikian perlu diarahkan
kepada pertumbuhan moral dan karakter. Pendidikan agama tidak
cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agma saja, akan tetapi
disamping pengetahuan agama, mestilah ditekankan pada aktivitas
kepercayaan.
a. Istilah al-tarbiyah
7
yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.
b. Istilah al-Ta’lim
Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang Min al-Usul at-Tarbiyah fii al-
islam (1977: 15-24) mengatakan bahwa istilah ta’lim lebih luas
dibanding tarbiyah yang sebenarnya berlaku hanya untuk pendidikan
anak kecil. Yang dimaksudkan sebagai proses persiapan dan
pengusahaan pada fase pertama pertumbuhan manusia (yang oleh
Langeveld disebut pendidikan “pendahuluan”), atau menurut istilah
yang populer disebut fase bayi dan kanak-kanak.
c. Istilah al-Ta’dib
8
3. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh diluar)
baik secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan
benar. Yang diaksud utuh dan benar adalah meliputi Aqidah
(keimanan), Syari’ah (ibadah mu’amalah) dan Akhlak (budi pekerti).
9
madrasah yang bersifat tradisional dan bercorak keagamaan semata-
mata.
10
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
11
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paripurna serta dibekali
akal. Namun perlu dicatat di sini, perkembangan perilaku social yang
cukup fluktuatif dan sukar ditebak, memerlukan reinterpretasi tujuan
Pendidikan Islam yang bersifat khusus dan aplikatif. Al-Quran dan
Hadis yang menjadi pijakan utama dapat diinterpretasi ulang dengan
memadukan nilai-nilai sosio-kultural yang selama ini menjadi pijakan
bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur yang ramah dan toleran.
Untuk menggali tujuan pendidikan berbasis nilai-nilai sosial-kultural
tersebutperlu dilihat berdasarkan aspek kajian ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
12
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak bersifat diskriminatif
dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukkan bangsa. 39 (d) Pasal 12 ayat (1)
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agamasesuai dengan agama yang dianutnya
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Peserta didik berhak
mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agamanya
masing-masing dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Tiap
sekolah wajib memberikan sebuah ruang bagi siswa yang mempunyai
agama yang berbeda-beda dan tidak ada perlakuan yang diskriminatif.
(e) Pasal 15 adapun Jenis pendidikan yang mencakup Pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,keagamaan, dan khusus.
(f) Pasal 17 ayat (2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD)
dan madrasah ibtidaiyah(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat. (g) Pasal 18 ayat (3) Pendidikan
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasahaliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (h) Pasal 28 ayat (3)
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk
taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal(RA), atau bentuk lain yang
sederajat. Salah satu jenis pendidikan nasional adalah pendidikan
agama. Setingkat dengan taman kanak-kanak (TK) diberi nama
raudatul athfal (RA), sekolah dasar (SD) dinamakan madrasah
ibtidaiyah (MI), sekolah menengah pertama (SMP) dinamakan
madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah menengah atas (SMA)
dinamakan madrasah aliyah (MA), dan sekolah menengah kejuruan
(SMK) dinamakan madrasah aliyah kejuruan (MAK). 40 (i) Pada
Pasal 30 disebutkan tentang pendidikan keagamaan pendidikan
keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
13
undangan (2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadianggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama (3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal (4) Pendidikan
keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera,dan bentuk lain yang sejenis. Dalam hal ini
pendidikan agama merupakan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat. Di samping sekolah/madrasah formal yang didirikan oleh
pemerintah seperti MIN, MTsN, maupun MAN, masyarakat dapat
juga menyelenggarakan pendidikan agama, baik formal (pesantren,
madrasah), nonformal (taman pendidikan Al-Qur’an (TPA), majlis
taklim) maupun informal (madrasah diniyah). 41 (j) Kemudian pada
Pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwasannya kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan pada Peningkatan iman
dan takwa, Peningkatan akhlak mulia dan seterusnya. (k) Pasal 37 (1)
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan dan seterusnya (2) Kurikulum
Pendidikan tinggi wajib memuat,pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan dan bahasa.
14
2.3. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam di Kota Cirebon
15
2.4. Permasalahan Pendidikan Islam di Kota Cirebon
masalahnya.
16
2. Kekeliruan Filosofis
tenaga pendidik. Gaji guru adalah yang paling rendah dan banyak
potongannya.
4. Manajemen Pendidikan
17
birogratik.
5. Sistem Pembelajaran
pasif, dan tidak kreatif , Itulah kelima hal yang menjadi akar
masalahnya. Jadi setiap kali diatasi masalah, maka pada saatnya akan
18
2.5. Solusi Permasalahan Pendidikan Islam di Kota Cirebon
19
keberhasilan pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Oleh karena
20
2.5. Tindakan Pemerintah dalam menangani masalah Pendidikan
Islam di Kota Cirebon
Masa reformasi mulai tahun 1998 hingga kini berbagai kebijakan yang
telah ditetapkan pemerintah yaitu:1.Undang-undang nomor 22 tahun 1999
Pemerintah Otonomi Daerah, kebijakan tersebut mengisyaratkan
kemungkinan perluasan wilayah, termasuk pengelolaan dan
Pengembangan pendidikan , pemberlakuan undang-undang tersebut
menuntut adanya perubahan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat
sentralistik menjadi desenteralistik.2.Undang-undang nomor 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan penyempurnaan
dari Undang-Undang . Nomor 2 tahun 1989.3.Undang-undang nomor 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen yang terdiri dari VIII Bab dan
84 pasal memuat berbagai kebijakan menyangkut kedudukan, fungsi,
tujuan,, kualifikasi, hak dan kewajiban,pembinaan dan pengembangan,
penghargaan perlindungan sangsi, cuti dan lain-lain bagi guru dan dosen.
4.Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan yang memuat 8 macam standar yaitu, standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan,standar pengelolaan standar sarana dan prasarana, standar
pembiayaan dan standar penilaian.5.Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun
2007 Tentang pendidikan agama dan keagamaan. Kebijakan ini diharapkan
dapat membawa perubahan pada sisi manajerial dan proses pendidikan
Islam. Peraturan pemerintah tersebut secara eksplisit bagaimana
seharusnya pendidikan agama dan keagamaan di laksanakan.6.Keputusan
Menteri Agama RI nomor 2 tahu 2008 tentang kompetensi lulusan
Pendidikan Agama dan Bahasa Arab.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
23
https://www.neliti.com/publications/235760/kebijakan-pemerintah-
terhadap-pembinaan-pendidikan-islam , Diakses pada Desember 2015
24