PERSPEKTIF ISLAM
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Aburizal Fahmi (20178401011128)
Fahrul Asrori (20178401011139)
Irfan Bashoir (20178401011140)
M. Husni Mubarok
Nur Hamidi (20178401011142)
PENDAHULUAN
2
1. Bagaimana tujuan pendidikan Islam dalam persfektif Islam berbasis
masyarakat?
2. Bagaimana tinjauan sosiologis tentang tujuan pendidikan Islam dalam
persfektif Islam?
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
melalui cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan motif ajaran Islam sehingga
tidak salah arah dengan pelaksanaan pendidikan ala Barat. Untuk menyikapinya
diperlukan penyusunan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai, prinsip-
prinsip dan tujuan-tujuan Islam.
Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam memperhatikan posisi
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terbaik (QS. At-Tin: 4) dan sebagai khalifah
fil ardh (QS. Yunus: 14). Begitu pula tentang islam yang rahmatan
lil‘alamin/universal. “Mengandung ajaran-ajaran yang konkret, dapat disesuaikan
dengan situasi tempat dan kebutuhan zaman”. Sebagai agama pilihan Allah (QS.
Al-Maidah: 3) untuk panutan kita yang abadi, adalah tiada ragu lagi. Maka dunia
kita, yakni terbentuknya kepribadian muslim atau terwujudnya masyarakat yang
sebesar-besarnya, yang menjadi tugas akhir pendidikan islam, secara normative-
filosofis ditetapkan atas dasar satu keyakinan tentang nilai-nilai Islami yang oleh
ummat islam dipegangi sebagai kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadis.
Menurut pandangan diatas dapat kita fahami, dalam persfektif islam tujuan
pendidikan islam secara umum ialah membentuk kepribadian muslim pada
manusia dan mewujudkannya menjadi masyarakat yang besar didunia, yaitu
masyarakat yang maju yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist dimana
didalamnya terdapat ajaran-ajaran (ilmu) yang konkret, yang sesuai dengan
tempat dan kebutuhan zaman.
Pada rumusan tujuan pendidikan Islam diatas disebutkan istilah
masyarakat atau sosial dimana dari segi pendidikan, Islam dalam menentukan
tujuannya ingin membentuk berbagai individu melalui latihan jiwa, akal pikiran
(intelektual), perasaan dan panca indera demi mewujudkan masyarakat muslim
yang berinteraksi sosial dengan baik diantara sesamanya.
Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup
manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan
dimensi- dimensi ideal islam.
5
Tujuan pendidikan islam menurut konsepnya harus terdiri atas beberapa
hal yang berkaitan erat dengan hakikat manusia diciptakan didunia ini oleh Allah
SWT. “Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam–buistu li utammima makarimal akhlak; dan bahwa mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya”. Menurut tujuan ini setiap
pengajaran harus berorientasi pada pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan di
atas segala-galanya.
Oleh sebab itu, tujuan pendidikan islam juga memperhatikan sifat-sifat
dasar manusia (nature of human) yang oleh Allah SWT ditempatkan sebagai
khalifah-Nya dimuka bumi yang bertujuan mengabdi kepada-Nya sebagaimana
dilukiskan dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 yang artinya:
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat: 56)
Sebagai khalifah tentunya manusia memiliki tanggung jawab yang besar,
oleh sebab itu dalam mengabdi kepada Allah SWT, dalam hidupnya ia harus
menjalankan segala perintah Allah SWT dengan baik. Al-Qur’an sebagai Nash
yang utama banyak menjelaskan tentang wawasan kemasyarakatan, dimana
ditegaskan tentang saling tolong-menolong dan kerja sama, dapat kita fahami
bahwa aspek sosial yang ada dalam tujuan pendidikan islam sangat besar.
Adapun aspek dimensi kehidupan ideal islam mengandung nilai yang
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia didunia untuk mengelola dan
memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan diakhirat, serta mengandung nilai
yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akhirat yang
lebih membahagiakan sehingga manusia tidak dituntut untuk terbelenggu dengan
kehidupan dunia yang melenakan, sebagaimana dilukiskan dalam QS. Al-Qhasas
ayat 77 yang artinya:
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
6
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS. Al-Qhasas: 77)
7
Disamping itu, tujuan pendidikan islam telah dicirikan sebagai pemersatu
aspirasi manusia yang paling kental: sebagai sejumlah besar moralitas, sumber
tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu, sebagai sesuatu yang
memuliakan dan yang membuat manusia beradab. Dalam hal ini dapat difahami
bahwa secara sosiologis tujuan pendidikan Islam dalam persfektif islam
dipandang menunjukkan seperangkat aktivitas sosial yang mempunyai arti
penting.
Islam telah menunjukkan besarnya perhatian terhadap masalah sosial,
dengan mengajukan beberapa alasan sebagai berikut:
a. Dalam Al-Qur’an atau Hadist, proporsi terbesar kedua sumber hukum
Islam itu berkenaan dengan urusan mu’amalah. Sedangkan menurut
Ayatullah Khoemeini dalam bukunya Al-Hukumah al-Islamiyah yang
dikutip oleh Jalaluddin Rahmat dikemukakan bahwa perbandingan antara
ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah
satu berbanding seratus. Artinya untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat
mu’amalah (masalah sosial).
b. Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran
lebih besar dari ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang
dilakukan secara berjama’ah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat
yang dikerjakan sendirian dengan ukuran satu berbanding dua puluh tujuh
derajat.
c. Dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka
kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah
sosial. Bila puasa tidak mampu dilakukan misalnya, maka jalan keluarnya:
dengan membayar fidyah dalam bentuk memberi makan bagi orang
miskin, dan sebagainya.
8
ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab
yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan yang menyebabkan
terjadinya kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang
memahaminya mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturunkan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Drs. H. Rois Mahfud, M.Pd, Al-Islam; Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2011.
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002).
Jalaluddin Rahmat, Islam alternatif (Bandung: Mizan, 1986).
Hussein Bahreisi, Hadits Bukhari-Muslim (Surabaya: Karya Utama, tt).
11