Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN


ISLAM DIINDONESIA (KOLONIAL DAN REFORMASI)
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Dosen pengampu: Fia Nuraeni, M.Pd

Disusun oleh :

Rika hidayati 1811104083

Solihatul Jannah 181104094

Prodi : Pai VII B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR
PANDEGLANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancer.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen. Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini . Penulis harap ,dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
“KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
DIINDONESIA ( COLONIAL DAN REFORMASI)” khususnya bagi penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari
kata sempurna , untuk itu dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Pandeglang, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pemerintah pada Masa Kolonial............................................3
B. Kebijakan pemerintah masa reformasi ...................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman penjajahan, bangsa Indonesia telah memiliki kepedulian
terhadap pendidikan. Namun pelaksanaannya masih diwarnai oleh kepentingan politik
kaum penjajah, sehingga tujuan pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan dengan
kepentingan mereka.
Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bangsa
Indonesiapun menunjukan kepeduliannya terhadap pendidikan. Hal itu terbukti dengan
menempatkan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan nasional
bangsa Indonesia. Sebagaimana tertulis dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945
yang berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban duniayang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada : Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

Dengan demikian maka tujuan pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan


dengan kepentingan bangsa Indonesia, yang sekarang ini tujuan pendidikan tersebut
dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU sisdiknas) BAB II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : ”Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

1
Dalam upaya merekonstruksi kebangkitan suatu masyarakat, negara, bahkan
peradaban umat manusia, keberadaan mabda (ideologi) merupakan salah satu aspek
penting yang menentukan kebangkitan dan pembentukan peradaban tersebut. Mabda
merupakan aqidah aqliyah (difahami melalui proses berfikir) yang melahirkan segenap
peraturan untuk memecahkan berbagai problematika kehidupan manusia . Dengan
memahami bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang memiliki pemikiran dan
perasaan yang sama serta diikat oleh peraturan kehidupan yang sama maka rekonstruksi
suatu masyarakat dapat dilakukan dengan perubahan terhadap unsur 2MQ yaitu
mengubah Mafahim (pemahaman, cara berfikir), Maqayis (perasaan-perasaan) serta
Qanaat (ketaatan, keterikatan terhadap nilai-nilai). Masyarakat yang memiliki maqayis,
mafahim, dan qanaat yang bersumber dari mabda kapitalisme maka kehidupannya
senantiasa berjalan di atas rel ‘Sekulerisme’ begitu pula dengan peradaban yang
terbentuknya. Demikian halnya dengan mabda sosialisme-komunisme yang
mengarahkan unsur 2MQ dalam masyarakat berjalan di atas rel ‘Dialektika Materialisme
dan Atheisme’. Adapun dengan mabda islam, masyarakat hendak diarahkan agar
memiliki landasan (qaidah) dan arahan/kepemimpinan (qiyadah) dalam berfikir,
berperasaan serta mengikatkan diri pada peraturan yang bersumber dari aqidah dan
syariah islam dalam menjalani kehidupannya. Bahkan dengan mabda islam tersebut umat
manusia diarahkan untuk membangun sebuah peradaban yang mulia melalui tegaknya
institusi negara yang menjamin terpeliharanya aqidah dan syariah tersebut dalam
kehidupan.
.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah pada masa kolonial?
2. Bagaimanakah kebijkan pada masa reformasi ?
3. Bagaimanakah pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam Indonesia ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian kebijakan pemerintah pada masa kolonial
2. Untuk menjelaskan pengertian kebijakan pemerintah pada masa reformasi
3. Untuk menjelaskan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam di
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah pada Masa Kolonial


Pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang secara konsisten
mengembangkan Islam dan menentang kolonialisme ketika bangsa ini dianeksasi oleh
penjajah Belanda. Pada saat itu pesantren telah menanamkan bibit-bibit patriotisme dan
fanatisme keagamaan yang sangat dibutuhkan. Sebagai lembaga pendidikan Islam,
pesantren menjadi “training center” dan “cultural center” Islam yang dilembagakan oleh
masyarakat Islam sendiri yang secara de facto tidak dapat dinafikan oleh Belanda
(Arifin, t.t.: 104). Ziemek (1986: 56) menunjukkan melalui penelitian disertasi berjudul
Pesantren dalam Perubahan Sosial bahwa jumlah terbesar dari gerakan perlawanan
dalam sejarah terhadap kekuasaan colonial Belanda berasal dari para kiai dengan
pesantren-pesantrennya sebagai basis perjuangannya.
Sejak zaman VOC, terutama ketika Van den Bosh menjadi Gubernur Jenderal di
Jakarta pada tahun 1831, keluarlah kebijakan bahwa sekolah- sekolah gereja dianggap
dan diperlukan sebagai sekolah pemerintah (Abdul Rachman Shaleh, 2004: 14-15).
Departemen yang mengurus pendidikan dan keagamaan dijadikan satu dan di
tiap daerah karesidenan didirikan satu sekolah agama Kristen. Gubernur Jenderal Van
den Capellen pada tahun 1819 M mengambil inisiatif merencanakan berdirinya sekolah
dasar bagi penduduk pribumi agar dapat membantu pemerintah Belanda. Dalam surat
edarannya kepada para Bupati tersebut sebagai berikut: “Dianggap penting untuk
secepat mungkin mengadakan peraturan pemerintah yang menjamin meratanya
kemampuan membaca dan menulis bagi penduduk pribumi agar mereka lebih mudah
untuk dapat menaati undang-undang dan hukum negara” (Zuhairini dkk. 2011:148)
Jiwa dari surat edaran di atas menggambarkan tujuan daripada didirikannya
sekolah dasar pada zaman itu. Pendidikan agama Islam yang ada di pondok-pondok
pesantren, masjid, mushalla, dan lainnya dianggap tidak membantu pemerintah
Belanda. Bahkan, para santri pondok masih dianggap buta huruf latin. Dengan
demikian para santri tidak bisa memahami undang-undang yang telah dibuat.
Menurut Samsul Nizar (2008:307-308) politik yang dijalankan oleh pemerintah
Belanda terhadap bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam didasari oleh rasa
ketakutan, rasa panggilan agamanya yaitu Kristen dan rasa kolonialismenya. Dengan
begitu mereka menerapkan peraturan dan kebijakan sebagai berikut:

3
a) Pada tahun 1882 M pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang
bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut
“Priesterraden.” Atas nasihat dari badan inilah maka pada tahun 1905 M
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang
memberikan pengajaran (baca: pengajian) harus minta izin terlebih dahulu.
b) Kemudian pada tahun 1925 M pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang
lebih ketat lagi terhadap pendidikan Islam, yaitu bahwa tidak semua orang (kyai)
boleh memberikan pengajaran. Peraturan ini diberlakukan karena adanya gerakan
organisasi pendidikan yang sudah tampak tumbuh, seperti Muhammadiyah,
Nahdlatul Ulama, Partai Syarikat Islam (PSI), Al-Irsyad, dan lain-lain.
c) Pada tahun 1932 M keluar pula peraturan yang memberantas dan menutup
madrasah dan sekolah yang tidak diberikan izin untuk memberikan pengajaran atau
memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut
Ordonansi Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie). Peraturan ini dikeluarkan
setelah munculnya gerakan Nasionalisme-Islamisme pada tahun 1928 M, yaitu
berupa Sumpah Pemuda.
Jika dicermati peraturan-peraturan pemerintah Belanda yang demikian ketat dan keras
mengenai pengawasan, tekanan dan pemberantasan aktivitas madrasah dan pondok pesantren di
Indonesia, maka seolah-olah dalam waktu yang tidak lama pendidikan Islam di Indonesia akan
menjadi lumpuh dan porak poranda. Akan tetapi, apa yang disaksikan sejarah adalah kenyataan
sebaliknya. Jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik. Para ulama dan kyai bersikap non
cooperative dengan Belanda dan mereka pun menyingkir dari tempat yang dekat dengan Belanda
(Zuharini, 2011:146-150)

B. Kebijakan pemerintah masa reformasi

Orde reformasi dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Orde
reformasi dimulai pada Keadaan Ekonomi yang belum stabil kala itu memaksa
pemerintah untuk memangkas program-program yang didalamnya termasuk penyertaan
guru-guru dan mentolelir terjadinya kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9
tahun.

4
Beberapa kebijakan pada masa orde reformasi adalah :

1. Melanjutkan wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta
melakukan perbaikan system pendidikan agar lebih demokratis.1

2. Penyempurnaan UU No. 2 tahun 1989 menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang


system pendidikan Nasional, jika tahun 1989 disebutkan hanya Madrasah saja,
maka pada tahun 2003 Pesantren, Ma’had Ali, Roudlotul Athfal dan majlis taklim
masuk dalam pendidikan Nasional. Yang kedua dengan kebijakan tentang
peningkatan anggaran pendidikan Islam, seperti di tetapkannya anggaran 20%
untuk pendidikan dari dana APBN, termasuk gaji Guru dan Dosen, serta biaya
operasional pendidikan, pengadaan buku gratis,dll. Yang ketiga kebijakan
mengubah nomenklatur dan sifat Madrasah menjadi sekolah umum yang bericiri
khas keagamaan.2

3. Disusun Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dengan pertimbangan bahwa sistem pendidikan harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan
pembaruan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk
pelaksanaannya kebijakan tersebut, diberikan ruang yang seluas-luasnya kepada
daerah dalam merencanakan, menyelenggarakan, memberi pelayanan,
mengevaluasi dan mengembangkan bidang pendidikan kepada pemerintah daerah
agar tercipta rasa keadilan, demokratisasi otonomi kepada daerah untuk pelayanan
yang cepat, tepat, efisien dan murah dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam bidangpendidikan. Dalam kaitan ini, ada empat program
pendidikan yang menjadi agenda perbaikan sistem pendidikan nasional di era
reformasi. Keempat program di bidang pendidikan yaitu: 1.Peningkatan mutu
pendidikan, 2. Efisiensi pengelolaan pendidikan, 3. Relevansi pendidikan dan 4.
Pemerataan pelayanan pendidikan

1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta : Logos,
1999) hlm. 103
2
Ibid, hlm. 352-359

5
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas disebutkan
pendidikan agama dalam beberapa pasal yaitu :
a. pasal 12 ayat 1 (a) “setiap peseta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
b. pasal 37 tentang kurikulum“ Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat pendidikan agama (ayat 1 a)” pada ayat 2 (a) “Kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan dan bahasa”
4. Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pengembangan
kurikulum berbasis kompentensi (KBK/ tahun 2004) dan Kurikulum Tingkat
Satuan (KTSP/tahun 2006), serta kebijakan tentang Peraturan Pemerintah No. 55
tentang Pendidikan Agama dan pendidikan keagamaan. Dan juga dinyatakan
bahwa Dalam arah kebijakannya dinyatakan bahwa sesuai dengan agenda
pembangunan nasional, disebutkan bahwa, peningkatan kualitas pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan. Serta peningkatan kualitas tenaga kependidikan agama dan
keagamaan.
5. Perkembangan pendidikan agama Islam makin jelas dengan berlakukanya PP No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menyebutkan :
a. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : (1) kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) kelompok mata pelajaran
kewarganegeraan dan kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, (4) kelompok mata pelajaran estetika, dan (5)
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

b. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/ MI/ SDLB/
Paket A, SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/ SMALB/ Paket C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan
dan.atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian,
ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan
kesehatan.3

3
https://masdukiahmad.wordpress.com

6
Pengaruh kebijakan pemerintah bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa
Reformasi
Pada masa reformasi pendidikan Islam di Indonesia sudah sangat mengalami
kemajuan terutama dengan di keluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan Nasional, jika tahun 1989 disebutkan hanya Madrasah saja, maka pada
tahun 2003 Pesantren, Ma’had Ali, Roudlotul Athfal dan majlis taklim masuk dalam
pendidikan Nasional. Hal ini semakin memberi ruang bagi sekolah-sekolah Islam di
Indonesia untuk terus maju dan menyetarakan pendidikan di tingkat Nasional. Juga
dengan adanya peningkatan anggaran pendidikan 20% dari APBN semakin
meningkatkan anggaran untuk pendidikan Islam di Indonesia. Dan dengan adanya UU
NO 20 Tahun 2003 pasal 37 tentang kurikulum“ Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat pendidikan agama (ayat 1 a)” pada ayat 2 (a) “Kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan
bahasa” menambah penting peran pendidikan Agama dalam dunia pendidikan sebagai
pembangun bangsa.

BAB III
PENUTUP

7
A. Kesimpulan
Pada masa kolonial Belanda pendidikan Islam di sebut juga dengan
bumiputera, karena yang memasuki pendidikan Islam seluruhnya orang pribumi
Indonesia. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu:
1. Sistem pendidikan peralihan Hindu Islam
2. Sistem pendidikan surau (langgar)
3. Sistem Pendidikan Pesantren
Pada era reformasi melanjutkan estafet kemajuan yang banyak terjadi pada
masa orde baru, antara lain pesantren, RA dan yang lainnya disetarakan dengan
madrasah yang telah setara dengan pendidikan umum serta dengan keluarnya UU NO
20 tahun 2003 pasal 37 tentang kurikulum.
B. Saran
Setelah selesai penulisan makalah ini penulis ingin menyampaikan beberapa
saran kepada :
1. Untuk mahasiswa kita seharusnya mencari sumber-sumber yang dapat dipercaya
dalam penyelesaian nakalah ataupun tugas lainnya agar dapat dipertanggung
jawabkan dan jika memang mengharuskan mengambil sumber internet hendaknya
disesuaikan dulu dengan sumber buku yang sudah ada dan tidak asal mengambil.
2. Perpustakaan STAI Syekh Manshur diharapkan lebih banyak menyediakan
referensi bacaan, agar mahasiswa dapat lebih mudah mencari referensi tugas dan
lebih tertarik untuk mengunjungi perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, azyumardi. Pendidikan islam : tradisi dan modernisasi menuju millennium baru,
(Jakarta : Logos,1999)

8
Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah, Sejarah pendidikan Islam (Bandung : PT Remaja
rusdakarya, 2014)

Irianto, Yoyon Bahtiar. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, teori dan model
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011)

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara,1997)

Hasbullah, sejarah pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : PT Raja grafindo 2001)

Hasbullah, sejarah pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : PT Rajawali pers) Cet V

Tim Prima Pena, kamus besar bahasa Indonesia (Gita Medya press)

Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta : kalam mulia, 2010) cet 9

Nata, Abudin, Sejarah pendidikan Islam (Jakarta : Penanda Media Group, 2011)

Anda mungkin juga menyukai