Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI SEKOLAH


DASAR, MENENGAH, DAN PERGURUAN TINGGI

Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah


“Pengembangan kurikulum PAI”
Dosen Pengampu
Dr. Tri Prasetiyo Utomo, M. Pd.I

Disusun Oleh :
Dina Roisatul Hasanah

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan satu
sama lain secara logis, membentuk sebuah kerangka pemikiran, yang
berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan atau
masalah yang dihadapi.1 Sedangkan pengembangan kurikulum
didefinisikan sebagai suatu perencanaan kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan yang diinginkan
dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri
siswa.2 Pengembangan kurikulum adalah suatu kegiatan untuk
menghasilkan kurikulum baru melalui langkah penyusunan kurikulum
atas dasar dari suatu hasil penilaian yang dapat dilakukan selama periode
tertentu. Jadi, pengembangan kurikulum ini berarti sebuah perubahan dan
peralihan dari satu kurikulum ke kurikulum lainnya, dan perubahan ini
berlangsung dalam waktu panjang.3
Kurikulum secara umum bisa dikatakan sebagai keseluruhan
pengalaman yang akan disampaikan atau diwariskan kepada peserta didik,
baik pengalaman pendidikan, moral, olahraga, kesenian dengan maksud
untuk mengembangkan potensi dan dapat merubah tingkah laku menjadi
lebih baik sesuai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan rencana
tingkat pelajaran dan lingkungan sekolah tertentu. Kurikulum ditujukan
untuk mengantarkan anak didik pada tingkatan pendidikan, perilaku dan
intelektual yang diharapkan membawa mereka pada sosok anggota
masyarakat yang berguna bagi bangsa dan masyarakat serta mau berkarya
bagi pembangunan.4
Pendidikan agama islam (PAI) adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
1
Iswantir M., Paradigma Lembaga Pendidikan Islam, Bandar Lampung : CV. Anugrah
Utama Raharja, 2019, hlm. 2.
2
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik Konsep, Prinsip, Model,
Pendekatan Dan Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI, Yogyakarta: Pustaka Nurja,
2017, hlm. 91.
3
Didiyanto, “Paradigma Pengembangan Kurikulum Pai Di Lembaga Pendidikan”,
Edureligia Vol. 1, No. 2, 2017, 123-124.
4
Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam”,
Jurnal Al-Afkar Vol. III, No. II, Oktober 2014, 55.

2
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.5 Kurikulum PAI di
madrasah (MI,MTs dan MA) saat ini masih memberi kesan terpisah
diantara masing-masing mata pelajaran PAI (Quran Hadist, Fiqih, Aqidah,
SKI), belum ada keterpaduan yang utuh terintegrasi ke dalam tema-tema
pokok substantif. Karena keterpaduan inilah justru yang dapat
mengoptimalkan pengamalan dan pengalaman kehidupan beragama
peserta didik, karena mereka merasa mendapat dukungan yang utuh dari
berbagai sisi peraturan agama dalam melaksanakan suatu kegiatan ibadah
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.6
Menurut Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam dapat diartikan dalam tiga perspektif, kegiatan yang menghasilkan
kurikulum pendidikan agama Islam, proses yang mengaitkan satu
komponen dengan komponen yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum
pendidikan agama Islam yang lebih baik, dan/atau kegiatan penyusunan
(desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum
pendidikan agama Islam.7 Jadi, Sebelum melangkah lebih jauh pada
pembahasan mengenai bagaimana paradigma pengembangan kurikulum
PAI di sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi, Kita tentunya sudah
mengetahui bagaimana konsep dan tujuan kurikulum tersebut. Dari
pendapat penulis dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah
desain atau rancangan pembelajaran yang memuat tentang tujuan, materi,
strategi, metode dan evaluasi pembelajaran. Dalam kurikulum terintegrasi
filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum
disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu,
pendidik, pejabat pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua peserta didik
serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman
kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan
perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa
sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan
komponen-komponennya termasuk didalamnya merumuskan tujuan
kurikulum. dan tujuan tersebut tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan keadaan siswa, serta tantangan perubahan zaman yang menuntut

5
Siswanto, “Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Tadrîs.
Volume 5. Nomor 2, 2010, 145-146.
6
Acep Nurlaeli , “Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada
Madrasah Dalam Menghadapi Era Milenial”, Jurnal Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2)
PAI Unsika Vol. 4, No. 2 Juli-Desember 2020, 623.
7
Muhammad Irsad, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Madrasah
(Studi Atas Pemikiran Muhaimin) “, Iqra’, Vol. 2, No. 1, November 2016, 248.

3
adanya pembaharuan setelah diadakannya evaluasi, yang mana evalusai
tersebut berguna untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kurikulum
yang telah dirancang. dalam kaitannya dengan kurikulum pendidikan
islam, maka tujuan pendidikannya senada dengan tujuan pendidikan islam
yaitu merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan
berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada sang
khalik dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepada
kepada_Nya dalam segala aspek kehidupan dalam rangka mencari
keridhaan_Nya8. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu
lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya, sangat mungkin
terjadi perbedaan tujuan dalam merumuskan kurikulum, sehingga akan
ditemukan banyak sekali perbedaan tujuan, prinsip maupun yang lainnya
dalam pengembangan kurikulum. Sejalan dengan permasalahan tersebut
maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Paradigma
Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Dasar, Menengah, dan
Perguruan Tinggi”. Makalah ini mengemukakan suatu pandangan
tentang bagaimana paradigma pengembangan kurikulum yang harus
diberlakukan di sekolah dasar, sekolah menengah mapun perguruan tinggi
untuk mencapai tujuan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian paradigma pengembangan kurikulum PAI ?
2. Bagaimana paradigma pengembangan kurikulum PAI di sekolah
dasar, menengah dan perguruan tinggi ?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui paradigma pengembangan kurikulum PAI
2. Untuk mengetahui paradigma pengembangan kurikulum PAI di
sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi

8
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007, hlm. 59.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Paradigma secara etimologi berasal dari bahasa Inggris paradigm
yang berarti type of something, model, pattern (bentuk sesuatu, model,
pola). Secara terminologi paradigma berarti a total view of problem; a
total outlook, not just a problem in isolation dan secara sederhana
paradigma diartikan sebagai cara pandang dan cara berpikir.9 Sedangkan
menurut kamus Bahasa Indonesia, paradigma adalah model teori ilmu
pengetahuan atau kerangka berpikir.10 Jika dikaitkan dengan pendidikan
agama islam, maka pengertian paradigma adalah suatu pandangan
menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan
dengan bercirikan khas islam sehingga mengindikasikan konsep
pendidikan yang secara akurat bersumber pada ajaran islam yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadis yang digunakan sebagai rujukan utama dalam
membuat dan mengembangkan konsep, prinsip, teori, dan teknik
pendidikan.11
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.12 Sementara dalam bahasa Arab istilah
kurikulum diartikan dengan “manhaj, yakni jalan terang yang dilalui oleh
manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan,
kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik dengan peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-
nilai. Al-khauly menjelaskan al-manhaj sebagai seperangkat rencana dan
media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang diinginkan.13

9
Andi Prastowo, “Paradigma Baru Madrasah Dalam Implementasi Kebijakan
Kurikulum 2013”, Jurnal Pendidikan Islam : Volume III, Nomor 1, Juni 2014/1435, 104.
10
Dendy Sugono, Dkk, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, hlm.
1123.
11
Bashori, “Paradigma Baru Pendidikan Islam: Konsep Pendidikan Hadhari”, Jurnal
Penelitian, Vol. 11, No. 1, Februari 2017, 145-146.
12
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, Konsep, Pendekatan
Dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, tth, hlm. 33.
13
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2016, hlm. 2.

5
Adapun pengembangan kurikulum menurut Oemar Hamalik
adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana
kurikulum yang luas dan spesifik sehingga tujuan pendidikan yang
diharapkan akan tercapai secara efektif dan efisien.14 Sehingga dapat kita
pahami bahwa paradigma pengembangan kurikulum adalah cara pandang,
atau cara berpikir terhadap perencanaan pengembangan kurikulum yang
disesuaikan dengan konsep dan tujuannya sesuai dengan kebutuhan
masing-masing, dan juga berlandaskan pada asas-asas serta landasan
kurikulum sehingga tujuan kurikulum yang diharapkan dapat tercapai.

B. FUNGSI DAN PERAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


a. Fungsi Kurikulum
Adapun fungsi kurikulum, khusususnya kurikulum PAI dapat
dibagi menjadi tiga yaitu berfungsi senagai bahan acuan, rambu-rambu
atau pedoman di sekolah atau madrasah, pedoman di lembaga
pendidikan islam selain sekolah atau madrasah serta berfungsi bagi
masyarakat.
Fungsi bagi sekolah atau madrasah :
1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang
diharapkan ada dalam istilah KBK disebut dengan standar
kompetensi PAI, kompetensi mata pelajaran PAI (TK, SD, SMP
dan SMA) serta kompetensi mata pelajaran kelas (kelas 1 sampai
dengan kelas XII).
2. Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama
islam di sekolah atau madrasah.
Bagi lembaga pendidikan islam selain Sekolah atau Madrasah
khususnya lembaga pendidikan islam yang lebih tinggi adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan penyesuaian
2. Menghindari keterulangan sehingga boros waktu dan tenaga.
3. Menjaga kesinambungan atau kontinuitas.

Fungsi kurikulum bagi masyarakat :


14
Abdulloh Shodiq, Pengembangan Kurikulum Pesantren Mu’adalah (Studi Multisitus
Madrasah Aliyah Pesantren Sidogiri Dan Madrasah Aliyah Pesantren Salafiyah Pasuruan),
Pasuruan: Literasi Nusantara, 2019, hlm. 25.

6
1. Masyarakat sebagai pengguna lulusan (users), sehingga
sekolah/Madrasah harus mengetahui hal-hal yang menjadi
kebutuhan masyarakat dalam konteks pengembangan PAI.
2. Adanya kerja sama yang harmonis dalam hal pembenahan dan
pengembangan kurikulum PAI.15

b. Peran Pengembangan Kurikulum


Kurikulum sebagai program pendidikan yang tekah
direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat
penting bagi pendidikan (peserta didik). Apabila dianalisis secara
sederhana sifat dari masyarakat dan kebudayaan, di mana sekolah
sebagai institusi sosial melaksanakan operasinya, paling tidak dapat
ditentukan tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok atau
krusial, yaitu : 1) Peranan konservatif; 2) Peranan kritis dan evaluatif;
3) Peranan kreatif. Ketiga peranan tersebut sama pentingnya dan saling
berkaitan, yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
1. Peran Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum itu
dapat dijadikan suatu sarana untuk mentransimisikan nilai-nilai
warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan
masa kini dengan generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan
demikian peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan
kurikulum yang berorientasi pada masa lampau. Peranan ini
sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah
satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku
siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di masyarakatnya.
2. Peran Kritis dan Evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa
nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa
mengalami perubahan sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya
masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi
pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai
dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranana kurikulum
tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga
15
Suparta, Loc. Cit., hlm. 4.

7
memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta
pengetahuan baru yang diwariskan tersebut. Dalam hal ini
kurikulum harus aktif berpartisipasi dalam control atau filter sosial.
Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadaan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan.16
3. Peran Kreatif
Kurikulum selalu berperan dalam menciptakan suatu
produk sebagai hasil kreasi dalam memenuhi tanggung jawabnya
terhadap tuntutan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan
yang senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan
bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan keterbaruan
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap
siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk
memperoleh pengetahuan,keterampilan dan perubahan serta
penanaman sikap kepribadian dalam kehidupan sehari-hari.17

Untuk mempermudah pemahaman tentang peran dan fungsi


kurikulum, dapat dilihat pada bagan berikut18 :

16
Ali Sudin, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Upi Press, 2014, hlm. 8-9.
17
Masykur,Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Bandar Lampung: CV Anugrah
Utama Raharja, 2019, hlm.41-42.
18
Andi Achruh, “Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum”, Volume VIII,
Nomor 1, Januari - Juni 2019, 3.

8
Dari bagan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara peran
dan fungsi kurikulum saling berkesinambungan dan bersinergi sehingga
didapatkan hasil atau tujuan hendak dicapai.
C. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Setelah dibahas tentang prinsip-prinsip dan pendekatan
pengembangan kurikulum yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana
kurikulum dalam hal ini guru bertindak sebagai ujung tombak pelaksana
kurikulum. Dan pada pembahasan kali ini akan dibahas tentang tingkat
(tahap) pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut :
a. Pengembangan Kurikulum Secara Makro (Nasional)
Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum didiskusikan dalam
ruang lingkup (scope) nasional, yang meliputi Tri-Pusat Pendidikan
(pendidikan informal, formal, dan nonformal), baik secara vertikal
maupun horizontal dalam rangka pencapaian Tujuan Pendidikan
Nasional. Pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia, khususnya
yang berorientasi pada tujuan, akan melalui tingkat-tingkat
pengembangan program pada tingkat lembaga, setiap bidang studi
(mata pelajaran), dan pengembangan program pengajaran di kelas. Pada
umumnya pengembangan program pada tingkat lembaga atau tingkat
pertama dan kedua (tahap bidang studi) ditentukan oleh tem ahli yang
bersifat nasional, sedangkan pengembangan pada tingkat ketiga (di
kelas) dilakukan oleh masing-masing sekolah atau guru. Sementara
pengembangan kurikulum muatan lokal sejak tingkat lembaga sampai
pada pengembangan program pada bidang studi dilakukan oleh tem ahli

9
dan sekolah secara lokal atau daerah, baru pada pengembangan program
di kelas dilakukan oleh guru-guru.19
b. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Lembaga
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini memiliki beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang
akan dicapai sekolah, menyusun SKL, (Standar kompetensi lulusan),
dan penetapan isi kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi
lulusan berupa rumusan kompetensi pengetahuan, keterampian dan
sikap yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran
pada lembaga pendidikan. SKL tersebut dirumuskan sesuai dengan
jenis dan tingkatannya. Standar kompetensi lulusan menunjukkan
harapan masyarakat, seperti orang tua, pejabat pemerintahan dan swasta
tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain. Serta merupakan
harapan bagi penelitian jenjang tinggi atau dunia kerja.20
c. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Bidang Studi (Kurikuler)
Pengembangan program pada setiap mata pelajaran
dimaksudkan untuk mencapai tujuan kurikuler, yakni tujuan mata
pelajaran yang akan dicapai selama program tersebut diajarkan.
Subandijah mengajukan beberapa kegiatan dalam pengembangan
program pada setiap bidang studi mencakup.
1. Menyusun tujuan kurikuler (SKKD)
2. Merumuskan tujuan instruksional umum
3. Menetapkan pokok bahasan kemuadian menyusun GBPP) Silabus
Sementara itu Abdullah Idi mengemukakan beberapa hal yang
harus dilakukan dalam kegiatan pengembangan program pada tiap
bidang studi, yakni:
1. Penetapan pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
didasarkan atas tujuan kelembagaan (institusional).
2. Penyusunan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) .
3. Penyusunan program khusus pelaksanaan program pengajaran
masing-masing bidang studi.21

d. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Operasional di Kelas


19
Hamdan, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI): Teori Dan
Praktek, Banjarmasin: Iain Antasari Press, 2014, hlm. 73-74.
20
Karima Nabila Fajri, Proses Pengembangan Kurikulum, Jurnal Keislaman danIlmu
Pendidikan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2019, 39.
21
Hamdan, Loc.Cit., hlm. 78-79.

10
Pengembangan kurikulum pada di tingkat kelas yang masih
berlaku sekarang ini adalah menyusun atau membuat RPP yang
komponen-komponennya terdiri dari: 1) Materi Pokok/Sub Materi
Pokok; 2) tujuan pembelajaran; 3) Uraian Materi bahan; 4) KBM); 5)
Alat dan sumber; 6) Evaluasi, dan 7) Waktu.Tahap ini merupakan tahap
kewenangan guru untuk mengembangkan program pengajaran di kelas.
Untuk mengembangkan program pengajaran di kelas maka guru perlu
memperoleh lebih lanjut dalam bentuk satuan pelajaran (SP). SP
merupakan suatu sistem, yang menurut Subandijah memiliki
komponen-kompenen: 1. Tujuan pembelajaran umum (TPU) yang
diambil dari GBPP; 2. Tujuan pembelajaran khusus (TPK) dijabarkan
oleh guru dari TPU; 3. Materi pelajaran; 4. Kegiatan belajar-mengajar
(KBM); 5. Alat dan sumber belajar, dan 6. Evaluasi.
Komponen-komponen SP di atas tersebut ada apabila seorang
guru menggunakan SP pola 6 (enam), namun apabila ia menggunakan
SP pola 3 (tiga) maka yang ada hanya: (1) Tujuan pembelajaran khusus
(TPK); (2) Kegiatan belajar-mengajar (KBM); dan (3) evaluasi. Dan
pola ini dirasakan lebih simpel dan lebih operasional dengan kata lain
lebih aplikatif dalam proses belajar mengajar (PBM).22 Dari keempat
tingkat pengembangan kurikulum bila dikaitkan dengan kurikulum
muatan lokal, maka pengembangan kurikulum secara makro tidak
termasuk dalam tahapan pengembangan kurikulum muatan lokal, sebab
muatan lokal bersifat kedaerahan atau lokal dalam artian sesuai dengan
karakteristik daerah dimana kurikulum tersebut disusun dan diterapkan.

D. PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM


Menurut Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam dapat diartikan dalam tiga perspektif yaitu, kegiatan yang
menghasilkan kurikulum pendidikan agama Islam, proses yang
mengaitkan satu komponen dengan komponen yang lainnya untuk
22
Hamdan, Loc.Cit., hlm. 80.

11
menghasilkan kurikulum pendidikan agama Islam yang lebih baik,
dan/atau kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan
penyempurnaan kurikulum pendidikan agama Islam.23 setidaknya ada tiga
peta paradigma pengembangan pendidikan agama islam, yaitu paradigma
dikotomis, paradigma mekanisme, dan paradigm organism atau sistemik.

a. Paradigma Dikotomis
Konsep paradigma ini memandang kehidupan sangat
sederhana yakni memandang dikotomi atau diskrit. Segalanya
dipandang dari dua sisi berlawanan seperti laki-laki dan permepuan,
ada dan tiada, kaya dan miskin, pejabat dan rakyat biasa, pendidikan
agama dan pendidikan umum dan seterusnya. Bahkan paradigma
dikotomis tersebut pada gilirannya dikembangankan dalam melihat
dan memandang aspek kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan
jasmani dan rohani dan akibat dari paradigm ini akhirnya pendidikan
agama seolah-olah hanya mengurusi persoalan-persoalan kehidupan
akhirat saja atau kehidupan rohani saja. 24
Pendidikan agama seolah-olah terpisah dari pendidikan
lainnya. Karena menurut pandangan ini agama hanya mengurusi
masalah ritual-spritual saja tidak diperkenankan mengurus masalah
politik, ekonomi, budaya dan sosial serta seni. Bahkan lebih parah lagi,
agama pun tidak diperkenankan dan mengurusi masalah sains dan
teknologi. Karena semua itu termasuk dalam kategori urusan dunia
bukan urusan akhirat yang harus diurus oleh bidang pendidikan non
agama. Dari sinilah awal mula terjadinya dualisme sistem pendidikan
di Indonesia karena selalu dibedakan antara pendidikan umum dengan
pendidikan islam.25

b. Paradigma mekanisme
Paradigma mekanisme memandang kehidupan terdiri atas
berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan
pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing
bergerak dan berjalan menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin
yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang
masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu
dengan lainnya bisa berkonsultasi atau tidak. Aspek-aspek atau nilai-
nilai kehidupan itu sendiri terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai
sosial, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai estetik, nilai
23
Muhammad Irsa, Loc.Cit., hlm. 248.
24
Suparta., Loc. Cit. hlm. 5.
25
Ibid., hlm. 5-6.

12
biofisik, dan lain-lain. Demikian juga dalam proses pendidikan
dibutuhkan sistem nilai agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan
arah yang pasti, karena berpedoman pada garis kebijaksanaan yang
ditimbulkan oleh nilai-nilai fundamental, misalnya nilai agama,
ilmiah, social, ekonomi, kualitas kecerdasan dan sebagainya.26

c. Paradigma organism
Dalam konteks pendidikan islam paradigma organism bertolak
dari pandangan bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu sistem
yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan
bekerja sama secara terpadu menuju tujuan tertentu, yaitu terwujudnya
hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama.
Paradigma tersebut tampaknya mulai dirintis dan dikembangkan
dalam sistem pendidikan di madrasah, yang dideklarasikan sebagai
sekolah umum yang berciri khas agama Islam.
Dalam hal ini madrasah membuat kebijakan yang terdiri atas 3
kepentingan utama : Sebagai wahana membina ruh dan praktik hidup
keislaman, Mempertegas keberadaan madrasah sederajat dengan
sistem sekolah, sebagai wahana pembinaan masyarakat yang
berkepribadian , berpengetahuan , cerdas dan bermoral, Mampu
merespon tuntutan masa depan, dan menghadapi Era globalisasi. 27
Dalam konteks pendidikan Islam, paradigma organism bertolak dari
pandangan bahwa aktifitas kependidikan merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen-komponen yang hidup bersama dan
bekerja bersama secara terpadu menuju tujuan tertentu yaitu
terwujudnya hidup yang religius atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-
nilai agama.28

E. PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI SEKOLAH


DASAR, MENENGAH, DAN PERGURUAN TINGGI
Berdasarkan uraian diatas, paradigma pengembangan kurikulum di
sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi dapat kita sandingkan
beberapa pendapat para ahli diantaranya :
Iswantir M., dalam bukunya: Paradigma Lembaga Pendidikan Islam,
beliau mengemukakan bahwa paradigma adalah seperangkat konsep yang

26
Siswanto, Loc. Cit.,hlm. 150-151.
27
Didiyanto, Loc.Cit., hlm. 124-125.
28
Khuzaimah,“Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Analisis Berbagai Kritik Terhadap PAI)”, Jurnal Kependidikan, Vol. 5, No.1 Mei 2017,
83.

13
berhubungan satu sama lain secara logis, membentuk sebuah kerangka
pemikiran, yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan
menjelaskan kenyataan atau masalah yang dihadapi.
Menurut Hasan Baharun, dalam bukunya Pengembangan Kurikulum:
Teori Dan Praktik Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan Dan Langkah-Langkah
Pengembangan Kurikulum PAI, Pengembangan kurikulum didefinisikan
sebagai suatu perencanaan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk
membawa siswa ke arah perubahan yang diinginkan dan menilai hingga
mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa
Mengutip pendapat Bashori, dalam jurnalnya yang berjudul “Paradigma
Baru Pendidikan Islam: Konsep Pendidikan Hadhari, Vol. 11, No. 1, Februari
2017, mengemukakan : Pengertian paradigma jika ditinjau dari pendidikan
agama islam, maka pengertian paradigma adalah suatu pandangan
menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan
dengan bercirikan khas islam sehingga mengindikasikan konsep
pendidikan yang secara akurat bersumber pada ajaran islam yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadis yang digunakan sebagai rujukan utama dalam
membuat dan mengembangkan konsep, prinsip, teori, dan teknik
pendidikan.
Sedangkan menurut hemat penulis, Paradigma pengembangan
kurikulum PAI adalah mindset, cara pandang atau cara berpikir yang
berpengaruh dalam perumusan, inovasi atau pengembangan kurikulum
pendidikan agama islam. Pengembangan kurikulum dalam setiap tingkatan
institusi/lembaga tentu berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan tujuan,
kebutuhan dan keadaan masing-masing peserta didik. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum tersebut harus selaras dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai tingkatan masing-masing
institusi/lembaga pendidikan. Namun tujuan utama dari perumusan
kurikulum agama Islam tetap harus berlandaskan pada tujuan pendidikan
Islam yaitu berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-hadis. Sehingga dalam
setiap aspek kehidupan terutama dalam bidang tarbiyah atau pendidikan,
nilai-nilai agama harus tetap diutamakan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut :

14
a. Paradigma pengembangan kurikulum adalah sebuah mindset, cara
pandang atau cara berpikir dalam merumuskan atau mengembangkan
seperangkat rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan konsep
dan tujuannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dan juga
berlandaskan pada asas-asas serta landasan kurikulum sehingga tujuan
kurikulum yang diharapkan dapat tercapai.
b. Fungsi pengembangan kurikulum terbagi ke dalam tiga ranah yaitu:
 Fungsi kurikulum bagi sekolah.
 Fungsi kurikulum bagi lembaga pendidikan islam selain sekolah
atau madrasah khususnya lembaga pendidikan islam yang lebih
tinggi.
 Fungsi kurikulum bagi masyarakat.

Adapun peranan pengembangan kurikulum terbagi ke dalam tiga


bagian yaitu sebagai berikut :

 Peran konservatif dalam hal ini yaitu tanggung jawab kurikulum


adalah mentransmisikan warisan sosial kepada generasi muda
supaya warisan sosial tersebut tetap terjaga dan tidak hilang.
 Peran kritis atau evaluative, dalam kaitannya dengan kurikulum,
lembaga pendidikan tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada,
tetapi juga menilai dan memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan
diwariskan. Kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol
sosial dan menekankan unsur berpikir kritis.
 Peran kreatif, Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalm arti menciptakan dan menyususun sesuatu yang
baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang
didalam masyarakat.
c. Tahapan perkembangan kurikulum terbagi menjadi 4 yaitu :
 Pengembangan kurikulum secara makro (nasional)
 Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga.
 Pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi (kurikuler)
 Pengembangan kurikulum pada tingkat operasional di kelas
d. Paradigma pengembangan kurikulum PAI terbagi ke dalam tiga bagian
sebagi berikut :
 Paradigma dikotomis dapat dipahami sebagai sebuah cara pandang
yang mengarah pada separatisme antara ilmu pengetahuan agama
dan ilmu pengetahuan umum.
 Paradigma mekanisme memandang kehidupan terdiri atas berbagai
aspek, pendidikan dipandang sebagai penanaman dan

15
pengembangan seperangkat nilai kehidupan yang masing-masing
bergerak dan berjalan menurut fungsinya
 Paradigma organism dapat dipahami sebagai cara pandang yang
mencoba untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama dan
ilmu pengetahuan umum untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang diharapkan.

B. SARAN
a. Di dalam pengembangan kurikulum khususnya kurikulum pendidikan
islam pada berbagai tingkatan lembaga hendaknya tidak meninggalkan
asas, landasan dasar serta tujuan pendidikan islam itu sendiri.
b. Pengaplikasian kurikulum pendidikan agama islam pada berbagai
tingkatan lembaga menurut hemat penulis masih banyak terjadi
ketimpangan dan dikotomi antara ilmu pengetahuan agama dan umum.
Oleh karena itu, kepada segenap perancang, penyusun maupun
pelaksana kurikulum hendaknya bersama-sama untuk mengaplikasikan
kurikulum yang telah dirancang dengan semaksimal mungkin supaya
tujuan pembelajaran yang diharapakan dapat dicapai dengan baik.
c. Di dalam pengembangan kurikulum, khususnya di tingkat bidang studi
atau operasional kelas, khususnya guru yang berperan di dalam
pengembangan kurikulum selain memperhatikan asas, landasan dasar
serta tujuannya, hendaknya guru juga memperhatikan komponen-
komponen kurikulum. Salah satu hal yang penting dalam komponen
kurikulum yaitu evaluasi kurikulum. Maka hendaknya guru
mengevaluasi kurikulum dengan evaluasi yang sebenar-benarnya yaitu
dengan adanya kesinambungan antara kurikulum yang telah dirancang
dengan prakteknya di lapangan..

DAFTAR PUSTAKA

1. Referensi Buku/E-book

16
M., Iswantir, Paradigma Lembaga Pendidikan Islam, Bandar
Lampung : CV. Anugrah Utama Raharja, 2019.

Baharun, Hasan, Pengembangan Kurikulum: Teori Dan Praktik


Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan Dan Langkah-Langkah Pengembangan
Kurikulum PAI, Yogyakarta: Pustaka Nurja, 2017.

Hermino, Agustinus, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter,


Konsep, Pendekatan Dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, tth.

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media, 2007.

Dendy Sugono, Dkk, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa,


2008, hlm. 1123.

Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum


PAI, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016.

Shodiq, Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Pesantren Mu’adalah


(Studi Multisitus Madrasah Aliyah Pesantren Sidogiri Dan Madrasah Aliyah
Pesantren Salafiyah Pasuruan), Pasuruan: Literasi Nusantara, 2019.

Hamdan, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI): Teori


Dan Praktek, Banjarmasin: Iain Antasari Press, 2014.

Sudin, Ali, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: UPI PRESS, 2014.

Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Bandar


Lampung: CV Anugrah Utama Raharja, 2019.

2. Referensi Jurnal
Didiyanto, “Paradigma Pengembangan Kurikulum Pai Di Lembaga
Pendidikan”, Edureligia Vol. 1, No. 2, 2017.

17
Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam
Perspektif Islam”, Jurnal AL-AFKAR Vol. III, No. II, Oktober 2014.
Siswanto, “Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah”, Tadrîs. Volume 5. Nomor 2, 2010.
Acep Nurlaeli , “Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam Pada Madrasah Dalam Menghadapi Era Milenial”, Jurnal
Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika Vol. 4, No. 2 Juli-
Desember 2020.
Muhammad Irsad, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Di Madrasah (Studi Atas Pemikiran Muhaimin) “, Iqra’, Vol. 2, No. 1,
November 2016.
Andi Prastowo, “Paradigma Baru Madrasah Dalam Implementasi
Kebijakan Kurikulum 2013”, Jurnal Pendidikan Islam : Volume III, Nomor 1,
Juni 2014/1435.
Bashori, “Paradigma Baru Pendidikan Islam: Konsep Pendidikan
Hadhari”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 1, Februari 2017.
Khuzaimah,“Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah (Analisis Berbagai Kritik Terhadap PAI)”, Jurnal
Kependidikan, Vol. 5, No.1 Mei 2017.
Andi Achruh, “Komponen Dan Model Pengembangan Kurikulum”,
Volume VIII, Nomor 1, Januari - Juni 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai