Oleh :
NPM : 14.0401.0031
2017
A. Judul
Proposal skripsi ini berjudul :
Pembentukan Karakter Religius Melalui Pembiasaan Sholat Dhuha
Siswa SD Muhammadiyah Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo
ِ س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد
ُون ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِج َّن َو
َ اْل ْن
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
kesucian jiwa, hati, akal, dan ruh. Sedangkan cara ibadah untuk
agama Islam, tidak ada suatu keuntungan yang diperoleh dari Islam oleh
saat mengerjakannya.
tetapi, anak-anak yang saleh dan salehah tidak terbentuk secara kebetulan
atau hanya karena kedua orang tuanya baik. Mereka menjadi anak yang
baik dan berbakti karena diperkenalkan atau diajarkan oleh kedua orang
obrolan dengan salah satu tenaga pendidik yakni Bapak Harmawan pada
sholat Dhuhur berjam’ah sejak kelas 3. Dan budaya ini belum banyak di
dhuha sendiri baru dimulai sejak sekitar tahun 2015, sebagai ikhtiar
didiknya sejak kelas I dan di haruskan kepada semua kelas. Bahkan kakak
Selain untuk memanfaatkan waktu istirahat, beliau juga ingin agar peserta
didik langsung mampu mempraktekan apa yang dia dapat di kelas secara
langsung.
beberapa skripsi yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi.
1. Skripsi yang telah ditulis oleh Melinda Merdeka Sari yang berjudul
2. Skripsi yang ditulis oleh Dian Susila Wijaya yan berjudul “Upaya
terfokus pada salah satu nilai karakter yaitu karakter religius. Sedangkan
pada siswa.
4. Skripsi yang ditulis oleh Moh. Sholeh dengan judul “Pembiasaan
Dan apa yang ditulis oleh Moh. Sholeh searah dengan apa yang hendak
peneliti deskripsikan. Meski skripsi yang ditulis oleh Dwi Suryani dan
F. Kajian Teori
1. Pembentukan Karakter Religius
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembentukan berarti
proses, cara, perbuatan membentuk. Karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau bud pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan
jati dirinya, yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara
berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup
seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa
maupun negara.
Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi;
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral; cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
didup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat,bangsa dan Negara; srangkaian sikap, perilaku, motivasi,
dan keterampilan.
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap
religius ini dapat ditanamkan kepada anak usia dini dengan
memberikan berbagai kegiatan keagamaan untuk anak. Misalnya,
mengajarkan anak melaksanakan shalat secara bersama-sama, melatih
anak berdoa sebelum makan, dan menanamkan sikap saling
menghormati teman sebayanya yang memiliki agama berbeda. Bila
serangkaian kegiatan di atas dilakukan secara terus-menerus dan
berkelanjutan, maka nilai-nilai religius akan tertanam pada diri anak
dan nantinya aka menjadi karakter dalam kehidupannya.
2. Pembiasaan Shalat Dhuha
Seiring dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat seperti zaman sekarang ini, proses pendidikan
tidak hanya melalui pendidikan yang dilakukan melalui tatap muka
saja. Akan tetapi, bisa juga dilakukan melalui pembiasaan. Sejak usia
dini harus selalu mengajarkan anak untuk taat beribadah dengan
menjalankan shalat yang wajib maupun yang sunnah. Kadang sebagai
orang tua hanya bisa membimbing anak untuk taat beribadah waktu
dirumah saja tetapi pada saat di sekolah bimbingan akan dilakukan
oleh guru-guru pendidik.
Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti
sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat
atau tidak aneh. Kata “membiasakan” berarti melazimkan,
mengadatkan, atau menjadi adat. Jadi, kata pembiasaan berasal dari
kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks
“an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan
menghasilkan suatu kebiasaan atau adat.
Kata shalat dalam pengertian bahasa Arab ialah, “Doa memohon
kebajikan dan pujian.” Sebelum Islam, orang Arab memakai kata
shalat dengan arti demikian dan arti itu terdapat juga pada beberapa
tempat di dalam Al-Qur’an. Shalat menghubungkan hamba dengan
Tuhannya, media bagi mukmin untuk mendaki puncak spiritual
menuju Sang Mahakuasa. Shalat mempunyai banyak kelebihan di
dunia dan di akhirat. Shalat menunjukkan jalan menuju kebajikan,
membantu menguatkan seseorang, mengukuhkan posisi untuk
menahan diri dari kekejian.
Jika pembiasaan sudah ditanamkan sejak dini, maka anak tidak
akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi
bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya.
Ibadah shalat dibagi kepada dua jenis. Pertama, shalat fardhu atau
shalat maktubah. Kedua, shalat tidak fardhu atau shalat nafilah (
tathawwu’).
Shalat nafilah ialah shalat-shalat yang tidak dituntut secara keras
dalam mengerjakannya dan Rasul pun tidak terus menerus
mengerjakannya. Imam Al-Ghazali mengatakan, shalat nafilah terbagi
menjadi dua bagian.
a. Sunnah, yaitu shalat yang banyak dikerjakan oleh Rasulullah
saw, seperti shalat rawatib, shalat malam atau shalat tahajjud.
b. Mustahab, yaitu shalat yang diterima karena adanya keterangan
tentang keutamaannya, tetapi tidak banyak dikerjakan oleh
Rasulullah saw, seperti shalat ketika keluar dari rumah dan
shalat untuk bersafar.
Shalat sunnah terbagi menjadi dua macam, yaitu Mutlaq dan
Muqayyad. Untuk sunnah muthlaq cukuplah seorang berniat shalat
saja. Adapun shalat sunnah muqayyad itu terbagi menjadi dua
macam:
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti
shalat fardlu dan inilah yang disebut shalat sunnah rawatib.
Yang termasuk dalam bagian ini adalah shalat-shalat sunnah
fajar, zhuhur, ‘ashar, maghrib, dan ‘isya.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti
shalat-shalat fardlu.
beliau tinggalkan adalah shalat dhuha. Shalat dhuha disebut juga shalat
taubat dan istighfar. Waktu dhuha dimulai saat terbit matahari, lalu
secara keseluruhan dan tidak hanya khusus satu orang saja. Dengan
demikian, membiasakan diri untuk mengerjakan shalat dhuha adalah
dalam Islam.
G. Metode Penelitian
Secara operasional metode yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Jenis Peneltian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field
research) yakni penelitian yang dilakukan dikancah atau medan
terjadinya segala gejala. Dimana lapangan yang dimaksud dalam
penelitian ini yakni SD Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
Adapun jenis penelitian lapangan yang ditulis ini bersifat
deskriptif. Dimana penelitian deskriptif ini merupakan bentuk
penelitian yang paling dasar. Selain itu, penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan, menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan
peristiwa yang sedang terjadi, sudah terjadi, baik mengenai fenomena
sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antar variabelnya
dalam satu fenomena. Penelitian deskriptif berusaha menjelaskan
suatu peristiwa tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
fenomena itu.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data-data yang terdokumentasikan yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang diteliti, yaitu tentang pembentukan
karakter religius melalui pembiasaan shalat dhuha di SD
Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
4. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul membutuhkan penganalisisan secara
cermat dan interpretasi terhadap suatu data sangatlah menentukan
keberadaan penelitian itu sendiri. Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan model interaktif, yaitu pengumpulan data, reduksi,
display, dan konklusi.Adapun cara menganalisis datanya adalah
penulis mengumpulkan data dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi kemudian mereduksi memilih hal yang pokok dan
membuang yang tidak perlu, kemudian melakukan penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
yang didapat dan jika diperlukan akan digrafik, matrik dan lain
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan, maka dalam skripsi ini berisi 5
pembahasan.
penutup.
I. Daftar Pustaka
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2012.
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012.
Rosyid, Nur, dkk. Pendidikan Karakter Wacana dan Kepengaturan.
Purwokerto: OBSESI Press, 2013.
Fadlillah, Muhammad & Lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Shalat Lengkap.
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.
Ayyas, Muhammad Abu. Keajaiban Shalat Dhuha. Jakarta: QultumMedia,
2009.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemah,
Bandung: Sygma, 2009.
El Hamidy, Abdul Hakim. The Secret Of 1/3. Jakarta: Kaysa Media, 2013.
Malik, Ridwan. Yuk, Ajarkan Akhlak dan Ibadah Kepada Anak-Anak Kita.
Bandung: Mizan, 2013.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2007
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 2. Bandung: Alma’rif, 1986.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosadakarya, 2012.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Dharma Bhakti, 2005.
Salim, Peter. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 1991.
Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter Usia Dini Strategi Membangun
Karakter di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Az-Zuhaili, Wahbah. Ensiklopedi Akhlak Muslim. Jakarta: Mizan, 2013.