Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL SKRIPSI

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS


MELALUI PEMBIASAAN SHALAT DHUHA
SISWA SD MUHAMMADIYAH TIENG,
KECAMATAN KEJAJAR, WONOSOBO

Oleh :

Anggit Ilman Wicaksono

NPM : 14.0401.0031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2017
A. Judul
Proposal skripsi ini berjudul :
Pembentukan Karakter Religius Melalui Pembiasaan Sholat Dhuha
Siswa SD Muhammadiyah Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo

B. Latar Belakang Masalah


Belakangan kita mendengar atau membaca di media masa baik
televise, radio maupun media masa cetak ataupun internet, tentang guru-
guru yang tak lagi dihargai dan dihormati. Bahkan ada yang guru di
aniyaya oleh muridnya sendiri. Tentu persoalan ini seharusnya menjadi
perhatian publik. Persoalan pentingnya pendidikan karakter yang sekarang
sedang begitu gencarnya di promosikan seakan hanya menjadi wacana
publik belaka. Seharusnya harus menjadi perhatian bersama bahwasanya
pendidikan tidak hanya memperhatikan penembangan kemapuan
intelektualnya, dan menomor sekiankan tentang perkembangan karakter.
Padahal seseorang dengan intelektual tinggi bisa menjadi orang yang tidak
berguna bahkan membahayakan bagi masyarakat ketika dia tidak memiliki
karakter yang baik.
Dari berbagai hal yang ada terjadi akhir-akhir ini, harusnya
membuat dan mengembalikan kesadaran masyarrakat pada umumnya
bahwa karakter lebih penting disbanding intelektualitas yang hanya
berguna untuk pribadi secara individu. Sedang hakikat manusia adalah
makhluk sosial yang dia harus hidup bermasyarakat dan di masyarakat.
Maka dari sini perlu karakter yang baik untuk bisa bersosial dengan baik.
Orang yang memiliki karakter baik akan dengan mudahnya hidup
bermasyarakat, dan akan diterima oleh masyarakat.
Pembentukan karakter sendiri bukanlah hal instan, karena upaya
pembentukan karakter membutuhkan proses yang lama dan harus selalu
berkesinambungan. Pendidikan karakter tidaklah menjadi tanggung jawab
keluarga semata, ada sekolah dan lingkungan sekitar anak tinggal. Dalam
pendidikan karakter disekolah, semua komponen harus turut mendukung
dan ambil bagian dalam pendidikan karakter ini. Termasuk dalam hal ini
komponen-komponen pendidikan itu sendiri yang diantaranya adalah isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sarana dan prasarana dan seluruh
kegiatan disekolah dan tak lupa ethos kerja dari seluruh warga sekolah.
Terlebih adalah peran guru, sebagai yang akan selalu menjadi panutan
siswanya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Undang-Undang
yang mengatur berkaitan dengan pendidikan. Salah satunya adalah UU.
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; pada
Pasal (3) menegaskan bahwa;
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
watak membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan karakter akan berlangsung dengan sia-sia, manakala
nilai-nilainya tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bahwasannya pendidikan karakter lebih
menekankan pada kebiasaan anak untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kebiasaan-kebiasaan inilah yang kemudian akan menjadi suatu karakter
yang membekas dan tertanam dalam jiwa sang anak.
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada
anak diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong anak untuk
melakukan berbagai aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan
karakter. Dalam konteks ini ada delapan belas nilai pendidikan karakter
yang harus ditanamkan kepada anak melalui berbagai kegiatan, baik yang
bersifat individual maupun berkelompok.
Berikut ini beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran pada anak.
Pengimplementasian ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana bagaimana
menanamkan pendidikan karakter pada anak, khususnya pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Implemetasi nilai-nilai pendidikan
karakter anak usia dini ialah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Allah Swt menciptakan manusia untuk selalu beribadah kepada-
Nya. Beribadah kepada Allah merupakan sarana bagi seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, sebagai Rabb-nya. Seorang hamba
yang rajin beribadah, diharapkan di kehidupannya dapat melahirkan
motivasi yang kuat untuk menjadi manusia yang bermanfaat, istiqamah
dalam dzikrullah, memiliki kemauan yang kuat dalam menuntut ilmu, dan
selalu melakukan pendekatan diri kepada Allah. Allah Swt, berfirman:

ِ ‫س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku.” (QS Az-Zariyat [51]: 56)

Seorang muslim yang menjadikan ibadah sebagai salah satu

motivator kecerdasan di kehidupan sehari-harinya, maka ia memiliki

kesucian jiwa, hati, akal, dan ruh. Sedangkan cara ibadah untuk

mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan shalat, puasa, zakat,

dzikrullah, berdoa, tilawatil Qur’an, dll.

Ibadah yang paling penting dalam Islam adalah shalat. Ibadah

shalat merupakan ibadah yang paling besar dalam mendekatkan para

hamba kepada Sang Khaliq. Shalat telah diwajibkan sejak permulaan


Islam. Ketika itu, Nabi Muhammad saw, shalat dua rakaat pagi dan dua

rakaat petang, Allah Swt, Berfirman:

‫اْل ْبكَار‬ َ ‫ست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبكَ َو‬


ِ ْ ‫س ِب ْح ِب َح ْم ِد َر ِبكَ ِبا ْل َعشِي ِ َو‬ ْ ‫ق َوا‬ ْ ‫فَا‬
ِ َّ ‫ص ِب ْر ِإ َّن َو ْع َد‬
ٌّ ‫َّللا َح‬

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan


mohon ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu
pada waktu petang dan pagi.” (QS. Al-Mukmin [40]: 55).
Tidak ada suatu perintah yang dipentingkan oleh Al-Qur’an

sebagaimana shalat. Al-Qur’an telah menyatakan wajibnya shalat dengan

berbagai susunan kata-kata. Terkadang dengan perintah yang tegas,

dengan memuji orang yang shalat dan mencela orang yang

meninggalkannya. Sehingga dapat dipahami bahwa shalat adalah tiang

agama Islam, tidak ada suatu keuntungan yang diperoleh dari Islam oleh

orang yang meninggalkannya, atau mengabaikannya atau berlaku riya’

saat mengerjakannya.

Dalam pendidikan, kedua orang tua merupakan sosok manusia

pertama kali yang dikenal anak-anaknya, yang karena perilakunya akan

sangat mewarnai terhadap proses perkembangan kepribadian sang anak.

Setiap orang tua pasti mendambakan anak-anak yang shaleh dan

salehah, yang berbakti kepada kedua orangtuanya, taat beribadah kepada

Allah Swt, dan menyayangi serta menghormati sesama manusia. Akan

tetapi, anak-anak yang saleh dan salehah tidak terbentuk secara kebetulan

atau hanya karena kedua orang tuanya baik. Mereka menjadi anak yang

baik dan berbakti karena diperkenalkan atau diajarkan oleh kedua orang

tuanya di rumah, guru di sekolah, dan pergaulan dilingkungan sekitarnya.


Sebagaimana namanya, SD Muhammadiyah Tieng ini berada di

bawah naungan organisasi Muhammadiyah. SD Muhammadiyah ini

merupakan salah satu Amal Usaha Pimpinan Cabang Muhammadiyah di

Desa Tieng, kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan

obrolan dengan salah satu tenaga pendidik yakni Bapak Harmawan pada

26 Januari 2018 selaku guru Aqidah Akhlaq, beliau menyampaikan bahwa

siswa di SD Muhammadiyah Tieng ini sudah dibiasakan untuk mengikuti

sholat Dhuhur berjam’ah sejak kelas 3. Dan budaya ini belum banyak di

terapkan di beberapa sekolah sekita di Tieng. Sedang pembiasaan sholat

dhuha sendiri baru dimulai sejak sekitar tahun 2015, sebagai ikhtiar

pembentukan karakter religious siswa di SD Muhammadiyah Tieng.

Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah ini mulai dibiasakan kepada anak

didiknya sejak kelas I dan di haruskan kepada semua kelas. Bahkan kakak

kelas diharuskan menjadi teladan dengan mengajak adik kelasnya

mengikuti sholat dhuha berjamaah yang dilaksanakan di jam istirahat ini.

Selain untuk memanfaatkan waktu istirahat, beliau juga ingin agar peserta

didik langsung mampu mempraktekan apa yang dia dapat di kelas secara

langsung.

Berdasarkan upaya yang di lakukan SD Muhammadiyah Tieng,

dalam ikhtiar pembentukan karakter religius siswanya, membuat peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di SD Muhammadiyah Tieng

kecamatan Kejajar ini.


C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul dari latar belakang diatas adalah
“Bagaimana pembentukan karakter religius siswa SD Muhammadiyah
Tieng melalui pembentukan pembiasaan sholat dhuha berjamaah di
sekolah?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang disusun ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana proses upaya pembentukan karakter religius di SD
Muhammadiyah Tieng melalui pembiasaan sholat dhuha.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Untuk memperoleh khasanah keilmuan dibidang pendidikan,
khususnya mengenai pembentukan karakter religius yang
diterapkan di Sekolah Dasar sebagai salah satu lembaga
pendidikan.
b. Manfaat Praksis
Memberikan informasi tentang upaya yang dilakukan oleh SD
Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar dalam pembentukan
karakter religius siswa.
E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis terlebih dahulu mempelajari

beberapa skripsi yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi.

Adapun skripsi yang penulis gunakan sebagai bahan tinjauan pustaka

adalah sebagai berikut:

1. Skripsi yang telah ditulis oleh Melinda Merdeka Sari yang berjudul

“Pembentukan Pendidikan Karakter Di SD Terpadu Putra Harapan

Puwokerto”, dari hasil penelitian tersebut pelaksanaan pendidikan


karakter berbasis agama islam menekankan pada nilai-nilai

karakter secara menyeluruh seperti amanah, jujur, disiplin, peduli,

tanggung jawab, dan menghormati, yang dilaksanakan melalui

mata pelajaran agama islam.

2. Skripsi yang ditulis oleh Dian Susila Wijaya yan berjudul “Upaya

Pembentukan Karakter Siswa Di SD Muhammadiyah Al-

Mujahidin Wonosari Gunungkidul’’ Tahun 2014 dari hasil

penelitiannya, di sekolah tersebut telah melaksanakan pendidikan

karakter seperti disiplin, mandiri, rajin, dan jujur melalui

pembiasaan, keteladanan, dan nasehat.

Dari kedua skripsi di atas terdapat perbedaan yaitu skripsi tersebut

membahas tentang karakter secara umum. Sementara penelitian peneliti lebih

terfokus pada salah satu nilai karakter yaitu karakter religius. Sedangkan

persamaan dengan penelitian sebelumnya sama-sama membahas tentang

pendidikan karakter di sekolah.

3. Skripsi yang di tulis oleh Dwi Suryani dengan judul "Nilai-Nilai

Karakter Dalam Kegiatan Tadarrus Al-Qur’an dan Shalat Dhuha

Berjamaah Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Huda

Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015” skripsi ini

membahas tentang pembentukan karakter siswa melalui kegiatan

tadarus Al-Qur’an dan shalat dhuha di MI Darul Huda adalah

sangat baik dan signifikan dalam menanamkan nilai-nilai karakter

pada siswa.
4. Skripsi yang ditulis oleh Moh. Sholeh dengan judul “Pembiasaan

Sholat Dhuha dalam Pembinaan Akhlaq Siswa Kelas IV MI Maarif

Candran Yogyakarta Tahun 2013”, dari hasil penelitiannya

menunujukan bahwa terdapat peningkatan pada pembinaan akhlaq

melalui pembiasaan sholat dhuha di sekolah.

Skripsi yang ditulis oleh Dwi Suryani terdapat perbedaan yaitu

skripsi tersebut membahas tentang nilai-nilai karakter secara menyeluruh.

Dan apa yang ditulis oleh Moh. Sholeh searah dengan apa yang hendak

peneliti deskripsikan. Meski skripsi yang ditulis oleh Dwi Suryani dan

Moh. Sholeh memiliki perbedaan, namun dari keduanya sama membahas

mengenai pembentukan karakter melalui pembiasaan sholat dhuha.

F. Kajian Teori
1. Pembentukan Karakter Religius
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembentukan berarti
proses, cara, perbuatan membentuk. Karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau bud pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan
jati dirinya, yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara
berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup
seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa
maupun negara.
Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi;
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral; cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
didup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat,bangsa dan Negara; srangkaian sikap, perilaku, motivasi,
dan keterampilan.
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap
religius ini dapat ditanamkan kepada anak usia dini dengan
memberikan berbagai kegiatan keagamaan untuk anak. Misalnya,
mengajarkan anak melaksanakan shalat secara bersama-sama, melatih
anak berdoa sebelum makan, dan menanamkan sikap saling
menghormati teman sebayanya yang memiliki agama berbeda. Bila
serangkaian kegiatan di atas dilakukan secara terus-menerus dan
berkelanjutan, maka nilai-nilai religius akan tertanam pada diri anak
dan nantinya aka menjadi karakter dalam kehidupannya.
2. Pembiasaan Shalat Dhuha
Seiring dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat seperti zaman sekarang ini, proses pendidikan
tidak hanya melalui pendidikan yang dilakukan melalui tatap muka
saja. Akan tetapi, bisa juga dilakukan melalui pembiasaan. Sejak usia
dini harus selalu mengajarkan anak untuk taat beribadah dengan
menjalankan shalat yang wajib maupun yang sunnah. Kadang sebagai
orang tua hanya bisa membimbing anak untuk taat beribadah waktu
dirumah saja tetapi pada saat di sekolah bimbingan akan dilakukan
oleh guru-guru pendidik.
Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti
sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat
atau tidak aneh. Kata “membiasakan” berarti melazimkan,
mengadatkan, atau menjadi adat. Jadi, kata pembiasaan berasal dari
kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks
“an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan
menghasilkan suatu kebiasaan atau adat.
Kata shalat dalam pengertian bahasa Arab ialah, “Doa memohon
kebajikan dan pujian.” Sebelum Islam, orang Arab memakai kata
shalat dengan arti demikian dan arti itu terdapat juga pada beberapa
tempat di dalam Al-Qur’an. Shalat menghubungkan hamba dengan
Tuhannya, media bagi mukmin untuk mendaki puncak spiritual
menuju Sang Mahakuasa. Shalat mempunyai banyak kelebihan di
dunia dan di akhirat. Shalat menunjukkan jalan menuju kebajikan,
membantu menguatkan seseorang, mengukuhkan posisi untuk
menahan diri dari kekejian.
Jika pembiasaan sudah ditanamkan sejak dini, maka anak tidak
akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi
bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya.
Ibadah shalat dibagi kepada dua jenis. Pertama, shalat fardhu atau
shalat maktubah. Kedua, shalat tidak fardhu atau shalat nafilah (
tathawwu’).
Shalat nafilah ialah shalat-shalat yang tidak dituntut secara keras
dalam mengerjakannya dan Rasul pun tidak terus menerus
mengerjakannya. Imam Al-Ghazali mengatakan, shalat nafilah terbagi
menjadi dua bagian.
a. Sunnah, yaitu shalat yang banyak dikerjakan oleh Rasulullah
saw, seperti shalat rawatib, shalat malam atau shalat tahajjud.
b. Mustahab, yaitu shalat yang diterima karena adanya keterangan
tentang keutamaannya, tetapi tidak banyak dikerjakan oleh
Rasulullah saw, seperti shalat ketika keluar dari rumah dan
shalat untuk bersafar.
Shalat sunnah terbagi menjadi dua macam, yaitu Mutlaq dan
Muqayyad. Untuk sunnah muthlaq cukuplah seorang berniat shalat
saja. Adapun shalat sunnah muqayyad itu terbagi menjadi dua
macam:
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti
shalat fardlu dan inilah yang disebut shalat sunnah rawatib.
Yang termasuk dalam bagian ini adalah shalat-shalat sunnah
fajar, zhuhur, ‘ashar, maghrib, dan ‘isya.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti
shalat-shalat fardlu.

Shalat dhuha merupakan salah satu shalat sunnah yang sangat

dianjurkan oleh Rasulullah saw. Kebiasaan Rasulullah yang jarang

beliau tinggalkan adalah shalat dhuha. Shalat dhuha disebut juga shalat

al-awwabin. Maksudnya, mereka kembali kepada Allah Swt, dengan

taubat dan istighfar. Waktu dhuha dimulai saat terbit matahari, lalu

terus meninggi, sampai mendekati waktu zuhur tiba. Syaikh Utsaimin

memperkirakan bahwa waktu shalat dhuha setelah matahari terbit

sampai sepuluh menit menjelang waktu dzuhur tiba.

Rasulullah mewasiatkan kepada umatnya untuk tidak

meninggalkan shalat dhuha, meskipun beliau sendiri terkadang

melakukannya untuk memberikan suatu hokum kepada kita akan

kesunnahannya. Terkadang, beliau tinggalkan suatu amalan dengan

tujuan menjelaskan kepada umatnya bahwa amalan tersebut tidak

sampai pada tingkat suatu kewajiban.

Shalat sunnah dhuha disyariatkan bahkan ia termasuk sunnah

muakkad karena jika Rasulullah mewasiatkan sesuatu kepada umat

secara keseluruhan dan tidak hanya khusus satu orang saja. Dengan
demikian, membiasakan diri untuk mengerjakan shalat dhuha adalah

muakkad. Amalan muakkad berarti amal ibadah yang sangat ditekankan

dalam Islam.

G. Metode Penelitian
Secara operasional metode yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Jenis Peneltian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (field
research) yakni penelitian yang dilakukan dikancah atau medan
terjadinya segala gejala. Dimana lapangan yang dimaksud dalam
penelitian ini yakni SD Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
Adapun jenis penelitian lapangan yang ditulis ini bersifat
deskriptif. Dimana penelitian deskriptif ini merupakan bentuk
penelitian yang paling dasar. Selain itu, penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan, menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan
peristiwa yang sedang terjadi, sudah terjadi, baik mengenai fenomena
sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antar variabelnya
dalam satu fenomena. Penelitian deskriptif berusaha menjelaskan
suatu peristiwa tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap
fenomena itu.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Untuk mendapatkan data yang tepat penulis mengambil
beberapa subjek penelitian, diantaranya Guru Mata Pelajaran Aqidah
Akhlaq yaitu Bapak Harmawan, Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an dan
Hadits yaitu Ibu Maftukhatin Ni’mah, Walikelas V dan VI, serta siswa
kelas V dan VI SD Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah pembentukan karakter
religius melalui pembiasaan sholat dhuha berjamaah di SD
Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Metode ini digunakan dengan cara yaitu penulis
secara langsung mengamati berbagai macam kegiatan yang
dilakukan subjek penelitian untuk mendapatkan informasi atau
data yang dibutuhkan penulis. Data yang diperoleh melalui
metode ini, yaitu data tentang keadaan lembaga secara umum dan
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan pembentukan
karakter religius melalui pembiasaan shalat dhuha di SD
Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
b. Wawancara atau Interview
Wawancara atau interview adalah pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap

muka secara individual atau kelompok.

Wawancara yang penulis lakukan merupakan wawancara

bebas terpimpin dalam arti pewawancaran hanya menggunakan

garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan, yaitu penulis

melakukan dialog langsung atau tanya jawab kepada subjek

penelitian untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian

dengan mengacu pada pedoman wawancara yang telah dibuat


penulis sebelumnya. Adapun data yang diperoleh melalui metode

ini yaitu tentang pembentukan karakter religius melalui

pembiasaan shalat dhuha.

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data-data yang terdokumentasikan yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang diteliti, yaitu tentang pembentukan
karakter religius melalui pembiasaan shalat dhuha di SD
Muhammadiyah Tieng, kecamatan Kejajar.
4. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul membutuhkan penganalisisan secara
cermat dan interpretasi terhadap suatu data sangatlah menentukan
keberadaan penelitian itu sendiri. Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan model interaktif, yaitu pengumpulan data, reduksi,
display, dan konklusi.Adapun cara menganalisis datanya adalah
penulis mengumpulkan data dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi kemudian mereduksi memilih hal yang pokok dan
membuang yang tidak perlu, kemudian melakukan penyajian data dan
penarikan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah dalam analisis data, yaitu:

a. Reduksi data adalah tahap awal setelah mendapatkan berbagai

data di lapangan, kemudian semua data akan peneliti analisis

kembali dengan memilah-milah data yang diperlukan dan

membuang data yang tidak diperlukan, sehingga data yang


direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

lebih terfokus. Reduksi data juga berarti merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema

dan polanya serta membuang yang tidak perlu

b. Display (Penyajian Data) tahapan selanjutnya, yaitu data yang

telah direduksi akan peneliti sajikan dengan menarasikan data

yang didapat dan jika diperlukan akan digrafik, matrik dan lain

sebagainya. Dalam penyajian data, peneliti lebih banyak

menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat deskriptif-

naratif. Tidak hanya dalam bentuk teks naratif, penyajian data

juga bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, table,

dan hubungan antar kategori.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi ialah tahapan terakhir

setelah penyajian data, peneliti akan menyimpulkan dan

memverifikasi. Dalam hal ini kesimpulan awal peneliti dapat

berubah sesuai data yang diperoleh setelah analisis lapangan.

Semua data yang dipilih disusun untuk selanjutnya dibuat

kesimpulan. Ketiga langkah dalam menganalisis data uraian

yang sistematik, akurat dan jelas.

Untuk memperoleh keabsahan data penulis menggunakan tringulasi

data yaitu penulis mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data.

Penulis menggunakan tringulasi teknik dalam mengumpulkan data tentang


hal yang sama dari sumber yang berbeda sehingga diperoleh data yang

lebih valid sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan penulis.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan, maka dalam skripsi ini berisi 5

(lima) bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan sistematika

pembahasan.

Bab II berisi landasan teori meliputi: pengertian pendidikan

karakter, tujuan pendidikan karakter, manfaat pendidikan karakter, prinsip-

prinsip pendidikan karakter, pengertian pembentukan karakter, unsur

dalam pembentukan karakter, proses pembentukan karakter, pengertian

karakter religius, pembentukan karakter religius, ciri-ciri kegiatan religius,

pengertian pembiasaan shalat, pengertian shalat dhuha, hokum shalat

dhuha, waktu pelaksanaan shalat dhuha, keutamaan shalat dhuha, shalat

dhuha dan pembentukan karakter religius..

Bab III Metode Penelitian yang meliputi: jenis penelitian, sumber

data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Berisi tentang pembahasan hasil penelitian meliputi:

diskripsi lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan.

Bab V Penutup yang terdiri dari simpulan, saran-saran, dan kata

penutup.
I. Daftar Pustaka
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2012.
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012.
Rosyid, Nur, dkk. Pendidikan Karakter Wacana dan Kepengaturan.
Purwokerto: OBSESI Press, 2013.
Fadlillah, Muhammad & Lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Shalat Lengkap.
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.
Ayyas, Muhammad Abu. Keajaiban Shalat Dhuha. Jakarta: QultumMedia,
2009.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemah,
Bandung: Sygma, 2009.
El Hamidy, Abdul Hakim. The Secret Of 1/3. Jakarta: Kaysa Media, 2013.
Malik, Ridwan. Yuk, Ajarkan Akhlak dan Ibadah Kepada Anak-Anak Kita.
Bandung: Mizan, 2013.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2007
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 2. Bandung: Alma’rif, 1986.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosadakarya, 2012.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Dharma Bhakti, 2005.
Salim, Peter. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 1991.
Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter Usia Dini Strategi Membangun
Karakter di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Az-Zuhaili, Wahbah. Ensiklopedi Akhlak Muslim. Jakarta: Mizan, 2013.

Anda mungkin juga menyukai