Anda di halaman 1dari 128

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK PESANTREN

SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK (Studi Kasus


Wali Santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan
Gemuh Kabupaten Kendal)
Tahun 2016

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AHMAD NOOR MUHIB HIDAYATULLOH

111 11 069

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2016

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫ّآكول الوؤهٌيي إيواًاآحسٌِن خلقا‬


“Dan orang mukmin yang paling
sempurna Imannya adalah yang paling
baik Akhlaknya”.
(HR. Ahmad)

vi
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan Ibu tersayang Ah. Syamsuddin dan Siti
Zulaikhah yang senantiasa memberikan dukungan
serta doanya sehingga skripsi ini akhirnya selesai.
2. Kakak-kakakku tersayang Noor Lailatul Mu’arofah
beserta keluarga dan Athik Uzlifatul Khoiriyah
beserta keluarga.
3. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) Kota Salatiga.
4. Sahabat-sahabati Gerakan Angkatan Dua Ribu
Sebelas (GANAS) PMII Kota Salatiga.
5. Sahabat-sahabati PAI B angkatan 2011.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag. Selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak M. Gufron, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang selalu sabar

dalam membimbing penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menjadi perantara ilmu.

6. Abah KH. M Adib Anas Noor yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

7. Ayah Ibu, Kakak-kakakku beserta keluarganya, serta keponakan-

keponakanku yang selalu memberikan inspirasi.

viii
ix
ABSTRAK

Muhib. 2016. 11111069. MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK


PESANTREN SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK (Studi
Kasus Wali Santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan
Gemuh Kabupaten Kendal). Skripsi.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing M. Gufron, M. Ag.
Kata kunci :Motivasi orang tuamemilihpondokpesantren
Tema penelitian ini diambil karena melihat fenomena yang terjadi
pada orang tua tentang kekhawatiran terhadap moral anaknya. Motivasi orang tua
menjadi salah satu kekuatan yang besar bagi masa depan anak. Pembinaan moral
juga penting melihat maraknya kasus kriminal yang terjadi sering-sering ini, maka
orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral bagi
anaknya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (FieldResearch) dengan pendekatan dekriptif kualitatif. Metode
pengumpulan datanya antara lain; observasi, wawancara dan dokumentasi dengan
teknika nalisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Apamotivasi orang tua lebih
memilih Pondok Pesantren Wasilatul Huda sebagai sarana pembinaan moral bagi
anak? (2) Bagaimanakah Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina
moral santri? (3) Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral santri?.

Temuan ini menunjukkan bahwa (1) motivasi orang tua lebih memilih
pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai sarana pembinaan moral bagi anak
meliputi dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik antara lain: adanya keinginan
orang tua agar anaknya mempunyai pegangan hidup yang baik, agar menjadi anak
yang berperilaku baik, agar menjadi anak yang sopan dan tidak aneh-aneh, dan
menjadi anak yang takdhim kepada Kyai. Sedangkan yang termasuk faktor
ekstrinsik orang tua lebih memilih pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai
sarana pembinaan moral bagi anakantara lain: Karismatik dari figur Kyai, pengaruh
dari lingkungan sekitar wali santri, pola pendidikan dan pembinaan moral yang
cukup bagus, serta pondok pesantren yang berjarak lumayan terjangkau.(2) pondok
pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral santri menggunakan metode atau
model keteladanan atau pemberian contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari
disamping para santri mengikuti kegiatan mengaji secara rutin.(3) Faktor-faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat Pondok Pesantren Wasilatul Huda
dalam membina moral santri yaitu faktor pendukungnya adalah selain dari diri
santri itu sendiri yang sadar akan tujuannya dari rumah, juga kepedulian sesama
santri yang saling mengingatkan satu sama lain. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah sumber daya manusia atau jumlah dari pengurus yang sedikit, serta
lingkungan pondok pesantren yang tidak ada pagar pembatasnya dengan
perkampungan penduduk sekitar.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO…………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. ii

PERNYATAAN…………………………………………………………….. iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING……………………………………… iv

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… v

MOTTO…………………………………………………………………..... vi

PERSEMBAHAN……………………………………………………..…… vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii

ABSTRAK………………………………………………………………..... ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 5

E. Kajian pustaka………………………………………………………. 6

F. Penegasan Istilah……………………………………………………. 7

G. Metode Penelitian…………………………………………………… 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian………………………………… 10

2. Kehadiran Peneliti……………………………………………… 11

xi
3. Lokasi Penelitian………………………………………………. 12

4. Sumber Data…………………………………………………… 12

5. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………... 12

6. Analisis Data…………………………………………………... 16

7. Pengecekan Keabsahan Data…………………………………… 18

8. Tahapan Penelitian……………………………………………… 19

H. Sistematika Pembahasan……………………………………………. 20

BAB II LANDASAN TEORI

A. Motivasi Orang Tua…………………………………………………. 22

1. Pengertian Motivasi……………………………………………... 22

2. Pengertian Orang Tua…………………………………………… 23

3. Macam-macam Motivasi……………………………………….. 24

4. Fungsi Motivasi………………………………………………… 25

5. Kewajiban Orang Tua terhadap Anaknya…………………….... 25

6. Tanggungjawab Orang Tua dalam Mendidik Anaknya……….. 27

7. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anaknya………………….... 28

B. Pondok Pesantren…………………………………………..………. 29

1. Pengertian Pondok Pesantren…………………………..…….... 29

2. Karakteristik Pondok Pesantren………………………………… 31

3. Elemen-elemen Pondok Pesantren……………………………… 32

4. Pola Pendidikan Pondok Pesantren……………………………… 33

5. Macam-macam atau Jenis Pondok Pesantren………………….. 33

C. Pembinaan Moral Anak……………………………………………. 36

xii
1. Pengertian Pembinaan…………………………………………. 36

2. Moral Anak…………………………………………………….. 36

D. Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana 50

Pembinaan Moral Anak……………………………………………..

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………… 52

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Wasilatul Huda…………… 52

2. Profil Pondok Pesantren Wasilatul Huda………………………… 52

3. Sarana dan Prasarana…………………………………………… 53

4. Pengurus dan Santri Pesantren Wasilatul Huda………………… 53

5. Struktur Kepengurusan Pesantren Wasilatul Huda………………. 58

6. Progam Pengajaran dan Pembinaan di Pesantren Wasilatul 59

Huda..

7. Jadwal dan Isyarat Bel Pesantren Wasilatul Huda……………… 60

B. Temuan Penelitian……………………………………………………. 64

1. Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren sebagai Sarana 64

Pembinaan Moral Anak…………………………………………

2. Model Pembinaan Moral Santri………………………………... 65

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Moral 67

Santri………………………………………………………..…..

BAB IV ANALISIS DATA

A. Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren sebagai Sarana 69

Pembinaan Moral Anak………………………………………………

xiii
B. Model Pembinaan Moral Santri…………………………………….. 72

C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Moral 74

Santri……………………………………………………………..…

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….... 77

B. Saran………………………………………………………………... 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Tahun 2016……… 53

Tabel 3.2 Data Pengurus Pondok Pesantren Wasilatul Huda Tahun 2016… 54

Tabel 3.3 Data Santri Putra dan Wali Santri Pondok Pesantren Wasilatul 54

Huda Tahun 2016……………………………………………………………

Tabel 3.4 Data Santri Putrid an Wali Santri Pondok Pesantren Wasilatul 56

Huda Tahun 2016…………………………………………………………..

Tabel 3.5 Kepengurusan Pondok Putra Tahun 2016................................. 58

Tabel 3.6 Kepengurusan Pondok Putri Tahun 2016...…………………….. 59

Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Setiap Hari……………………………………. 60

Tabel 3.8 Isyarat Bel……………………………………………………….. 63

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II : Denah Lokasi Penelitian

Lampiran III : Surat Izin Penelitian

Lampiran IV : Surat Keterangan Telah Meneliti

Lampiran V : Pedoman Wawancara

Lampiran VI : Kode Penelitian

Lampiran VII : Transkip Wawancara

Lampiran VIII : Reduksi Data

Lampiran IX : Daftar SKK

Lampiran IX : Dokumentasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama

dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan,

berkembang menjadi dewasa Ihsan (2010: 57). Keluarga mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak. Orang tua

bertanggungjawab atas kehidupan keluarga dan memberikan pengarahan

yang benar yaitu dengan menanamkan ajaran agama dan akhlakul

karimah.

Pada masa ini banyak orang tua yang sibuk mencari nafkah, baik

seorang bapak maupun seorang ibu hanya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Terkadang ada pula orang tua yang mempekerjakan anaknya

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan menjadi seorang

pengamen, pengemis, dan yang lain. Seharusnya bukanlah mereka yang

mencari nafkah, akan tetapi orang tuanyalah yang wajib mencarikan

nafkah baginya. Seorang anak yang hidup pada lingkungan keluarga

yang baik akan membentuk karakter yang baik pula, dan sebaliknya.

Sebagaimana diketahui bersama banyak kasus kenakalan remaja yang

sering terjadi dan diberitakan oleh media sosial seperti pencurian, tawuran

remaja, pembunuhan, dan pelecehan seksual. Bagaimana bisa menjadi

generasi penerus bangsa yang baik, jika hal-hal di atas semakin sering

terjadi pada para calon pemimpin bangsa Indonesia ini. Kasus-kasus yang

1
sering terjadi pada anak, salah satu penyebabnya adalah kurangnya

perhatian dari keluarga, lingkungan, dan sekolah.

Pada masa modern ini, banyak orang tua juga yang khawatir akan

masa depan putra-putrinya. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak

kasus kriminalitas, meningkatnya perkelahian pelajar, penyalahgunakan

narkoba dan minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Oleh karenanya,

banyak keluarga yang berfikir ulang tentang efektivitas pendidikan umum

dalam mengembangkan kepribadian dan moral anak.

Dewasa ini banyak keluarga yang kembali melirik Pondok-

Pesantren sebagai sarana pembinaan moral, karena para orang tua menilai

bahwa Pondok Pesantren mampu menjawab berbagai tantangan dan

permasalahan pendidikan kontemporer dengan proses pendidikan dan

pengajarannya yang lebih terpadu. Aktivitas dan kependidikan yang

berlangsung terus-menerus hampir selama 24 jam dalam sehari, dinilai

sebagai perpaduan yang harmonis antara suasana pembelajaran dan

kekeluargaan. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, Pondok

Pesantren selain memiliki ciri khas dalam pengelolaan kependidikannya,

secara umum sebenarnya juga mengembangkan filsafat hidup yang tampak

memiliki kesamaan dengan tujuan pendidikan bangsa ini, yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya.

Pada saat anak berada di pondok pesantren, orang tua telah

memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada pihak Pondok Pesantren

2
untuk menjaga anaknya, membimbing dan membina moral, serta

memberikan ilmu agama agar anaknya kelak menjadi individu yang sesuai

harapan agama, bangsa, dan negara. Seorang santri harus mengikuti semua

kegiatan yang ada di pondok pesantren dan mentaati segala peraturan yang

telah ditetapkan oleh pondok pesantren, apabila santri melanggar peraturan

yang ada di pondok pesantren maka akan mendapatkan hukuman sesuai

dengan pelanggaran yang dilakukannya. Hal ini berbeda ketika seorang

anak berada di rumah, anak akan bersikap manja dan seringkali melanggar

peraturan yang telah dibuat oleh orang tuanya, dan tidak sedikit orang tua

yang begitu saja lepas tangan dalam mengurusi anaknya.

Pondok pesantren Wasilatul Huda Kecamatan Gemuh Kabupaten

Kendal adalah salah satu pondok pesantren salaf yang masih eksis di

wilayah Kabupaten Kendal, khususnya di Kecamatan Gemuh. Selain

tempatnya yang nyaman, juga cara atau metode pembelajarannya yang

mudah diikuti oleh para santri. Meskipun di Kecamatan Gemuh sendiri

masih banyak pondok-pondok lain yang berdiri, akan tetapi pondok

pesantren Wasilatul Huda masih menjadi salah satu rujukan bagi para

orang tua untuk memondokkan anaknya. Di pondok pesantren ini para

santri diajarkan berbagai hal, seperti mengaji kitab-kitab kuning, tilawatil

al Quran, serta yang terpenting adalah para santri dilatih supaya memiliki

moral yang baik.

Kondisi moral dan keberagamaan santri memang pada umumnya

sudah baik, akan tetapi masih saja ada santri yang berakhlak kurang baik,

3
maka dari itu pondok pesantren Wasilatul Huda memberikan sanksi bagi

para santri yang berperilaku tidak mencerminkan akhlakul karimah dengan

berbagai hukuman, antara lain mendapatkan teguran secara langsung dari

keamanan pondok pesantren, membersihkan lingkungan atau kamar mandi

pondok pesantren, membaca 1 Juz ayat-ayat al Quran, dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk

meneliti permasalahan dengan judul “MOTIVASI ORANG TUA

MEMILIH PONDOK PESANTREN SEBAGAI SARANA PEMBINAAN

MORAL ANAK (Studi Kasus Wali Santri di Pondok Pesantren Wasilatul

Huda Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa motivasi orang tua lebih memilih Pondok Pesantren Wasilatul

Huda sebagai sarana pembinaan moral bagi anak?

2. Bagaimanakah Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina

moral santri?

3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat Pondok

Pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral santri?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa setiap kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin

dicapai. Adapaun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa motivasi orang tua lebih memilih Pondok

Pesantren Wasilatul Huda sebagai sarana pembinaan moral bagi anak.

4
2. Untuk mengetahui bagaimana Pondok Pesantren Wasilatul Huda

dalam membina moral santri.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

penghambat Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral

santri.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengembangan

khasanah keilmuan dalam bidang kajian pendidikan Islam khususnya

tentang motivasi orang tua lebih memilih Pondok Pesantren Wasilatul

Huda sebagai sarana pembinaan moral bagi anak.

2. Manfaat praktis

Adapun manfaat secara praktis yang diharapkan di antaranya:

a. Bagi Pesantren, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran secara umum tentang apa motivasi orang tua santri

dalam mengirimkan anaknya ke pesantren, agar pesantren

mengetahui tujuan dan harapan orang tua santri yang mengirimkan

anaknya di Pondok Pesantren Wasilatul Huda.

b. Bagi Orang tua, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kesadaran orang tua dalam mengawasi, memantau, membimbing

dan membantu perkembangan anak terutama dalam hal membina

moral (akhlak) anak.

5
c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dalam mengembangkan kemampuan menulis.

d. Bagi mahasiswa umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

kajian permasalahan sosial.

e. Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu referensi agar mengetahui dan dapat meniru bagaimana

cara pembinaan moral anak yang dilakukan oleh pondok pesantren

dalam kehidupan sehari-hari.

E. Kajian Pustaka

Dari berbagai penelitian yang penulis ketahui, pembahasan yang

berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan Ngudi Sukmana (2014), yang berjudul

“Motivasi Orang Tua Santri dalam Pembentukan Kemandirian Sholat

Fardhu Santri Pesantren Al-Imdad Kauman Wijirejo Pandak Bantul

Yogyakarta”. Skripsi ini menjelaskan bagaimana motivasi yang

diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang sedang belajar di

Pondok Pesantren Al-Imdad dalam kemandirian melaksanakan sholat

fardhu, agar nantinya anak dapat memahami bahwa sholat fardhu

adalah sebuah kebutuhan baginya bukan sebagai paksaan.

Adapun perbedaan penelitianyang penulis lakukan dengan

penelitian Ngudi Sukmana yaitu dari lokasi dan subjek penelitian.

Penelitian yang penulis buat lebih membahas apa yang menjadi

motivasi bagi orang tua lebih memilih pondok pesantren sebagai

6
sarana pembinaan moral bagi anaknya. Sedangkan penelitian Ngudi

Sukmana lebih membahas bagaimana motivasi yang diberikan oleh

orang tua kepada anaknya yang sedang belajar di pesantren agar dapat

tumbuh sikap kemandirian sang anak dalam hal sholat fardhu.

2. Penelitian yang dilakukan Mudrikah(2015) yang berjudul “Motivasi

Orang Tua Menyekolahkan Anak pada Lembaga Pendidikan Islam di

Desa Dologan Kec. Karanggede Kab. Boyolali 2014/2015”. Penelitian

ini menjelaskan tentang apa yang menjadi motivasi bagi orang tua

untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan Islam di desa

Dologan, mengingat bahwa di desa tersebut juga ada sekolah yang

berbasis negeri.

Adapun perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan

penelitian milik Mudrikah yaitu pada tempat dan pokok

pembahasannya. penelitian yang penulis buat lebih membahas apa

yang menjadi motivasi bagi orang tua lebih memilih pondok pesantren

sebagai sarana pembinaan moral bagi anaknya. Sedangkan skripsi

milik Mudrikah lebih membahas tentang apa yang menjadi motivasi

orang tua memilih lembaga pendidikan yang berbasis Islam

dibandingkan yang berbasis negeri.

F. Penegasan Istilah

1. Pengertian Motivasi Orang tua

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

7
Selain itu motivasi adalah dorongan besar yang menggerakkan

seseorang ke tingkah laku. Motivasi juga dapat diartikan sebagai

usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga

tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga tercapai hasil dan tujuan tertentu. Sebagaimana

menurut David Mc Clelland at al yang dikutip oleh (Hamzah B.Uno,

2008: 8-10)yang mengatakan bahwa : a motive is the redintegration

by a cue of a change in an affective situation, yang berati bahwa motif

merupakan hasil dari pertimbangan yang telah dipelajari

redintegration dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan stimulasi

perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan.

Definisi orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang

dianggap tua (cerdik, pandai, ahli)(Ngalim Purwanto, 1998:

73).Motivasi orang tua merupakan gabungan dari dua kata yang

masing-masing mempunyai arti yang berbeda, yaitu motivasi dan

orang tua. Jadi yang dimaksud motivasi orang tua adalah dorongan

orang tua yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku anaknya

agar dia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil dan tujuan tertentu.

2. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pondok pesantren berasal dari kata pe-santri-an. Santri

ialah mereka yang mempelajari agama Islam. Istilah pondok pesantren

8
juga disebut dengan Surau di daerah Minang, Pesantren di daerah

Madura, Pondok di daerah Jawa Barat, dan Rangkang di daerah Aceh.

Sejarah telah mencatat posisi strategis lembaga pendidikan Islam

ini.Menurut Nurcholish Madjid yang dikutip oleh (Khoiruddin

Bashori, 2003: 76-77) bahwa dari segi historis pesantren tidak hanya

mengandung makna keislaman, tetapi juga ke-Indonesiaan, sebab

lembaga yang serupa juga sudah pernah ada pada kekuasaan Hindu-

Budha. Umat Islam hanya meneruskan dan mengislamkan saja.

Sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam pondok

pesantren lahir dan berkembang sejak masa permulaan agama Islam

datang ke Indonesia. Pondok pesantren tidak begitu saja lahir dan

tumbuh berkembang menjadi besar, akan tetapi melewati tahapan-

tahapan tertentu. Pada umumnya syarat yang pertama pondok

pesantren lahir karena kreasi dan motivasi dari seorang kyai dengan

maksud menularkan ilmunya kepada orang lain. Kemudian syarat

yang kedua adalah ketika maksud kyai tersebut mendapat tanggapan

dari masyarakat dengan mengirimkan anak-anaknya untuk menjadi

santri.

3. Moral dan pembinaan moral

“pembinaan” berasaal dari kata “bina”, kemudian mendapat

tambahan “pe” diawal kalimat dan akhiran “an” diakhir kalimat yang

kemudian memiliki arti proses, cara, perbuatan membina (negara,

dsb), pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan

9
yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil

yang lebih baik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007

: 152).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa kata

moral berarti (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi

pekerti; susila (http://kbbi.web.id/moral, diunduh tanggal 22

Desember 2015, pukul 21.00 WIB).

4. Anak

Anak merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Seorang

anak hadir sebagai amanah yang dititipkan Tuhan untuk dirawat,

dijaga dan dididik yang nantinya setiap orang tua akan diminta

pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa di dunia.

Secara harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang nantinya akan

meneruskan generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga

merupakan sebuah aset sumber daya manusia yang nantinya dapat

membantu membangun negara dan bangsa.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini termasuk dalam penelitian

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan

menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang

10
ditemukan di lapangan yang bersifat verbal, kalimat, fenomena-

fenomena dan tidak serupa angka yang terjadi pada wali santri di

pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan

(FieldResearch) karena informasi data yang diperlukan digali serta

dikumpulkan dari lapangan. Adapun penelitian ini bersifat

deskriptif kualitatif, yaitu mengungkap fakta, keadaan, fenomena,

variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan

menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif

menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan

situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di

dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan antar

variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi,

dan lain-lain. Penelitian kualitatif prosedurnya menghasilkan data

yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang

diamati (Moleong, 1995: 3).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pencari informasi

dan pengamat, dimana peneliti mencari informasi kepada orang tua

yang mengirimkan anaknya ke pondok pesantren Wasilatul Huda, apa

yang menjadi motivasinya dan mengamati hal-hal yang menyangkut

bagaimana cara pembinaan moral bagi santri, sehingga peneliti harus

11
berusaha untuk menggali atau mencari informasi dan mengikuti

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pembinaan moral bagi santri

di pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan difokuskan di pondok pesantren Wasilatul

Huda Gemuh Kendal ketika pengajian rutin ahad pon yang dihadiri oleh

para wali santri. Peneliti memilih Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Gemuh Kendal karena yang pertama pengasuh pondok pesantren

tersebut yaitu KH Muhammad Adib Anas Noor merupakan salah satu

kyai yang dianggap sepuh oleh para kyai lain di daerah kabupaten

Kendal. Yang kedua pola pembinaan moral yang diterapkan di pondok

pesantren tersebut dianggap masih relevan dengan perkembangan

zaman. Selain itu juga jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat peneliti.

4. Sumber Data

Adapun sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah dari

hasil wawancara orang tua santri, pengurus dan juga lurah Pondok

Pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal, serta dokumentasi yang

menyangkut penelitian tersebut.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam bukunya Sugiyono (2013:

145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi

12
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.

Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan dalam meneliti di

Pondok Pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal adalah observasi

berperan serta(participant observation), yaitu peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Disamping melakukan pengamatan, peneliti

ikut melakukan apa yang dikerjakan dan dilakukan oleh sumber data,

dan ikut merasakan suka citanya. Dengan obeservasi pastisipan ini,

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak

(Sugiyono, 2013 : 145). Namun saat melakukan penelitian di pondok

pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal peneliti bukan sebagai

bagian penuh dari santri, melainkan sebagai peneliti yang waktu dan

tempatnya berinteraksi dengan santri terbatas dengan aturan yang

berlaku.

Alasan peneliti memilih jenis observasi ini adalah penulis ingin

mengetahui secara mendetail bagaimana cara yang dilakukan oleh

pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal dalam membina

moral para santri. Seperti dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-

hari.

13
b. Metode Interview atau Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, mengetahui hal-hal dari informan

yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data mendasarkan diri

pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-

tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi

(1986) yang dikutip oleh Sugiyono (2013: 138) mengungkapkan

bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode interview atau wawancara adalah sebagai

berikut:

1) Bahwa informan adalah yang paling tahu tentang dirinya

sendiri,

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh informan kepada peneliti

adalah benar dan dapat dipercaya, dan

3) Bahwa interpretasi informan tentang pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa

yang dimaksudkan oleh peneliti.

Adapun jenis interview yang digunakan peneliti dalam meneliti

wali santri, santri dan lurah pondok pesantren Wasilatul Huda

Gemuh Kendal adalah model wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

14
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013: 140), dan

dalam hal ini adalah masalah seputar apa yang menjadi motivasi

orang tua lebih memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan

moral anak, bagaimana cara pembinaan moral yang dilakukan di

pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh kendal, serta faktor

pendukung dan penghambat dalam pembinaan moral santri.

Sedangkan narasumber dalam penelitian ini adalah wali santri,

lurah dan salah satu santri pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh

Kendal.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Metode dokumentasi adalah metode atau

alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa

gambar, catatan, traskip buku, surat kabar, notulen, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Metode ini digunakan untuk

memperoleh data tentang gambaran bagaimana proses pembinaan

moral bagi santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Gemuh

Kendal. Dokumentasi yang didapatkan dalam penelitian

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK PESANTREN

SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK (Studi

Kasus Wali Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan

15
Gemuh Kabupaten Kendal di Desa Banyutowo Kendal) ini

berupa foto wali santri, profil Pondok Pesantren, sejarah Pondok

Pesantren, data ustadz dan santri, foto kegiatan santri terkait

pelaksanaan pembinaan moral santri, dan foto keadaan gedung

Pondok Pesantren Wasilatul Huda.

6. Analisis Data

Dalam analisis data kualitatif, seperti yang di kutip sugiyono

bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan hasilnya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Sugiyono, 2013: 244).

Langkah-langkah analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan

temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2013: 247).

16
Adapun data-data yang direduksi tersebut adalah hal-hal pokok

yang berhubungan dengan motivasi orang tua dan pembinaan moral

bagi santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan (menyajikan) data. Dengan mendisplaykan data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah difahami

tersebut (Sugiyono, 2013: 249).

c. Conclusion Drawing and verification (menarik kesimpulan dan

verifikasi)

Dalam hal ini kesimpulan diverifikasi selama penelitian

berlangsung sepanjang penelitian. Dalam hal ini penulis mencoba

untuk menganalisis data-data yang terkumpul dalam motivasi

orang tua dan pembinaan moral bagi santri di Pondok Pesantren

Wasilatul Huda Gemuh Kendal. Dalam menganalisis, penulis

berdasarkan data-data yang diperoleh dari orang tua santri,

pengurus dan lurah dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi. Sehubungan dengan penelitian ini teknik yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis antar kasus dengan

model analisis interaktif. Model analisis ini terdiri dari tiga

komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

17
7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam rangka

membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan di

lapangan. Menurut Lincoln dan Guba, untuk memeriksa keabsahan

data pada penelitian kualitatif antara lain dengan menggunakan taraf

kepercayaan data (credibility)(Moleong 2011: 324). Teknik yang

digunakan untuk melacak credibility dalam penelitian ini

menggunakan teknik trianggulasi (trianggulation).

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2011: 330). Trianggulasi merupakan cara

terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi ketika mengumpulkan

data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi dengan

sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara;

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi;

18
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang

pemerintahan;

e. Membandingkan hasil wawancara dengan dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan(Moleong, 2011: 330-331).

Sebagaimana yang diungkapkan Moleong tersebut, dalam

penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

8. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan penelitian motivasi orang tua memilih Pondok

Pesantren sebagai sarana Pembinaan moral anak (Studi kasus wali

santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kec. Gemuh Kab. Kendal)

sebagai berikut:

a. Kegiatan administrasi yang meliputi izin observasi dari Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga kepada pengurus Pondok

Pesantren Wasilatul Huda Kec. Gemuh Kab. Kendal.

b. Mendapatkan surat izin dari pengurus untuk melakukan penelitian

di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kec. Gemuh Kab. Kendal.

19
c. Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara

sejumlah informan sebagai langkah pengumpulan data.

2) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai sejumlah

informan sebagai langkah pengumpulan data.

3) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang

memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan pemaknaan.

4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskripsi temuan penelitian.

5) Menyusun laporan akhir.

H. Sistematika Pembahasan

1. Bagian awal yang meliputi: sampul, lembar berlogo, judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan,

daftar isi, dan daftar pengesahan.

2. Bagian inti memuat:

Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan

dalam bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan.

Pada bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penelitian terdahulu, ruang lingkup peneltian dan

20
keterbatasan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian

ini dikemukakan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang

berkaitan dengan obyek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi

maka pembasahan pada bab ini berisi pembahasan tentang pengertian

Motivasi Orang tua, Pondok Pesantren,Sarana, Pembinaan, Moral,

Anak.

Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi

penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, metode pembahasan,

sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data,

pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV, berisikan analisis data, hasil penelitian, pembasahan, dan

hasil pembahasan.

Bab V, merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana

pada bagian ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi dan

saran penulis.

21
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Orang Tua

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu

yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu(M.

Ngalim Purwanto, 1996: 60). Motif tidak dapat diamati secara

langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga dalam memunculkan

suatu tingkah laku tertentu.

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Selain itu motivasi adalah dorongan besar yang menggerakkan

seseorang ke tingkah laku. Motivasi juga dapat diartikan sebagai

usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga

tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga tercapai hasil dan tujuan tertentu. Sumber utama

munculnya motif adalah dari rangsangan stimulasi perbedaan situasi

sekarang dengan situasi yang diharapkan.

Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan

tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya

(Hamzah, 2011: 3). Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Humalik

22
(1995: 106), Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri

(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari pengertian di atas penulis menegaskan bahwa motivasi

adalah kekuatan atau semangat yang timbul dari dalam diri invidu

yang dapat menggerakkan individu tersebut agar tercapai tujuan dan

cita-citanya.

2. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap

tua (cerdik, pandai, ahli) (Ngalim Purwanto, 1998:73).Orang tua

merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Oleh

karena itu, dari merekalah awal anak menerima pendidikan. Setiap

orang tua ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, mulai

dari merawat, membesarkan, mencukupi kebutuhannya, dan

memberikan pendidikan yang baik agar kelak mereka dapat mengerti

mana yang baik dan buruk.

Orang tua (ayah dan ibu) sangatlah berperan penting atas

pendidikan anak, karena dari mereka anak dapat tumbuh dan

berkembang. Namun orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini

bukan hanya ayah dan ibu kandung saja, akan tetapi orang yang

mengasuh dan merawatnya meskipun orang tersebut bukan orang tua

kandungnya.

23
Dari uraian di atas penulis dapat memberikan penjelasan

bahwa motivasi orang tua adalah suatu kekuatan atau semangat yang

timbul dari dalam diri orang tua yang menggerakkan agar tercapai

tujuan dan cita-citanya

3. Macam-macam Motivasi

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukan (Sardiman, 1987: 86):

1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari,

2) Motif-motif yang dipelajari, maksudnya adalah motif-motif

yang timbul karena dipelajari.

b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis dalam

bukunya Sardiman (1987: 87) adalah:

1) Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk

minum, makan, bernafas, dan istirahat,

2) Motif-motif darurat seperti dorongan untuk menyelamatkan

diri.

3) Motif-motif objektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan

untuk melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu.

Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

24
d. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam

diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

e. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,

1987: 90).

4. Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi adalah sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi,

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai, dan

c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.(Sardiman, 1994: 85)

5. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anaknya

a. Menanamkan iman dan aqidah yang kuat

Sebagaimana Firman Allah SWT yang termaktub dalam Q.S

Luqman ayat 13:

25
          

    


Artinya : “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku,
janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman:
13).(Sukses Publishing: 936)
b. Meningkatkan kecerdasan bagi anaknya

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Isra‟ ayat 36 :

          

      


Artinya : “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungjawabannya.” (Q.S. Al Isra‟: 36).(Sukses Publishing:
350).

c. Mengajarkan membaca dan menulis

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Alaq ayat 3-5:

         

   

Artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang


mengajar (manusia) dengan peraturan kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak manusia ketahui.” (Q.S. Al-Alaq:
3-5). (Sukses Publishing: 2114)

26
d. Bersikap adil terhadap anak-anak

Dalam bersikap orang tua tidak boleh membeda-bedakan antara

anak yang satu dengan yang lainnya. Orang tua harus bersikap adil

terhadap semua anak-anaknya.

e. Mendidik anak

Setiap anak yang dilahirkan masih dalam keadaan suci, bersih

dari dosa-dosa apapun. Maka dari itu, orang tuanya lah yang

pertama kali memberikan pendidikan kepadanya.

6. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anaknya

Tanggungjawab orang tua terhadap anaknya terwujud dalam

bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila diuraikan

maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira

menyambut kelahiran anaknya, memberi nama yang baik,

memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan

rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan

akidah, melatih dan mengajarkan shalat, bersikap adil, memperhatikan

teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah

perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbau porno,

menempatkannya dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan

kerabat kepada anak, serta mendidiknya bertetangga dan

bermasyarakat yang baik (Djamarah, 2004: 28).

27
7. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak

Beberapa peran orang tua dalam mendidik anak di antaranya yaitu:

a. Menyayangi anak bukan memanjakannya

Agama Islam sangat menekankan sikap kasih sayang terhadap

anak, maka dari itu sangatlah penting mendidik anak dengan penuh

kasih sayang.

b. Sikap bijak dalam mendidik anak

Sebagai orang tua kita harus bersungguh-sungguh dalam hal

mendidik dan membimbing anak. Berhasil atau tidaknya proses

pendidikan anak juga bergantung pada sikap bijak orang tua dalam

mendidik anak.

c. Membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan anak

Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun komunikasi

yang baik antara lain, seperti saat makan bersama, berlibur bersama

dan berkumpul di rumah.

d. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini

Agar seorang anak tumbuh menjadi generasi yang kuat dan

sehat, maka orang tua harus memperhatikan kesehatan jasmani dan

rohani anak-anaknya, serta menjaga mereka dari penyimpangan

moral sejak kecil.

e. Memberikan pembinaan moral anak

Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat

peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada

28
prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan

dengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya.

Moral anak adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan

kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya yang terdapat dan

ditanamkan pada diri anak (Sunarto, B. Agung Hartono, 2002:69).

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pesantren berasal dari kata santri, yang diawali dengan

awalan “pe” dan diakhiri dengan akhiran “an” yang berarti tempat

tinggal para santri Abu Ahmad (1992: 103). Istilah pesantren juga

disebut dengan Surau di daerah Minang, Pesantren di daerah Madura,

Pondok di daerah Jawa Barat, dan Rangkang di daerah Aceh. Santri

adalah orang yang mempelajari agama Islam. Menurut Johns

sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier(1985:18) bahwa

istilah santri berasal dari bahasa Tamli, yang berarti guru mengaji.

Sedangkan menurut C.C Berg bahwa kata santri berasal dari istilah

Shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku

suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

Kata Shastri berasal dari kata Shastra yang berarti buku-buku suci,

buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Sejarah telah mencatat posisi strategis lembaga pendidikan Islam

ini, menurut Nurcholish Madjid yang dikutip oleh Khoiruddin Bashori

(2003: 76-77) bahwa dari segi historis pesantren tidak hanya

29
mengandung makna keislaman, tetapi juga ke-Indonesiaan, sebab

lembaga yang serupa juga sudah pernah ada pada kekuasaan Hindu-

Budha. Umat Islam hanya meneruskan dan mengislamkannya saja.

Sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam pondok

pesantren lahir dan berkembang sejak masa permulaan agama Islam

datang ke Indonesia. Pondok pesantren tidak begitu saja lahir dan

tumbuh berkembang menjadi besar, akan tetapi melewati tahapan-

tahapan tertentu. Umumnya pondok pesantren lahir karena kreasi dan

motivasi dari seorang kyai (syarat pertama) yang bermaksud

menularkan ilmunya kepada orang lain. Ketika maksud tersebut

mendapat tanggapan dari masyarakat dengan mengirimkan anak-

anaknya untuk menjadi santri, maka kyai telah menemukan (syarat

pesantren yang kedua). Aktivitas menularkan ilmu membutuhkan

sarana yang dapat digunakan sebagai pusat belajar mengajar.

Biasanya, masjid menjadi syarat pokok (yang ketiga). Eksistensi

pesantren akan terlihat jelas ketika kyai membulatkan tekad untuk

mendirikan lembaga pendidikan Islam itu. Tempat suci ini tidak hanya

digunakan sebagai tempat ibadah mahdhoh saja, tetapi juga menjadi

sentral aktivitas pendidikan pada pesantren. Syarat yang (keempat)

adalah sistem pendidikan yang menjadi rujukan kegiatannya.

Tentunya setiap pesantren memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri.

Meskipun demikian, secara umum dapat disebutkan beberapa ciri

yang hampir ada pada setiap pesantren, yaitu :

30
a. Pesantren dipimpin oleh seorang kyai.

b. Kyai dan santri hidup dalam suatu kompleks sebagai sebuah

keluarga besar, dan kyai sebagai orang yang tertinggi (kepala

keluarga).

c. Pesantren didirikan untuk mengembangkan syi‟ar Islam dengan

mencetak para ulama dan kader-kader da‟i.

d. Motivasi kyai sebagai pendidik dan santri sebagai si terdidik

semata-mata didasari dengan niatan beribadah lillahita’ala.

e. Dalam pesantren, kyai merupakan pusat tauladan dan figur sentral

bagi santi-santrinya.

f. Tempat belajar dipusatkan di serambi masjid atau disebuah

bangunan yang disediakan secara khusus sebagai tempat belajar,

rumah-rumah (atau petak-petak) kecil sebagai tempat menginap

para santri dan menyimpan barang-barangnya disebut dengan

pondok.(Khoiruddin Bashori, 2003:76-77)

2. Karakteristik Pondok Pesantren

Ada beberapa karakteristik pesantren secara umum dapat

dijelaskan sebagai berikut Dian Nafi dkk (2007: 9):

a. Pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-santrinya,

b. Pesantren tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena sistem

pendidikan di pesantren bersifat seumur hidup life-long education.

31
c. Santri-santri di pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjang-

jenjang menurut kelompok usia, sehingga siapa pun di antara

masyarakat yang ingin belajar dapat menjadi santri,

d. Santri boleh bermukim di pesantren sampai kapan pun bahkan

bermukim di situ selamanya,

e. Pesantren pun tidak memiliki peraturan administrasi yang tetap.

Kyai mempunyai wewenang penuh dalam menentukan kebijakan

dalam pesantren, baik mengenai tata tertib maupun sistem

pendidikannya, termasuk menentukan materi/silabus pendidikan

dan metodenya.

3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola seutuhnya oleh kyai

dan santri, keberadaan pondok pesantren pada dasarnya berbeda di

berbagai tempat dalam kegiatan maupun bentuknya. Meskipun

demikian, dapat dilihat adanya pola yang sama pada pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofier(1985:20) ada lima elemen dasar yang

harus ada dalam pesantren yaitu:

a. Pondok sebagai asrama santri,

b. Masjid sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam,

c. Santri sebagai peserta didik,

d. Kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pesantren, dan

e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).

32
4. Pola Pendidikan Pondok Pesantren

Pengertian yang populer dari pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan mendalami ilmu agama

Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian

tafaqquh fi al-din dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup

bermasyarakat. Orientasi dan tujuan didirikannya pesantren adalah

memberikan pendidikan dan pengajaran tentang keagamaan.

Pengajaran-pengajaran yang diberikan di pesantren adalah mengenai

ilmu-ilmu agama dalam segala macam bidangnya, seperti tauhid, fiqh,

ushul fiqh, tafsir, hadits, akhlak, tasawuf, bahasa Arab, dan

sebagainya. Diharapkan santri yang keluar dari pesantren dapat

memahami beragam mata pelajaran agama dengan kemampuan

merujuk pada kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).

5. Macam-macam atau jenis pondok pesantren

Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, pondok pesantren

mengalami beberapa perubahan, baik dari segi tempat, sistem

pengajaran, ataupun sistem pengorganisasian. Pondok pesantren

zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan

tradisional pada pondok pesantren zaman dahulu, akan tetapi juga

masih ada pesantren yang tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan

pondok pesantren zaman dahulu. Berikut adalah jenis-jenisa pondok

pesantren yang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan

zaman sekarang.

33
a. Pondok Pesantren Tradisional

Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan

kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum, model

pengajarannya pun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu

dengan metode sorogan dan bandongan (Ghazali, 2003: 14).

Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara invidual

ataupun secara kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab

klasik berbahasa Arab. Penjenjangannya tidak berdasarkan pada

satuan waktu, melainkan pada tamatnya kitab yang dipelajari.

b. Pondok Pesantren Modern

Yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal

(madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta

memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003: 14).

Pembelajaran yang diterapkan pada pondok pesantren

khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,

dengan satuan progam berdasarkan pada suatu waktu, seperti catur

wulan, semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pondok pesantren

khalafiyah lebih banyak yang berfungsi sebagai asrama yang

memberikan lingkungan kundusif untuk pendidikan agama.

c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi

Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di

atas adalah salafiyah dan khalafiyah yang dalam bentuknya yang

ekstrim. Barangkali, kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit

34
sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan

pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah

pondok pesantren yang berada diantara rentangan dua pengertian

tersebut di atas (Depeartemen Agama RI, 2003: 30).

Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau

menamakan diri pesantren salafiyah pada umumnya juga

menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang,

walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah. Demikian

pula dengan pondok pesantren khalafiyah pada umumnya juga

menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan pendekatan

kitab klasik (pengajian menggunakan kitab kuning) itulah yang

diakui selama ini sebagai satu identitas pokok pesantren. Tanpa

menyelenggarakan kitab kuning agak janggal disebut sebagai

pondok pesantren (Departemen Agama RI, 2003: 30).

Bebagai macam dan jenis pondok pesantren yang

berkembang pada zaman sekarang tentunya memiliki kelebihannya

masing-masing, akan tetapi pada dasarnya semua pondok pesantren

mempunyai tujuan yang sama yaitu mencetak manusia sebagai

insan kamil dan sebgai khalifah di bumi, serta menghidupkan

agama Allah dengan berbagai cara yang baik menurut ajaran agama

Islam.

35
C. Pembinaan Moral Anak

1. Pengertian Pembinaan

Kata “pembinaan” berasal dari kata “bina”, kemudian mendapat

tambahan “pe” diawal kalimat dan akhiran “an” diakhir kalimat yang

kemudian memiliki arti proses, cara, perbuatan membina (negara, dsb),

pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang

dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang

lebih baik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007 :

152).

2. Moral Anak

a. Pengertian Moral

Kata moral merupakan kata yang berasal dari bahasa latin

“mores”, mores sendiri berarti adat kebiasaan atau suatu cara

hidup. Menurut Gunarsa (1986) Moral pada dasarnya adalah suatu

rangkaian nilai dari berbagai macam perilaku yang wajib dipenuhi.

Sedangkan menurut Shaffer (1979) mengatakan bahwa moral dapat

diartikan sebagai kaidah norma dan pranata yang mampu mengatur

perilaku individu dalam menjalani hubungan dengan masyarakat.

Sehingga moral adalah hal mutlak atau suatu perilaku harus

dimiliki oleh setiap manusia

36
b. Anak

1) Pengertian Anak

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak yang berbunyi: Anak adalah

seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang

masih dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya

agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi,

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

2) Hak-hak Anak

Selain mempunyai kewajiban, seorang anak juga

mempunyai hak-haknya yang harus dipenuhi oleh orang

tuanya keluarga dan Negara, anak juga memiliki kebutuhan-

kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak

dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar.

Menurut Katz yang dikutip oleh Huraerah (2006: 27),

kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya

hubungan orangtua dan anak yang sehat dimana kebutuhan

anak, seperti : perhatian dan kasih sayang yang kontinue,

perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh

orangtua.

37
Sedangkan, menurut Huttman yang dikutip oleh

Huraerah (2006: 28) merincikan kebutuhan-kebutuhan anak

sebagai berikut:

a) Kasih–sayang orang tua

b) Stabilitas emosional

c) Pengertian dan perhatian

d) Pertumbuhan kepribadian

e) Dorongan kreatif

f) Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan

dasar

g) Pemeliharaan kesehatan

h) Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal

yang sehat dan memandai

i) Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif

j) Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan

Menurut Huraerah (2006: 27) sendiri, Kegagalan dalam

proses pemenuhan kebutuhan tersebut akan berdampak

negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan

intelektual, mental, dan sosial anak. Anak bukan saja akan

mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan

yang buruk, melainkan pula mengalami hambatan mental ,

lemah daya –nalar dan bahkan perilaku-perilaku maladaptive,

38
seperti : autism, „nakal‟, sukar diatur, yang kelak mendorong

mereka menjadi manusia „tidak normal‟ dan perilaku kriminal.

Sehingga dari uraian di atas dapat ditarik suatu

pengertian bahwa pembinaan moral anak adalah cara yang

ditempuh agar anak dapat memahami dan menjalankan kaidah

norma dan pranata yang mampu mengaturnya dalam menjalani

hubungan dengan masyarakat yang baik.

3) Metode-metode pembinaan yang dapat kita lakukan sesuai

dengan perspektif Islam, menurut Abdullah Nashih Ulwan

dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad Fil–Islam, yaitu:

a) Metode Uswah (Teladan)

Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti,

karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia

teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah

Rosullullah Saw., sebagaimana firman Allah Swt dalam

surah al-Ahzab ayat 21 :

         

       

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21).(Depag. RI: 670).

39
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh adalah

sikap dan perilaku Rasulullah Saw., karena sudah teruji

dan diakui oleh Allah Swt. Aplikasi metode teladan,

diantaranya adalah tidak menjelek-jelekkan seseorang

menghormati orang lain, membantu orang yang

membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak

berbohong, tidak mengingkari janji, membersihkan

lingkungan, dan lain-lain.

b) Metode Pendidikan dengan Adat Kebiasaan

Setiap manusia yang dilahirkan membawa potensi,

salah satunya berupa potensi beragama. Potensi beragama

ini dapat terbentuk pada diri anak (manusia) melalui 2

faktor, yaitu : faktor pendidikan Islam yang utama dan

faktor pendidikan lingkungan yang baik. Faktor

pendidikan Islam yang bertanggung jawab penuh adalah

bapak ibunya. Ia merupakan pembentuk karakter anak.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasul Saw yang diriwayatkan

oleh Muslim dan Abu Hurairah.

ٔ‫ هللا لل‬:ْ‫ رو‬:‫ اا‬:‫عي ابٔ ُزيزة رضي هللا عٌَ اا‬
ٍ‫هللا عليَ ّولّن ها هي هْلْد إال يْلد علٔ الفطزة فأبْا‬
–)‫يِ ّْداًَ ّيٌصّزاًَ ّيو ّجسـاًَ –(رّاٍ هســلن‬
“Dari Abi hurairah ra. telah bersabda Rasulullah SAW.
tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan
fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang akan

40
menjadikannya sebagai orang yahudi, nasrani, atau
majusi”. (HR. Muslim). (Sahih Muslim, juz IV: 2047).
Setelah anak diberikan masalah pengajaran agama

sebagai sarana teoritis dari orang tuanya, maka faktor

lingkungan harus menunjang terhadap pengajaran tersebut,

yakni orang tua senantiasa memberikan aplikasi

pembiasaan ajaran agama dalam lingkungan keluarganya.

Sebab pembiasaan merupakan upaya praktis dan

pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

Pada umur kanak-kanak kecenderungannya adalah

meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya,

baik saudara famili terdekatnya ataupun bapak ibunya.

Oleh karena itu patut menjadi perhatian semua pihak,

terutama orang tuanya selaku figur yang terbaik di mata

anaknya. Jika orang tua menginginkan putra putrinya

tumbuh dengan menyandang kebiasaan-kebiasaan yang

baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai

ajaran Islam, maka orang tua harus mendidiknya sedini

mungkin dengan moral yang baik. Karena tiada yang lebih

utama dari pemberian orang tua kecuali budi pekerti yang

baik. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW yang

diriwayatkan al-Tirmidzi dari Ayyub bin Musa.

41
ّ ٍ‫حدثٌا ايْب ابي هْؤ عي ابٔ عي جد‬
‫ هللا‬:ْ‫أى رو‬
‫ ها ًحل ّالد ّلدا هي ًحل أفضل‬:‫للٔ هللا عليَ ّولّن اا‬
–)ٓ‫هي أدب حسي –(رّاٍ التزهذ‬
“Diceritakan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari
kakeknya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Tidak ada
pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada
anaknya kecuali budi pekerti yang baik”. (H.R At-
Tirmidzi).(al-Jami’us Sahih, juz IV: 298).
Apabila anak dalam lahan yang baik (keluarganya)

memperoleh bimbingan, arahan, dan adanya saling

menyayangi antar anggota keluarga, niscaya lambat laun

anak akan terpengaruh informasi yang ia lihat dan ia

dengar dari semua perilaku orang– orang disekitarnya.

Dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan sebagai

kontrol atas kekeliruan dari perilaku anak yang tak sesuai

dengan ajaran Islam.

c) Metode Memberikan Nasehat

Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa

di mata anak. Dan pemberi nasihat dalam keluarga

tentunya orang tuanya sendiri selaku pendidik bagi anak.

Anak akan mendengarkan nasihat tersebut, apabila

pemberi nasihat juga bisa memberi keteladanan. Sebab

nasihat saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan

keteladanan yang baik.

42
Anak tidak akan melaksanakan nasihat tersebut

apabila didapatinya pemberi nasihat tersebut juga tidak

melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoritis saja, tapi

segi praktislah yang akan mampu memberikan pengaruh

bagi diri anak.

Nasihat yang berpengaruh, membuka jalannya ke

dalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Setiap

manusia (anak) selalu membutuhkan nasihat, sebab dalam

jiwa terdapat pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan

oleh karena itu kata–kata atau nasihat harus diulang–

ulang. Nasihat akan berhasil atau mempengaruhi jiwa

anak, tatkala orangtua mampu memberikan keadaan yang

baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS.

al-Baqarah: 44.

      

     

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)


kabaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri, Padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat) ? maka
tidakkah kamu berpikir ? (Q.S al-Baqarah : 44).(Depag.
R.I: 16).
Agar harapan orang tua terpenuhi yakni anak

mengikuti apa– apa yang telah diperintahkan dan yang

telah diajarkannya, tentunya disamping memberikan

43
nasihat yang baik juga ditunjang dengan teladan yang baik

pula. Karena pembawaan anak mudah terpengaruh oleh

kata–kata yang didengarnya dan juga tingkah aku yang

sering dilihatnya dalam kehidupan sehari–hari dari pagi

hari sampai sore hari.

Nasihat juga harus diberikan sesering mungkin

kepada anak–anak masa sekolah dasar, sebab anak sudah

bersosial dengan teman sebayanya. Agar apa–apa yang

telah diberikan dalam keluarganya tidak mudah luntur atau

tepengaruh dengan lingkungan barunya.

Menurut Ulwan, dalam Penyajian atau memberikan

nasihat itu ada pembagiannya, yaitu:

1. Menyeru untuk Memberikan Kepuasan dengan

Kelembutan atau Penolakan.

Sebagai contohnya adalah seruan Lukman

kepada anak–anaknya, agar tidak

mempersekutukan Allah SWT. Q.S. Luqman: 13.

       

       

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada


anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

44
mempersekutukan (Allah) adalah benar–benar
kezaliman yang besar.” (Q.S Luqman :
13).(Depag. R.I: 654).
2. Metode Cerita dengan Disertai Tamsil Ibarat dan

Nasihat.

Metode ini mempunyai pengaruh terhadap

jiwa dan akal. Biasanya anak itu menyenangi

tentang cerita-cerita. Untuk itu orang tua sebisa

mungkin untuk memberikan masalah cerita yang

berkaitan dengan keteladanan yang baik yang

dapat menyentuh perasaannya. Sebagaimana

firman-Nya dalam QS. al-A`raf: 176.

      

      

        

      

   


“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaanya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika
kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar

45
mereka berpikir”. (QS. al-A`raf: 176).(Depag. R.I:
291).
3. Pengarahan Melalui Wasiat

Orang tua yang bertanggung jawab tentunya

akan berusaha menjaga amanat-Nya dengan

memberikan yang terbaik buat anak demi masa

depannya dan demi keselamatannya.

d) Pendidikan dengan Perhatian

Sebagai orang tua berkewajiban untuk memenuhi

kebutuhan–kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani

ataupun kebutuhan yang berbentuk rohani. Diantara

kebutuhan anak yang bersifat rohani adalah anak ingin

diperhatikan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan,

memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan

anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan

spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang

situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.

Orang tua yang bijaksana tentunya mengetahui

perkembangan-perkembangan anaknya. Dan ibu adalah

pembentuk pribadi putra putrinya lebih besar prosentasenya

dibanding seorang ayah. Tiap hari waktu Ibu banyak

bersama dengan anak, sehingga wajar bila kecenderungan

anak lebih dekat dengan para ibunya. Untuk itu ibu

46
diharapkan mampu berkiprah dalam mempersiapkan

pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya.

Orang tua yang baik senantiasa akan mengoreksi

perilaku anaknya yang tidak baik dengan perasaan kasih

sayangnya, sesuai dengan perkembangan usia anaknya.

Sebab pengasuhan yang baik akan menanamkan rasa

optimisme, kepercayaan, dan harapan anak dalam hidupnya.

Dalam memberi perhatian ini, hendaknya orang tua

bersikap selayak mungkin, tidak terlalu berlebihan dan juga

tidak terlalu kurang. Namun perhatian orang tua disesuaikan

dengan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Apabila orang tua mampu bersikap penuh kasih

sayang dengan memberikan perhatian yang cukup, niscaya

anak-anak akan menerima pendidikan dari orang tuanya

dengan penuh perhatian juga. Namun pangkal dari seluruh

perhatian yang utama adalah perhatian dalam akidah.

e) Pendidikan dengan Memberikan Hukuman

Hukuman diberikan, apabila metode-metode yang lain

sudah tidak dapat merubah tingkah laku anak, atau dengan

kata lain cara hukuman merupakan jalan terakhir yang

ditempuh oleh pendidik, apabila ada perilaku anak yang

tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebab hukuman

merupakan tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan

47
di tempat yang benar. Hukuman sesungguhnya tidaklah

mutlak diberikan. Karena ada orang dengan teladan dan

nasehat saja sudah cukup, tidak memerlukan hukuman.

Tetapi pribadi manusia tidak sama seluruhnya. Sebenarnya

tidak ada pendidik yang tidak sayang kepada siswanya.

Demikian juga tidak ada orang tua yang merasa senang

melihat penderitaan anaknya. Dengan memberikan

hukuman, orang tua sebenarnya merasa kasihan terhadap

anaknya yang tidak mau melaksanakan ajaran Islam.

Karena salah satu fungsi dari hukuman adalah mendidik.

Sebelum anak mengerti peraturan, ia dapat belajar bahwa

tindakan tertentu benar apabila tidak menerima hukuman

dan tindakan lainnya salah apabila mendapatkan suatu

hukuman.

Dalam memberikan hukuman ini diharapkan orang

tua melihat ruang waktu dan tempatnya. Diantara metode

memberikan hukuman kepada anak adalah :

1. Menghukum anak dengan lemah lembut dan kasih

sayang.

2. Menjaga tabiat anak yang salah.

3. Hukuman diberikan sebagai upaya perbaikan

terhadap diri anak, dengan tahapan yang paling

akhir dari metode-metode yang lain.

48
Memberi hukuman pada anak, seharusnya para orang

tua sebisa mungkin menahan emosi untuk tidak memberi

hukuman berbentuk badaniah. Kalau hukuman yang

berbentuk psikologis sudah mampu merubah sikap anak,

tentunya tidak dibutuhkan lagi hukuman yang menyakitkan

anak tersebut. Menurut Nashih Ulwan, hukuman bentuknya

ada dua, yakni hukuman psikologis dan hukuman biologis.

Bentuk hukuman yang bersifat psikologis adalah :

1. Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.

2. Menunjukkan kesalahan dengan memberikan

isyarat.

3. Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.

Hukuman bentuk psikologis ini diberikan kepada anak

dibawah umur 10 tahun. Apabila hukuman psikologis tidak

mampu merubah perilaku anak, maka hukuman biologislah

yang dijatuhkan tatkala anak sampai umur 10 tahun tidak

ada perubahan pada sikapnya. Hal ini dilakukan supaya

anak jera dan tidak meneruskan perilakunya yang buruk.

Sesuai sabda Rasul SAW yang diriwayatkan Abu Daud dari

Mukmal bin Hisyam.

َ‫ هللا للٔ هللا علي‬:ْ‫ رو‬:‫ اا‬:‫حدثٌا هأهل بي ُشام اا‬


‫ّولّن هزّا اّالدكن بالصالة ُّن ابـٌاء وبع وـٌـيي‬
ٔ‫ّاضزبُْن عليِا ُّن أبٌاء عشز ّفزاْا بـيـٌِن ف‬
-)‫الـوضاجع –(رّاٍ ابْ داّد‬

49
“Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang mereka
berumur tujuh tahun, dan pukulilah mereka itu karena
shalat ini, sedang mereka berumut sepuluh tahun, dan
pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud).(Sunan
Abi Daud, juz I: 133).
D. Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

Orang tua merupakan orang yang mempunyai pengaruh sangat

besar terhadap perkembangan anak, baik dari segi psikis ataupun

psikologis. Disamping perkembangan psikis dan psikologis, orang tua juga

sangat berpengaruh dalam hal pembinaan moral bagi anak, karena dengan

pengaruh yang sangat besar tersebut, maka orang tua memiliki keinginan

yang sangat besar pula agar kelak anaknya bisa menjadi anak yang dapat

mereka banggakan. Namun dengan kesibukan atau aktifitas yang orang tua

lakukan, maka tidak sedikit orang tua yang dirasa kurang dalam

memberikan pembinaan moral bagi anaknya. Dengan demikian banyak

pula orang tua yang lebih memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral bagi anaknya.

Pondok pesantren dirasa sangat tepat sebagai salah satu alternatif

bagi orang tua dalam memberikan pembinaan moral anaknya di samping

kesibukannya dalam bekerja. Pondok pesantren hadir dengan berbagai

macam visi misi dan juga backgroundnya masing-masing. Maka orang tua

lah yang lebih selektif dalam memilih pondok pesantren bagi anaknya.

Dari uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa masih banyak orang

tua yang merasa belum mampu memberikan pembinaan moral pengawasan

50
secara optimal bagi anaknya karena kesibukannya dalam bekerja dan

beraktifitas sehari-hari.

51
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Wasilatul Huda

yang beralamatkan di dukuh Bugangan RT 05 RW 03 desa

Tamangede kecamatan Gemuh kabupaten Kendal.

Secara geografis pondok pesantren ini terletak dibagian utara

kecamatan Gemuh dengan jarak kurang lebih 4 kilometer dari kantor

Kecamatan Gemuh. Adapun batasan-batasan pondok pesantren

Wasilatul Huda sebagai berikut:

a. Sebelah timur : berbatasan langsung dengan aliran sungai

bodri.

b. Sebelah barat dan utara : berbatasan dengan kecamatan Cepiring.

c. Sebelah selatan : berbatasan dengan desa Gemuh blanten.

Oleh karena itu letak pondok pesantren Wasilatul Huda berada di

pinggiran kecamatan Gemuh.

2. Profil Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1992 M dengan Abah KH.

M. Adib Anas Noor sebagai pengasuh pondok pesantren. Luas tanah

pondok pesantren Wasilatul Huda yaitu 2000m2 dengan bangunan

seluas1659m2.

52
3. Sarana dan Prasana

Seperti pada umumnya pada pondok pesantren, pondok pesantren

Wasilatul Huda juga memiliki 3 gedung yang letaknya berdekatan

dalam satu komplek, dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang

kegiatan belajar mengajar seperti, 5 ruang kelas, ruang pengurus

pondok pesantren, kamar tidur bagi para santri, perpustakaan,

mushola, tempat memasak , tempat MCK, tempat parkir, dan

gudang.

4. Pengurus dan Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Sebagian besar santri pondok pesantren Wasilatul Huda

berasal dari wilayah kecamatan Bawang dan sebagian lainnya berasal

dari kecamatan Pageruyung, kecamatan Cepiring, dan sekitar

kecamatan Gemuh. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah

penduduk yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan

nelayan. Adapun data santri yang terdaftar di Pondok Pesantren

Wasilatul Huda dapat dilihat dalam tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1
Data Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda
Tahun 2016

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 50 orang

2. Perempuan 60 orang

53
Jumlah tersebut merupakan data keseluruhan santri di Pondok

Pesantren Wasilatul Huda secara umum. Adapun untuk membedakan

antara santri biasa dan pengurus, maka dapat dilihat dalam tabel 3.2

dibawah ini :

Tabel 3.2
Data Pengurus Pondok Pesantren Wasilatul Huda
Tahun 2016

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 9 orang

2. Perempuan 8 orang

Berikut adalah data base santri dan wali santri di pondok

pesantren Wasilatul Huda:

Tabel 3.3

Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren


Wasilatul Huda tahun 2016
NO. NAMA SANTRI NAMA WALI SANTRI ALAMAT
1 Afif Zaenul Ikhsan Sapuan Kendal
2 Ahmad Mulazim Ngateman Kendal
3 Azka Nafis Jumaedi Kendal
4 Ahmad Yunus Juhadi Kendal
5 Daris Slamet Sucipto Temanggung
6 Robit Ikhwan Faizun Kendal
7 Muhlisin Achmad Ichsan Batang
8 Achmad Khoerozi Remin Kendal
9 Saiful Majid Suwardi Kendal
10 Atib Mahbub Bajuri Kendal
11 Muhammad Al Hafidz Sulton Kendal
12 Abdul Rafi Supomo Kendal

54
13 Muhamad Solihul Huda Dariyo Kendal
14 Ahmad Khoirul Anas Ahmad Roqieb MS Kendal
15 M. Hasyim Mubarrok Ahmad Fatkuri Kendal
16 M. Hisyam Mubarrok Ahmad Fatkuri Kendal
17 Akhmad Khoirul Abid Pujiono Kendal
18 Abdul Rozaq Supadi Kendal
19 Nur Faizin M. Fauzi Batang
20 Maulana Irfan Ahmad Mujahidin Kendal
21 Muhlisun Sutono Batang
22 Achmad Mahroji Mardi Kendal
23 A.Khoirul Anam Dwijo Kendal
24 Ahmad Rif‟an Irfani Kendal
25 Muhamad Nadhif Ridho Busro Kendal
26 M. Wafi Dhulchisan Mutmainah Kendal
27 M. Washil Imtiyaz Pujianto Demak
28 Ahmad Sodikin Ngatriyah Kendal
29 Ahmad Khotibul Karim Nur Faizin Kendal
30 Arfian Riandina Kumaedi Kendal
31 Ahmad bahrul Ulum Nur Khamim Kendal
32 Mochamad Nor Rozaq Mahwat Kendal
33 Mahfud Afifudin Mahwat Kendal
34 Ahmad mujib Harnoto Kendal
35 Mahmud Mashar Muchamad Baktri S Kendal
36 Achmad Nur Faiz Miskam Kendal
37 Afif Ahnaf Fahrudin Aminudin Batang
38 Khafi Innama Nur Abadi Kendal
39 Mohammad Tamyiz Noor Sarif Kendal
40 Nur Cholis Ahmad Bejo Faozan Kendal
41 Nur Muhammad Latif A Hj. Aslimah Semarang
42 Muhammad Bachrudin Slamet Kendal
43 Bagus Maulana Musbah Kendal
44 Ainul Yaqin Muhri Batang
45 Muhammad Dliyaullami Edy Rimawan Kendal
46 Ahmad Muanassalim Tugiyono Kendal
47 Syifa‟udin Jumari Batang
48 Ahmad Nur Huda Sholichin Kendal
49 Muhamad Nasrudin Saswito Kendal
50 Ahmad Fatchur Rohman Chasmiatun Batang

55
Tabel 3.4

Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren


Wasilatul Huda Tahun 2016

NO. NAMA SANTRI NAMA WALI SANTRI ALAMAT


1 Mastoyanah Kaeroni Kendal
2 Puji Susanti Nurcholis kendal
3 Rahmadhani Fahri Satya R Suwandi Kendal
4 Iin Masitoh Siti Mustafidah Kendal
5 Lailatul Fadhilah Rosidin Kendal
6 Diana Fitri Umami Bakri Batang
7 Rina Asfiyah Saipul Mujab Kendal
8 Siti Samrotul Fuadah Nur Azis Kendal
9 Siti Nur Fauzanah Ngahadi Kendal
10 Taslikhatun Yuamah Suyono Kendal
11 Idayatul Masruroh Khomsin Kendal
12 Yuli Mustikawati Ratno Kendal
13 Sarifatun Nisa’ Kodri Kendal
14 Siti Mirtadewi Akhmad Khuzaeri Kendal
15 Khoiriyatun Nisa’ Ali Maftukhin Kendal
16 Zidna Azifaturrohmah Danyat Kendal
17 Sa’iyatun Abdul Qodir Kendal
18 Sri Murwati Ahmad Saifudin Batang
19 Dewi Aisah Kundori Kendal
20 Siti Rohayatun Sukamito Kendal
21 Siti Ainul Khayati Asrofin Kendal
22 Maulina ulfah Solekhan Kendal
23 Rizkita Alwa Nurussobah Tumian Kendal
24 Susilowati Muntari Batang
25 Reni Korifatul Melania Suyahman Kendal
26 Noviula Yasa Bachtiar Dasuki Tangerang
27 Nur Aisah Rayisno Kendal
28 Farda Aprillita Z.K Sunanto Kendal
29 Kuni Kamila Nur Kholiq Kendal
30 Mila Yulaekah Sahudi Kendal
31 Latifah Yayadi Kendal
32 Arni Kholidatul Mudzakkiyah Soleh Kendal
33 Jumiatun Khoeriyah Kunoto Kendal
34 Indah Nur Wakhidah Mukhamad Dzarin Kendal
35 Aulia Antika Dewi Kumadi Kendal

56
36 Nur Kholisoh Ropiyatun Kendal
37 Fara Nadila Sugi Kendal
38 Putri Qurrotu Aini Warti Kendal
39 Zulfa Suroto Kendal
40 Tika Noviasih Sulaemi Kendal
41 Khikmaturrokhmah Abdul Muntilif Batang
42 Aenatul Labibah Mudhakir Temanggung
43 Siti Mariyatul Ulfa Musafirin Kendal
44 Ana Nurul Chikmah Sengari Kendal
45 Nurul Khotimah Dakirin Kendal
46 Lumatul Maula Nur Salim Kendal
47 Hana Mufidah Faryudi Kendal
48 Dwi Listiani Munaji Kendal
49 Aniq Diyanita Maula Djazuri Kendal
50 Nazilatul Khoeriyah Kadari Kendal
51 Lina Ulfiana Watini Kendal
52 Lutfi asfiyah Sumadyo Batang
53 Sofwah Kamila Supomo Batang
54 Nur Ifadatun Nisak Basori Kendal
55 Sri Purwanti Sumadi Batang
56 Siti sofrotul Ulya Bagiyo Kendal
57 Miftakul Azizah Ahmad Partono Kendal
58 Imarotun Nasekhah Muh. Rasimin Kendal
59 Rani Ismaiyah Sugiyono Kendal
60 Laili Mutiatul Khoeroh Ma'ruf Kendal

57
5. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Adapun struktur kepengurusan yang ada di pondok pesantren

Wasilatul Huda dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.5
Struktur kepengurusan Pondok Putra Tahun 2016

PENGASUH
KH. M. ADIB ANAS NOOR

PEMBINA
H. FATKHURI

KETUA/LURAH
MUHLISIN

SEKRETARIS
IMAM M. BAKIR

BENDAHARA
MAKHROJI

SIE. PENDIDIKAN SIE. KEBERSIHAN SIE. HUMAS


ARIF RAHMAN NADHIF LUTFI MUHLISUN

SIE. KESEHATAN SIE. PEMBANGUNAN SIE. KEAMANAN


ABDUL WAHAB NUR HUDA MUSTAFID

58
Tabel 3.6
Struktur kepengurusan Pondok Putri Tahun 2016

KETUA/LURAH
TASLIKHATUN YUAMAH

SEKRETARIS
TIKA NOVIASIH

BENDAHARA
ARNI KHOLIDATUL M

SIE. PENDIDIKAN SIE. PENDIDIKAN SIE. KEAMANAN


LAILATUL F NAZILATUL K SOFWAH KAMILA

SIE. KESEHATAN SIE. KEBERSIHAN


MAULINA ULFAH SITI NUR FAUZANAH

6. Progam Pengajaran dan Pembinaan di Pondok Pesantren

Wasilatul Huda

Pondok pesantren Wasilatul Huda merupakan pondok

pesantren yang menerapkan program Fullday Ibadah dengan berbagai

program pembiasaan positif yang dilakukan santri setiap hari. Program

pembiasaannya yaitu antara lain, sapa senyum salam (S-3) dilakukan

pengurus (ustadz) dan santri setiap hari, sorogan, aurodan (wiridan)

pagi, bersih-bersih lingkungan pondok, dan sholat fardhu berjamaah,

mengaji kitab kuning, dan mengaji sesuai dengan kelasnya masing-

masing. Pondok pesantren Wasilatul Huda juga menyelenggarakan

kelas kejar paket B dan C, yaitu pada hari selasa setelah shalat dhuhur.

59
Selain itu juga ada kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan setiap

hari jumat setelah shalat asar yaitu seni Tilawah al Quran.

7. Jadwal dan Isyarat Bel Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Dalam melaksakan kegiatan sehari-hari tentunya perlu adanya

pengaturan waktu yang baku selama 24 jam agar dapat memudahkan

para santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, maka di

bawah ini runtutan jadwal dan isyarat bunyi bel.

Tabel 3.7
Jadwal Kegiatan Setiap Hari
HARI WAKTU KEGIATAN FASILITATOR
Senin,  03.30-05.30  Sholat subuh  Pengurus
berjamaah
Rabu,
 05.30-06.00  Sorogan  Pengurus
Sabtu,  06.00-07.30  Bersih-bersih  -
Minggu perlengkapan santri
 07.30-10.00  Aurodan, dan  Pengurus
mengaji kitab
 10.00-11.00 kuning  Pengurus
 Bersih-bersih
 11.00-12.00 lingkungan pondok  -
 12.00-13.00  Istirahat  Pengurus
 Sholat dzuhur
 13.00-14.00 berjamaah  -
 Persiapan mengaji
 14.00-15.30 kitab kuning  Pengasuh/pengurus
 15.30-16.15  Mengaji kitab  Pengurus
kuning
 16.15-17.00  Sholat asar  Pengurus
berjamaah
 17.00-17.30  Bersih-bersih  Pengurus
 17.30-18.00 lingkungan pondok  -
 Tasrifan shorof
 Istirahat dan
 18.00-19.45 persiapan sholat  Pengasuh/pengurus
maghrib berjamaah
 19.45-20.00  Sholat maghrib dan  -
isya berjamaah
 20.00-22.00  Istirahat dan  Pengurus

60
Persiapan mengaji
 22.00-23.00  Mengaji sesuai  Ketua Kamar
kelasnya
 23.00-03.30  Mutholaah dan  -
musyawarah
bersama
 Istirahat
Selasa  03.30-05.30  Sholat subuh  Pengurus
berjamaah
 05.30-06.00  Sorogan  Pengurus
 06.00-07.30  Bersih-bersih  -
perlengkapan santri
 07.30-10.00  Aurodan, dan  Pengurus
mengaji kitab
 10.00-11.00 kuning
 Bersih-bersih  Pengurus
 11.00-12.00 lingkungan pondok
 12.00-13.00  Istirahat  -
 Sholat dzuhur  Pengurus
 13.00-14.00 berjamaah
 Istirahat dan  -
persiapan
 14.00-15.30 mengikuti kelas
kejar paket B/C
 15.30-16.15  Kelas kejar peket  Guru
B/C
 16.15-17.00  Sholat asar  Pengurus
berjamaah
 17.00-17.30  Bersih-bersih  Pengurus
 17.30-18.00 lingkungan pondok  -
 Tasrifan shorof
 Istirahat dan
 18.00-19.45 persiapan sholat
maghrib berjamaah
 19.45-20.00  Sholat maghrib dan
isya berjamaah  Pengasuh/pengurus
 20.00-22.00  Istirahat dan  -
Persiapan mengaji
 22.00-23.00  Mengaji sesuai  Pengurus
kelasnya
 23.00-03.30  Mutholaah dan  Ketua kamar
musyawarah
bersama
 Istirahat  -
Kamis  03.30-05.30  Sholat subuh  Pengurus
berjamaah

61
 05.30-06.00  Sorogan  Pengurus
 06.00-07.30  Bersih-bersih  -
perlengkapan santri
 07.30-10.00  Aurodan, dan  Pengurus
mengaji kitab
 10.00-11.00 kuning  Pengurus
 Bersih-bersih
 11.00-12.00 lingkungan pondok  -
 12.00-13.00  Istirahat  Pengurus
 Sholat dzuhur
 13.00-14.00 berjamaah  -
 Persiapan mengaji
 14.00-15.30 kitab kuning  Pengasuh/pengurus
 15.30-16.15  Mengaji kitab  Pengurus
kuning
 16.15-17.00  Sholat asar  Pengurus
berjamaah
 17.00-17.30  Bersih-bersih  Pengurus
 17.30-18.00 lingkungan pondok  -
 Ziarah ke makam
 Istirahat dan
 18.00-19.45 persiapan sholat  Pengasuh/pengurus
maghrib berjamaah
 19.45-20.00  Sholat maghrib dan  -
isya berjamaah
 Istirahat dan  Pengurus
 20.00-21.00 Persiapan yasinan,
aurodan bersama  Pengurus
 21.00-22.00  Yasinan dan
 22.00-03.30 aurodan bersama  -
 Khithobah bersama
 Istirahat
Jumat  03.30-06.00  Sholat subuh  Pengurus
berjamaah
 05.30-07.30  Bersih-bersih  -
perlengkapan santri
 07.30-09.00  Aurodan  Pengurus
 09.00-10.00  Bersih-bersih
lingkungan pondok  Pengurus
 10.00-11.00  Istirahat  -
 11.00-13.00  Sholat jumat  Ketua kamar
 13.00-15.30  Istirahat  -
 15.30-16.15  Sholat asar  Pengurus
berjamaah
 16.15-16.45  Bersih-bersih  Pengurus
lingkungan pondok

62
 16.45-17.30  Latihan tilawatih al  Ustad dari luar
quran pondok
 17.30-18.00  Istirahat dan  -
persiapan sholat
maghrib berjamaah
 18.00-19.45  Sholat maghrib dan  Pengasuh/pengurus
isya berjamaah  Pengurus
 19.45-20.00  Istirahat dan  -
Persiapan mengaji
 20.00-22.00  Mengaji sesuai  Pengurus
kelasnya
 22.00-23.00  Mutholaah dan  Ketua kamar
musyawarah
 23.00-03.30 bersama  -
 Istirahat

Adapun guna mengetahui pelaksanaan jadwal tersebut, maka


berikut adalah isyarat bel :
Tabel 3.8
Isyarat bel
Bunyi Bel Isyarat

Bunyi bel 1 kali Kegiatan akan segera dimulai

Bunyi bel 2 kali Kegiatan mengaji kitab kuning


setelah dzuhur di pimpin oleh
pengasuh
Bunyi bel 3 kali Kegiatan mengaji kitab kuning
setelah dzuhur di pimpin oleh
pengurus
Bunyi bel 4 kali Kegiatan diliburkan

63
B. Temuan Penelitian

1. Motivasi Orang Tua memilih pondok pesantren sebagai sarana


pembinaan moral anak

Hasil yang didapat oleh penulis ketika mengadakan wawancara

dengan beberapa narasumber, yakni beberapa wali santri di pondok

pesantren Wasilatul Huda ketika selesai acara pengajian rutin Ahad pon.

Alasan orang tua memilih pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai

sarana pembinaan moral bagi anaknya, sebagaimana yang dituturkan

oleh Bapak DJ sebagai berikut:

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren


Wasilatul Huda karena menurut saya pondok pesantren tersebut
mampu menutup rasa kegelisahan hati saya dengan kegiatan-
kegiatan positif yang dilakukan sehari-hari mas. Karena ketika
melihat lingkungan di desa saya yang semakain hari semakain
memprihatinkan, banyak anak muda yang sering nongkrong tidak
jelas, mabuk-mabukan, mencuri dan sebagainya. Maka dari itu
saya kira perlu bagi saya untuk memondokkan anak saya agar
nantinya anak saya mempunyai pegangan dalam hidup untuk
dapat menjauhi hal-hal tersebut”(W/DJ/OR/1/03-04-2016).

Hal yang suma juga dituturkan oleh bapak SM mengenai alasan

memondokkan anaknya di pondok pesantren Wasilatul Huda:

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren


Wasilatul Huda karena di pondok pesantren tersebut kegiatannya
full diisi dengan kegiatan yang positif, dan anak saya tidak neko-
neko”(W/SM/OR/2/03-04-2016).

Bapak MH juga memberikan paparan mengenai alasan beliau

memondokkan anaknya di pondok pesantren Wasilatul Huda:

“Anak saya tak pondokkan karena dulu anak saya itu nakal,
sering ngeyel dengan orang tua, sehingga saya mimilih pondok
pesantren Wasilatul Huda karena dipondok tersebut pondoknya
lumayan terjangkau dari rumah saya dan tentunya mempunyai
pengasuh yang sangat karismatik dan wibawa, jadi ya biar anak

64
saya bisa takdhim dan mau mencontoh sikap-sikap beliau dalam
berperilaku sehari-hari”(W/MH/OR/3/03-04-2016).

Alasan yang hampir sama juga dipaparkan oleh Ibu CS mengenai

alasan beliau memondokkan anaknya di pon pes Wasilatul Huda:

“Alasan saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul


Huda karena selain pondoknya yang bersih dan kondusif, juga
saya melihat abah Adib ini sangat karismatik dan mampu
meluluhkan hati setiap santri-santrinya, sehingga tidak ada satu
santripun yang berani tidak takdhim dengan
beliau”(W/CS/OR/4/03-04-2016).

Sedangkan Ibu WR memaparkan hal yang berbeda dengan Ibu CS

mengenai alasan beliu memondokkan anaknya di pondok pesantren

Wasilatul Huda:

”Anak saya itu manjanya tidak ketulungan mas, pada


akhirnya saya memilih untuk memondokkan anak saya di pon pes
Wasilatul Huda, karena disini semua santri diajarkan untuk hidup
secara mandiri dan yang terpenting adalah disini dilatih agar
semuanya dapat bersikap andap ashor terhadap orang yang lebih
tua mas”(W/WR/OR/5/03-04-2016).

Hal yang hampir sama juga dipaparkan oleh Bapak AS mengenai

alasan beliu memondokkan anaknya di pondok pesantren Wasilatul

Huda:

“Alasan saya memondokkan anak saya ya karena anak saya


tidak mau sekolah dan bermanja-manja dirumah mas, maka dari
itu saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda
karena dulu istri saya juga alumni pondok sini, jadi agar nantinya
anak saya bisa seperti ibunya mas, pintar mengaji, sopan,
mandiri, tentunya tetap hormat terhadap orang tua, begitu
mas”(W/AS/OR/6/03-04-2016).

2. Model Pembinaan Moral Santri

Model pendidikan dan pembinaan moral yang diterapkan oleh

pondok pesantren Wasilatul Huda sangatlah sederhana, yang penting

65
substansi dari pendidikan dan pembinaan moral tersebutlah yang

nantinya dapat diterima dan diterapkan oleh para santri. Seperti yang

dituturkan oleh ustadz Fatkhuri selaku pembina pondok pesantren

Wasilatul Huda sebagai berikut.

“Pendidikan dan pembinaan moral bagi santri di pon pes ini


lebih kita tekankan pada aspek pencontohan sikap dan tingkah
laku sehari-hari. Hal ini kenapa kita lakukan, karena sering
tanpa kita sadari bahwa kita ini selalu terjebak dengan hal-hal
yang bersifat teoritis dan mininggalkan hal-hal yang bersifat
praktik. Seperti contoh hal kecil yang sering kita lakukan.
Mengingatkan anak kita untuk minum dengan menggunakan
tangan kanan dan dengan posisi duduk, akan tetapi tanpa kita
sadari kita juga sering lupa untuk melakukan hal tersebut.
Karena kita tidak pernah membiasakan diri kita untuk
melakukan hal-hal tersebut. Maka dari itu pondok pesantren
Wasilatul Huda lebih menekannkan pada hal-hal yang bersifat
praktik tanpa mengkesampingkan hal-hal yang bersifat teoritis
juga”(W/Ustadz Fatkhuri/04-04-2016).

Hal serupa juga dipaparkan oleh lurah pondok pesantren Wasilatul

Huda ustadz Muhlisin sebagai berikut:

“Dalam menjalankan pendidikan dan pembinaan moral bagi


para santri, maka wajib hukumnya bagi para pengurus(ustadz)
untuk tidak hanya mengajarkan teori semata, akan tetapi juga
mengajarkan secara praktik sehari-hari. Karena pengurus
adalah sebagai teladan sehari-hari bagi para santri untuk dapat
merubah sikap yang dulunya tidak baik menjadi baik, dan yang
dulunya tidak terpuji menjadi terpuji. Selain itu para santri juga
digembleng selama 24jam dalam sehari untuk wajib mengkuti
semua kegiatan yang telah ditentukan, dari mulai bangun tidur
sampai nantinya tidur lagi. Hal ini bertujuan agar nantinya
para santri mempunyai fisik dan mental yang tangguh untuk
kembali kemasyarakat dan tatap teguh pada
pendiriannya”(W/Ustadz Muhlisin/04-04-2016).

Untuk mengetahui bahwa pendidikan dan pembinaan moral sudah

dilaksanakan dengan baik, maka penulis juga mewawancarai

66
beberapa santri putra sebagai sampel. Hal ini di sampaikan oleh santri

yang bernama Ahmad Fatchur Rohman sebagai berikut.

“Pada saat mengaji para santri disamping diberi penjelasan


tentang suatu bab, kita juga sering diajarkan bagai mana tata
caranya dalam bersikap. Seperti contoh, kita diajarkan
larangan untuk mengumpat atau bicara kotor, hal itu juga yang
kemudian sedikit demi sedikit kita terapkan dan kita lakukan,
agar hal yang baik ini nantinya menjadi kebiasaan yang baik
pula bagi kami”(W/AF/04/04/2016).

Kemudian santri yang bernama Ahmad Romadhon juga

menambahi

“Bahwa selain diri kita sendiri yang berusaha untuk tidak


mengumpat, sering sekali sesama santri juga saling
mengingatkan agar tidak mengumpat atau berbicara
kotor”(W/AR/04-04-2916).

3. Faktor-faktor Pedukung dan Penghambat Pembinaan Moral

Dari hasil wawancara penulis dengan informan yaitu pengurus dan

beberapa santri, kemudian penulis melakukan wawancara lagi kepada

pengurus tentang faktor-faktor apa saja yang mendukung dan

menghambat pengurus dalam rangka membina moral para santri.

Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam rangka

pembinaan moral santri seperti yang dituturkan oleh ustadz Muhlisin

sebagai berikut:

“Untuk faktor-faktor yang mendukung keberhasilan


pembinaan moral para santri tentunya yang pertama adalah
dari diri santri itu sendiri, bahwa santri sadar dan paham akan
tujuan dirinya dari rumah ke pondok untuk apa. Kemudian yang
kedua adalah peran teman-teman atau para santri dalam
membantu untuk saling mengingatkan satu sama lain agar dapat
terbentuk moral yang baik bagi dirinya sendiri ataupun santri
yang lain. Selanjutnya faktor-faktor penghambat keberhasilan

67
pembinaan moral para santri yang pertama adalah kurangnya
SDM dari pengurus sendiri, kemudian yang kedua adalah tidak
adanya pagar pembatas antara pondok dengan perkampungan
penduduk sekitar, sehingga hal tersebut juga dapat
mempengaruhi para santri dalam proses pembentukan
moralnya”(W/ustadz Muhlisin/04-04-2016).

68
BAB IV

ANALISIS DATA

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis ketika

melakukan penelitian di pondok pesantren Wasilatul Huda melalui

metode wawancara, metode observasi di lapangan dan pada informan

yaitu wali santri, maka penulis dapat menganalisis hal-hal apa saja

yang terkait dengan motivasi orang tua memilih pondok pesantren

sebagai sarana pembinaan moral anak (studi kasus wali santri pondok

pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal). Kemudian setelah penulis

melakukan wawancara langsung dengan wali santri, lurah pondok,

dan beberapa santri di pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh

Kendal, maka penulis menemukan beberapa hal sebagai berikut ini:

A. Motivasi Orang Tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak

Setelah menyimak uraian-uraian tersebut di atas

sebagaimana yang diketahui bersama bahwa dari berbagai macam

jenis motivasi antara lain motivnasi bawaan, motivasi yang

dipelajari, motivasi organis, motivasi darurat, motivasi nobjektif,

motivasi jasmaniah, motivasi rohaniyah, motivasi nintrinsik, dan

69
motivasi ektrinsik. Maka penulis mempolakan motivasi mennjadi

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Adapun hasil

wawancara dengan wali santri tersebut yang termasuk dalam

motivasi intrinsik orang tua memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral adalah:

1. Harapan agar anaknya mempunyai pegangan hidup yang baik,

yaitu dapat mengetahui antara halal haram dan baik buruk

2. Agar menjadi anak yang berperilaku baik

3. Agar menjadi anak yang sopan dan tidak neko-neko

4. Agar menjadi anak yang takdhim kepada Kyai

Hal ini dapat dibuktikan sesuai dari isi wawancara dengan Bapak

DJ sebagai berikut:

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul


Huda karena menurut saya pondok pesantren tersebut mampu
menutup rasa kegelisahan hati saya dengan kegiatan-kegiatan
positif yang dilakukan sehari-hari mas. Karena ketika melihat
lingkungan di desa saya yang semakain hari semakain
memprihatinkan, banyak anak muda yang sering nongkrong tidak
jelas, mabuk-mabukan, mencuri dan sebagainya. Maka dari itu
saya kira perlu bagi saya untuk memondokkan anak saya agar
nantinya anak saya mempunyai pegangan dalam hidup untuk
dapat menjauhi hal-hal tersebut”(W/DJ/OR/1/03-04-2016).

70
Hal serupa juga di utarakan oleh Bapak AM:

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul


Huda karena di pondok pesantren tersebut kegiatannya full diisi
dengan kegiatan yang positif, dan anak saya tidak neko-
neko”(W/AM/OR/2/03-04-2016).

Selanjutnya juga dituturkan oleh Ibu CS:

“Alasan saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda


karena selain pondoknya yang bersih dan kondusif, juga saya
melihat abah Adib ini sangat karismatik dan mampu meluluhkan
hati setiap santri-santrinya, sehingga tidak ada satu santripun
yang berani tidak takdhim dengan beliau”(W/CS/OR/4/03-04-
2016).

Selain motivasi intrinsik, juga terdapat motivasi ekstrinsik dari hasil

wawancara yang dilakukan penulis kepada wali santri, antara lain

sebagai berikut:

1. Karismatik dari figur Kyai, kyai yang „arif dan penuh kewibawaan

2. Pengaruh dari lingkungan sekitar wali santri

3. Pola pendidikan dan pembinaan moral yang cukup bagus

4. Pondok pesantren yang berjarak cukup terjangkau

Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bapak MH:

“Anak saya tak pondokkan karena dulu anak saya itu nakal,
sering ngeyel dengan orang tua, sehingga saya mimilih pondok
pesantren Wasilatul Huda karena dipondok tersebut pondoknya
lumayan terjangkau dari rumah saya dan tentunya mempunyai
pengasuh yang sangat karismatik dan wibawa, jadi ya biar anak
saya bisa takdhim dan mau mencontoh sikap-sikap beliau dalam
berperilaku sehari-hari”(W/MH/OR/3/03-04-2016).

71
Selanjutnya Ibu WR juga memaparkannya:

”Anak saya itu manjanya tidak ketulungan mas, pada


akhirnya saya memilih untuk memondokkan anak saya di pon pes
Wasilatul Huda, karena disini semua santri diajarkan untuk hidup
secara mandiri dan yang terpenting adalah disini dilatih agar
semuanya dapat bersikap andap ashor terhadap orang yang lebih
tua mas”(W/WR/OR/5/03-04-2016).

Kemudian hasil wawancara dengan Bapak AS:

“Alasan saya memondokkan anak saya ya karena anak saya tidak


mau sekolah dan bermanja-manja dirumah mas, maka dari itu
saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda karena
dulu istri saya juga alumni pondok sini, jadi agar nantinya anak
saya bisa seperti ibunya mas, pintar mengaji, sopan, mandiri,
tentunya tetap hormat terhadap orang tua, begitu
mas”(W/AS/OR/6/03-04-2016).

Melihat beberapa temuan di atas maka dapat diketahui bahwa

sebagian besar wali santri memiliki motivasi agar kelak anaknya

menjadi pribadi yang baik, sholih, sopan, dan mempunyai pegangan

hidup agar tidak neko-neko. Dan motivasi orasng tua sangatlah

berperan penting bagi perkembangan pendidikan anaknya.

B. Model Pembinaan Moral Santri

Berdasarkan teori yang mengatakan tentang metode-metode

pembinaan moral, yaitu dengan metode uswah (teladan), metode

pendidikan dengan adat kebiasaan, metode memberikan nasehat,

metode pendidikan dengan perhatian, metode pendidikan dengan

72
memberikan hukuman, dan juga hasil wawancara dengan Pembina

dan lurah pondok pesantren Wasilatul Huda Gemuh Kendal, maka

dapat penulis analisis bahwa metode atau model pembinaan moral

yang digunakan adalah terletak pada memberikan uswah teladan

atau contoh yang baik di samping para santri mengikuti kegiatan

mengaji secara rutin. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan

wawancara dengan ustadz Fatkhuri :

“Pendidikan dan pembinaan moral bagi santri di pon pes ini


lebih kita tekankan pada aspek pencontohan sikap dan tingkah
laku sehari-hari. Hal ini kenapa kita lakukan, karena sering
tanpa kita sadari bahwa kita ini selalu terjebak dengan hal-hal
yang bersifat teoritis dan mininggalkan hal-hal yang bersifat
praktik. Seperti contoh hal kecil yang sering kita lakukan.
Mengingatkan anak kita untuk minum dengan menggunakan
tangan kanan dan dengan posisi duduk, akan tetapi tanpa kita
sadari kita juga sering lupa untuk melakukan hal tersebut.
Karena kita tidak pernah membiasakan diri kita untuk
melakukan hal-hal tersebut. Maka dari itu pondok pesantren
Wasilatul Huda lebih menekannkan pada hal-hal yang bersifat
praktik tanpa mengkesampingkan hal-hal yang bersifat teoritis
juga”(W/Ustadz Fatkhuri/04-04-2016).

Menyambung dengan ustadz Fatkhuri, ustadz Muhlisin juga

memberikan keterangan sebagai berikut :

“Dalam menjalankan pendidikan dan pembinaan moral bagi


para santri, maka wajib hukumnya bagi para pengurus(ustadz)
untuk tidak hanya mengajarkan teori semata, akan tetapi juga
mengajarkan secara praktik sehari-hari. Karena pengurus
adalah sebagai teladan sehari-hari bagi para santri untuk dapat
merubah sikap yang dulunya tidak baik menjadi baik, dan yang
dulunya tidak terpuji menjadi terpuji. Selain itu para santri juga
digembleng selama 24jam dalam sehari untuk wajib mengkuti
semua kegiatan yang telah ditentukan, dari mulai bangun tidur

73
sampai nantinya tidur lagi. Hal ini bertujuan agar nantinya
para santri mempunyai fisik dan mental yang tangguh untuk
kembali kemasyarakat dan tatap teguh pada
pendiriannya”(W/Ustadz Muhlisin/04-04-2016).

Dari hasil paparan wawancara tersebut dapat penulis

sampaikan bahwa model atau metode pembinaan moral yang

dilakukan atau digunakan di pondok pesantren Wasilatul Huda

Gemuh Kendal menggunakan metode memberikan contoh yang

baik (uswah). Karena dengan metode uswah sangat efektif dan

relevan dengan perkembangan zaman dibandingkan dengan

metode pemberian hukuman. Salah satu contoh penerapan metode

uswah Misalnya seperti ketika minum dengan menggunakan

tangan kanan dan dengan posisi duduk.

C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan

moral santri

Dalam suatu lembaga pendidikan pasti tidak luput dari

faktor- faktor pendukung dan juga faktor- faktor penghambat. Hal

ini selain dapat menghambat dalam pendidikan, juga dapat menjadi

bahan evaluai bagi lembaga pendidikan tersebut agar dapat

mengembangkan lembaga pendidikannya menjadi lebih baik lagi.

Dari hasil wawancara penulis dengan lurah pondok pesantren

74
Wasilatul Huda Gemuh Kendal tentang faktor-faktor yang menjadi

pendukung dan penghambat dalam pembinaan moral santri ternyata

ada dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor pendukung

pembinaan moral santri yaitu terletak dari diri santri tersebut, yang

sadar akan tujuan baiknnya dari rumah. Adapun faktor yang kedua

adalah faktor penghambatnya yaitu kondisi lingkungan dari sekitar

pondok pesantren. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara

penulis dengan ustadz Muhlisin sebagai berikut :

“Untuk faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembinaan


moral para santri tentunya yang pertama adalah dari diri santri
itu sendiri, bahwa santri sadar dan paham akan tujuan dirinya
dari rumah ke pondok untuk apa. Kemudian yang kedua adalah
peran teman-teman atau para santri dalam membantu untuk
saling mengingatkan satu sama lain agar dapat terbentuk moral
yang baik bagi dirinya sendiri ataupun santri yang lain.
Selanjutnya faktor-faktor penghambat keberhasilan pembinaan
moral para santri yang pertama adalah kurangnya SDM dari
pengurus sendiri, kemudian yang kedua adalah tidak adanya
pagar pembatas antara pondok dengan perkampungan
penduduk sekitar, sehingga hal tersebut juga dapat
mempengaruhi para santri dalam proses pembentukan
moralnya”(W/ustadz Muhlisin/04-04-2016).

Dari hasil pemaparan wawancara di atas tersebut dapat penulis

sampaikan bahwa faktor-faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat pembinaan moral santri adalah sebagai berikut:

75
1. Faktor pendukung pembinaan moral santri di pondok pesantren

Wasilatul Huda

a. Dari dalam diri santri itu sendiri yang sadar akan tujuannya

dari rumah

b. Sesama santri yang saling mengingatkan satu sama lain

2. Faktor penghambat pembinaan moral santri di pondok

pesantren Wasilatul Huda

a. Sumber daya manusia atau jumlah dari pengurus yang

sedikit

b. Lingkungan pondok pesantren yang tidak ada pagara

pembatasnya dengan perkampungan penduduk sekitar

76
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis maka penulis dapat mengambil bebrapa

kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

1. Motivasi Orang Tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak

Adapun motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral bagi anaknya adalah mencakup dua jenis

motivasi, yang pertama yaitu motivasi instrinsik dimana orang tua

sangat berharap nantinya anak-anaknya dapat menjadi anak yang

berperilaku baik, sopan, punyai pegangan hidup yang biak, tidak

neko-neko, serta menjadi anak yang takdhim kepada Kyai.

Sedangkan yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik antara lain yaitu

karismatik dari Kyai, pengaruh dari lingkungan sekitar wali santri, pola

pendidikan dan pembinaan moral yang lumayan bagus, dan jarak

pondok pesantren yang lumayan terjangkau.

2. Model Pembinaan Moral Santri

Adapun model pendidikan dan pembinaan moral bagi santri di

pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai berikut, yaitu menggunakan

metode atau model keteladanan atau pemberian contoh yang baik dalam

kehidupan sehari-hari di samping para santri mengikuti kegiatan

mengaji secara rutin.

77
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan

Moral Santri

Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

proses pembinaan moral santri sebagai berikut:

a. Faktor pendukung

1) Dari diri santri itu sendiri yang sadar akan tujuannya dari

rumah

2) Sesama santri yang saling mengingatkan satu sama lain

b. Faktor penghambat

1) Sumber daya manusia atau jumlah dari pengurus yang sedikit

2) Lingkungan pondok pesantren yang tidak ada pagar

pembatasnya dengan perkampungan penduduk sekitar

B. Saran

Sehubungan dengan adanya pembahasan masalah dalam skripsi ini,

maka peneliti memandang perlu untuk menyampaikan saran-saran antara

lain:

1. Saran untuk orang tua

a. Sebaiknya orang tua bisa lebih memantau perkembangan anaknya di

pondok pesantren dengan cara menjenguknya minimal 1 bulan

sekali.

b. Orang tua jangan begitu saja lepas tangan dalam proses pembinaan

moral anaknya, walaupun di pondok pesantren.

78
2. Saran bagi pengurus

a. Agar pengurus juga selalu berusaha meningkatkan kualitasnya

dalam membina moral para santri.

b. Pengurus juga tidak putus asa dalam membina moral para santri.

79
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. 1992.Sosiologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Alquran Terjemah. TT. Yayasan Bina Muwahidin. Bekasi.Sukses

Publishing.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Bashori, Khoiruddin. 2003.Problem Psikologi Kaum Santri Resiko


Insekuritas Kelekatan. Yogyakarta: FKBA Sanggrahan.

Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah.


Jakarta.
Departemen Agama RI Tahun 2003.

Depag. RI, Op. Cit., hlm. 670

Departemen Pendidikan Nasional.2007.KamusBesarBahasa Indonesia


Edisiketiga. Jakarta: BalaiPustaka.

Dhofier, Zamakhsyari. 1985.Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan


Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Dian Nafi dkk. 2007.Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: PT.


LKIS Pelagi Aksara.

Djamarah, SyaifulBahri. 2004.PolaKomunikasi Orang TuadanAnakdalam


Keluarga.Jakarta: RinekaCipta.

Dr. Abdullah Nashih Ulwan..Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam.


Semarang: Asy-syifa`.

Ghazali, Bahri. 2003. Pesantren berwawasan lingkungan. Jakarta: CV


prasasti.

Hamzah. 2011.Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

80
Humalik, Oemar. 1995.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ihsan, Fuad.2010.Dasar-dasarKependidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Imam Muslim. t.th.Sahih Muslim, juz IV. Lebanon: Dar al-Kutbi al-

Ilmiah.

Mila, 2011. “Pendidikan Agama Islam Bagi Narapidana di Rutan KelasII


B Salatiga”. Skripsi: Tidak Terbit
Moleong, Lexy J. 2005.“Metodologi Penelitian Kulitatif’. Jakarta: Radja
Grasindo Persada.

M. Ngalim Purwanto. 1996.Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 1998.Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sardiman. 1986. InteraksidanMotivasiMelajarMengajar. Jakarta:

Rajawali.

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D


cetakan
ke-18. Bandung: Alfabeta.

Sunan at-Tirmidzi. t.th. al-Jami’us Sahih. Lebanon: Dar al-Kutbi.

Sunarto dan B. Agung Hartono. 2002.Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta:
Rineka Cipta.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002. Perlindungan Anak.

Uno, Hamzah B. 2008.Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis


Dibidang
Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

http://kbbi.web.id/moral, diunduhtanggal 22 Desember 2015, pukul 21.00 WIB.

81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : AHMAD NOOR MUHIB HIDAYATULLOH

TTL : KENDAL, 5 MEI 1993

ALAMAT : DESA NGAWENSARI 04/01, RINGINARUM-KENDAL.

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD N PURWOREJO TAHUN 2006

SMP N 1 GEMUH TAHUN 2008

SMA N 1 CEPIRING TAHUN 2011

IAIN SALATIGA TAHUN 2016

82
PEDOMAN WAWANCARA

1. Daftar pertanyaan wawancara dengan wali santri

a. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

b. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

c. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul Huda?

d. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral anak?

2. Daftar pertanyaan wawancara dengan pengurus pondok pesantren

Wasilatul Huda

a. Bagaimanakah Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina

moral santri?

b. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat Pondok

Pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral santri?

83
Kode Penelitian

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK PESANTREN SEBAGAI


SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK (Studi Kasus Wali Santri di
Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal)

1. Informan
 Dwijo (DJ)
 Sumadyo (SM)
 Muhri (MH)
 Chasmiatun (CS)
 Ahmad Saifudin (AS)
 Warti (WR)

2. Metode
Kode Metode Penelitian
W Wawancara
O Observasi
D Dokumentasi

3. Media Penyimpanan Data


Kode Penyimpanan Data
F File
FT Foto
C Catatan

4. Kategori Data
Kode Keterangan
WS Wali Santri
I Ibu
B Bapak

84
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Dwijo

B. Wali santri dari : A.Khoirul Anam

C. Alamat : Kendal

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Petani

F. Waktu : 09.00 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya mas, benar.

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Ahmad Khoirul Anam mas

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul Huda?

Ya karena saya sering sowan ke abah Adib mas

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral anak?

Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul Huda

karena menurut saya pondok pesantren tersebut mampu menutup rasa

kegelisahan hati saya dengan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan

85
sehari-hari mas. Karena ketika melihat lingkungan di desa saya yang

semakain hari semakain memprihatinkan, banyak anak muda yang sering

nongkrong tidak jelas, mabuk-mabukan, mencuri dan sebagainya. Maka

dari itu saya kira perlu bagi saya untuk memondokkan anak saya agar

nantinya anak saya mempunyai pegangan dalam hidup untuk dapat

menjauhi hal-hal tersebut.

86
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Sumadyo

B. Wali santri dari : Lutfi asfiyah

C. Alamat : Batang

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Petani

F. Waktu : 09.30 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya benar mas

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Lutfi Asfiyah mas

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul Huda?

Karena saya dari dulu sering sowan ke abah Adib mas

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral anak?

Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul Huda

karena di pondok pesantren tersebut kegiatannya full diisi dengan

kegiatan yang positif, dan anak saya tidak neko-neko.

87
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Muhri

B. Wali santri dari : Ainul Yaqin

C. Alamat : Kendal

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Petani

F. Waktu : 10.00 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya benar mas

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Ainul Yaqin

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul Huda?

Dari tetangga saya mas, anaknya dulu juga ada yang mondok disisni

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral anak?

Anak saya tak pondokkan karena dulu anak saya itu nakal, sering ngeyel

dengan orang tua, sehingga saya mimilih pondok pesantren Wasilatul

Huda karena dipondok tersebut pondoknya lumayan terjangkau dari

88
rumah saya dan tentunya mempunyai pengasuh yang sangat karismatik

dan wibawa, jadi ya biar anak saya bisa takdhim dan mau mencontoh

sikap-sikap beliau dalam berperilaku sehari-hari.

89
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Casmiatun

B. Wali santri dari : Ahmad Fatchur R

C. Alamat : Batang

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Pedagang

F. Waktu : 13.00 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya benar mas

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Ahmad Fatchur Rohman

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul Huda?

Karena saya dari dulu sering sowan ke abah Adib mas, dan anak saya

yang pertama dulu juga pernah mondok disini

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren sebagai

sarana pembinaan moral anak?

Alasan saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda karena

selain pondoknya yang bersih dan kondusif, juga saya melihat abah

90
Adib ini sangat karismatik dan mampu meluluhkan hati setiap santri-

santrinya, sehingga tidak ada satu santripun yang berani tidak takdhim

dengan beliau.

91
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Warti

B. Wali santri dari : Putri Qurrotu Aini

C. Alamat : Kendal

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Pedagang

F. Waktu : 16.00 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya benar mas

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Putri Qurrotu Aini

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul

Huda?

Karena dulu saya adalah temannya bu nyai ketika di pondok

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren

sebagai sarana pembinaan moral anak?

Anak saya itu manjanya tidak ketulungan mas, pada akhirnya saya

memilih untuk memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda,

92
karena disini semua santri diajarkan untuk hidup secara mandiri dan

yang terpenting adalah disini dilatih agar semuanya dapat bersikap

andap ashor terhadap orang yang lebih tua mas.

93
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Ahmad Saifudin

B. Wali santri dari : Sri Murwati

C. Alamat : Batang

D. Tanggal : 3 April 2016

E. Pekerjaan : Pedagang

F. Waktu : 13.30 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana

pembinaan moral anak.

A. Apakah Bapak/Ibu merupakan wali santri dari salah satu santri di

pondok pesantren ini?

Iya benar mas

B. Siapa nama anak Bapak/Ibu yang mondok disini?

Nama anak saya Sri Murwati mas

C. Darimana Bapak/Ibu mengetahui pondok pesantren Wasilatul

Huda?

Karena banyak tetangga saya yang memondokkan anaknya disini

mas

D. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu memilih pondok pesantren

sebagai sarana pembinaan moral anak?

94
Alasan saya memondokkan anak saya ya karena anak saya tidak

mau sekolah dan bermanja-manja dirumah mas, maka dari itu saya

memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda karena dulu

istri saya juga alumni pondok sini, jadi agar nantinya anak saya bisa

seperti ibunya mas, pintar mengaji, sopan, mandiri, tentunya tetap

hormat terhadap orang tua, begitu mas.

95
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Fatkhuri

B. Alamat : Kendal

C. Tanggal : 4 April 2016

D. Jabatan : Pembina Pondok Pesantren Wasilatul Huda

E. Waktu : 21.00 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Pembinaan Moral Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda.

A. Bagaimanakah Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina

moral santri?

Pendidikan dan pembinaan moral bagi santri di pon pes ini lebih
kita tekankan pada aspek pencontohan sikap dan tingkah laku
sehari-hari. Hal ini kenapa kita lakukan, karena sering tanpa kita
sadari bahwa kita ini selalu terjebak dengan hal-hal yang bersifat
teoritis dan mininggalkan hal-hal yang bersifat praktik. Seperti
contoh hal kecil yang sering kita lakukan. Mengingatkan anak kita
untuk minum dengan menggunakan tangan kanan dan dengan
posisi duduk, akan tetapi tanpa kita sadari kita juga sering lupa
untuk melakukan hal tersebut. Karena kita tidak pernah
membiasakan diri kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Maka
dari itu pondok pesantren Wasilatul Huda lebih menekannkan
pada hal-hal yang bersifat praktik tanpa mengkesampingkan hal-
hal yang bersifat teoritis juga.

96
TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas informan

A. Nama : Muhlisin

B. Alamat : Batang

C. Tanggal : 4 April 2016

D. Jabatan : Lurah Pondok Pesantren Wasilatul Huda

E. Waktu : 20.30 WIB

2. Daftar pertanyaan wawancara

Pembinaan Moral Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda.

A. Bagaimanakah Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina

moral santri?

Dalam menjalankan pendidikan dan pembinaan moral bagi para

santri, maka wajib hukumnya bagi para pengurus (ustadz) untuk

tidak hanya mengajarkan teori semata, akan tetapi juga

mengajarkan secara praktik sehari-hari. Karena pengurus adalah

sebagai teladan sehari-hari bagi para santri untuk dapat merubah

sikap yang dulunya tidak baik menjadi baik, dan yang dulunya

tidak terpuji menjadi terpuji. Selain itu para santri juga digembleng

selama 24jam dalam sehari untuk wajib mengkuti semua kegiatan

yang telah ditentukan, dari mulai bangun tidur sampai nantinya

tidur lagi. Hal ini bertujuan agar nantinya para santri mempunyai

fisik dan mental yang tangguh untuk kembali kemasyarakat dan

tatap teguh pada pendiriannya.

97
B. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat

Pondok Pesantren Wasilatul Huda dalam membina moral santri?

Untuk faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembinaan

moral para santri tentunya yang pertama adalah dari diri santri itu

sendiri, bahwa santri sadar dan paham akan tujuan dirinya dari

rumah ke pondok untuk apa. Kemudian yang kedua adalah peran

teman-teman atau para santri dalam membantu untuk saling

mengingatkan satu sama lain agar dapat terbentuk moral yang baik

bagi dirinya sendiri ataupun santri yang lain. Selanjutnya faktor-

faktor penghambat keberhasilan pembinaan moral para santri yang

pertama adalah kurangnya SDM dari pengurus sendiri, kemudian

yang kedua adalah tidak adanya pagar pembatas antara pondok

dengan perkampungan penduduk sekitar, sehingga hal tersebut juga

dapat mempengaruhi para santri dalam proses pembentukan

moralnya.

98
REDUKSI DATA

Identitas informan

G. Nama : Dwijo

H. Alamat : Kendal

I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Petani

K. Waktu : 09.00 WIB

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul Huda

karena menurut saya pondok pesantren tersebut mampu menutup rasa

kegelisahan hati saya dengan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan

sehari-hari mas. Karena ketika melihat lingkungan di desa saya yang

semakain hari semakain memprihatinkan, banyak anak muda yang sering

nongkrong tidak jelas, mabuk-mabukan, mencuri dan sebagainya. Maka

dari itu saya kira perlu bagi saya untuk memondokkan anak saya agar

nantinya anak saya mempunyai pegangan dalam hidup untuk dapat

menjauhi hal-hal tersebut”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

99
G. Nama : Sumadyo

H. Alamat : Batang

I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Petani

K. Waktu : 09.30 WIB

“Saya memondokkan anak saya di pondok pesantren Wasilatul Huda

karena di pondok pesantren tersebut kegiatannya full diisi dengan

kegiatan yang positif, dan anak saya tidak neko-neko”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

G. Nama : Muhri

H. Alamat : Kendal

100
I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Petani

K. Waktu : 10.00 WIB

“Anak saya tak pondokkan karena dulu anak saya itu nakal, sering

ngeyel dengan orang tua, sehingga saya mimilih pondok pesantren

Wasilatul Huda karena dipondok tersebut pondoknya lumayan

terjangkau dari rumah saya dan tentunya mempunyai pengasuh yang

sangat karismatik dan wibawa, jadi ya biar anak saya bisa takdhim dan

mau mencontoh sikap-sikap beliau dalam berperilaku sehari-hari”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

G. Nama : Chasmiatun

H. Alamat : Batang

I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Pedagang

101
K. Waktu : 13.00 WIB

“Alasan saya memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda

karena selain pondoknya yang bersih dan kondusif, juga saya melihat

abah Adib ini sangat karismatik dan mampu meluluhkan hati setiap

santri-santrinya, sehingga tidak ada satu santripun yang berani tidak

takdhim dengan beliau”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

G. Nama : Warti

H. Alamat : Kendal

I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Pedagang

K. Waktu : 16.00 WIB

102
“Anak saya itu manjanya tidak ketulungan mas, pada akhirnya saya

memilih untuk memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda,

karena disini semua santri diajarkan untuk hidup secara mandiri dan

yang terpenting adalah disini dilatih agar semuanya dapat bersikap

andap ashor terhadap orang yang lebih tua mas”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

G. Nama : Ahmad Saifudin

H. Alamat : Batang

I. Tanggal : 3 April 2016

J. Pekerjaan : Pedagang

K. Waktu : 13.30 WIB

“Alasan saya memondokkan anak saya ya karena anak saya tidak

mau sekolah dan bermanja-manja dirumah mas, maka dari itu saya

103
memondokkan anak saya di pon pes Wasilatul Huda karena dulu

istri saya juga alumni pondok sini, jadi agar nantinya anak saya bisa

seperti ibunya mas, pintar mengaji, sopan, mandiri, tentunya tetap

hormat terhadap orang tua, begitu mas”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

F. Nama : Fatkhuri

G. Alamat : Kendal

H. Tanggal : 4 April 2016

I. Jabatan : Pembina Pondok Pesantren Wasilatul Huda

J. Waktu : 21.00 WIB

“Pendidikan dan pembinaan moral bagi santri di pon pes ini


lebih kita tekankan pada aspek pencontohan sikap dan tingkah
laku sehari-hari. Hal ini kenapa kita lakukan, karena sering tanpa
kita sadari bahwa kita ini selalu terjebak dengan hal-hal yang
bersifat teoritis dan mininggalkan hal-hal yang bersifat praktik.

104
Seperti contoh hal kecil yang sering kita lakukan. Mengingatkan
anak kita untuk minum dengan menggunakan tangan kanan dan
dengan posisi duduk, akan tetapi tanpa kita sadari kita juga sering
lupa untuk melakukan hal tersebut. Karena kita tidak pernah
membiasakan diri kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Maka
dari itu pondok pesantren Wasilatul Huda lebih menekannkan
pada hal-hal yang bersifat praktik tanpa mengkesampingkan hal-
hal yang bersifat teoritis juga”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

F. Nama : Muhlisin

G. Alamat : Batang

H. Tanggal : 4 April 2016

I. Jabatan : Lurah Pondok Pesantren Wasilatul Huda

J. Waktu : 20.30 WIB

“Dalam menjalankan pendidikan dan pembinaan moral bagi para

santri, maka wajib hukumnya bagi para pengurus (ustadz) untuk

tidak hanya mengajarkan teori semata, akan tetapi juga

mengajarkan secara praktik sehari-hari. Karena pengurus adalah

sebagai teladan sehari-hari bagi para santri untuk dapat merubah

105
sikap yang dulunya tidak baik menjadi baik, dan yang dulunya

tidak terpuji menjadi terpuji. Selain itu para santri juga digembleng

selama 24jam dalam sehari untuk wajib mengkuti semua kegiatan

yang telah ditentukan, dari mulai bangun tidur sampai nantinya

tidur lagi. Hal ini bertujuan agar nantinya para santri mempunyai

fisik dan mental yang tangguh untuk kembali kemasyarakat dan

tatap teguh pada pendiriannya”.

REDUKSI DATA

Identitas informan

1. Nama : Muhlisin

2. Alamat : Batang

3. Tanggal : 4 April 2016

4. Jabatan : Lurah Pondok Pesantren Wasilatul Huda

5. Waktu : 20.30 WIB

“Untuk faktor-faktor yang mendukung keberhasilan

pembinaan moral para santri tentunya yang pertama adalah dari

diri santri itu sendiri, bahwa santri sadar dan paham akan tujuan

dirinya dari rumah ke pondok untuk apa. Kemudian yang kedua

adalah peran teman-teman atau para santri dalam membantu

untuk saling mengingatkan satu sama lain agar dapat terbentuk

106
moral yang baik bagi dirinya sendiri ataupun santri yang lain.

Selanjutnya faktor-faktor penghambat keberhasilan pembinaan

moral para santri yang pertama adalah kurangnya SDM dari

pengurus sendiri, kemudian yang kedua adalah tidak adanya

pagar pembatas antara pondok dengan perkampungan penduduk

sekitar, sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi para

santri dalam proses pembentukan moralnya”.

107
Wawancara dengan Ibu CS

Wawancara dengan Bapak AS

108
Wawancara dengan lurah Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Wawancara dengan Ibu WR

109
Wawancara dengan pembina Pondok Pesantren Wasilatul Huda

Suasana santri sebelum sholat berjamaah

110
Suasana santri pada saat selesai sholat berjamaah

Suasana santri saat bermusyawarah bersama

111
Suasana pengajian santri menurut kelas masing-masing

Pondok Pesantren Wasilatul Huda dari depan

112

Anda mungkin juga menyukai