Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Guru
1. Pengertian Guru
Guru merupakan seorang tenaga pendidik yang mendidik,
mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih dan memberikan
penilaian serta evaluasi kepada peserta didik. Guru adalah orang yang
mempunyai tanggung jawab untuk membimbing peserta didik. Guru juga
seorang yang menjadi panutan dalam setiap tingkah laku, ucapan dan
perkataan. Zakiah Daradjat dkk (2008:226) mengemukakan bahwa “guru
adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat
memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing siswa”.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2009 disebutkan
dalam bab I pasal 1 ayat 1 bahwa guru adalah pendidik professional yang
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Nawawi (2015:280) guru adalah “orang dewasa yang
memberikan ilmu pengetahuan yang karena peranannya berkewajiban
memberikan pendidikan kepada peserta didik”. Guru juga seorang
pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar
peserta didiknya dapat memahami dan menerapkan ilmu yang diberikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
secara umum adalah seorang pendidik yang bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina peserta didik. Seorang guru juga
berkewajiban mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada orang lain.

8
9

2. Peran Guru
Peran dapat diartikan laku, bertidak. Seorang guru memegang
peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peran diartikan sebagai perangkat tingkah
laku yang diharapkan di miliki oleh orang yang berkedudukan (Alwi
Hasan, 2013: 584). Menurut Soerjono Soekarno (2002: 243) mengatakan
bahwa “peran merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai maka ia menjalankan suatu
peran”.
Menurut Habel (2015: 15) peran merupakan aspek dinamis dari
kedudukan atau status. Apabila seseorang menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan
suatu peran. Seperti halnya guru dan peserta didik, guru memeiliki peranan
yang sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya pada saat kegiatan
belajar mengajar, karena pada dasarnya peserta didik memerlukan peran
seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan
pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Guru memeiliki beberapa peran dikutip dari Ahmadi (2018:80) peran
guru adalah sebagai berikut:
a. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran
yang dilaksanakannya di kelas. Namun demikian kegiatan guru tidak
hanya berkaitan dengan pembelajaran guru juga melakukan serangkai
kegiatan persiapan tentang materi pembelajaran dan bagaimana kegiatan
pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. Tugas-tugas dalam persiapan
pembelajaran antara lain adalah membuat RPP, membuat catatan tentang
materi pembelajaran, mempersiapkan alat dan media pembelajaran,
menulis kisi-kisi tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, baik untuk
dikerjakan di kelas atau di rumah.
10

RPP yang dibuat oleh guru bukan hanya sebagai pedoman bagi
guru dan diberikan kepada kepala sekolah, para siswa juga harus
mengetahui isi RPP tersebut. Dengan demikian mereka memiliki
gambaran tentang materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan sehingga para siswa membuat persiapan belajar sejak awal.
Catatan kecil antara lain berupa sajian materi pelajaran menjadi
sistematis, mengurangi pengulangan yang tidak perlu dan mengingat
materi yang akan disampaikan sehingga peserta didik berkeyakinan
bahwa guru tersebut siap dan mampu mengajar. Alat peraga atau media
pembelajaran sangat penting pada saat guru berada di kelas dan agar
penyampaian materi pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Guru juga harus mempersiapkan beberapa soal atau tugas yang
harus diselesaikan oleh siswa.
Tugas guru yang harus dilaksankan pada saat pembelajaran antara
lain adalah membuka pembelajaran dengan salam, kemudian diikuti do’a
bersama, memberikan motivasi kepada para siswa sehingga siswa siap
menerima pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, membuka sesi
Tanya jawab atau diskusi, melakukan evaluasi memberikan tugas dan
menutup pembelajaran dengan do’a (Ahmadi, 2018:62).
b. Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik artinya bahwa tugas guru ini tidak hanya
menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga harus mampu
menanamkan nilai-nilai atau norma-norma baik norma sosial maupun
norma agama dengan materi pembelajaran. Guru juga perlu menanamkan
kepada diri siswa untuk membangun hubungan yang baik dan harmonis
antar siswa.
c. Guru sebagai Pembimbing/Pengarah
Guru sebagai pembimbing artinya guru juga memiliki tugas untuk
membantu siswa mencari jalan keluar dari masalah yang kadang mereka
hadapi sehingga tidak sampai mengganggu waktu belajar mereka. Guru
memberikan bantuan dalam batas mengajukan berbagai alternative
11

kemudian siswa sendiri yang memilih dan melaksanakannya, misalnya


siswa sering tidak berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran bantuan
yang mungkin diberikan misalnya menanyakan kepada siswa
bersangkutan mengapa dia tidak bisa berkonsentrasi, sehingga siswa
yang bersangkutan mengemukakan alasan terkait dengan masalah
tersebut.Guru juga mempunyai Jiwa kepemimpinan dalam peranan ini,
guru dalam hal ini dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai tujuan yang diinginkannya.
d. Guru sebagai pengelola
Guru sebagai pengelola mengandung dua maksud, yakni mengelola
dalam arti menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan dalam pembelajaran
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan serta pengelola dalam konteks pengolaan kelas. Pada
konteks yang pertama guru membuat perencanaan pembelajaran dengan
segala komponen terkait, pengorganisasian materi pembelajaran dan
siswa dalam kelas, menggerakan siswa bersemangat mengikuti
pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas, dan melakukan
pengawasan terhadap kegiatan belajar siswa (Ahmadi, 2018:64).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru
Pendidikan agama Islam tidak terbatas, artinya selain mengajar guru
agama juga bisa menjadi mentor atau penasehat bagi peserta didiknya
apabila dibutuhkan, dan apa yang telah disampaikan guru harus berusaha
untuk dicontohkan agar bisa diikuti peserta didiknya.

3. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 230) “guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaanya mengajar. Dalam bahasa Arab
disebut Muallim dan dalam bahasa inggris teacher, yakni A person whose
accupatian is teaching others, artinya guru ialah seseorang yang
pekerjaanya mengajar orang lain”.
12

Menurut Moh Fadhil Al-Djamali dalam buku ilmu Pendidikan


Islam (2012:54) menyebutkan bahwa “guru adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga
terangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh manusia”.
Menurut Jamil Sipritihaningrum (2016: 23) “guru dikenal dengan
al-mu’alimin atau al-ustad dalam bahasa arab, yang bertugas
memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya guru adalah seseorang
yang memberikan ilmu”. Guru disebut pendidik professional karena guru
itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut
mendidik anak.
Guru adalah “seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar, fasilitas belajar dan peranan lainnya. Guru juga
merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan
ruhaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup
berdiri sendiri” (Moh.Haitami Salim dalam Nur Kholis 2018: 11).
Sedangkan Pendidikan agama Islam adalah “usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami, menghayati
agam Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Sebagai
guru agama Islam haruslah taat kepada Allah SWT, menjalankakan
segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Bagaimana ia akan
mengajarkan dan mendidik anak untuk berbakti kepada Allah SWT,
kalau ia sendiri tidak megamalkannya. Jadi sebagai guru agama Islam
haruslah berpegang teguh pada agamanya, memberikan teladan yang baik
dan menjauhi yang buruk” (Nur Kholis, 2018: 14).
Pendidikan Agama Islam juga berperan “membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Allah SWT. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbudi luhur” (Farida Jaya, 2015: 39).
13

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru


Pendidikan Agama Islam merupakan orang yang melaksanakan kegiatan
bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yakni berakhlak
yang baik dan bertaqwa kepada Allah SWT.

4. Syarat-syarat menjadi guru agama Islam


Abu Ahmadi (2004:103-104) menyatakan “guru memerlukan
persyaratan-persyaratan disamping keahlian dan keterampilan Pendidikan
guru harus mempunyai solidaritas serta dapat bergaul dengan baik, harus
jujur terbuka dan penuh tanggung jawab”.
Menurut Moh. Uzer Ustman (2009: 8) “tingkat pendidikan yang
memadai, memiliki pengalaman mengajar atau masa kerja yang cukup,
mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, memiliki keterampilan,
mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi tugasnya, hal ini
dimaksudkan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam proses
pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien”.
Dengan adanya syarat-syarat sebagai seorang guru tersebut,
diharapkan dapat tercipta pelaksanaan tugas yang baik dalam mencapai
tujuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto (2006: 126) bahwa syarat-syarat sebagai seorang guru adalah
“memiliki ijazah yang selesai dengan peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, memiliki
kepribadian yang baik, mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas,
mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan sekolah”.
Pembahasan mengenai kompetensi guru juga di bahas Undang-
Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru BAB 4
Pasal 8, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan nasional.
14

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru


agama harus memiliki syarat sebagai guru agama, agar dapat
menjalankan tugasnya. Diantara tugasnya adalah harus beriman serta
berakhlak mulia. Disamping itu guru juga harus menguasai ilmu-ilmu
yang diajarkanya dan berusaha memberikan contoh yang baik bagi
peserta didiknya.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Pada saat pembelajaran didalam maupun diluar kelas memberikan
motivasi pada peserta didik sangat penting untuk membangkitkan gairah
aktivitas belajar peserta didik. Beberapa psikologi menyatakan bahwa
“motivasi merupakan karakteristik atau sifat kepribadian seseorang yang
dengan itu pula individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk
berprestasi, mempunyai perasaan cemas dalam menghadapi tes, atau
sabar dalam melakukan suatu pekerjaan” (Wahyuni, 2009: 21-22).
Menurut Mc. Donald yang dikutip Nyayu Khodijah (2014: 150)
mengatakan bahwa “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam
pribadi seseorang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi
mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 80)
menyatakan “didalam motivasi terkandung adanya keinginan
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dalam prilaku individu belajar”.
Sedangkan belajar adalah “suatu aktifitas untuk memproleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap,
dan mengokohkan kepribadian” (Suyono dan Hariyanto, 2009: 9).
Belajar memerlukan motivasi untuk membangkitkan gairah belajar
peserta didik sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik. Peserta didik yang giat belajar karena ingin mendapatkan nilai yang
tinggi adalah peserta didik yang rajin belajar. Keinginan untuk
mendapatkan nilai yang tinggi merupakan kebutuhan peserta didik. Oleh
15

karena itu, motivasi mempunyai peranan yang penting dalam belajar.


Motivasi belajar adalah “suatu dorongan yang dapat mengubah energi
yang ada pada diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sehingga motivasi belajar adalah
kondisi psikologis seseorang yang mendorong untuk belajar” (Khodijah,
2014: 150).
Hamzah mengemukakan bahwa “belajar adalah proses perubahan
tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja”.
Dalam arti yang lebih luas, belajar merupakan proses perubahan tingkah
laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
(Hamzah, 2011-21).
Motivasi juga merupakan “tenaga pendorong bagi seseorang agar
memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengebah
energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktifitas yang nyata untuk
mencapai tujuan tertentu” (Aunurrahman, 2016: 144).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah satu faktor yang mepengaruhi seseorang akan lebih giat dalam
melaksanakan segala aktivitas khususnya dalam proses perubahan pribadi
seseorang. Sedangkan motivasi berarti dorongan, kehendak atau kemauan
yang timbul baik dari dalam diri peserta didik, yang mampu
menimbulkan semangat belajar, memberikan arah pada kegiatan belajar
hingga mencapai tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Oemar Hamalik (2014: 90) dalam bukunya proses belajar
mengajar menguraikan bahwa ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motifasi berfungsi sebagai pengarah, artinya menggerakan
perbuatan kearah pencapaian tujuan yang diinginkannya.
16

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi


sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
atau lambatnya pekerjaan.
2. Macam-Macam Motivasi Belajar
Untuk mebangkitkan motivasi dalam diri seseorang agar dapat
berhasil dalam pembelajarannya maka harus ada pendorong dari dalam
individu itu sendiri atau dari luar. Berdasarkan sumbernya motivasi
dibedakan menjadi dua yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan kedua faktor tersebut dalam
pembahasan sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Sadirman AM (2001: 90) yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini juga sering disebut
motivasi murni, motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri
anak”. Sebagai contoh konkrit, peserta didik itu melakukan kegiatan
yaitu belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai
atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,
tidak ada tujuan lain-lain.

Motivasi intrinsik juga suatu keinginan seseorang untuk melakukan


atau mencapai suatu untuk dirinya sendiri. Keinginan ini dimulai dari
perasaan akan pencapaian, kepuasan, tekanan, tenggang waktu, dan lain-
lain. Sedangkan menurut Syarif (2015: 381) mengatakan bahwa
“motivasi intrinsik adalah yang kegiatan belajarnya dimulai dan
diteruskan berdasarkan penghayatan suatu keinginan dan dorongan yang
secara mutlak berkaitan dengan motivasi belajar”. Motivasi intrinsik
meliputi: dorongan kognitif yaitu untuk mengetahui, memahami dan
memecahkan masalah. Adanya cita-cita, tujuan yang jelas, mencapai
hasil belajar yang tinggi demi penghargaan pada dirinya sendiri dan
memberikan pujian pada diri sendiri karena puas.
17

Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur intrinsik yaitu: adanya


kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri dan adanya
cita-cita.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik juga merupakan
suatu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh
imbalan-imbalan yang bersifat eksternal, seperti uang, hadiah dan pujian.
Menurut Oemar Hamalik (2011:162) menyatakan bahwa “motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsang dari
luar, seperti seorang mahasiswa yang rajin belajar karena ada ujian.
Motivasi ekstrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang
pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang terkandung
dalam tujuan pekerjaanya”. Motivasi ekstrinsik, kegiatan belajarnya
dimulai dan dilanjutkan berdasarkan atas kebutuhan dan dorongan yang
tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajar itu sendiri.

Motivasi belajar ekstrinsik ialah bukan ada atau tidak adanya


pengaruh dari luar, melainkan apakah hal-hal yang ingin dipenuhi dalam
bentuk motivasi belajar ekstrinsik yaitu “belajar dan memenuhi
kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang direncanakan,
belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, belajar demi
meningkatkan gengsi sosial, belajar demi mendapatkan pujian dari orang
yang dianggap penting dan belajar demi tuntunan jabatan yang ingin
dipegang” (Syarif, 2015:381).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator
motivasi yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah suatu keadaan yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mendorongnya untuk melakukan aktifitas, tanpa ada ransangan dari
luar seperti tekun minat, mandiri dan tidak putus asa. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah suatu keadaan yang datang dari luar individu
yang dipengaruhi oleh rangsangan baik itu berupa hal-hal yang tidak
berwujud, seperti pujian, hadiah dan lain sebagainya.

3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar


18

Dalam belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan untuk


mendorong peserta didik agar tekun belajar. Unsur ekstrinsik sangat
diperlukan bila terdapat diantara anak didik sangat diperlukan bila
terdapat diantara anak didik yang kurang berminat mengikuti pelajaran
tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing
anak didik dalam belajar.
Menurut Wasty Soemanto bahwa guru-guru sangat menyadari
pentingnnya motivasi dalam bimbingan belajar siswa. Berbagai macam
teknik, misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan
kehormatan, prestasi dan pujian yang digunakan untuk mendorong
peserta didik agar mau belajar. Adakalanya guru-guru mepergunakan
teknik-teknik tersebut secara tidak tepat. Kesalahan dalam memberikan
motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar anak didik
dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang
harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun tidak akan tercapai
dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan target yang dirumuskan
(Djamarah, 2002:124).
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
a. Memberi Nilai/Angka
Angka dalam hal ini adalah simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa yang belajar, yang tujuan utamanya justru untuk
mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya
yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport
angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik ini bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun, pencapaian angka-
angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati dan
bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang harus
ditempuh adalah bagaimana cara memberikan angka-angka yang
dapat dikaitkan dengan (values) yang terkandung di dalam setiap
19

pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak


sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan fisiknya.
Pemberian angka yang baik juga penting diberikan kepada peserta
didik yang kurang bergairah belajar bila hal itu dianggap dapat
memotivasi anak didik untuk belajar dengan bersemangat. Namun,
bila sebaliknya maka hal itu perlu dipertimbangkan sehingga tidak
mendapatkan protes dari anak didik lainnya. Kebijaksanaan ini
diserahkan kepada guru sebagai orang yang berkompeten dan lebih
banyak mengetahui tentang aktivitas belajar anak didik biasanya
(Djamarah, 2002:125).
b. Hadiah
Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat
motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang
berprestasi tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari peserta didik
lainnya. Pemberian hadiah yang diberikan dapat berupa beasiswa
yang dapat diberikan setiap bulan, beasiswa yang diberikan
bertujuan untuk memotivasi siswa agar senantiasa mempertahankan
prestasi belajarnya dan juga untuk membantu mereka yang
berprestasi dalam segala hal tetapi memiliki latar belakang
ekonomi yang lemah agar bisa tetap melanjutkan pendidikan
mereka.
Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk lain seperti
buku buku tulis, pensil, dan buku-buku bacaan lainnya yang
dikumpulkan dalam sebuah kotak yang terbungkus dengan rapi.
Pemberian hadiah seperti ini dapat dilakukan pada setiap kenaikan
kelas (Djamarah, 2002:125).
c. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana
motivasi bagi siswa. Tetapi harus diingat, pemberian ulangan
jangan terlalu sering (misal setiap hari) karena bisa membosankan
20

dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga harus terbuka,
maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada
siswanya.
d. Memberikan pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini
merupakan motivasi maka pemberiannya harus tepat. Dengan
pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan
harga diri.
e. Memberikan hukuman
Hukuman merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan
pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif di
sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki
sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga
dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi
kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi
pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti
melakukannya di hari mendatang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Menurut Ewintri (2013:4) Dalam melaksanakan upaya-upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa ada dukungan maupun hambatan
yang harus dilalui oleh guru Pendidikan agama Islam diantaranya ada
faktor pendukung dan penghambat.
a. Faktor Penghambat dari Dalam
1) Faktor fisik
Faktor fisik yang dimaksud adalah nutrisi atau gizi, kesehatan dan
fungsi-fungsi fisik seperti panca indera. Kekurangan gizi atau belajar
dalam keadaan lapar dapat mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk,
21

cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik seperti ini berpengaruh


terhadap proses belajar peserta didik disekolah.
Seperti kita ketahui bahwa belajar memerlukan tenaga dan energi,
karena itu untuk mencapai suatu hasil yang baik diperlukan jasmani yang
sehat. Jika seseorang mengalami sakit akibat keadaan fisik yang lemah
tentu akan mempengaruhi aktivitas berpikir, karena pikiran tidak dapat
mencerna sesuatu dengan baik tanpa didukung jasmani yang sehat.
Begitu pula dengan panca indera yang merupakan bagian tubuh yang
sangat berperan penting dalam proses belajar. Keadaan indera terutama
penglihatan dan pendengaran seorang pesereta didik dapat
mempengaruhi kegiatan belajarnya, karena dengan keadaan penglihatan
dan pendengaran yang baik dapat memproses lancarnya pengetahuan
yang diberikan.
2) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang
mendorong atau menghambat aktivitas belajar peserta didik. Faktor yang
mendukung aktivitas belajar menurut Arden N Frandsen adalah sebagai
berikut:
(1) Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang
lebih luas.
(2) Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju.
(3) Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan
tema-teman.
(4) Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang
baru.
(5) Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai
pelajaran.
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai ahir dari proses belajar
mengajar, (Sumandi Suryabrata, 2004: 233-237).
Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebagai berikut:
(1) Tingkat kecerdasan yang lemah.
22

(2) Gangguan emosional, seperti: merasa takut apabila salah dalam


melakukan sesuatu, cemas dan gelisah.
(3) Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti: tidak
menyenangi mata pelajaran tertentu, malas belajar, tidak
memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang terbiasa
membaca buku mata pelajaran.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kedua faktor yang
telah dipaparkan ini merupakan faktor dalam diri peserta didik yang
dapat mempengaruhi motivasi belajar.
b. Faktor Penghambat dari Luar
Faktor penghambat yang berasal dari luar diri peserta didik adalah
sebagai berikut:
1) Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial adalah faktor yang berasal dari lingkungan,
seperti: keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi,
siang, malam), tempat (tempat tinggal yang kurang nyaman seperti
siswa itu bertempat tinggal di daerah yang ramai seperti pasar,
daerah industri dan sebagainya. Hal ini akan menghambat
konsentrasi siswa, karena siswa akan kebisingan dari suara di
tempat seperti itu. Sarana dan prasarana fasilitas belajar seperti
kelas kotor, sampah di laci meja juga menyebabkan tidak
nyamannya pembelajaran didalam kelas.
Faktor lingkungan di dalam proses belajar mengajar memegang
peranan penting terhadap keberhasilan seseorang. Winkel
mengungkapkan bahwa kerap kali keadaan tertentu tidak menjadi
tanggung jawab guru dan siswa, akan tetapi berkaitan erat dengan
kehidupan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam.
(Winkel, 2000: 27).
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah keluarga seperti guru, orang tua, dan lainnya,
baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung. Jika guru
23

mengajar dengan cara yang baik atau menyenangkan seperti


bersikap ramah dan memberikan perhatian pada peserta didik, serta
selalu membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Dan pada saat dirumah peserta didik mendapatkan
perhatian dari orang tua.
Keluarga juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses
keberhasilan peserta didik. Orang tua merupakan panutan anak
ketika berada di dalam rumah atau di dalam sebuah keluarga. Peran
orang tua ketika di dalam rumah adalah mendidik dan membimbing
anak. Bukan berarti ketika anak sudah disekolahkan orang tua
berlepas diri dari peran membimbing anak. Keadaan masyarakat
juga mempengaruhi motivasi belajar.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan faktor penghambat dan
pedukung dalam memotivasi belajar siswa antara lain: faktor pendukung
yaitu sarana dan prasarana yang memadai dan dukungan orang tua.
Sedangkan faktor penghambat yaitu faktor fisik (Kesehatan), lingkungan
dan keluarga.

5. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat
menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa.
Menurut Gage dan Berliner sebagaimana dikutip oleh slameto
(2010:176) cara meningkatkan motivasi siswa adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Sebelum masuk pada pembelajaran inti, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
b. Membangkitkan Rasa ingin tahu peserta didik
Dalam hal ini guru bisa menimbulkan konflik konseptual yang
merangsang peserta didik untuk bekerja dengan cara melontarkan
pertanyaan atau masalah-maslah.
c. Memberikan hukuman
24

Hukuman itu akan diberikan kepada siswa yang melakukan


kesalahan seperti siswa asik sendiri dengan teman sebangku, siswa tidak
memperhatikan pelajaran dan bermain sesuatu seperti: memaikan pulpen,
buku dan mengganggu siswa lainya. Guru biasanya memberikan
hukuman menghapal ayat Al-Quran, mengancam siswa dengan
memberikan nilai yang jelek pada pelajaran akhlak bertujuan agar siswa
bisa berubah.
d. Memberikan Pujian
Kata-kata seperti “bagus”, “baik” yang diucapkan oleh seorang
guru kepada siswa merupakan pembangkit motivasi yang besar. Jika
sering dilakukan maka siswa terus bersemangat dalam proses belajar
sehingga hal ini juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi
belajar kepada siswa, sehingga keadaan in iakan terus menciptakan
suasana kelas yang motivatif, sehingga baik guru maupun siswa merasa
nyaman berada di dalam kelas.
e. Memberikan Nilai
Memberikan nilai apabila siswa aktif dan bisa menjawab
pertanyaan spontan dari guru maka guru memberikan nilai tambahan
pada siswa. Guru akan memberikan nilai tambahan jika siswa
mempunyai perilaku yang baik.
f. Memberikan cerita
Guru pelajaran akhlak dalam menyampaikan materi pelajaran
sering kali memberikan cerita yang mengandung hubungan sebab akibat.
Sesuai dengan tema pelajaran tersebut. Dengan memberikan cerita sebab
akibat akan memberikan motivasi siswa untuk menghindari perilaku
tersebut dan melakukan perbuatan yang mempunyai akibat yang bagus.
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, Hamzah B. Uno
(2011: 34) juga mengemukakan pendapatnya mengenai beberapa cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
Beberapa cara tersebut diantaranya:
25

1) Mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran siswa di


lingkungan sekolah.
2) Menunjukan antusias atau kesiapan dalam mengajar bidang
studi yang dipegang.
3) Membuat suasana belajar di dalam kelas sesuai dengan
kebutuhan siswa.
4) Menggunakan nilai ulangan sebagai keberhasilan.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memperlihatkan kemampuanya didepan umum.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak
hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan
motivasi para peserta didiknya. Semua tergantung pada sejauh mana
seorang guru mengenal peserta pribadi peserta didiknya dan mengetahui
lingkungan dimana proses belajar mengajar terjadi.

Tabel: 2 Kerangka Berfikir

Fisik

Psikologis Faktor Intrinsik

Motivasi Minat
Belajar
Lingkungan
Faktor Ekstrinsik
Keluarga

Sumber: https://penerbitdeepublish.com
26

Kerangka berfikir ini pada dasarnya adalah pemikiran yang mencakup


penggabungan antara teori, fakta, observasi serta kajian pustaka yang
nantinya dijadikan landasan untuk memaparkan kosep dari penelitian.

C. Indikator Motivasi Belajar


Menurut Uno (2008: 23) ada beberapa indikator motivasi belajar
seperti Hasrat untuk belajar, harapan, cita-cita dan minat. Akan tetapi dalam
penelitian ini peneliti membatasi dan hanya mengambil yang paling dasar
saja yaitu minat berikut penjelasannya.
1. Pengertian Minat Belajar
Menurut Dwi Prasetya Danarjati (2014: 35), minat adalah “suatu
rasa suka dan keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. Minat
juga merupakan dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian
seseorang pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan
orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik yang merupakan sumber motivasi untuk melakukan
kegiatan belajar (Jahja, 2011; 63).
Menurut Susanto (2013: 58), “Minat merupakan dorongan dalam
diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian
secara efektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan
yang menguntungkan, menyenagkan dan lama-lama akan mendatangkan
kepuasan dalam dirinya”.
Menuru Slameto (2015: 180), dalam bukunya menyebutkan
pengertian minat belajar ialah “kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang
berminat terhadap suatu pelajaran akan memperhatikan pelajaran itu
27

secara konsisten dengan rasa senang”. Dengan kata lain minat adalah rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada pelajaran, tanpa menyeluruh.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan
sesuatu yang dapat membuatnya tertarik dan senang. Minat juga berarti
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar
diri. Minat juga berpengaruh pada aktivitas pembelajaran, peserta didik
yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh. Proses belajar juga akan berjalan dengan
lancar jika disertai dengan minat.

2. Macam-Macam Minat Belajar


Rosyidah dalam Susanto (2013: 60), berpendapat minat yang
timbul pada diri seseorang dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a. Minat yang berasal dari pembawaan yakni timbul dengan sendirinya
dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor
keturunan atau bakat alamiah.
b. Minat karena pengaruh dari luar diri individu timbul seiring dengan
proses perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga dan kebiasaan.

3. Ciri-Ciri Minat
Hurlock (2013: 115), menjabarkan ciri-ciri mina tantara lain:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
b. Minat timbul tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar
merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.
c. Minat mempunyai kecenderungan yang apabila seseorang senang
terhadap sesuatu maka akan timbul keinginan untuk memilikinya.
Ciri-ciri minat juga didukung oleh Slameto dalam Suryono dan
Haryanto (2015: 177), menyatakan bahwa ciri-ciri siswa yang berminat
dalam belajar adalah sebagai berikut:
28

a. Ada rasa suka dan senang pada suatu yang diminati.


b. Lebih menyukai suatu yang diminati dari pada yang lain.
c. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada suatu yang
diminati.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
minat dapat merujuk pada minat dalam belajar seperti minat tumbuh
bersaman dengan perkembangan fisik dan mental dan adanya rasa suka
atau senang pada suatu yang diminati.
4. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mepengaruhi minat belajar
diantaranya berupa bantuan yang diberikan guru terhadap peserta
didiknya dalam mencapai tujuan pembelajaran serta sikap yang
diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan belajar siswa. Sikap
seorang guru yang tidak disukai oleh peserta didik tentu akan
mengurangi minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru yang bersangkutan.

5. Cara Meningkatkan Minat Belajar


Slameto (2015: 181), mengatakan bahwa “guru dapat berusaha
membentuk minat minat baru pada diri peserta didik dengan jalan
memberikan informasi pada peserta didik mengenai hubungan antara
suatu bahan pengajaran yang dapat diberikan dengan bahan pengajaran
yang lalu, menguraikan kegunaanya bagi peserta didik yang akan
datang”.
Dikutip oleh Nurkancana dalam Susanto (2013: 67-68),
mengatakan bahwa usaha untuk meningkatkan minat belajar dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Meningkatkan minat peserta didik seperti guru mempunyai
kewajiban untuk meningkatkan minat peserta didiknya serta
membuat situasi yang baik ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
29

b. Mencegah timbulnya minat peserta didik terhadap hal-hal yang


tidak baik dilingkungan sekolah.
c. Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menunjukan
minat yang kecil, maka guru harus mememlihara minat
tersebut.
Jika usaha di atas tidak berhasil maka yang dapat dilakukan guru
adalah memakai intensif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.
Intensif merupakan alat yang di gunakan untuk membujuk seseorang agar
melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak
dilakukannya dengan baik.

6. Indikator Minat Belajar


Slameto (2015: 180) mengatkan bahwa “indikator minat belajar yaitu
perasaan senang, ketertarikan, penerimaan dan keterlibatan siswa”. Dari
definisi tersebut dapat diuraikan indikator minat yaiitu:
a. Perasaan senang. Apabila seorang siswa memiliki perasaan senag
terhadap pelajaran tertentu maka tidak aka nada rasa terpaksa untuk
belajar.
b. Ketertarikan. Siswa yang tertarik akan obyek yang membuat siswa
tersebut senang lalu tertarik untuk melakukan obyek tersebut. Contoh
seperti aktif dalam diskusi kelompok, aktif bertanya dan aktif
menjawab pertanyaan guru.
c. Keterlibatan siswa terhadap ketertarikan suatu benda seperti antusias
mengikuti pelajaran dan tidak menunda-nunda tugas yang diberikan
guru.
d. Penerimaan. Perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap
pengamatan dan pengertian dengan mengesampingkan yang lain.
Contoh seperti siswa memperhatikan guru saat guru menjelaskan
materi atau mencatat hal-hal yang diperintahkan guru.
30

Anda mungkin juga menyukai