Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Ratnawati, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5 MI 5C:
Imelda Amanda (22591089)
Jessika Mei Karina (22591096)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kita selalu panjatkan kehadiran Allah SWT. Atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan makalah dengan judul peran guru dalam
pembelajaran dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam selalu kita
kirimkan kepada panutan dan tauradan hidup kita, yakni nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa hidup kita ini dari zaman kegelapan ke zaman terang - benderang
Dalam penyusunan makalah ini. kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlapas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi kalimat maupun tata bahasa nya. Oleh karena itu kami dengan tangan terbuka
menerima kritikan dan saran yang membangun, yang sangat diharapkan demi memperbaiki
pembuatan makalah di kemudian hari.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari kami apabila makalah ini dapat terpakai
sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas di
dalamnya.

Waassalammualaikum Wr.Wb

Curup, Agustus 2023

penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan
pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan,
dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untukk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan
tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama
yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau
harus dilaksanakannya sebagai guru. Peran guru ini antara lain meliputi guru sebagai pendidik
pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru
sebagai peneliti dan masih banyak lagi. Untuk lebih memahami masing-masing peran tersebut
kami menjelaskan beberapa peran guru dalam makalah ini yaitu guru sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru
sebagai peneliti.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan peran?


b. Apakah yang dimaksud dengan guru?
c. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran?
d. Apa saja yang menjadi peran guru?
i

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peran.
b. Untuk mengetahui hakikat seorang guru.
c. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran.
d. Untuk mengetahui peran-peran guru dalam pembelajaran.
BAB II
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

2.1 Guru Sebagai Pendidik


Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siswanya. Nilai-nilai tersebut harus
diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik dapat diartikan pula dengan mengantarkan
anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Selain itu mendidik dapat
berarti memanusiakan manusia. Dengan demikian secara esensial dalam proses pendidikan, guru
itu bukan hanya berperan sebagai pengajar yang transfer of knowledge tetapi juga pendidik yang
transfer of values. Ia bukan hanya pembawa ilmu pengetahuan akan tetapi juga menjadi contoh
seorang pribadi manusia.
Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan
bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan
suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari
sudut masyarakat dan negara maupun dari keagamaan. Tugas seorang guru tidak hanya
mendidik. Oleh karena itu, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak sembarang orang dapat
menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat, yang ada dalam Undang-
Undang nomor 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk
seluruh Indonesia, yaitu: (1) Berijazah, (2) Sehat jasmani dan rohani, (3) Takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berkelakuan baik, (4) Bertanggung jawab, dan (5) Berjiwa nasional.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi teretentu
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung
jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah guru yang
memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, social dan intelektual
dalam pribadinya. Seorang guru yang mandiri adalah guru yang mampu mengambil keputusan
secara mandiri, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
Sedangkan guru yang disiplin adalah guru yang mematuhi peraturan dan tata tertib secara
konsisten, atas kesadarran professional.( Mulyasa, 2008: 37)
Seorang guru dikatakan sebagai guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “
kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk
menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi.
Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa. Sukses tidaknya seorang pendidik
adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat peserta
didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh budaya dan
pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki
kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati
dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik.
Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat
masuk dan memulai pelajaran.
Guru memang seorang pendidik sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar
seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan
terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup hanya
mengajarkan sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan
guru sebagai idolanya. Dengan mendidikkan dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada
berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku
gurunya, diharapkan anak didik atau siswa dapat menghayati dan kemudian menjadikan miliknya
sehingga dapat menumbuhkan sikap mental.
Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi syarat khusus. Untuk mengajar ia
dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seprangkat latihan
keterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar mempersonalisasikan beberapa
sikap keguruan yang diperlukan. Semuanya itu akan menyatu dalam diri seorang berpribadi
khusus, yakni ramuan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan serta penguasaan
beberapa ilmu pengetahuan yang akan ia trnsforrmasikan pada anak didik atau siswanya,
sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa itu.
Tugas utama pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis,
social dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, mampu
bersikap objektif. Dewasa secara social berarti telah mampu menjalin hubungan social dan kerja
sama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran social. Dewasa
secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh
dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. (Sukmadinata,
2004 : 252)
Seorang guru memiliki psikologi dan karakter yang berbeda. Ada yang bersifat
penyayang, pemarah, diktaktor dan lain-lain. Terkadang guru memiliki masalah baik pribadi atau
pun dengan lingkungan sehingga secara tidak langsung terkadang masalah tersebut dapat
terbawa didalam kelas. Seorang guru yang memiliki sifat pemarah akan lebih mudah membawa
masalah pribadinya didalam kelas sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada
siswanya. Sebagai seorang guru haruslah memiliki sikap profesionalisme sehingga guru dapat
mengontrol emosinya dan tidak mencampuradukan urusan diluar kelas dan didalam kelas.

2.2 Guru Sebagai Pengajar


Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan
memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempeljari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan
materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar.
(Mulyasa, 2008: 38)
Guru sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan masih cenderung menonjol. Hal
ini berarti bahwa guru pada umumya akan memberikan criteria keberhasilan anak didiknya
melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memperhatikan sikap dan
tingkah laku anak sehari-harinya. Dalam kaitan ini berarti guru disifati sebagai seorang yang
hanya lebih dan tinggi soal ilmu pengetahuan saja
Lebih dalam lagi keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sebagai
seorang pengajar guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan peserta didik dan
keterampilan guru saat berkomunikasi di dalam kelas pun merupakan sifat seorang yang harus
dimiliki guru sebagai pengajar. Dengan terpenuhinya factor-faktor diatas maka peserta didik
dapat belajar dengan baik. (Mulyasa, 2008: 39)
Sebagai pengajar guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara
rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk
kepentingan tersebut perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik.
Hubungan ini menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya
dalam pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya.
Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya karena hal tersebut sangat
penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun luar sekolah.( Mulyasa, 2008: 40)
Sebagai pengajar profesional mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik
dan metedologi belajar siswa. Salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan di sekolah adalah
memberikan layanan kepada siswa adalah agar mereka menjadi anak didik yang selaras dengan
tujuan sekolah. Guru harus memberikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik dengan rasa
tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Terdapat beberapa hal yang dapat / perlu dilakukan
guru dalam pembelajaran yakni:
1. Membuat ilustrasi
2. Medefinisikan
3. Menganalisis
4. Mensintesis
5. Bertanya
6. Merespon
7. Mendengar
8. Menciptakan kepercayaan
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
10. Menyesuaikan metode pembelajaran dengan situasi dan keadaan kelas
11. Mengevaluasi hasil belajar siswa.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif
dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan
afektif dan keterampilan. Pada waktu menyampaikan pengetahuan tidak mungkin terlepas dari
upaya mendewasakan anak, dan upaya mendewasakan anak tidak mungkin dilepaskan dari
mengajar( menyampaikan pengetahuan dll). Dengan demikian peran guru sebagai pendidik dan
pengajar tidak mungkin dipisahkan(sukmadinata, 2004 : 253 )
Peran guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan peserta
didik dalam melakukan tranformasi ilmu serta internalisasi etika dan moral. Seorang guru yang
profesional harus mampu memiliki persyarakatan minimal antara lain, memiliki kualifikasi
pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuni, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan anak didiknya, memiliki jiwa
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya dan
melakukan pengembangan diri secara terus menerus ( Continous improvemen ) melalui
organisasi profesi, internet, buku, seminar ( Sidi. 2002: 39 ). Dengan demikian tugas guru bukan
lagi sebagai knowledge base tetapi sebagai competency based, yang menekankan pada
penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai- nilai etika
dan moral .
Dengan profesionalisasi guru, saat ini guru bukan lagi sebagai pengajar tetapi tugas guru
beralih menjadi Coach, Conselor dan learning manager. Sebagai coach, seorang guru harus
mampu mendorong siswanya untuk menguasai konsep-konsep keilmuan, memotivasi untuk
mencapai prestasi siswa setinggi-tingginya serta membantu untuk menghargai nilai-nilai dan
konsep-konsep keilmuan. Sebagai conselor, guru berperan sebagai sahabat dan teladan dalam
pribadi siswa serta mengundang rasa hormat dan keakraban pada diri siswa. Sebagai manager,
guru membimbing siswanya untuk belajar, mengambil prakarsa dan mengekspresikan ide-ide
baik yang dimilikinya. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu mengembangkan kreativitas
dan mendorong adanya penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
siswa mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.

2.3 Guru Sebagai Pembimbing


Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak
ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan
tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan
sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama
perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus
berperan sebagai pembimbing.
Bimbingan dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam
perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan. Sebagai guru harus membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang
baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan,
termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang
dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih
baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental.
Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang
petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya.
Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada
waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan
sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan
tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan
memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat
memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi
seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga,
mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi,
minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai
pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan
siswa yang dibimbingnya
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya
pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat
yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan
menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya,
termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data
itu bersifat pribadi.
4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi
kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik
dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami
kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing, minimal ada 2
fungsi yaitu fungsi moral dan fungsi kedinasan. Tinjauan secara umum, guru dengan segala
peranannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi
kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu guru sebagai
pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni dengan wujud bekerja
secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati nurani. (Sadirman,1990)
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya,
memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala
latar belakangnya. (Sadirman,1990)
Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan
diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu
pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan
atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor
profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa
dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas,
kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
· Mengumpulkan data tentang siswa
· Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
· Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
· Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara individu maupun
secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak
· Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan
masalah siswa
· Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
· Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
· Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah
siswa
· Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya
· Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar
maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan
sekaligus merupakan keterpaduan.

2.4 Guru Sebagai Pelatih


Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih yang bertugas melatih
peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing
peserta didik. Latihan yang dilakukan selain harus memperhatikan kompetensi dasar atau materi
standar, juga harus memperhatikan perbedaan kecerdasan individu peserta didik. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang
pesrta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan
mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
Dalam hal ini guru dituntut harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan
tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. Benar bahwa guru tidak dapat
mengetahui sebanyak yang harus diketahui, tetapi dibanding orang yang belajar bersamanya
dalam bidang tertentu yang menjadi tanggung jawabnya, guru harus lebih banyak tahu.
Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu ketika menghadapi kenyataan bahwa guru tidak
tahu sesuatu yang seharusnya tahu. Dalam keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur,
dan berkata “ saya tidak tahu”, kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun jika guru
terlalu banyak berkata “ saya tidak tahu” maka bukanlah guru yang profesional. Untuk itu guru
harus selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar adalah sesuatu yang tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain.
Guru berperan sebagai pelatih bertugas untuk melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, berintelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih.(Mulyasa,2005;42)
Pelaksanaan fugsi ini tidak harus mengalahkan fungsi lain, guru tetap sadar walaupun
tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahinya. Secara didaktis, guru menciptakan
situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru
harus menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya,
sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreativitas peserta didik.
Guru sebagai pelatih juga berperan dalam melatih siswa untuk memiliki kedisiplinan
yang tinggi, keterampilan yang bermanfaaat, mandiri, berpikif kritis, dan lain-lain.

2.5 Guru Sebagai Penasehat


Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap
untuk menasehati orang. (Mulyasa,2005;43.). Banyak guru cenderung menganggap bahwa
konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang,
dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada
tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan
pembelajaran pun meletakkan pada posisi tersebut.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan
dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian
dan ilmu kesehatan mental. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan,
bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai
orang kepercayaannya. Semakin efektif guru menangani setiap permasalahan, semakin banyak
kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan
diri.
Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta
didiknya. Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang
berkaitan dengan penguasaan kompetensi. Untuk menjadi orang kepercyaan peserta didik, guru
harus menjadi pendengar yang baik (Saondi dan Suherman,2010;150). Carl Rogers, seorang
pakar di bidang psikologi pernah berkata bahwa penghalang terbesar untuk melakukan
komunikasi pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan baik, penuh
pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika guru diberi tugas untuk membimbing dan
melatih seseorang maka hal ini merupakan satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika guru
sedang berbicara dengan siswanya, jagalah agar guru tidak terlalu banyak bicara, melainkan
lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan dari siswa anda.
Kesediaan untuk mendengar, akan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan mendengar, berarti memperhatikannya,
seorang guru mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi
siswanya, dimana seorang guru mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan siswa tersebut.
Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman, sehingga siswa akan terbuka untuk
menerima saran-saran yang diberikan oleh gurunya. Selain itu, mendengarkan siswa yang sedang
berbicara tentang dirinya merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa dan
bagaimana siswa kita tersebut. Meskipun demikian, mendengarkan tidak selalu berarti bahwa
guru percaya terhadap segala sesuatu yang diceritakan oleh siswa. Untuk menjadi pendengar
yang baik dibutuhkan kesabaran dan kerendahan hati.
Peran guru sebagia penasehat erat hubungannya dengan istilah bimbingan. Istilah
bimbingan sering dirangkai dengan konseling. Menurut Robinson (M.Suryo dan Rochman
N. ,1986:25) Konseling adalah semua bentuk hubungan yang berkesinambungan antara dua
orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Bimo Walgito (1982;11) dalam
buku Profesi Keguruan, menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang
sesuai dengan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik bersifat sistematis dan berencana yang
terarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan bimbingan adalah membantu siswa menjadi lebih
matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang lebih
positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensi
dirinya sendiri. Disisi lain peserta didik adalah sosok yang senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan. Selain itu juga kadang ada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang
mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga
yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya
itu (Soetjipto dan Raflis Kosas,2009;67). Kondisi ini membuat peserta didik menjadi bingung,
terombang ambing, bahkan dapat berbuat tidak wajar yang akhirnya dapat merugikan peserta
didik itu sendiri. Kondisi seperti inilah dibutuhkan peran guru sebagai penasehat kepercayaan
dalam pembelajaran.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara
lebih mendalam, guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Selain
itu juga menurut Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010;151), seorang guru harus mengenali
siswanya. Sebagai guru, kita harus mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat siswa serta
menolong mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri siswa,
mengerti kebutuhan dan keinginan mereka. Sebagai contoh, guru harus dapat membedakan
apakah siswa kita tertarik pada tantangan.
Jika guru dapat mengidentifikasi hal ini, maka akan lebih mudah bagi guru untuk
mengarahkan dan memotivasi siswa. Beberapa guru merasa takut untuk mengenal lebih dekat
siswanya karena dengan kedekatannya itu maka guru akan menjadi terlalu lunak dan salah
menilai prestasi siswanya. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan sustu kekeliruan karena
mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan yang dimilikinya tidaklah
berarti bahwa guru tidak menuntut siswanya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Di antara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan makhluk yang unik, dan sifat-
sifatnya pun berkembang secara unik pula. Menjadi apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Untuk menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar dari
lingkungan selama hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan
psikologi dan mental yang sehat akan banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya
sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa guru banyak membantu peserta didik untuk
dapat membuat keputusan sendiri.
Dalam aktivitas pembelajaran selalu saja ada kejadian-kejadian khusus yang dapat
dijadikan bahan atau contoh untuk membangun semangat belajar siswa. Gunakan keberhasilan
ataupun kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran. Dalam menyikapi kegagalan, carilah
alternatif solusi bersama-sama, usahakan banyak ide yang banyak diutarakan dan jangan sekali-
kali mematahkan semangat siswa karena apabila semangatnya patah, maka tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai. Sebagai guru, guru harus jeli memanfaatkan peristiwa yang ada untuk
mengarahkan siswa dalam memahami dan menghadapi realitas kehidupan.
Sebagai penasehat, guru juga harus mempunyai batasan-batasannya. Guru tidak dapat
mengubah semua hal sesuai dengan keinginan dirinya. Guru harus menyadari bahwa dirinya
bukanlah dokter bedah otak yang dapat mengoperasi setiap orang sesuka hatinya. Guru juga
bukanlah pendeta bagi siswanya dan juga bukan ahli psikologi yang dapat menyembuhkan
berbagai masalah psikologi siswanya. Ingatlah bahwasanya ada tiga jalan yang fundamental
untuk mengubah seseorang, yaitu tobat keagamaan, psikoterapi dan operasi otak.

2.6 Guru Sebagai Pembaharu


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada
nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal itu dapat
mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang
dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan
bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran
tersebut, dan cara yang digunakan untuk mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika
cara-cara tadi dipergunakan. Bahasa memang merupakan alat untuk berpikir, melalui
pengamatan yang dilakukan dan menyusun kata-kata serta menyimpan dalam otak, terjadilah
pemahaman sebagai hasil belajar. Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap
generasi, dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang
positif.
Prinsip modernisasi tidak hanya diwujudkan dalam bentuk buku-buku sebagai alat utama
pendidikan, melainkan dalam semua semua pengalaman manusia. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa
moderen yang akan diterima oleh peserta didik (Mulyasa,2005;44). Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi
yang terdidik.
Pada kenyataannya, semua pikiran manusia harus dikemukakan kembali di setiap
generasi oleh para guru dengan berbagai perbedaan yang dimiliki secara individual. Sekurang-
kurangnya menjadi baru bagi peserta didik, dan bagi para pendengar.
Peran guru sebagai inovator adalah pembaharu pengetahuan bagi peserta didiknya.
Dimana inovasi dalam pendidikan merupakan suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda
dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan (Suryosubroto,1990;127). Kualitatif disini berarti
bahwa inovasi itu memungkunkan adanya reorganisasi atas pengaturan kembali dari unsur-unsur
pendidikan, jadi bukan semata-mata penambahan dari unsur-unsur komponen yang ada
sebelumnya. Tujuan inovasi adalah efistensi, relevansi, dan efektivitas mengenai jumlah anak
didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan sumber tenaga, uang, alat, dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya.
George Freedman dalam buku Edukasi dan Profesi mendefinisikan inovasi sebagai
proses pengimplementasian ide-ide baru dengan mengubah konsep kreatif menjadi suatu
kenyataan. Sedangkan Peter Drucker, inovasi sebagai alat spesifik yang memanfaatkan
perubahan sebagai suatu peluang untuk bisnis atau jasa yang berbeda.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau
pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian
ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan
maupun metode. Dengan berpijak pada pengertian tersebut, maka inovasi pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai
metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu merupakan apa saja
yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.
Guru sebagai penerjemah sekaligus agen pengalaman, agen pengetahuan dan agen
perubahan bagi peserta didik. Sebagai agen guru harus kreatif, rasa ingin tahu yang besar, selalu
bersemangat, pantang menyerah, dan toleran terhadap perubahan. Guru menerjemahkan
pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
Unsur yang hebat dari manusia adalah kemampuannya untuk belajar dari pengalaman
orang lain. Kita menyadari bahwa manusia normal dapat menerima pendidikan, dengan emiliki
kesempatan yang cukup, ia dapat mengambil bagian dari pengalaman yang bertahun-tahun,
proses velajar serta prestasi manusia dan mewujudkan yang terbaik dalam suatu kepribadian
yang unik dalam jangka waktu tertentu. Manusia tidak tebatas pada pengalaman pribadinya,
melainkan dapat mewujudkan pengalaman dari semua waktu dan dari setiap kebudayaan.
Dengan demikian, ia dapat berdiri bebas pada saat terbaiknya, dan guru yang tidak sensitif
adalah buta akan arti kompetensi profeional. Kemampuan manusia yang unik ini harus
dikembangkan sehingga memberikan arti penting terhadap kinerja guru.
Guru dituntut untuk membuat inovasi dalam pembelajaran, Perlu disadari bahwa
pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Selayaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk
ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran.
Oleh karena itu berbagai inovasi dapat dicoba untuk dikembannngkan walaupun amat
sederhana. (Ardiansyah;2012) . Beberapa bentuk inovasi yang sempat, diantaranya:

1. Pembuatan Yel-yel
Yel-yel ini biasanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa
untuk bersama-sama mengucapkan beberapa yel yang telah diajarkan kepada mereka. Tujuann
yel-yel ini adalah: menumbuhkan semangat belajar siswa, menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, dan mewujudkan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa.
Berbagai variasi yel dapat diciptakan oleh guru, dengan mengubah lagu tertentu yang
sudah dihapal siswa serta menggunakan kepalan tangan, suara yang bersemangat, mimik muka
serta kekompakan siswa dalam pengucapannya.
Pembuatan yel ini dibagi dalam dua bagian, yaitu yel-yel kelas, yang memberi semangat
untuk pengkondisian kelas sehingga siswa siap belajar (apersepsi dan motivasi), dan yel-yel mata
pelajaran yaitu memberi semangat untuk mengikuti pelajaran tertentu.
Di bawah ini, contoh-contoh yel yang telah dibuat dan dilakukan ketika akan dimulai
proses pembelajaran. Contoh Yel-yel kelas:
KELASKU….KELASKU….KELASKU
YANG TERBAIKK… OK ! ALLOHU AKBAR !
AKU ANAK SHOLEH !!!!!!! ……………..
DEDEED….DEDEED…..DEDEED……….ALLOHU AKBAR !

2. Pemberian Reward
Berdasarkan pangalaman di lapangan, anak kelas bawah (baca : SD) amat senang apabila
usaha belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana. Oleh
karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan penghargaan, selama
dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat. Penghargaan itu sendiri dapat
dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka pengkondisian siswa menjadi senang
belajar.Tujuan pemberian reward adalah mendorong siswa agar lebih giat belajar, memberi
apresiasi atas usaha mereka dan menumbuhkan persaingan yang sehat antar siswa untuk
meningkatkan prestasi
Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan sesuai kesempatan
yang ada. Penulis membaginya dalam beberapa macam, yakni dalam bentuk ucapan, tulisan,
barang/benda dan penghargaan khusus. Seyogyanya penghargaan ini dapat menjadi kebanggaan
siswa akan eksistensi dirinya, yang nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri.
Penghargaan dapat berupa ucapan, tulisan, barang/benda dan penghargaan khusus.
Penghargaan berupa ucapan dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih daluhu atau
bersifat spontan saja. Yang terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka
layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran,
seperti kata-kata YESS ! (sambil mengancungkan jempol tangan), Excelent (dua jari membentuk
huruf V), Thankyou Very Much (kedua tangan diacungkan ke atas) dll.
Penghargaan berupa tulisan dapat dilakukan setiap hari, ketika siswa mengerjakan tugas
atau PR. Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas
siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapat nilai bagus (80-100).
Kalimat pujian tersebut diantaranya “ selamat, you are the best student “ , “ Alhamdulillah, kamu
anak pintar “ , “ pacu terus prestasimu “ ,
Penghargaan berupa barang/benda berupa benda yang sudah ada maupun yang telah
dimodifikasi/disiapkan. Misalnya berupa bintang, terbuat dari kertas karton/asturo berukuran
kecil bagi siswa yang mendapat nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR. Kalung
medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali
warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan kepada siswa setiap
selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak
menerima medali. Sewaktu-waktu tidak ada salahnya apabila guru memberikan penghargaan
berupa uang jajan, walaupun dengan nilai nominal yang relatif kecil. Bagi siswa terkadang bukan
besar kecilnya uang tetapi kebanggaan mendapatkannya dari guru yang dicintainya.
Penghargaan khusus bersifat spontan dan insidental, di mana siswa yang berhasil
menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih
dahulu.

3. Pemberian sanksi
Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ada semacam aturan main (rule of the game).
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, termasuk perlu adanya
sanksi yang disepakati bersama antara guru dengan siswa. Tetapi diupayakan dalam pemberian
saknsi ini betul-betul bersifat pedagogis (mendidik). Tujuan pemberian sanksi adalah
terwujudnya kelas yang tertib, namun diupayakan tetap menyenangkan, penanaman disiplin
kepada anak dan mendidik siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.

4. Kotak Soal
Dibuat dari bekas wadah susu atau makanan lain, yang berbentuk segi empat, kemudian
dibungkus kertas kado, dengan warna yang menarik ditempel di dinding kelas sejumlah mata
pelajaran, sehingga setiap mapel memiliki kotak soal tersendiri. Tujuannya yaitu : mendorong
siswa agar senang mempelajari soal sesuai keinginannya setiap saat, memberi kesempatan
memanfaatkan waktu luang untuk mempelajari soal-soal.
Soal dibuat dengan berbagai bentuk, seperti soal cerita, kuis, siapa aku, tanya jawab, dll.
Di tulis di kertas asturo atau kertas lain dengan bentuk yang menarik.

5. Pokjar (Kelompok Belajar)


Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
kelompok dipilih satu ketua yang mampu memimpin dan membantu anggotanya. Tujuannya
yaitu Matih kerjasama antara siswa, menanamkan jiwa kepemimpinan dan saling
membantu.Terjadi pertukaran pengetahuan dan memungkinkan siswa yang sudah paham
mengajari teman lainnya . Dalam pelajaran tertentu, guru memberikan masalah kemudian siswa
mendiskusikanya dalam kelompok. Adapun tempat pengerjaannya diserahkan sepenuhnya pada
mereka, asal waktunya ditetapkan dengan jelas. Mereka boleh mengerjakan di kelas (in-door)
atau diluar kelas (out-door) seperti perpustakaan, halaman sekolah, aula atau mushola.
Bagi kelompok yang berhasil meraih nilai tertinggi dan paling cepat, akan diberi
penghargaan berupa bintang kelompok, yang nantinya ditempel di dinding dengan menggunakan
gabus berukuran 100 cm x 75 cm. Gabus tersebut diberi tulisan “ Alhamdulillah, Mamah…..
Mamah……….. inilah bintang kelompokku………”.

6. Perpustakaan Kelas
Penanaman kebiasaan membaca harus selalu ditumbuhkan. Kehadiran perpustakaan kelas
merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan. Berbagai buku yang bersifat ringan dan
dapat menggugah kreativitas siswa bisa dijadikan referensi. Majalah Bobo, Annida, Anak
Sholeh, buku cerita, kisah sahabat dan petualangan hewan merupakan pilihan bagi mereka.
Tujuannya yaitu menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, karena membaca adalah kunci
pengetahuan, memanfaatkan waktu luang secara baik. Adapun sumber bukunya dapat diperoleh
dari sumbangan siswa sendiri yakni membawa buku bacaan bekas dari rumah, membeli atau
sumbangan.
7. Mading Kelas
Kehadiran majalah dinding (mading) kelas menjadi satu terobosan yang cukup baik.
Diantara siswa ada yang dipilih menjadi pengurus mading. Mereka ada yang bertugas sebagai
pimpinan redaksi, reporter, ilustrasi atau pencari berita. Tujuannya yaitu menampung hasil karya
siswa berupa gambar, cerita/karangan, puisi, atau pengalaman pribadi, membiasakan siswa untuk
menulis, segala ide, impian dan harapan dapat ditumpahkan dalam karya tulis dan menumbuhkan
semangat belajar dan membaca. Biasanya siswa akan senang, apabila karyanya dilihat oleh
teman-temannya. Hasil karya yang ditempel bisa saja sengaja dibuat oleh siswa di rumah atau
hasil tugas mata pelajaran tertentu.

8. Setting Kelas
Untuk sekolah yang full day school kemungkinan besar siswa akan merasa jenuh dan
capek berada terus di sekolah atau kelas. Oleh karena itu bagaimana menciptakan ruangan dan
suasana kelas yang meminimalisir kejenuhan mereka. Setting kelas dapat dilakukan oleh guru
dengan cara penataan ruangan, pemasangan gambar, tulisan yang memotivasi, warna-warni yang
menyolok, hiasan yang menggugah poster dll. Contohnya poster dapat ditempel di dinding kelas.
Bunyi poster misalnya, “ BELAJAR ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN “, “ MEMBACA
MENJADI KEBUTUHANKU “, AKU INGIN MENJADI ANAK PINTAR DAN SHOLEH “, “
BELAJAR ITU IBADAH, BERPRESTASI ITU INDAH.” Setiap minggu sekali, siswa
diperbolehkan untuk berpindah tempat duduknya, sesuai keinginan mereka. Papan tulis, setiap
semester sekali dapat dirubah posisinya, sesuai kesepakatan dengan siswa.

9. Mencatat dengan Peta Pikiran


Hasil temuan mutakhir menunjukan bahwa otak manusia memiliki kehebatan yang luar
biasa, ada otak kiri dan otak kanan. Untuk mengembangkan kemampuan otak kanan yang penuh
dengan imajinasi, siswa diajarkan cara menulis dengan menggunakan peta pikiran. Tujuannya
yaitu mempermudah mengingat/menghapal materi pelajaran, menulis sambil menggambar
disertai warna akan lebih menarik dan tidak jenuh dan mengembangkan daya imajinasi dan
kreatifitas anak. Guru harus menyusun terlebih dahulu materinya yang sesuai. Siswa diberi
kebebasan untuk mewarnai, menggambar dan membuatnya sendiri.
10. Penggunaan Alat Peraga
Alat peraga boleh dikatakan sebagai salah satu pendukung kesuksesan pembelajaran,
karena dengan media ini biasanya pembelajaran menjadi lebih menarik. Berbagai media dapat
dibuat guru walaupun sederhana. Tujuannya yaitu memperjelas materi yang disampaikan, karena
siswa melihat secara langsung, menarik siswa sehingga penbelajaran lebih hidup dan dinamis,
dan sebagai sarana untuk menambah pemahaman siswa tentang materi mata pelajaran, terutama
media yang berupa permainan.

2.7 Guru Sebagai Model Dan Teladan


Guru sebagai model, sekarang anak dan remaja berkembang kearah idealisme dan kritis.
Mereka membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan teladan. Karena itu
guru harus memiliki kelebihan baik pengetahuan, keterampilan dan kepribadian. Kelebihan itu
tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan
yang sehat, sikap yang demokratis, terbuka dan sebagainya. Dalam menjalankan peranan
tersebut, guru harus senantiasa dalam keterlibatan secaraa emosional dan intelektual dengan
anak-anak. Guru harus senantiasa memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas yang
menyenangkan dan menggairahkan anak untuk belajar, menyediakan kesempatan bagi anak
untuk teerlibat dalam perencanaan bersama dengan guru, memungkinkan secara directive ( Umar
Hamalik,2008;46).

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar pembelajaran dan ketika
seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstrutif maka telah
mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi guru sebagai model dan teladan patutnya
dipahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan
kerendahan hati akan meemperkaya arti pembelajaran.

Secara teoritis menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik tetapi setiap peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup
pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah guru yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang
bersalah (Mulyasa,2005)

Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu,
diantaranya :

Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah SAW sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana
termaktub dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda’
binafsih, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik
tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Bercermin pada filosofi ”gayung mandi”, dalam mendidik
karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan untuk mandi bertujuan
membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya
guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada peserta
didiknya.
Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga
tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan
perbuatan. Tahapan pertama pemikiran; merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang
karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa
mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu
memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan
karakter negatif.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti,
setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan,
presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov,
1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana
keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta
didik untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek
teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran
peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan
sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Bobbi DePorter :
2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama dengan anak
didik; juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan tertentu, disamping orde
normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk perbuatan mendidik itu sendiri.
Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan
dengan sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab tinggi
dan upaya penuh kearifan.

Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan
peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting
dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik.
Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan
psikologis terletak pada peserta didik, sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap
peserta didik dan secara psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan
keadaan peserta didik (Suryabrata,2004).
Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam
bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukan
bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi
dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk (1989) menyebutkan ada beberapa poin yang
menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain yaitu mematuhi norma dan nilai kemanusiaan,
menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati,
menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan
mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif
bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang
tersebut diatas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Segala,2009).
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru,
orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila
(Anonim,2011).
Dilihat dari peran guru secara pribadi, seorang guru harus berperan sebagai berikut :
A. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya
untuk berpartisipasi didalamnya.
B. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan.
C. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan
keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
D. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi
ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
E. Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi
tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.

2.8 Guru Sebagai Peneliti


Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-
penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti.
menyadari akan kekurangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas.
Penelitian oleh guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian oleh
guru dapat dilakukan menggunakan studi kasus atau lebih memfokuskan dan merefleksikan
siatuasi pembelajaran oleh guru yang sudah berpengalaman. Dalam penelitian ini, guru sebagai
seorang peneliti, terlibat dalam aktivitas kelas dalam refleksi gaya mengajarnya.
Namun, secara rinci terdapat beberapa penekanan yang berbeda dalam penelitian yang
dilakukan oleh guru. Seorang guru peneliti dapat melakukan penelitian kelas untuk menganalisis
dan meningkatkan aspek gaya mengajarnya. Guru lain dapat melakukannya untuk mempelajari
ketrampilan mengajar tertentu untuk siswa dengan kemampuan tertentu. Guru yang lainnya lagi
dapat menyelidiki aspek penggunaan model-model pembelajaran.
Alasan mengapa seorang guru perlu meneliti di kelas pembelajarannya misal karena
alasan:
a. Profesionalisme,
b. Inovasi pendidikan,
c. Filsafat pendidikan.
Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh guru sebagai peneliti, antara lain yaitu :
a. Guru yang bersifat terbuka cenderung lebih mudah menerima pembaharuan,
b. Guru yang bersifat terbuka lebih mudah menerima saran/kritik.
c. Guru yang bersifat terbuka lebih mudah melakukan penelitian.
d. Guru yang bersifat terbuka lebih mampu merefleksikan gaya mengajarnya.
e. Guru yang bersifat terbuka lebih toleran terhadap siswa dan koleganya.
f. Kegiatan penelitian melatih guru bersifat terbuka.

Kegiatan penelitan yang dilakukan oleh seorang guru dapat meliputi :


· Identifikasi masalah,
· Klarifikasi masalah,
· Identifikasi konteks,
· Penjelasan fakta,
· Menetapkan langkah-langkah,
· Mengembangkan langkah-langkah
Adapun yang harus dipenuhi agar seorang guru mampu mengadakan penelitian kegiatan
pembelajarannya adalah :
a. Mengajar adalah pekerjaan utama guru,
b. Pengumpulan data tidak terlalu banyak menyita waktu guru,
c. Metode dan pendekatan penelitian dipilih yang tepat,
d. Permasalahan penelitian harus merupakan bagian dari permasalahan mengajarnya,
e. Memperhatikan system yang melingkupinya,
f. Memerlukan iklim yang menunjang.
g. Kepastian follow up.
Penelitian yang dilakukan oleh seorang guru tidak harus dimulai dengan merumuskan
masalah. Yang diperlukan adalah sikap guru peneliti yang merasa perlu mengadakan perbaikkan.
2.9 Guru Sebagai Pendorong Kreatif
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. kreativitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
tidak dilakukan oleh seseorang.

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas yang universal dan oleh
karenanya semua kegiatannya dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Guru senantiasa
berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilainya.
Menurut Mulyasa (2008), Sifat dan karakteristik guru yakni kreatif, profesional, dan
menyenangkan. Seorang guru harus kreatif dalam memilih dan memilah, serta mengembangkan
materi pembelajaran sehingga dapat menyentuh kebutuhan peserta didik. Sebagaimana kita
ketahui bahwa saat ini guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik,
akan tetapi guru hanyalah salah satu sumber saja. Hal inilah yang mesti dicermati oleh seorang
guru dengan mengasah kreativitasnya sehingga dapat memposisikan diri dalam membantu
perkembangan peserta didiknya.

Ø Definisi Kreativitas

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang


masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan
penekanan yang berbeda-beda seperti berikut ini :

1. Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu


yang baru . Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi
dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2. Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang
menandai ciri-ciri seorang kreatif.
3. Utami Munandar mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4. Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke
dalam suatu tindakan . Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang
unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan
hidupnya.
5. Drevdal mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi
komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat beruwujud aktivitas imajinatif
atau sintetis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan
kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada
pada situasi sekarang.

Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk


menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada
sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek
pribadi, pendorong, proses dan produk. Ditinjau dari aspek Pribadi kreativitas muncul dari
interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses menurut Torrance
( 1998 ), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses kreatif
meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Definisi mengenai
produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas ialah sesuatu
yang baru orisinal dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam
perwujudannnya memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan.

Ø Ciri-ciri Kepribadian Kreatif


Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan)
daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat
penting dan disukai mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang lain. Mereka pun
tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin
tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan
atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak
putus asa dalam mencapai tujuan mereka.

Utami Munandar ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut :
1. Senang mencari pengalaman baru.
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
3. Memiliki inisiatif.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung kritis terhadap orang lain.
6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
7. Selalu ingin tahu.
8. Peka atau perasa.
9. Enerjik dan ulet.
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11. Percaya kepada diri sendiri.
12. Mempunyai rasa humor.
13. Memiliki rasa keindahan.
14. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Ø Pengembangan Kreatifitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya
secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan
adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.

Bagi guru, kemampuan kreatif merupakan aspek penting yang harus dimiliki untuk
menciptakan lingkungan belajar yang mendorong peserta didik menjadi kreatif. Kemajuan dunia
pendidikan memerlukan tingkat kemampuan kreatif yang tinggi dari para pendidik. Kreativitas
peserta didik hanya bisa dikembangkan apabila gurunya kreatif.

Guru yang kreatif memiliki kemampuan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para
peserta didiknya secara kreatif, sehingga peserta didik menggemari ilmu pengetahuan yang
diajarkan kepadanya dan membuat peserta didik dapat berpikir secara kreatif pula. Berpikir
kreatif akan menghasilkan produk kreatif sehingga pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi
kreatif.

Guru yang memiliki kreatifitas akan dengan mudah menentukan beberapa hal seperti:
· Memilh konten materi
· Perencanaan pelajaran
· Mengorganisasikan materi
· Mengorganisasikan tugas-tugas yang tepat
· Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan kreatifitas
Guru yang dalam dirinya belum memiliki kreatifitas secara tidak langsung akan menjadi
kreatif ketika mengajar, hal ini diperoleh seorang guru ketika melatih kemampuannya didalam
kelas misalnya dalam menentukan metode yang digunakan ketika mengajar, dalam membuat
pertanyaan, dalam membuat siswa aktif selama pembelajaran dan lain-lain.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era
pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan
teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, sikap dan perilaku kreatif
perlu dipupuk sejak dini, agar peserta didik tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi
mampu menghasilkan pengetahuan baru; tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu
menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta).
BAB III
KESIMPULAN

Guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para
muridnya. Guru adalah penentu keberhasilan siswanya. Guru memiliki peluang menentukan
untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi
dirinya dan keluarganya kelak.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
Guru sebagai pendidik adalah ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi
guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik.
Guru sebagai pengajar adalah guru membantu perkembangan intelektual, afektif dan
psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif
dan keterampilan.
Guru sebagai pembimbing adalah guru membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-
tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai individu yang mandiri dan produktif.
Guru sebagai pelatih
Peran guru sebagai pelatih bertugas untuk melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Guru sebagai penasehat
Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya.
Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan
dengan penguasaan kompetensi.
Guru sebagai pembaharu
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman,
guru harus menjadi pribadi yang terdidik. Peran guru sebagai inovator adalah pembaharu
pengetahuan bagi peserta didiknya.
Guru sebagai model dan teladan yakni guru harus menjadi suri teladan bagi anak didiknya, guru
juga harus mengetahui psikologis mengenai peserta didiknya.
Guru sebagai peneliti yakni seorang guru peneliti dapat melakukan penelitian kelas untuk
menganalisis dan meningkatkan aspek gaya mengajarnya.
Guru sebagai pendorong kreatif yakni guru yang memiliki kemampuan menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada para peserta didiknya secara kreatif.

Anda mungkin juga menyukai