DOSEN PENGAMPU:
Dra. Ratnawati, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5 MI 5C:
Imelda Amanda (22591089)
Jessika Mei Karina (22591096)
Waassalammualaikum Wr.Wb
penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan
pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan,
dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untukk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan
tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama
yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau
harus dilaksanakannya sebagai guru. Peran guru ini antara lain meliputi guru sebagai pendidik
pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru
sebagai peneliti dan masih banyak lagi. Untuk lebih memahami masing-masing peran tersebut
kami menjelaskan beberapa peran guru dalam makalah ini yaitu guru sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru
sebagai peneliti.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peran.
b. Untuk mengetahui hakikat seorang guru.
c. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran.
d. Untuk mengetahui peran-peran guru dalam pembelajaran.
BAB II
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing, minimal ada 2
fungsi yaitu fungsi moral dan fungsi kedinasan. Tinjauan secara umum, guru dengan segala
peranannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi
kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu guru sebagai
pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni dengan wujud bekerja
secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati nurani. (Sadirman,1990)
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya,
memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala
latar belakangnya. (Sadirman,1990)
Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan
diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu
pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan
atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor
profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa
dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas,
kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
· Mengumpulkan data tentang siswa
· Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
· Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
· Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara individu maupun
secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak
· Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan
masalah siswa
· Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
· Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
· Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah
siswa
· Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya
· Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar
maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan
sekaligus merupakan keterpaduan.
1. Pembuatan Yel-yel
Yel-yel ini biasanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa
untuk bersama-sama mengucapkan beberapa yel yang telah diajarkan kepada mereka. Tujuann
yel-yel ini adalah: menumbuhkan semangat belajar siswa, menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, dan mewujudkan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa.
Berbagai variasi yel dapat diciptakan oleh guru, dengan mengubah lagu tertentu yang
sudah dihapal siswa serta menggunakan kepalan tangan, suara yang bersemangat, mimik muka
serta kekompakan siswa dalam pengucapannya.
Pembuatan yel ini dibagi dalam dua bagian, yaitu yel-yel kelas, yang memberi semangat
untuk pengkondisian kelas sehingga siswa siap belajar (apersepsi dan motivasi), dan yel-yel mata
pelajaran yaitu memberi semangat untuk mengikuti pelajaran tertentu.
Di bawah ini, contoh-contoh yel yang telah dibuat dan dilakukan ketika akan dimulai
proses pembelajaran. Contoh Yel-yel kelas:
KELASKU….KELASKU….KELASKU
YANG TERBAIKK… OK ! ALLOHU AKBAR !
AKU ANAK SHOLEH !!!!!!! ……………..
DEDEED….DEDEED…..DEDEED……….ALLOHU AKBAR !
2. Pemberian Reward
Berdasarkan pangalaman di lapangan, anak kelas bawah (baca : SD) amat senang apabila
usaha belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana. Oleh
karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan penghargaan, selama
dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat. Penghargaan itu sendiri dapat
dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka pengkondisian siswa menjadi senang
belajar.Tujuan pemberian reward adalah mendorong siswa agar lebih giat belajar, memberi
apresiasi atas usaha mereka dan menumbuhkan persaingan yang sehat antar siswa untuk
meningkatkan prestasi
Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan sesuai kesempatan
yang ada. Penulis membaginya dalam beberapa macam, yakni dalam bentuk ucapan, tulisan,
barang/benda dan penghargaan khusus. Seyogyanya penghargaan ini dapat menjadi kebanggaan
siswa akan eksistensi dirinya, yang nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri.
Penghargaan dapat berupa ucapan, tulisan, barang/benda dan penghargaan khusus.
Penghargaan berupa ucapan dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih daluhu atau
bersifat spontan saja. Yang terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka
layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran,
seperti kata-kata YESS ! (sambil mengancungkan jempol tangan), Excelent (dua jari membentuk
huruf V), Thankyou Very Much (kedua tangan diacungkan ke atas) dll.
Penghargaan berupa tulisan dapat dilakukan setiap hari, ketika siswa mengerjakan tugas
atau PR. Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas
siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapat nilai bagus (80-100).
Kalimat pujian tersebut diantaranya “ selamat, you are the best student “ , “ Alhamdulillah, kamu
anak pintar “ , “ pacu terus prestasimu “ ,
Penghargaan berupa barang/benda berupa benda yang sudah ada maupun yang telah
dimodifikasi/disiapkan. Misalnya berupa bintang, terbuat dari kertas karton/asturo berukuran
kecil bagi siswa yang mendapat nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR. Kalung
medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali
warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan kepada siswa setiap
selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak
menerima medali. Sewaktu-waktu tidak ada salahnya apabila guru memberikan penghargaan
berupa uang jajan, walaupun dengan nilai nominal yang relatif kecil. Bagi siswa terkadang bukan
besar kecilnya uang tetapi kebanggaan mendapatkannya dari guru yang dicintainya.
Penghargaan khusus bersifat spontan dan insidental, di mana siswa yang berhasil
menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih
dahulu.
3. Pemberian sanksi
Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ada semacam aturan main (rule of the game).
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, termasuk perlu adanya
sanksi yang disepakati bersama antara guru dengan siswa. Tetapi diupayakan dalam pemberian
saknsi ini betul-betul bersifat pedagogis (mendidik). Tujuan pemberian sanksi adalah
terwujudnya kelas yang tertib, namun diupayakan tetap menyenangkan, penanaman disiplin
kepada anak dan mendidik siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.
4. Kotak Soal
Dibuat dari bekas wadah susu atau makanan lain, yang berbentuk segi empat, kemudian
dibungkus kertas kado, dengan warna yang menarik ditempel di dinding kelas sejumlah mata
pelajaran, sehingga setiap mapel memiliki kotak soal tersendiri. Tujuannya yaitu : mendorong
siswa agar senang mempelajari soal sesuai keinginannya setiap saat, memberi kesempatan
memanfaatkan waktu luang untuk mempelajari soal-soal.
Soal dibuat dengan berbagai bentuk, seperti soal cerita, kuis, siapa aku, tanya jawab, dll.
Di tulis di kertas asturo atau kertas lain dengan bentuk yang menarik.
6. Perpustakaan Kelas
Penanaman kebiasaan membaca harus selalu ditumbuhkan. Kehadiran perpustakaan kelas
merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan. Berbagai buku yang bersifat ringan dan
dapat menggugah kreativitas siswa bisa dijadikan referensi. Majalah Bobo, Annida, Anak
Sholeh, buku cerita, kisah sahabat dan petualangan hewan merupakan pilihan bagi mereka.
Tujuannya yaitu menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, karena membaca adalah kunci
pengetahuan, memanfaatkan waktu luang secara baik. Adapun sumber bukunya dapat diperoleh
dari sumbangan siswa sendiri yakni membawa buku bacaan bekas dari rumah, membeli atau
sumbangan.
7. Mading Kelas
Kehadiran majalah dinding (mading) kelas menjadi satu terobosan yang cukup baik.
Diantara siswa ada yang dipilih menjadi pengurus mading. Mereka ada yang bertugas sebagai
pimpinan redaksi, reporter, ilustrasi atau pencari berita. Tujuannya yaitu menampung hasil karya
siswa berupa gambar, cerita/karangan, puisi, atau pengalaman pribadi, membiasakan siswa untuk
menulis, segala ide, impian dan harapan dapat ditumpahkan dalam karya tulis dan menumbuhkan
semangat belajar dan membaca. Biasanya siswa akan senang, apabila karyanya dilihat oleh
teman-temannya. Hasil karya yang ditempel bisa saja sengaja dibuat oleh siswa di rumah atau
hasil tugas mata pelajaran tertentu.
8. Setting Kelas
Untuk sekolah yang full day school kemungkinan besar siswa akan merasa jenuh dan
capek berada terus di sekolah atau kelas. Oleh karena itu bagaimana menciptakan ruangan dan
suasana kelas yang meminimalisir kejenuhan mereka. Setting kelas dapat dilakukan oleh guru
dengan cara penataan ruangan, pemasangan gambar, tulisan yang memotivasi, warna-warni yang
menyolok, hiasan yang menggugah poster dll. Contohnya poster dapat ditempel di dinding kelas.
Bunyi poster misalnya, “ BELAJAR ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN “, “ MEMBACA
MENJADI KEBUTUHANKU “, AKU INGIN MENJADI ANAK PINTAR DAN SHOLEH “, “
BELAJAR ITU IBADAH, BERPRESTASI ITU INDAH.” Setiap minggu sekali, siswa
diperbolehkan untuk berpindah tempat duduknya, sesuai keinginan mereka. Papan tulis, setiap
semester sekali dapat dirubah posisinya, sesuai kesepakatan dengan siswa.
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar pembelajaran dan ketika
seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstrutif maka telah
mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi guru sebagai model dan teladan patutnya
dipahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan
kerendahan hati akan meemperkaya arti pembelajaran.
Secara teoritis menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik tetapi setiap peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup
pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah guru yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang
bersalah (Mulyasa,2005)
Guru sebagai uswah atau teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu,
diantaranya :
Pertama, Guru harus meneladani Rasulullah SAW sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana
termaktub dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Kedua, guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda’
binafsih, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik
tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Bercermin pada filosofi ”gayung mandi”, dalam mendidik
karakter guru jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan untuk mandi bertujuan
membersihkan, tapi ia sendiri tidak pernah mandi atau membersihkan dirinya sendiri. Artinya
guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada peserta
didiknya.
Ketiga, guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya melalui tiga
tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan
perbuatan. Tahapan pertama pemikiran; merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang
karakter. Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal, rasio dan logika siswa sehingga siswa
mampu membedakan karakter positif (baik) dengan karakter negatif (tidak baik). Siswa mampu
memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan
karakter negatif.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti,
setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan,
presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov,
1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana
keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta
didik untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek
teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran
peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan
sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Bobbi DePorter :
2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama dengan anak
didik; juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan tertentu, disamping orde
normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk perbuatan mendidik itu sendiri.
Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan
dengan sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab tinggi
dan upaya penuh kearifan.
Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab,
bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan
peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting
dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik.
Dalam proses pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan
psikologis terletak pada peserta didik, sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap
peserta didik dan secara psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan
keadaan peserta didik (Suryabrata,2004).
Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam
bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukan
bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi
dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk (1989) menyebutkan ada beberapa poin yang
menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain yaitu mematuhi norma dan nilai kemanusiaan,
menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati,
menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan
mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif
bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang
tersebut diatas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Segala,2009).
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru,
orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila
(Anonim,2011).
Dilihat dari peran guru secara pribadi, seorang guru harus berperan sebagai berikut :
A. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya
untuk berpartisipasi didalamnya.
B. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan.
C. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan
keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
D. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi
ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
E. Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi
tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas yang universal dan oleh
karenanya semua kegiatannya dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Guru senantiasa
berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilainya.
Menurut Mulyasa (2008), Sifat dan karakteristik guru yakni kreatif, profesional, dan
menyenangkan. Seorang guru harus kreatif dalam memilih dan memilah, serta mengembangkan
materi pembelajaran sehingga dapat menyentuh kebutuhan peserta didik. Sebagaimana kita
ketahui bahwa saat ini guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik,
akan tetapi guru hanyalah salah satu sumber saja. Hal inilah yang mesti dicermati oleh seorang
guru dengan mengasah kreativitasnya sehingga dapat memposisikan diri dalam membantu
perkembangan peserta didiknya.
Ø Definisi Kreativitas
Utami Munandar ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut :
1. Senang mencari pengalaman baru.
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
3. Memiliki inisiatif.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung kritis terhadap orang lain.
6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
7. Selalu ingin tahu.
8. Peka atau perasa.
9. Enerjik dan ulet.
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11. Percaya kepada diri sendiri.
12. Mempunyai rasa humor.
13. Memiliki rasa keindahan.
14. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
Ø Pengembangan Kreatifitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya
secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan
adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.
Bagi guru, kemampuan kreatif merupakan aspek penting yang harus dimiliki untuk
menciptakan lingkungan belajar yang mendorong peserta didik menjadi kreatif. Kemajuan dunia
pendidikan memerlukan tingkat kemampuan kreatif yang tinggi dari para pendidik. Kreativitas
peserta didik hanya bisa dikembangkan apabila gurunya kreatif.
Guru yang kreatif memiliki kemampuan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para
peserta didiknya secara kreatif, sehingga peserta didik menggemari ilmu pengetahuan yang
diajarkan kepadanya dan membuat peserta didik dapat berpikir secara kreatif pula. Berpikir
kreatif akan menghasilkan produk kreatif sehingga pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi
kreatif.
Guru yang memiliki kreatifitas akan dengan mudah menentukan beberapa hal seperti:
· Memilh konten materi
· Perencanaan pelajaran
· Mengorganisasikan materi
· Mengorganisasikan tugas-tugas yang tepat
· Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan kreatifitas
Guru yang dalam dirinya belum memiliki kreatifitas secara tidak langsung akan menjadi
kreatif ketika mengajar, hal ini diperoleh seorang guru ketika melatih kemampuannya didalam
kelas misalnya dalam menentukan metode yang digunakan ketika mengajar, dalam membuat
pertanyaan, dalam membuat siswa aktif selama pembelajaran dan lain-lain.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era
pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan
teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, sikap dan perilaku kreatif
perlu dipupuk sejak dini, agar peserta didik tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi
mampu menghasilkan pengetahuan baru; tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu
menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta).
BAB III
KESIMPULAN
Guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para
muridnya. Guru adalah penentu keberhasilan siswanya. Guru memiliki peluang menentukan
untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi
dirinya dan keluarganya kelak.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan, diantaranya :
Guru sebagai pendidik adalah ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi
guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik.
Guru sebagai pengajar adalah guru membantu perkembangan intelektual, afektif dan
psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif
dan keterampilan.
Guru sebagai pembimbing adalah guru membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-
tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai individu yang mandiri dan produktif.
Guru sebagai pelatih
Peran guru sebagai pelatih bertugas untuk melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Guru sebagai penasehat
Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya.
Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan
dengan penguasaan kompetensi.
Guru sebagai pembaharu
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman,
guru harus menjadi pribadi yang terdidik. Peran guru sebagai inovator adalah pembaharu
pengetahuan bagi peserta didiknya.
Guru sebagai model dan teladan yakni guru harus menjadi suri teladan bagi anak didiknya, guru
juga harus mengetahui psikologis mengenai peserta didiknya.
Guru sebagai peneliti yakni seorang guru peneliti dapat melakukan penelitian kelas untuk
menganalisis dan meningkatkan aspek gaya mengajarnya.
Guru sebagai pendorong kreatif yakni guru yang memiliki kemampuan menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada para peserta didiknya secara kreatif.