PENDIDIKAN
GURU SEBAGAI PENDIDIK
ANGGOTA
KELOMPOK
• M. Syahrul
• Rana Faridah Zahra
• Salsabila Mutia Sofa
A. LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
• Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membumbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
• Seseorang dikatakan sebagai guru atau pendidik tidak cukup “tahu” akan materi yang diajarkan, tetapi pertama kali ia harus memiliki
“kepribadian guru”dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru
dengan anak didik. .
• Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menajdi pembimbing. Sebagai contoh guru yang berfungsi sebagai “pendidik” dan
“pengajar” seringkali akan melakukan pekerjaan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang suatu keterampilan dan
sebagainya. Jadi jelas dalam proses pendidikan kegiatan “mendidik” “mengajar” dan “membimbing” itu tidak dapat dipisahkan lagi.
Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menentukan sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan
perkembangan anak didik sesuai dengan tutjuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, ikut memecahkan persoalan-persoalan atau
kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik
perkembangan fisik maupun mental.
B. RUMUSAN MASALAH
Guru adalah suatu profesi yang fungsi utamanya adalah mengajar,membimbing,dan mengarahkan agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi minat dan bakatnya.Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian dalam pandangan masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola,
di rumah dan sebagainya.Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang
menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figure guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat
mendidik anak mereka agar menjadi orang yang berkepribadian yang mulia. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang
lebih terhormat, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Sedangkan Pendidik secara etimologis, dalam KBBI, kata pendidik berasal dari kata dasar didik, yang berarti memelihara,
merawat, dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan tentang sopan santun, akal
budi, akhlak, dan sebagainya. Kata tersebut kemudian ditambah awalan “pe” menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik.
Secara terminologis, Ahmad D.Marimba (Ramayulis, 2015: 135) mengatakan, bahwa pendidik ialah orang yang memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik.
Dalam Sisdiknas, UU RI Nomor 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas melaksanakan
proses pembelajaran serta melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Berdasarkan UU Nomor 12 tahun 1945, tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran, di sekolah dan seluruh Indonesia, pada pasal
15 dinyatakan tentang syarat-syarat untuk menjadi seorang guru adalah :
a. Harus berijazah,
b. Sehat jasmani dan rohani,
c. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik,
d. Bertanggung jawab, dan
e. Berjiwa nasional.
Menurut Ngalim Purwanto (Ramayulis 2015: 136), sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
a. Adil,
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya,
c. Bersikap baik terhadap masyarakat,
d. Benar-benar menguasai dan suka kepada mata pelajaran yang diberikannya, dan
e. Juga berpengetahuan luas.
Dari beberapa definisi pendidik tadi, dapat disimpulkan bahwa pendidik merupakan orang dewasa secara jasmani dan rohani, memiliki
kompetensi untuk mendewasakan peserta didik kearah kesempurnaan dangan menggunakan cara-cara dan pendekatan kependidikan.
Pendidik itu sendiri adalah orang yang memiliki kepribadian yang luhur sehingga ia berhak mendidik orang lain agar memiliki
kedewasaan berpikir . Pendidik memiliki sikap dan karakter yang mulia sehingga pantas untuk dijadikan contoh bagi murid-muridnya.
B. PERAN PENDIDIK
Pendidik dalam pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan guru menjadi
aktor utama yang semestinya diidolakan para siswanya. Pendidikan bukan hanya mengisi otakpeserta didik
dengan jutaan ilmu pengetahuan, lebih dari itu, siswa mesti cerdas dalam sikap, emosiional, dan spiritual
serta memiliki keterampilan yang bisa menopang hidupnya ke depan. Tugas yang seperti disebutkan tadi,
tidak bisa dijalankan oleh mesin dan alat modern. Dengan demikian dalam sistem pembelajaran manapun,
guru selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pencapaian tujuan pendidikan. Tanpa
guru, pendidikan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Masa depan anak sangat tergantung kepada bagaimana guru memengaruhi proses pembelajaran peserta
didik. Guru bukan hanya memikirkan metode-metode pengajaran di dalam kelas saja, akan tetapi bagaimana
mengembangkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan tingkah laku peserta didik.
Dewasa ini, berkat perkembangan IPTEK yang demikian pesat dan merevolusi, bagi seorang pendidik tidak mungkin lagi
menguasai seluruh khazanah ilmu pengetahuan walau dalam bidangnya sendiri. Ia tidak mungkin menjadikan dirinya
gudang ilmu. Ia bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi muridnya. Tugasnya bukan memberikan ilmu pengetahuan
melainkan terutama menunjukan bagaimana cara memeroleh ilmu pengetahuan, dan mengembangkan dorongan berilmu.
Dengan kata lain, guru menumbuhkembangkan budaya membaca dan budaya meneliti untuk mengetahui sesuatu pada diri
muridnya.. Dengan singkat, dikatakan tugas guru adalah membelajarkan pelajar.
Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa Inggris, profession atau bahasa Latin profecus,
yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan, mampu, atau ahli dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu. Istilah tersebut dapat dimaknai sebagai sebuah pekerjaan yang
membutuhkan keahlian atau skill sesuai dengan standar kerja yang ditanganinya.
Guru profesional ialah guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan persyaratan
yang dituntut oleh profesi keguruan. Misalnya, kemampuan manajemen kelas, kemampuan
dalam mengorganisasikan pelajaran, kemampuan evaluasi, dan kemampuan merumuskan
tujuan materi pelajaran.
Dalam kajian yang lebih terperinci, Moh.Zuher Usman (Ramayulis 2015 : 146) mengemukakan kompetensi yang harus
dikuasai oleh guru professional dalam konteks Indonesia,yaitu :
Kode etik pendidik merupakan salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya, setiap pendidik yang
professional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik. Kata etik berasal dari bahasa Yunani,
yakni “ethos” yang berari watak, adat, atau cara hidup. Kata etik diartikan dengan cara berbuat yang
berprilaku yang telah disepakati sekelompok manusia (Ramayulis, 2015 : 152).
Pada dasarnya, kode etik merupakan seperangkat nilai-nilai atau norma-norma sebagai suatu kesatuan yang
menjadi pedoman sikap dan tingkah laku para pejabat yang memangku keahlian tertentu dalam menjalankan
tugas atau pekerjaan sehari-hari. Dengan demikian, kode etik guru Indonesia berarti sejumlah atau
sekelompok nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pedoman bagi guru-guru, karyawan, atau pendidik
sebagai pejabat yang memangku keahlian di dalam pendidikan dalam menunaikan tugasnya sehari-hari.
Kode etik pendidik ini bertalian erat dengan unsur-unsur yang dinilai DP3 menurut PP Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1979. Setiap perumusan kode etik berakar pada penempatan kesejahteraan atau kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi berdasarkan moral dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan diterima pada lingkungan profesi itu.
Atas dasar kode etik guru Indonesia pada garis besarnya mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Mengatur hubungan guru dengan murid,
b. Mengatur hubungan guru dengan teman sekerjanya,
c. Mengatur hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat,
d. Mengatur hubungan guru dengan jabatan dan profesinya, dan
e. Mengatur hubungan guru dengan pemerintah (Ramayulis,2015: 153)
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kode etik pendidik menurut Made Pidarta,adalah:
a. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk melanjutkan studi ke S1,S2,atau S3.
Dengan menimba ilmu lebih banyak dan meningkatkan sikap serta pribadinya sebagai pendidik,diharapkan kode etik
pendidik itu lebih disadari keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.
b. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum mampu memiliki perpustakaan seperti
itu.
c. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
d. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik, kerja sama lembaga pendidikan dengan
orang tua, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat.
e. Fungsi DP3 perlu dibenahi dan ditingkatkan.
f. Selain dengan DP3, pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan
pengawasan.
(Ramayulis,2015: 153).
Jadi, pelanggaran terhadap kode etik guru akan membawa konsekuensi yang dapat merugikan bagi guru yang
bersangkutan. Konsekuensi terakhir dan terberat sebagai akibat pelanggaran kode etik adalah pemecatan dari
keanggotaan profesi. Oleh karena itu, kode etik menjadi sebuah keharusan untuk dipegang dan tertanam pada
setiap pribadi dan kepribadian guru. Penyimpangan tindakan etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman
yang lebih tajam.
E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU
Sebagai pekerja profesi, kepada guru dibebankan tugas yang sangat besar. Sebab, profesi membutuhkan keahlian
yang telah terlatih secara matang. Kematangan seorang guru dalam mengemban profesinya tersebut terlihat dari
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya di lapangan atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Tugas dan tanggung jawab guru tersebut bukan hanya dalam hubungannya dengan para peserta didik di kelas
saja, akan tetapi lebih dari itu, menyangkut semua aspek yang bisa dilakukannya untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang kondusif dan harmonis.
Paters (Ramayulis,2015: 155) mengemukakan tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu:
a. Sebagai Pengajar,
b. Sebagai pembimbing,dan
c. Sebagai administrator.
Sementara Amstong (Ramayulis,2015:153) membagi tugas dan tanggung jawab guru menjadi lima, yaitu:
a. Tanggung jawab dalam pengajaran,
b. Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan,
c. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, dan
d. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi yang pada dasarnya ialah tuntunan dan panggilan untuk selalu
mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya.
Sedangkan menurut Moh Uzer Usman (Ramayulis,2015: 158), tugas dan tanggung jawab guru terbagi menjadi
empat, yaitu:
a. Tugas dan tanggung jawab dengan peserta didik; berupa mengarahkan, membimbing, dan membenahi
kekurangan-kekurangan peserta didik dan mendidiknya sehingga menjadi manusia dewasa sempurna,sehat jasmani
dan rohani.
b. Tugas dan tanggung jawab dengan guru lain,seperti menjalin hubungan baik dan bekerja sama dalam
mengarahkan dan mendidik peserta didik.
c. Tugas dan tanggungjawab dengan atasan, hal ini bertujuan agar tidak terjadinya hubungan yang tidak
menyenangkan.
Dapat disimpulkan. Bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru ini meliputi tanggung jawab pengajaran,
pembimbingan, dan administrator para siswanya.Guru juga bertanggung jawab dalam menjalin hubungan yang baik
dengan sesama guru lainnya,atasan,dan dengan orang tua murid serta dengan masyarakat.