2. Fokus Pembahasan
a. Karakteristik Pendidik.
b. Karakteristik Peserta Didik.
c. Gaya Belajar Peserta Didik.
d. Gaya Mengajar Pendidik.
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi peserta didik baik potensi efektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa ahli pendidikan yang memberikan arti pendidik adalah :
Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang mempertanggung jawabkan sebagai
pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang
pendidikan peserta didik
Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan
sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didikSeorang guru
mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Dia tidak hanya dituntut mampu
melakukan transformasi seperangkat ilmu (psychomotoric domain), akan tetapi juga mempunyai
tanggung jawab untuk mengejawatkan hal-hal yang berhubungan dengan sikap (effective
domain).[1]
Oleh karena itu pendidik profesional yang bisa menciptakan situasi aktif peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik yang profesional diyakini mampu mengantarkan peserta
didik dalam pembelajaran untuk menemukan, mengelola dan memadukan perolehannya, dan
memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan nilai maupun
keterampilan hidupnya, pendidik yang profesional juga diyakini mampu memungkinkan peserta
didik berpikir, bersikap dan bertindak kreatif.
Telaah di atas eksistensi pendidik serta peningkatan karakter dalam literatur pendidikan
menyatakan bahwa pendidik harus memiliki karakteristik profesional, yaitu :
1. Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen
terhadap mutu proses hasil kerja (produk), dan sikap continuous improvement (improvisasi
berkelanjutan).
2. Menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi ilmu dalam kehidupan,
mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya. Dengan kata lain mampu melakukan
transformasi, internalisasi, dan implementasi ilmu kepada peserta didik.
3. Mendidik dan menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan berkreasi, mengatur dan
memelihara hasil kreasinya supaya tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan
lingkungannya.
4. Mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat anutan (centre of self identification) dan
teladan bagi peserta didiknya.
5. Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa depan (civilization of the
future).[2]
Adapun karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang berlandaskan pada
pendekatan nilai-nilai Al-Qur’an, antara lain adalah :
1. Memiliki moral.
Yaitu berakhlak mulia, dan memiliki budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat yang baik
sebagai contoh untuk anak-anak didiknya.
2. Mengedapankan kepalsuan ilusi.
Mau berjiwa besar serta mengakui kesalahan yang ada dan tidak melakukan pembenaran
terhadap kesalahan dengan mengutamakan kebenaran baik di dalam kelas maupun di lingkungan
sekolah.
3. Mampu menjauhi kepalsuan ilusi.
4. Menyembah Tuhan.
Yaitu beragama dan percaya adanya Tuhan.
5. Bijaksana
Karakteristik tertentu dari suatu sikap atau perilaku seorang pendidik dalam mendidik.
6. Menyadari bahwa dirinya adalah contoh bagi anak-anak didiknya, dan menyadari setiap
kekurangan yang ada pada dirinya untuk dapat berubah menjadi seorang pendidik yang lebih
baik.
7. Mengambil pengalaman
Seorang pendidik hendaklah bisa mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman ia saat
mengajar, agar bisa jadi pedoman untuk memperbaiki setiap kesalahan-kesalahan yang pernah
terjadi.[3]
Ukuran ideal seorang guru sangat tergantung pada kemampuan dan pengalaman
intelektualitasnya. Guru harus memiliki “skill labour” sehingga mampu menyesuaikan dengan
subjek didik. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan guru dituntut harus memiliki akhlak yang baik
serta memiliki ilmu dan memiliki keutamaan dalam semua gerak-geraknya.
Guru bisa dianggap sebagai pendidik yang memenuhi syarat yaitu apabila guru
mempunyai kompetensi sebagai berikut :
1. Kompetensi idealisme
Selain memotivasi jauh ke depan, seorang guru harus punya keterkaitan pada agama falsafah
bangsa, serta idealisme.
2. Kompetensi akademis
Maksudnya ilmu yang akan diberikan harus dikuasai secara mendetail dan luas. Seorang guru
harus mampu mentransfer dan menstrans-formasikan pengetahuannya kepada anak didik.
3. Kompetensi profesional
Mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau pendidik yang
profesional.
4. Kompetensi kepribadian
Seorang guru harus stabil, yang merasa dirinya gambira, bersemangat, positif, partisipatif dan
tidak pengeluh.
5. Kompetensi sosial
Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial yang berada diantara
masyarakat, pemerintah dan harapan orang tua serta anak-anak.
Dari kelima kompetensi tersebut di atas sebenarnya sudah ada pada setiap individu akan
tetapi presentasinya berbeda-beda.[4]
Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad dikatakan bahwa
seorang guru hendaknya memiliki lima karakter dasar, yaitu :
1. Ikhlas.
2. Taqwa.
3. Ilmu.
4. Sabar.
5. Bertanggung jawab.
Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat
membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik
muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:[6]
a. Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan
Allah dan menegakkan kebenaran.
b. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
c. Bersifat sabar dalam mengajar.
d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e. Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
f. Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.
Sementara dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang
karakteristik pendidik, diantaranya :
a. Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-
mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
b. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari
segala macam sifat tercela.
c. Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak riya’, pemaaf, dan mencintai peserta didik juga
mengatahui karakteristik anak didiknya.
Selain itu karakteristik guru yang baik yaitu :[7]
a. Memiliki minat yang besar terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara cepat.
c. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitivitas yg diperlukan untuk menumbuhkan semangat
belajar.
d. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberi penjelasan
pada siswa.
e. Memiliki kualifikasi memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode mengajar.
f. Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode dan teknik.
g. Mempelajari perilaku anak pada lingkungan tertenu yang mungkin menimbulkan reaksi yang
berbeda dan khas.[8]
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran.
Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam
memproses informasi (perceptual modality).
Ada banyak jenis gaya belajar, tergantung dari model siapa yang dipakai. Sebagai contoh
ada model David Kolb’s dan model Fleming’s VAK/VARK.
Berikut disampaikan detail masing-masing model. Model David Kolb’s membagi jenis
gaya belajar menjadi 4 jenis gaya, yaitu :[14]
1. Converger.
2. Diverger.
3. Assimilator.
4. Accommodator
Sedangkan model Fleming’s VAK/VARK membagi jenis gaya belajar menjadi 3 jenis
gaya, yaitu :
a. Visual learners.
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya
belajar visual ini.
Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga
memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam
berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran
secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
C. ANALISIS
[7] Ngalim Purwanto, M., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2008
[8] Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang, Materi PLPG, 2011, Malang, UIN Maliki Press,
hal 38
[9] www.wikimu.com/news/display news.dspx?id=6068. (diakses 02-11-2013 pukul 23.13 WIB)
[10] Standar Nasional Pendidikan (Dihimpun Oleh Redaksi Sinar Grafika). 2009. Jakarta : Sinar
Grafika hal 53
[11] Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. Pedagogik Teoritis Sistematis. 2011. Bandung : Percikan
Ilmu hal 23
[12] Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, 2008, bandung : CV. Wahana Prima hal. 35
[13] Sumadi Suryabarata, Psikologi Pendidikan, 2006, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal
127
[14] www.wikimu.com/news/display news.dspx?id=6068. (diakses 02-11-2013 pukul 23.13 WIB)
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid