Anda di halaman 1dari 8

BAB IX

KONSEP GURU

A. Mengajar Sebagai Pekerjaan Atau Profesi


1. Mengajar sebagai pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu rangkaian aktivitas untuk memperoleh pendapatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Pekerjaan dipandang sebagai cara
pemenuhan kebutuhan hidup. Salah satu pekerjaan yang dilihat sinergis antara pekerjaan
domestik (dirumah dan lingkungannya) dan publik (diluar rumah) adalah pekerjaan
sebagai guru. Pekerjaan guru, dilihat dari perspektif emik, merupakan “pekerjaan
lanjutan” dari pekerjaan domestic, yang dilakukan dalam rumah tangga. Bekerja sebagai
seorang guru bagi seorang perempuan akan memperluas ruang dan memperpanjang
waktu dalam mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak, dalam hal ini anak secara
sosial pedagogis, yaitu guru sebagai ibu sedangkan murid sebagai anak, dalam hal ini
anak didik.
2. Mengajar sebagai profesi
Mengajar sebagai profesi berarti mengkonstruksikan jabatan sebagai guru
dipandang sebagai profesi. Kesadaran para perempuan pendidik tentang guru sebaga
profesi, muncul tatkala pekerjaan domestic (pekerjaan di dalam rumah tangga) telah tidak
membebani atau berkurang karena anak-anak telah beranjak dewasa dan besar, sehingga
keterikatan terhadap pekerjaan rumah tangga sudah melonggar. Guru mulai
mengembangkan diri melalui berbagai cara seperti belajar sendiri (autodidak) melalui
berbagai media, mengikuti pelatihan, bahkan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi. Kesadaran dalam melihat, memandang dan memperlakukan guru sebagai suatu
profesi dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri seperti banyak waktu luang untuk
dialihkan untuk mempersiapkan diri kebih matang dalam berbagai materi ajar dan cara
serta strategi belajar mengajar. Dorongan dari dalam ini tidak dimiliki saat ada peluang
untuk meningkaatkan kualitas dan kompetensi diri menjadi seorang prodesional, maka
sukar diharapkan guru tersebut bisa menjadi professional sampai dia memasuki masa
pensiun
B. Peranan Guru
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru merupakan pendidik, tokoh, panutan serta identifikasi bagi para murid yang
di didiknya serta lingkungannya. Oleh sebab itu, tentunya menjadi seorang guru harus
memiliki standar serta kualitas tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai seorang guru, wajib
untuk memiliki rasa tanggung jawab, mandiri, wibawa, serta kedisiplinan yang dapat
dijadikan contoh bagi peserta didik.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar mengajar akan dipengaruhi oleh beragam faktor di dalamnya,
mulai dari kematangan , motivasi, hubungan antara murid dan guru, tingkat kebebasan,
kemampuan verbal, ketrampilan guru di dalam berkomunikasi, serta rasa aman. Jika
faktor faktor tersebut dapat terpenuhi, maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik. Guru harus dapat membuat sesuatu hal menjadi jelas bagi murid, bahkan
terampil untuk memecahkan beragam masalah.
3. Guru Sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sebuah sumber belajar akan sangat berkaitan dengan
kemampuan guru untuk menguasai materi pelajaran yang ada. Sehingga saat siswa
bertanya sesuatu hal, guru dapat dengan sigap dan tanggap menjawab pertanyaan murid
dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti.
4. Guru Sebagai Fasilitator
Peran seorang guru sebagai fasilitator adalah dalam memberikan pelayanan agar
murid dapat dengan mudah menerima dan memahami materi-materi pelajaran. Sehingga
nantinya proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Guru Sebagai Pembimbing.
Guru dapat dikatakan sebagai pembimbing perjalanan, yang mana berdasar
pengetahuan serta pengalamannya dan memiliki rasa tanggung jawab dalam kelancaran
perjalanan tersebut. Perjalanan ini tidak hanya soal fisik namun juga perjalanan mental,
kreatifitas, moral, emosional dan spritual yang lebih kompleks dan dalam.
6. Guru Sebagai Demonstrator
Guru memiliki peran sebagai demonstator adalah memiliki peran yang mana
dapat menunjukkan sikap-sikap yang bisa menginspirasi murid untuk melakukan hal-hal
yang sama bahkan dapat lebih baik.
7. Guru Sebagai Pengelola
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru memiliki peran dalam memegang
kendali atas iklim yang ada di dalam suasana proses pembelajaran. Dapat diibaratkan jika
guru menjadi nahkoda yang memegang kemudi dan membawa kapal dalam perjalanan
yang nyaman dan aman. Seorang guru haruslah dapat menciptakan suasana kelas menjadi
kondusif dan nyaman.
8. Guru Sebagai Penasehat.
Guru berperan menjadi penasehat bagi murid-muridnya juga bagi para orang tua,
meskipun guru tidak memiliki pelatihan khusus untuk menjadi penasehat. Murid-murid
akan senantiasa akan berhadapan dengan kebutuhan dalam membuat sebuah keputusan
dan dalam prosesnya tersebut membutuhkan bantuan guru. Agar guru dapat memahami
dengan baik perannya sebagai penasehat serta orang kepercayaan yang lebih dalam maka
sudah seharunya guru mendalami mengenai psikologi kepribadian.
9. Guru Sebagai Inovator
Guru menerjemahkan pengalaman yang didapatkannya di masa lalu ke dalam
kehidupan yang lebih bermakna untuk murid-murid didikannya. Karena usia guru dan
murid yang mungkin terlampau jauh, maka tentu saja guru lebih memiliki banyak
pengalaman dibandingkan murid. Tugas guru adalah untuk menerjemahkan pengalaman
serta kebijakan yang berharga ke dalam bahasa yang lebih modern yang mana dapat
diterima oleh murid-murid.
10. Guru Sebagai Motivator
Proses kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika murid-murid di dalam nya
memiliki motivasi yang tinggi. Guru memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan
motivias serta semangat di dalam diri siswa dalam belajar.
11. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan serta pembelajaran tentunya membutuhkan latihan ketrampilan,
entah itu dalam intelektual ataupun motorik. Dalam hal ini guru akan bertindak sebagai
pelatih untuk mengembangkan ketrampilan tersebut. Hal ini lebih ditekankan dalam
kurikulum 2004 yang mana memiliki basis kompetensi. Tanpa adanya latihan maka
tentunya seorang guru tidak akan mampu dalam menunjukkan penguasaan kompetensi
dasar serta tidak mahir dalam ketrampilan ketrampilan yang sesuai dengan materi
standar.

C. Sertifikasi Guru
1. Kompetensi Guru
Berikut adalah kompetensi guru dengan elemen dan indikatornya
a. Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial
sebagai berikut;
1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya,
memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
b. Kompetensi keperibadiaan
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai
guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
c. Kompetensi sisosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut:
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
2. Berikut adalah beberapa permaslahan yang ditemukan dalam penyelenggaran sertifikasi
guru.
a. Faktor Guru
Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran. Berhasil atau
tidaknya sebuah pembelajaran bergantung pada bagaimana cara seorang guru
membelajarkan sebuah materi terhadap siswa-siswanya. Ada dua jenis faktor, yakni :
b. Faktor Kondisi Fisik
Mengapa kondisi fisik ? Bayangkan saja, apabila ada seorang guru yang buta
warna tetapi ia mengajarkan materi mewarnai atau mengenal warna terhadap
siswanya. Jelas tidak mungkin, bukan?
Jadi, sebaiknya seorang guru membelajarkan kepada siswanya mengenai materi
yang tidakk bertentangan dengan kondisi fisiknya. Jika ia buta warna, mungkin
sebaiknya ia engajarkan materi yang tidak berhubungan dengan warna misalnya mata
pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPS, dll.
c. Faktor Kondisi Psikis
seorang guru yang sedang stres sebaiknya tidak mengajar terlebih dahulu.
Karena dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada siswa-siswanya. Hal
ini akan berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun siswa-siswanya. Siswa
mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan sering melampiaskan
emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan apabila ia tidak hanya
trauma terhadap guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-guru lain juga.
d. Faktor Kelembagaan Sertifikasi
Kelembagaan sertifikasi berkaitan dengan segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelengaraan dan tata kelola dari sertifikasi seperti organisasi dan
perorganisasian serta berbagai aturan perundangan dan peraturannya.
e. Faktor Asesor
Asesor juga dapat menjadi persoalan dalam penyelenggaran sertifikasi
dosen. Persoalan yang ditemukan dengan asesor berkaitan dengan paling sedikit
dengan 2 hal,yaitu :
1) latar belakang pedidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan persaratan yang
dimiliki di mana salah satu pendidikan harus dalam bidang pendidikan. Namun
karena memeliki jabatan tertentu di LPTK, dosenini masih bisa ikut menjadi
asesor.
2) Ketidak mampuan untuk menyamankan peresepsi penilaian yang terlampau
timpng antara asesor, sehinga di perlukan asesor netral dari luar.
3) Pendidikan Dan Pelatihan Guru
4) Apa bila seorang peserta sertifikasi tidak lulus dalam penilaian portofolio maka
dia diharuskan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus
atau mengikuti penidikan dan pelatihan profesi guru. Jika mengikuti pendidikan
dan pelatihan profesi guru maka pada bagian akhir dari kegiatan ini para perserta
akan mengikuti ujian. Pendidikan dan pelatihan profesi guru ini cenderung di
pandang sebagai aspirin, yaitu sebagai obat yang menghilangkan rasa sakit
terhadap semua penyakit, namaun bukan sebagai penyembuh penyakit yang di
derita jika seseorang tidak lulus dalam penelitiaan dalam portofolio maka dia
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan semua kopetensi,
bukan terhadap kopetensi yang di nilai kurang atau tidak luus saja oleh karena itu,
kegiatan ini di lihat sebagai aspirin
5) Kelulusana Dan Profesionalitas
Apakah seorang guru yang telah di nyatakan lulus sertifiki dan
memperoeh penghargaan berupa tunjangan profesi dapat di nyatakan profisional ?
secara teortis hipotesis dapat. Namun jika di telusuri realitas yang sebenarnya,
maka sebagian guru belum dapat di katakan sebagai guru profisional. Meskipun
telah lulus sertifikasi guru namun sebagian guru yang lulus ini belum menunjukan
kopetensi pedagogik dan profisional pada saat mereka melaksanakan proses
pembelajaran dan pendidikan di ruang kelas dari sekolah mereka dalam kontek
ini, kelulusan dari suatu uji portofolio, belum tentu secara saptansial profisional
dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru.

Anda mungkin juga menyukai