KONSEP GURU
C. Sertifikasi Guru
1. Kompetensi Guru
Berikut adalah kompetensi guru dengan elemen dan indikatornya
a. Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial
sebagai berikut;
1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi
proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya,
memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
b. Kompetensi keperibadiaan
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai
guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
c. Kompetensi sisosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut:
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
2. Berikut adalah beberapa permaslahan yang ditemukan dalam penyelenggaran sertifikasi
guru.
a. Faktor Guru
Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran. Berhasil atau
tidaknya sebuah pembelajaran bergantung pada bagaimana cara seorang guru
membelajarkan sebuah materi terhadap siswa-siswanya. Ada dua jenis faktor, yakni :
b. Faktor Kondisi Fisik
Mengapa kondisi fisik ? Bayangkan saja, apabila ada seorang guru yang buta
warna tetapi ia mengajarkan materi mewarnai atau mengenal warna terhadap
siswanya. Jelas tidak mungkin, bukan?
Jadi, sebaiknya seorang guru membelajarkan kepada siswanya mengenai materi
yang tidakk bertentangan dengan kondisi fisiknya. Jika ia buta warna, mungkin
sebaiknya ia engajarkan materi yang tidak berhubungan dengan warna misalnya mata
pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPS, dll.
c. Faktor Kondisi Psikis
seorang guru yang sedang stres sebaiknya tidak mengajar terlebih dahulu.
Karena dikhawatirkan ia akan melampiaskan emosinya kepada siswa-siswanya. Hal
ini akan berdampak sangat tidak baik kepada guru maupun siswa-siswanya. Siswa
mungkin trauma terhadap guru yang telah atau bahkan sering melampiaskan
emosinya kepada mereka. Bahkan yang lebih dikhawatirkan apabila ia tidak hanya
trauma terhadap guru tersebut saja, akan tetapi kepada guru-guru lain juga.
d. Faktor Kelembagaan Sertifikasi
Kelembagaan sertifikasi berkaitan dengan segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelengaraan dan tata kelola dari sertifikasi seperti organisasi dan
perorganisasian serta berbagai aturan perundangan dan peraturannya.
e. Faktor Asesor
Asesor juga dapat menjadi persoalan dalam penyelenggaran sertifikasi
dosen. Persoalan yang ditemukan dengan asesor berkaitan dengan paling sedikit
dengan 2 hal,yaitu :
1) latar belakang pedidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan persaratan yang
dimiliki di mana salah satu pendidikan harus dalam bidang pendidikan. Namun
karena memeliki jabatan tertentu di LPTK, dosenini masih bisa ikut menjadi
asesor.
2) Ketidak mampuan untuk menyamankan peresepsi penilaian yang terlampau
timpng antara asesor, sehinga di perlukan asesor netral dari luar.
3) Pendidikan Dan Pelatihan Guru
4) Apa bila seorang peserta sertifikasi tidak lulus dalam penilaian portofolio maka
dia diharuskan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus
atau mengikuti penidikan dan pelatihan profesi guru. Jika mengikuti pendidikan
dan pelatihan profesi guru maka pada bagian akhir dari kegiatan ini para perserta
akan mengikuti ujian. Pendidikan dan pelatihan profesi guru ini cenderung di
pandang sebagai aspirin, yaitu sebagai obat yang menghilangkan rasa sakit
terhadap semua penyakit, namaun bukan sebagai penyembuh penyakit yang di
derita jika seseorang tidak lulus dalam penelitiaan dalam portofolio maka dia
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan semua kopetensi,
bukan terhadap kopetensi yang di nilai kurang atau tidak luus saja oleh karena itu,
kegiatan ini di lihat sebagai aspirin
5) Kelulusana Dan Profesionalitas
Apakah seorang guru yang telah di nyatakan lulus sertifiki dan
memperoeh penghargaan berupa tunjangan profesi dapat di nyatakan profisional ?
secara teortis hipotesis dapat. Namun jika di telusuri realitas yang sebenarnya,
maka sebagian guru belum dapat di katakan sebagai guru profisional. Meskipun
telah lulus sertifikasi guru namun sebagian guru yang lulus ini belum menunjukan
kopetensi pedagogik dan profisional pada saat mereka melaksanakan proses
pembelajaran dan pendidikan di ruang kelas dari sekolah mereka dalam kontek
ini, kelulusan dari suatu uji portofolio, belum tentu secara saptansial profisional
dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru.