PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia 2-6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun
prasekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik
formalmaupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya
pembinaandan pengembangan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun.Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalammemasuki pendidikan lebih lanjut.Seperti bayi dan balita, Anak-anak
prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secarafisik maupun kognitif.
Dengan perubahan yang cepat itu, bukan tidak mungkin seorangyang tadinya
gemuk pendek dan hamper tidak dapat berbicara tiba-tiba menjadi seoranganak yang
lebih tinggi dan ramping yang mampu berbicara secara baik dan lancar.Terutama
terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar- benar
terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan sosial yang
terjadisaat ini (serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait.Usia prasekolah
memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak memainkan peran aktif dalam
pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya dalam memahami,menjelaskan,
mengorganisasikan, memanipulasi, membangun, danmemprediksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perkembangan anak-anak awal?
2. Apa saja tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak awal?
3. Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang menentukan
dalam teori bahasa, yakni:
a. Kundgabe (Appell), yakni fungsi bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi dalam
si pembicara, misalnya anak menjerit ketakutan atau bersorak gembira, ini
merupakan fungsi Kundgabe yang dapat menimbulkan fungsi Auslosung.
b. Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi untuk menimbulkan reaksi sosial, misalnya
mengajak pergi ke toko atau ke sekolah. Dalam hubungannya dengan orang lain,
ternyata fungsi yang pertama (Auslosung) juga dapat menimbulkan reaksi sosial,
misal anak menjerit maka akan menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain. Jadi
dapat dikatakan bahwa Kundgabe memiliki hubungan dengan Auslosung.
c. Darstellung, yakni fungsi untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif,
meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lain, dapat
memformulasi ide-ide. Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik
dan hanya manusia yang dapat mengadakan Darstellung.
Menurut Karl Buhrel seorang anak harus mengalami tiga fungsi bahasa di atas
yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat apabila lingkungan
memberikan masukan pada anak tersebut, karena perkembangan bahasa anak
dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru atau diimitasi, maka tidak ada
input perkembangan bahasa. Selain itu perlu adanya respon dari keliling, yakni dari
orang-orang yang ada di sekitar anak untuk menanggapi tingkah laku anak.
Perkembangan bahasa yang didasarkan pada imitasi dipengaruhi oleh Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura, yakni perkembangan bahasa
membutuhkan stimulasi dari luar yang termasuk di sini adalah model learning
(modelling). Dengan modelling anak dapat belajar bahasa dari modelmodel yang ada
di dekatnya dan model yang paling mudah untuk ditiru adalah orang-orang dekat
anak atau significant persons. Namun demikian tidak semua bahasa dipengaruhi oleh
teori belajar sosial, misalnya seorang anak yang kadang-kadang mengeluarkan kata-
kata yang sama sekali tidak ada dalam lingkungannya. oleh karena itu di samping
dipengaruhi teori belajar sosial, maka ada teori lain yang dikemukakan oleh Chomsky
dengan teorinya LAD atau Language Acquisition Device (Monks, dkk., 1992), yakni
dalam diri seseorang anak ada suatu pembawaan untuk membuat sistematik sendiri
mengenai bahasa, seakan merangkum dan menyusun bahasa itu di dalam dirinya. Hal
ini dapat menerangkan mengapa anak dapat mengeluarkan bahasa yang khas.