KONSEP KURIKULUM
A. Pengertian kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang di berikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan di
berikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya bisa di sesuaikan dengan maksud dan tujuan dari
sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini di maksudkan untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan
pembelajaran secara menyeluruh. Kurikulum dapat di pahami berakar dari bahasa latin,
yaitu”curere”, bermakna laluan atau jejak yang akan ditelusuri. Makna ini meluas menjadi
“jurusan”. Paduan pengertian kurikulum ini dipahami sebagai laluan dari satu peringkat ke
peringkat berikutnya.
Berikut beberapa pandangan ahli tentang kurikulum:
1. Grayson: “suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan dari suatu
pembelajaran”
2. Saylor J. Gallen dan william N. Alexander: “keseluruhan usaha sekolah untuk
memengruhi belajar, baik berlangsung di kelas,di halaman, maupun di luar sekolah.
3. Inlow : semua pengalaman yang direncanakan, yang dilakukan oleh sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling
baik.”
Jadi, kurikulum berdasarkan dari berbagai pandangan ahli tersebut dapat di pahami sebagai.
a. Suatu perencanaan
b. Suatu usaha pembelajaran
c. Suatu hasil.
Dengan demikian kurikulum dapat pula dipahami sebagai suatu perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan hasil dari perencanaan,dan proses pembelajaran dari sekolah atau
perguruan.
B. Model Kurikulum
Bagaimana suatu kurikulum diskontruksi? Berikut beberapa pendekatan teorietis yang
berkembang dalam konstruksi model kurikulum:
1. Model Kurikulum Teknik Saintifik.
Inti dari model kurikulum teknik seintinfik atau rasionalis adalah semua bentuk
kehidupan manusia dapat dicari hukum-hukum yang bersifat umum. Melalui hukum ini,
kegiatan manusia dan tindakan manusia dapat dikontrol, dirasionalisasikan, atau
dibiorekraksikan. Dengan cara itu, kurikulum dipandang memiliki derajat obyektivitas,
universalitas, dan logika yang tinggi; sehingga afisiensi dan efektivitas sistem pendidikan
yang tinggi dapat dicapai. Semua ini dapat diraih melalui penerapan manajemen ilmiah.
Gagasan ini memperoleh puncaknya ketika F. W. Taylor mengusung ideologi scientism.
Jadi, model kurikulum teknik saintifik melihat dunia pendidikan bagaikan mesin yang
dapat digambar, dibuat, dan diamati. Model ini terlalu menekankan pada pernyataan
tujuan pendidikan yang dibuat, sehingga di kritik tidak manusiawi karena tidak
mempertimbangkan peserta didik.
2. Model Kurikulum Refleksif
Kurikulum dilihat sebagai suatu konstruk sosial dari para pembuatnya. Oleh sebab
itu kurikulum dapat di perbincangkan, didiskusikan, dirundingkan, dan dinegosiasi secara
bersama. Kurikulum seperti apa yang bisa didiskusikan dan dirundingkan? untuk
menjawab pertanyaan ini, paling tidak ada dua tinggkatan kurikulum, yaitu: satu,
kurikulum holistic, yaitu suatu bangunan keseluruhan yang diterima peserta didik dari
sekolah seperti kurikulum SMA jurusan IPS atau kurikulum program studi sosiologi
disuatu perguruan tinggi. Dua, kurikulum parsial, yaitu suatu bagian tertentu dari
bangunan keseluruhan yang diterima peserta dari sekolah seperti silabus sosiologi di
SMA jurusan IPS atau sosiologi pendidikan dari program studi sosiologi. Dalam
konstruksi kurikulum holistic, kurikulum dapat dirundingkan dengan stakeholders atau
pihak berkepentingan. Dalam konstruksi kurikulum program studi sosiologi, pihak
pengelola program studi (prodi) dapat mengundang semua dosen prodi, pemerintah
daerah (provinsi, kota, dan kabupaten), perusahaan/industry, dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM).
Demikian pula denagn kurikulum parsial, silabus dapat pula diperbincangkan,
didiskusikan, dirundingkan, dan dinegosiasikan secara bersama. Dalam mata kuliah
sosiologi pendidikan, misalnya, dosen dapat menawarkan konstruksi materi atau isi mata
kuliah yang diperlukan oleh mahasiswa secara bersama. Dengan kata lain, materi atau isi
mata kuliah sosiologi pendidikan diperbincangkan, didiskusikan, dirundingkan,
dinegosiasi secara bersama antara dosen dengan mahasiswapada saat membuat kontrak
belajar.
3. Model Kurikulum Yang Rasional
Intinya adalah usaha untuk memperalikan apa yang diajarkan di sekolah dengan
struktur social. Jadi, adanya pengakuan bahwa apa yang di anggap sebagai pengetahuan
disekolah tumbuh dari suatu latar belakang dari historis tertentu. Pemikiran tentang apa
yang seharusnya diajarkan di sekolah, bagaimana cara mengajarkannya, dengan cara apa
yang mengajarkannya, dan siapa yang dapat mengajarkannya, adalah refleksi dari sejarah
struktur social atau masyarakat.
E. Perkembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum
oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengerian yang membedakan
antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini,
tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin
saja terlaksana tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah
sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandang ini
tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dan ahli
pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari fenomena kegiatan
kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan tujuan yang berbeda. Sementara itu, Unruh
dan Unruh (1984: 97) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah “a
complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for
instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs
that the curriculum is to serve”.
Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar dikembangkan.
Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah,
menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan
mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum
ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi
lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar
yang diharapkan melaksanakan kegiatan.