Anda di halaman 1dari 12

10 Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh


seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya diantaranya dalam
mendidik, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah Kompetensi profesional.
Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan dan keterampilan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan
lain.
Dengan bertitik tolok pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.
Selain itu, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,
serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya
memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan-landasan
kependidikan dengan baik.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi guru
profesional adalah sebagai berikut:

1. Menguasai bahan ajar


Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materipembelajaran, metode, batasan-batasan, dan caramengevaluasi yang didesain
secarasistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
yaitumencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya
(Widododan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1).
Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahanajar haruslah dirancang dan ditulis
dengan kaidah intruksional karena akan digunakanoleh guru untuk membantu dan
menunjang proses pembelajaran Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya
adalah “isi” dari kurikulum, yakniberupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat, 2011:152).
Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara
sistematis yang memungkinkan siswa dapatbelajar secara mandiri dandirancang
sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut
dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah
ditentukan sebelumnya.
Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun noncetak. Bahan
ajarcetakyang sering dijumpai antara lainberupahandout, buku, modul, brosur,
danlembar kerja siswa.
Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru
dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan
proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Oleh karena itu, penguasaan
bahan ajar menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru apabila guru
tersebut ingin benar-benar menjadi guru profesional.
2. Menguasai landasan-landasan kependidikan
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Selain itu, karena
pendidikan adalah suatu proses membimbing, mendewasakan seseorang, maka sudah
seharusnya pendidikan harus menyangkut hasil-hasil seperti: pembentukan sikap dan
kepribadian untuk memenuhi bentuk standar kegiatan sosial (kehidupan nyata,
tantangan-tantangan sosial).
Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan pendidikan :
a. Landasan yang bersifat Material
Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu
pesawat terbang dan pondasi bangunan gedung. Adapun landasan yang bersifat
konseptual antara lain berupa dasar negara indonesia yaitu pancasila dan UUD RI
Tahun 1945 ; Landasan Pendidikan, dan sebagainya.

b. Landasan yang bersifat Konseptual


Landasan yang bersifat konseptual pada dasarnya identik dengan asumsi,
yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah
dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berfikir (melakukan studi)
dan atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktek).

Tujuan landasan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan
oleh orang lain, Pendidikan berlangsung kapanpun, artinya berlangsung sepanjang hayat
(life long education) . Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan
individu yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubunganindividu dengan Tuhannya,
sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui
berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja
untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
Hakikat pendidikan adalah humanisasi yang menginginkan terwujudnya manusia
ideal atau manusia yang dicita citakan sesuai nilai nilai dan norma yang dianut. Contoh
manusia ideal yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain : manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, cerdas dan
terampil.
Oleh karena itu pendidikan bersifat normatif harus dapat dipertanggung jawabkan.
Mengingat hal tersebut pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang,
melainkan harus dilaksanakan dengan bijaksana. Pendidikan harus dilaksanakan secara
disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya
tepat isi kurikulumnya serta efesien dan efektif cara pelaksanaanya.
Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh,
maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan
kesalahan yang dapat merugikan sehingga praktek pendidikan menjadi efesien, efektif,
dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan pembangunan.

3. Mampu mengelola program belajar mengajar


Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan
proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak
kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar disekolah. Oleh
karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tapi juga
bagaimana guru dapat mebaca situasi kelas dan kondisi siswanya dalam menerima
pelajaran.
Untuk meningkatkan peran guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar
siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
akan mampu mengelola kelas. Adapun tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, baik yang sifaatnya instruksional maupun tujuan peniring akan dapat
dicapai secara optimal apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
menguntungka bagi peserta didik.
Dalam setiap proses pembelakjaran kondisi inni harus direncanakan dan diusahakan
oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan. Dan kembali
kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh
tingkah laku peserta didik didalam kelas.
Usaha guru dala menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila :
Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi
yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. kedua, dikenal masalah-masalah
yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar.
Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula
kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan(ahmad rohani.2004:122).
Suatu kondisi belajar optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan dalam
mencapai tujuan pengajaran.
Dalam mengelola program belajar mengajar, maka guru sekurang-kurangnya harus
melaksanakan langkah-langkah berikut ini:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
c. Melaksanakan program belajar mengajar
d. Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik
e. Merencanakan dan melaksanakan program remedial
f. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial dan pengayaan
g. Mengevaluasi Program Remedial dan Pengayaan

4. Mampu mengelola kelas


Untuk menjadi guru profesional maka guru harus mampu mengelola kelas dengan
baik karena akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya memang tidak mudah bagi guru untuk mampu mengelola kelas,
keberagaman karakter siswa, keberagaman kebutuhan dan gaya belajar siswa memang
merupakan hal yang tidak mudah bagi guru.
Mengelola kelas berarti mengkondisikan kelas untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien. Ciri-ciri pembelajaran efektif dan efisien adalah: (a). proses
belajar menyenangkan dan tidak monoton, (b). materi pelajaran (meskipun kadang-
kadang sulit) sangat dirasakan oleh siswa manfaatnya.
Banyak orang menganggap cara dan gaya berbicara di depan kelas tidak banyak
berpengaruh terhadap pengelolaan kelas. Ini adalah kekeliruan besar pada anggapan ini.
Mengajar itu mengandung sentuhan nilai seni dan keterampilan. Maka tak salah jika
guru dikatakan sebagai seniman pembelajaran. Seni mengelola kelas meliputi cara dan
gaya guru berbicara saat mengajar. Termasuk didalamnya gerak-gerik anggota tubuh
yang akan menarik perhatian siswa saat menerima pelajaran. Intonasi dan nada sewaktu
berbicara sangat menentukan kejelasan materi yang disampaikan guru.
Guru itu disainer pembelajaran. Memang, pembelajaran itu sudah dirancang
sebelumnya. Rancangan itu berupa persiapan tertulis sebagai panduan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru sudah memperkirakan segala kemungkinan
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Waktu pembelajaran sesuai dengan
skenario pembelajaran dari menit awal sampai menit akhir. Kemungkinan gangguan dari
prilaku siswa yang menyimpang sudah diantisipasi oleh guru sehingga waktu tidak
habis untuk memarahi dan menegur siswa.
Guru sebagai pelaksana pembelajaran perlu memusatkan segenap perhatiannya
kepada proses pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu
bentuk perhatian guru adalah persiapan pembelajaran yang matang, baik secara
administratif maupun sikap mental guru.
Suasana kelas yang menyenangkan, sangat mempengaruhi dinamika proses belajar-
mengajar. Para siswa pun perlu distimulus agar kegairahan dan situasi pengajaran ini
bisa berefektif positif kepada mereka. Beberapa langkah ini, bisa menjadi pemicunya.
a. Ice Breaking
Ice Breaking adalah padanan dua kata Inggris yang mengandung makna
“memecah es”. Istilah ini sering dipakai dalam training dengan maksud
menghilangkan kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga mereka
saling mengenal, mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu
dengan yang lainnya. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan status, usia,
pekerjaan, penghasilan, jabatan dan sebagainya akan menyebabkan terjadinya
dinding pemisah antara peserta yang satu dengan yang lainnya. untuk melebur
dinding-dinding penghambat tersebut, diperlukan sebuah proses ice breaking.
Tujuan dilaksanakan ice breaking ini adalah :
1) Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antara sesama peserta dalam
forum training.
2) Menghilangkan sekat-sekat pembatas di antara peserta.
3) Terciptanya kondisi yang dinamis di antara peserta
4) Menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama peserta untuk melakukan
aktivitas selama training berlangsung.

Untuk dapat mengelola kelas guru harus kreatif membuat ice breaking, dengan
adanya ice breaking siswa akan mudah dikondisikan dan tidak cepat merasa bosan
dalam belajar. Ada banyak jenis ice breaking bisa dengan melakukan senam otak
atau beberapa permainan sederhana seperti "tepuk satu kali, tepuk dua kali, dan
lain sebagainya.

b. Buatlah perencanaan pembelajaran


Agar dapat mengelola kelas dengan baik, seorang guru wajib membuat
perencanaan pembelajaran, dengan adanya perencanaan tersebut maka guru sudah
memiliki bayangan apa saja pembelajaran yang akan disampaikan hari ini, dan
dapat memperkirakan kira kira apa saja masalah yang akan terjadi dalam kelas dan
antisipasi apa yang harus dilakukannya.
c. Persiapkan kondisi ruangan kelas yang nyaman
Keragaman dan jumlah siswa didalam kelas juga mempengaruhi
kondusifitas kelas. Umumnya kelas yang berisi siswa-siswa yang beragam akan
lebih mudah terjadi konflik sementara jika jumlah siswa yang ada di kelas terlalu
banyak maka hal tersebut juga tidak baik untuk suasana belajar yang mendukung.
Guru yang baik serta berkompeten dibidangnya akan membuat siswa nyaman
dan betah ketika belajar. Menjadi guru bukan sekedar melakukan transfer materi saja
kepada siswa. Akan tetapi menjadi juga juga menjadi seorang pendidik yang
memiliki kepedulian kepada siswanya.
Suasana kelas yang nyaman serta para pengajar yang baik dan berkompeten
membuat siswa senang datang ke sekolah. Kenyamanan siswa di dalam kelas
menjadi salah satu pendukung terciptanya suasana kelas yang kondusif serta dapat
membuat siswa lebih bisa berfikir secara produktif.
Kelas yang nyaman akan lebih mudah untuk dikondisikan, guru dapat memulai
dengan menata tempat duduk agar pembelajaran lebih efektif. Serta tidak lupa
memperhatikan kebersihan kelas.

d. Buat kesepakatan peraturan dengan siswa


Kesepakatan peraturan akan lebih mendisiplinkan siswa saat belajar. Reward
dan punishment seperti penggunaan bintang hitam dan bintang kuning, untuk siswa
yang melanggar diberikan bintang hitam dan untuk siswa yang taat mengikuti
aturan, aktif dalam kegiatan pembelajaran diberikan bintang kuning, serta berikan
hukuman dan penghargaan berdasarkan kesepakatan.

5. Mampu menggunakan media/sumber belajar


Menjadi guru profesional tentu harus dibarengi dengan berbagai kemampuan
guru dalam memilih dan memilah media pembelajaran itu sendiri. Dalam memilih media
untuk pembelajaran, pengajar sebenarnya tidak hanya cukup mengetahui tentang
kegunaan, nilai, serta landasannya , tetapi juga harus mengetahui bagaimana cara
menggunakan media tersebut. Adapun prinsip-prinsip umum pengunaan media sebagai
berikut :
a. Penggunaan media pemeblajaran hendaknya dipandang sebagai bagian intergral
dalam sistem pembelajaran
b. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dana
c. Pengajar hendaknya memahami tingkat hirarki (sequence) dari jenis alat dan
kegunaannya
d. Pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus , sebelum , selama ,
dan sesudah pemakaiannya.
e. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan memperlancar proses
pembelajaran

Sementara langkah-langkah penggunaan media adalah sebagai berikut:


a. Persiapan sebelum menggunakan media
1) Mempelajari petunjuk penggunaan media yang akan digunakan atau mungkin
diperlukan buku-buku khusus tentang cara penggunaan media yang akan
digunakan tersebut, terutama bila dibutuhkan perangkat keras seperti berbagai
jenis infocus (media elektronik). Periksalah voltase alat untuk disesuaikan
dengan listrik setempat sebelum menghidupkan alat . Setelah itu , ikuti
pentunjuk khusus tiap alat. Misalnya infocus ada petunjuk khusus penempatan
layer, pemakaian pesawat yang menghemat lampu infocus, cara meletakkan alat
, tempat berdiri guru dan lain sebagainya.
2) Semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya , sehingga
dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan terganggu oleh hal-hal yang
bersifat teknis.
Perhatikan pengaturan ruang maupun pembelajar , bila media akan digunakan
secara kelompok, penempatan media diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan semua pebelajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik.

b. Pelaksanaan penggunaan media


Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan media berlangsung,
hendaknya dijaga agar suasana tetap terjaga . Keadaan tenang tidak berarti pebelajar
harus duduk diam , yang penting perhatian pebelajar tetap terjaga.
Bila hendak menggunakan infocus yang memerlukan kegelapan ruang ,
usahakan agar pebelajar masih dapat menulis , sehingga masih mungkin membuat
catatan yang perlu . Kalau misalnya dalam proses pembelajaran pengajar masih
perlu menambahkan penjelasan yang harus ditulis dipapan tulis atau di transparansi
, usahakan agar pebelajar tidak terhalang oleh posisi berdiri pengajar.

Di samping itu , pengajar jangan sampai terlampau lama membelakangi pebelajar,


sehingga kelas kacau karena perhatian pengajar berkurang.
Kalau media akan digunakan secara kelompok , usahakan setiap kelompok secara
bergantian dipantau. Dengan demikian , pengajar dapat membantu pebelajar bila
mendapat kesulitan. Selain itu, dapat menjaga ketertiban kelas (antar kelompok tidak
saling terganggu) . Selama sajian media berlangsung dapat diselingi dengan pertanyaan,
meminta pebelajar melakukan sesuatu , misalnya mengerjakan soal .

6. Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran


Guru harus mampu memberikan penilaian bagi peserta didik untuk masing-masing
kompetensi dasar (KD) yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
a. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik
dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang
meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang
berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian
yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk
membina perilaku sesuai budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta
didik sesuai dengan proses pembelajaran.
1) Sikap spiritual
Penilaian sikap spiritual (KI-1), antara lain: (1) ketaatan beribadah; (2)
berperilaku syukur; (3) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; dan (4)
toleransi dalam beribadah. Sikap spiritual tersebut dapat ditambah sesuai
karakteristik satuan pendidikan.
2) Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1) jujur yaitu perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (2) disiplin yaitu tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan;
(3) tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku peserta didik untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa; (4) santun yaitu
perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik; (5) peduli yaitu sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau
masyarakat yang membutuhkan; dan (6) percaya diri yaitu suatu keyakinan atas
kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Sikap sosial
tersebut dapat ditambah oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhan.
3) Teknik penilaian Sikap
Penilaian sikap di sekolah dasar dilakukan oleh guru kelas, guru muatan
pelajaran agama, PJOK, dan pembina ekstrakurikuler. Teknik penilaian yang
digunakan meliputi: observasi, wawancara, catatan anekdot (anecdotal record),
catatan kejadian tertent (incidental record)sebagai unsur penilaian utama.

Sedangkan teknik penilaian diri dan penilaian antar-teman dapat dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, sehingga hasilnya dapat
dijadikan sebagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
Dalam penilaian sikap, diasumsikan setiap peserta didik memiliki karakter dan
perilaku yang baik, sehingga jika tidak dijumpai perilaku yang menonjol maka nilai sikap
peserta didik tersebut adalah baik, dan sesuai dengan indikator yang diharapkan.
Perilaku menonjol (sangat baik/kurang baik) yang dijumpai selama proses pembelajaran
dimasukkan ke dalam catatan pendidik.
Selanjutnya, untuk menambah informasi, guru kelas mengumpulkan data dari hasil
penilaian sikap yang dilakukan oleh gurumuatan pelajaran lainnya, kemudian
merangkum menjadi deskripsi (bukan angka atau skala). Penilaian yang utama
dilakukan oleh guru kelas melalui observasi selama periode tertentu dan penilaian sikap
tidak dilaksanakan pada setiap kompetensi dasar (KD).
Penilaian sikap dapat dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, penilaian diri,
dan penilaian antarteman, selama proses pembelajaran berlangsung, dan tidak hanya di
dalam kelas. Hasil penilaian sikapberupa deskripsi yang menggambarkan perilaku
peserta didik.Hasil akhir penilaian sikap diolah menjadi deskripsi sikapyang dituliskan
di dalam rapor peserta didik.
Penilaian sikap spiritual dan sosial dilaporkan kepada orangtua dan pelaku
kepentingan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu semester.Laporan berdasarkan
catatan pendidik hasil musyawarah guru kelas, guru muatan pelajaran, dan pembina
ekstrakurikuler.
Pelaksanaan penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan setiap hari pada saat
pembelajaran dan di luar pembelajaran dengan menggunakan stimulus yang disiapkan
guru. Respon atau jawaban yang diberikan peserta didik dicatat dalam lembar observasi
disiapkan oleh guru. Penilaian sikap spiritual dan sosial juga dapat dilakukan dengan
menggunakan penilaian diri dan penilaian antarteman. Hasil penilaian diri dan penilaian
antarteman digunakan guru sebagai penguat atau konfirmasi hasil catatan observasi
yang dilakukan oleh guru.
Stimulus atau lontaran kasus yang diberikan guru hendaknya dalam rangka
pembentukan sikap dan perilaku baik sesuai agama peserta didik, hubungan dengan
Tuhan (akhlak mulia), hubungan dengan sesama serta hubungan dengan lingkungan.
Melalui aspek tersebut diharapkan peserta didik memiliki sikap budipekerti luhur, sikap
sosial yang baik, toleransi beragama, dan peduli lingkungan

2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta
didik yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai
tingkatan proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat
untuk mendeteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses
pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai alat untuk mengukur
pencapaian dalam proses pembelajaran (assessment of learning).
Melalui penilaian tersebut diharapkan peserta didik dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan. Untuk itu, digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan, dan penugasan.Prosedur penilaian
pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan instrumen
penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil
penilaian.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar (mastery learning), penilaian ditujukan untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan (diagnostic) proses pembelajaran. Hasil tes
diagnostic, ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta
didik, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu
pembelajaran.
Penilaian KI-3 menggunakan angka dengan rentang capaian/nilai 0 sampai dengan
100 dan deskripsi.Deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat
memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif.
Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai
oleh peserta didik dan yang penguasaannya belum optimal.
Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan, dan penugasan.
1) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, berupa pilihan
ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

2) Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan
pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan.
Jawaban tes lisan dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.Tes lisan
bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, menegecek penguasaan
pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat
ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan dan motivasi siswa dalam
belajar.
3) Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur dan/atau
memfasilitasi siswa memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan yang
berfungsi untuk penilaian dilakukan setelah proses pembelajaran (assessment of
learning). Sedangkan penugasan sebagai metode penugasan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan yang diberikan sebelum dan/atau selama proses
pembelajaran (assessment for learning). Tugas dapat dikerjakan baik secara
individu maupun kelompok sesuai karakteristik tugas yang diberikan, yang
dilakukan di sekolah, di rumah, dan di luar sekolah

3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi
dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua
kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau
portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi
keterampilan yang hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk
mengetahui penguasaan pengetahuan peserta didik dapat digunakan untuk mengenal
dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian
keterampilan menggunakan angka dengan rentangskor 0 sampai dengan 100 dan
deskripsi.Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan
atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Pada
penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau
produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian
produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut
penilaian praktik (praktik). Penilaian praktik, misalnya; memainkan alat musik,
melakukan pengamatan suatu obyek dengan menggunakan mikroskop,
menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya. Penilaian produk, misalnya:
poster, kerajinan, puisi, dan sebagainya.
Langkah penilaian kinerja mencakup tiga tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pengolahan. Dalam perencanaan perlu diperhatikan
keterampilan yang akan diukur, kesesuaian dengan kemampuan siswa, kegiatan
yang dilakukan, dan dapat dikerjakan peserta didik.Dalam pelaksanaan kinerja
perlu menyiapkan rubrik yang dituangkan dalam format observasi.

b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Penilaian proyek
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan pengumpulan
data, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan inovasi dan kreativitas serta
kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas.
c. Penilaian Portofolio
Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio
sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian
prestasi belajar, penghargaan, karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
bersifat reflektif-integratifdalam kurun waktu tertentu. Pada akhir
periode,portofolio tersebut diserahkan kepada gurupada kelas berikutnya dan
orang tua sebagai bukti otentik perkembangan peserta didik.

Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karya-karya


peserta didik dan mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai
oleh gurubersama-sama dengan peserta didik. Berkaitan dengan tujuan penilaian
portofolio, tiap item dalam portofolio harus memiliki suatu nilai atau kegunaan
bagi peserta didik dan bagi orang yang mengamatinya. Guru dan peserta didik
harus sama-sama memahami maksud, mengapa suatu item (dokumen)
dimasukkan ke koleksi portofolio.

7. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan


Walaupun kita sebagai guru kelas ataupun guru mata pelajaran dan bukan guru
bimbingan konseling (BK), tetapi untuk menjadi guru profesional kita juga harus
memahami fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan bagi para
peserta didik.
Sebagai tenaga ahli pengajaran atau pelatihan dalam mata pelajaran atau program
latihan tertentu dan sebagai personil yang sehari-harinya langsung berhubungan
dengan siswa maka sebuah keharusan bagi kita untuk membantu para guru BK di
sekolah.
Adapun hal-hal yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh para guru kelas dan
guru mata pelajaran (bukan guru bimbingan konseling) untuk membantu kegiatan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa
b. Membantu guru pembimbing mengidentifikasikan siswa yang memerlukan
layanan bimbingan
c. Menindak lanjuti siswa yang memerlukan layanan bimbingan kepada guru BK
d. Mengambil alih siswa alih dari guru BK dimana siswa tersebut menurut guru
BK memerlukan pelayanan dan pengajaran khsus (seperti : pengajaran,
perbaikan, program pengayaan)
e. Membantu pengembangan suasana kelas, hubungan siswa-siswa yang
menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan untuk mengikuti menjalani layanan kegiatan yang
dimaksudkan itu
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan upaya tindak lanjutnya
i. Membantu Guru BK melaksanakan tugas di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya
j. Membantu guru mata pelajaran/pelatih melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
k. Membantu memberikan kesempatan dan kemudian bagi siswa khusunya di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan
dan bimbingan.

8. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah


Sebagai guru profesional selain harus selalu profesional dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab, maka guru juga harus mengetahui sistem penyelenggaraan
administrasi sekolah dimana dia ditugaskan. Salah satu bagian administrasi di sekolah
adalah bagian Tata Usaha (TU).
Tata usaha dalam arti luas adalah administrasi, administrasi yaitu proses
penyeluruhan yang melibatkan semua pihak yang mewujudkan cita-cita bersama,
sementara itu administrasi adalah proses kerja sama seluruh kekuatan untuk
mewujudkan sekolah yang berkualitas. Sedangkan administrasi pendidikan adalah
pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yangberhubungan
dengan urusan-urusan sekolah.
Dalam hal ini dapat diartikan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata
sumber daya pendidikan (manusia, sumber belajar, dan fasilitas) untuk mencapaitujuan
pendidikan secara optimal, dan produktif, serta bagaimana menciptakansuasana
yang baik bagi manusia yang turut serta dalam pencapaiantujuanpendidikan yang
disepakati bersama.
Ditegaskan di sini bahwa pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas kemandirian manusia.Keberhasilan dan kegagalan
pendidikan banyak dipengaruhi oleh Administrasi atau Manajemen Pendidikan,
yang dalam hal ini berarti mengelola, mengatur,atau menata pendidikan.

9. Memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil


penelitian tersebut guna peningkatan kemampuan mengajar.
Berbagai macam penelitian pendidikan dewasa ini telah mempunyai manfaat bagi
perubahan paradigma dalam pendidikan terutama tentang terobosan dan inovasi yang
telah diperoleh dalam implementasi dari penelitian pendidikan itu sendiri.
Guru profesional harus selalu peka dan responsif terhadap perubahan dan kemajuan
dunia pendidikan. Guru profesional juga harus dapat mengambil kesimpulan dari
sebuah penelitian pendidikan untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar.
Guru profesional harus banyak membaca jurnal dan artikel pendidikan sehingga
sekecil apapun perubahan dalam dunia pendidikan, model pembelajaran, kurikulum
pendidikan, dan juga komponen pendidikan lainnya dapat langsung di serap dan di
implementasikan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Selain itu, guru profesional juga harus produktif dalam menghasilkan jurnal
penelitian, artikel pendidikan ataupun aktif melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang bermanfaat bagi perubahan dalam dunia pendidikan.

10. Menguasai teknologi informasi dan komunikasi.


Salah satu penelitian yang paling bermanfaat adalah penerapan teknologi informasi
dan komunikasi. Salah satu dampak positif adanya penelitian pendidikan adalah
adanya pola pembelajaran berbasis daring/online atau lebih dikenal dengan e-learning.
E-learning telah merubah peradaban dari gaya mengajar konvensional menjadi gaya
mengajar modern (milenial).
E-learning terus berkembang dan mengarah pada peningkatan fitur
interaktif. Dalam pembuatan suatu media e-learning memperhatikan berbagai
hal terkait dengan tujuan adanya media e-learningtersebut, sasaran pengguna,
antarmuka pengguna (user interface), dan bahan ajar.
Tujuannya adalah menciptakan suasana belajar yang interaktif,
menyenangkan dan efektif sehingga para peserta didik akan mempunyai 2 kemampuan
sekaligus, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan sekaligus menguasai teknologinya.
Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan,
BAB IV, pasal 19, ayat (1) dinyatakan bahwa: proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Melalui e-learning inilah suasana belajar yang interaktif, menyenangkan, dan
efektif dapat diwujudkan, termasuk dalam pembelajaran matematika yang dianggap
sulit dan membosankan. Dengan e-learning maka guru dapat mendistribusikan
(upload) materi pelajaran ke alamat e-learning, sehingga siswa dapat
mengaksesnya kapan saja dan dimana saja.
Materi pelajaran tersebut dapat berupa teks, gambar, suara dan animasi, atau video.
E-learning pun menjadi sarana mengumpulkan tugas. Pemberian tugas oleh guru
dan pengiriman tugas oleh siswa. Selain itu, adanya forum diskusi atau tanya
jawab dan pembaharuan informasi dalam waktu relatif singkat. Dan masih banyak lagi
kemajuan teknologi pendidikan lainnya yang harus dikuasai guru, agar mereka
menjadi guru profesional yang responsif dan aplikatif dalam proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai