Anda di halaman 1dari 10

MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FLORIDA DANIEL

SEMESTER : VII

JURUSAN : PENDIDIKAN MIPA

PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI

KELAS :B

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP ) GOTONG ROYONG MASOHI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar
yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu,
pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan
pada “ apa yang dipelajari siswa”.
Sehingga upaya untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan
system. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran,
dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama
dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian sekolah atau
daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu untuk memberikan pengetahuan serta
pemahaman yang lebih bagi kita semua, khususnya pada mata kuliah PERENCANAAN
PEMBELAJARAN KIMIA mengenai “merancang kegiatan pembelajaran dan penerapan
kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran” , sebagai bekal untuk menjadi seorang
guru.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN


2.1.1 PERLUNYA PENYIAPAN RANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN (RKP)
Rancangan kegiatan pembelajaran adalah seperangkat tulisan yang berisi rencana
pembelajaran dari dosen/ tenaga pengajar dalam memberikan kuliah. Dalam pembuatannya
perlu ditampilkan atau disiapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat dilaksanakan
sesuai dengan kondisi setempat. secara konkret dapat diukur sampai seberapa jauh tujuan
yang ditentukan itu dapat dicapai. Tenaga pengajar yang belum menyiapkan RKP sebaiknya
menyiapkannya dengan baik, hal ini sangat bermanfaat terutama dalam menyukseskan proses
belajar mengajar.
2.1.2 BAGAIMANA MENYUSUN RANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Ada 10 langkah yang dilalui dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran. beberapa yang
dapat dijadikan acuan misalnya apa yang pernah ditulis oleh Atwi Suparman (1993), Toeti
Soekamto,dkk (1993), dan Asmawi Zainu, dkk (1993). Namun sacara singkat digambarkan
sebagai berikut.
1) Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya
2) Menuliskan Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan
3) Merumuskan TIU untuk Tiap Pokok Bahasan
4) Menyusun Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan dalam Skema Hubungan
5) Menentukan Frekuensi Kuliah untuk Setiap Pokok Bahasan
6) Merumuskan Sasaran Belajar
7) Membuat Matriks Rencana Kegiatan Pembelajaran (RKP)
8) Menentukan Ujian dan Bobot Soal
9) Menyusun Pedoman Pembelajaran dan RKP
10) Menyerahkan Rencana Kegiatan Pembelajaran

2.1.3 TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang
menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa
perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written
plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru
maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari
tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada


siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;

3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;

4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran atau sering di kenal dengan istilah
SME, mendeskripsikan bahwa pendekatan ini akan menciptakan pembelajaran yang spesifik
sesuai dengan bidangnya. Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang harus dipelajari
tentang materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan pembelajaran melalui
pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung makna sebagai pengetahuan
dan pengertian berdasarkan informasi yang diterima.

Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran. Pendekatan ini lebih
menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang di tampilkan, tapi sebuah asumsi
menyatakan bahwa frekuensi akan mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam
kelas unggul tetapi tidak belajar dengan tipe yang benar atau yidak sesuia dengan isi
pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika ”tipe yang benar dan sesuai dengan isi
pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan kerja, perangkat pembelajaran,
pelatihan manual, dan lain sebagainya. Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan
standar isi dimana tidak banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu
untuk organisasi atau kebutuhan sosial.
Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika melalui perencanaan yang tepat dan
melalui latihan dengan petugas yang ahli dalam pelatihan tersebut atau jika pendesain
pembelajaran dapat melatih pemahaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau
mengubah tujuan pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu
pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran disusun dalam
menanggapi masalah atau kesempatan dalam sebuah struktur. Tidak ada pertimbangan atas
gagasan sebelumnya dari apa yang harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan
pembelajaran atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran. Pendesain
terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen kebutuhan untuk mengidentifikasi
masalah dengan tepat, dimana hal tersebut bukanlah tugas yang mudah.

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam
memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang
dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut
untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas.
Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan
tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.

Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran
bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam
pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian
diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 kemudian sejak pada tahun 1970 hingga sekarang
penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di
Indonesia.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian
yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa
pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan
dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan
pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran .

2.1.4 LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.


1. Merumuskan tujuan khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama dari seorang guru adalah merumuskan tujuan
pembelajaran khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan umum (Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar) dari pembelajaran sudah dirumuskan oleh para pengembang
kurikulum. Tugas guru adalah menterjemahkan tujuan umum pembelajaran (SK dan KD)
menjadi tujuan khusus (indikator) pembelajaran yang lebih spesifik dan mudah terukur.
Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1964) mencakup 3 aspek penting yaitu
domain kognitf, afektif, dan psikomotorik.
a. Domain kognitif
Pada domain kognitif, tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek intelektual siswa, melalui
penguasaan pengetahuan dan informasi mengenai data dan fakta, konsep, generalisasi, dan
prinsip. Semakin kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka semakin
mudah seseorang dalam melaksanakan aktivitas belajar.

b. Domain afektif
Domain afektif adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan dan apresiasi seseorang
terhadap suatu hal dan perkembagan mental yang ada dalam diri seseorang.
c. Domain psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang menggambarkan kemampuan dan ketrampilan
seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau performance yang berupa ketrampilan fisik
dan ketrampilan non fisik. Ketrampilan fisik adalah ketrampilan seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan menggunakan oto, sedangkan ketrampilan nonfisik adalah
ketrampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan
memecahkan suatu permasalahan.

2. Memilih pengalaman belajar


Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman,
sehingga siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan tertentu, mencari dan
menemukan sendiri fakta. Ada kalanya proses pembelajaran juga dilakukan dengan simulasi
dan dramatisasi. Tujuan yang hendak dicapai tidak hanya sekedar untuk mengingat, tapi juga
menghayati suatu peran tertentu yang berkaitan dengan perkembangan mental dan emosi
siswa. Ada kalanya siswa juga diberi kesempatan untuk belajar secara berkelompok yang
memberikan pengalaman pada siswa untuk mampu bersosialisasi dengan orang lain.

3. Menentukan kegiatan belajar mengajar


Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai pada dasarnya dapat dirancang melalui
pendekatan kelompok atau pendekatan individual. Pendekatan kelompok adalah
pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan klasikal, yakni pembelajaran
di mana setiap siswa belajar secara berkelompok baik kelompok besar maupun kelompok
kecil. Pembelajaran Pembelajaran individual adalah pembelajaran di mana siswa belajar
secara mandiri melalui bahan ajar yang dirancang demikian sehingga siswa dapat belajar
menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.

4. Menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran


Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai sumber
belajar meliputi instruktur atau guru, dan tenaga profesional. Peran guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Agar guru dapat melaksanakan fungsi
dan tugasnya secara maksimal, maka guru harus memiliki kemampuan untuk berbicara dang
berkomunikasi dengan menggunakan berbagai media. Selain itu, guru juga berperan sebagai
pengatur lingkungan belajar yang memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi siswa.
Guru dituntut untuk dapat mendesain dan mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar
dngan penuh semangat sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.

5. Memilih bahan dan alat


Penentuan bahan dan alat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. keberagaman kemampuan intelektual siswa
b. jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa
c. tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
d. berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
e. bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan
f. fasilitas fisik yang tersedia

6. Ketersediaan fasilitas fisik


Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium, dan lain-lain.
Guru dan siswa akan bekerja sama menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat,
berdiskusi, dan lain sebagainya dan kesemuanya itu dapat digunakan melalui proses
perencanaan yang matang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya dukungan
finansial sesuai dengan kebutuhan.

7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan


Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam perencanaan pembelajaran, sebab
dengan evaluasi akan dapat dilihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa:
Ø Dalam proses pembelajaran, suatu rancangan kegiatan pembelajaran (RKP) sangatlah penting.
Dimana dalam RKP tersebut disajikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan oleh
pendidik. Dengan adanya RKP diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik/sukses sehingga secara konkret dapat diukur sejauh mana tujuan yang ditentukan dapat
dicapai.
Ø Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam system
pembaharuan kurikulum pendidikan di sekolah. Yang mana memiliki tujuan untuk
menghasilkan terjadinya demokratisasi pendidikan yang memiliki hasil keluaran yaitu
terciptanya para lulusan yang menghargai keberagaman.
Ø Di dalam KBK guru di runrur untuk membukutikan keprofesionalannya dan harus mampu
mengubah dirinya sendiri serta dapat mengeluarkan bakat peserta didik, jadi guru harus
mampu menyusun suatu rencana pembelajaran yang tidak saja baik tapi juga mampu
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mencari, membangun, membentuk,
serta mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupannya.

3.2 SARAN

Demikian pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang “Merancang


kegiatan pembelajaran dan Penerapan kurikulum berbasis kompetensi dalam
pembelajaran”. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalampenyusunan makalah ini. Untuk itu demi proses pembelajaran yang baik, kami sangat
mengharap kritik dan saran dari semua pihak, supaya dalam penyusunan makalah selanjutnya
dapat tersusun lebih baik lagi. Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah mendukung, sehingga makalah ini dapat tersusun dan dapat dipaparkan
harapannya dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

1. Ali, M. (2000). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
2. Ahmadi, Abu dan Rohani, A. (1991). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
3. Bafadal, (2004). Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi. Jakarta: Bumi Aksara
4. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
5. Fattah, N. (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
6. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta; Bumi Aksara
7. Ibrahim, R. dan Syaodih, N. (2003). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta
8. Karli, H. (2003). 3H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: BMI
9. Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai