Anda di halaman 1dari 8

SMP TERBUKA

1. Latar Belakang

SMP Terbuka yang dirintis sejak tahun pelajaran 1978/1979 merupakan sekolah lanjutan tingkat
pertama yang dirancang khusus untuk melayani para anak tamatan SD/M/sederajat siswa usia 1315
tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran secara biasa pada SMP Reguler setempat, karena berbagai
alasan yang antara lain keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, kendala transportasi dari dan ke SMP,
kondisi geografis yang sulit, atau kurangnya waktu bagi anak untuk dapat belajar seperti anak-anak
pada umumnya di SMP Reguler. Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran
secara nyata dari kebanyakan siswa SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar
hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sebagai salah satu pola dalam pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, SMP Terbuka
telah berjasa dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi para anak tamatan SD/MI/sederajat usia
maksimal 18 tahun yang memiliki karakteristik khusus tersebut Karakteristik dimaksud antara lain
adalah rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat tinggal siswa,
baik secara sosial maupun geografis yang sulit untuk dijangkau oleh pelayanan pendidikan, baik melalui
SMP Reguler maupun jenis pendidikan lainnya yang setingkat. Di samping miskin harta, mereka pada
umumnya juga miskin informasi. Bila kita memandang sekolah sebagai suatu system, maka SMP
Terbuka (SMPT) adalah suatu subsistem sekolah yang mempunyai cirri (1) siswanya lebih banyak
belajar mandiri, (2) gurunya berbagi peran dengan orang (nara sumber) lain, baik yang ada disekitar
lingkungan siswa, maupun yang terpisah jauh; (3) sumber belajarnya bervariasi, dengan bentuk utama
bahan yang dikemas untuk belajar mandiri; (4) mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa
dalam penyelenggaraan belajar pembelajaran; (5) kegiatan belajar-pembelajaran tidak terjadwal pada
tempat dan waktu yang ketat, (6) memanfaatkan lingkungan tempat tinggal anak didik sebagai sumber
belajar (Miarso, 2007)

SMPT sebagai suatu sistem yang direncanakan pada tahun 1976 adalah salah satu bentuk pendidikan
terbuka, yang merupakan aplikasi teknologi pendidikan. Sistem itu dirancang untuk dapat mengatasi
masalah belajar khususnya bagi mereka yang karena berbagai macam kendala tidak memperoleh
kesempatan untuk belajar yang lazim, sementara mereka mempunyai potensi untuk belajar, dan masih
ada sumber belajar lain yang belum dimanfaatkan Kondisi negara Indonesia yang unik, serta perubahan
besar yang terjadi dalam lingkungan global mengharuskan kita untuk mengembangkan sistem
pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa
memandang usia, jender, lokasi, kondisi social ekonomi, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
Sistem tersebut kecuali memperluas kesempatan pendidikan, juga harus berfungsi dalam meningkatkan
mutu pendidikan secara merata meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan
dan meningkatkan efesiensi dalam penyelenggaraan pendidikan Sistem pendidikan tersebut adalah
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional
(Miarso, 299 2007).

Dewasa ini sistem pendidikan SMPT telah berkembang pesat dan menjadi bagian integral dalam sistem
pendidikan modern. Berbagai negara di dunia telah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh ini sebagai
salah satu alternatif dalam upaya memperluas kesempatan masyarakat memperoleh pendidikan Di
Indonesia, penyelenggaraan sistem pendidikan SMPT telah memiliki landasan legal formal dengan
dimasukkannya sistem ini ke dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Seiring dengan
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka pendidikan SMPT pun mengalami
perkembangan. Dengan memanfaatkan teknologi maka daya jangkaunya menjadi semakin luas, dan
efektifitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran juga semakin meningkat Pada saat ini sistem
pendidikan jarak jauh telah mengintegrasikan pula berbagai jenis media yang kemampuan interaktifnya
semakin meningkat

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengena

Aplikasi teknologi pendidikan dalam pemerataan pendidikan.

1.3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui landasan SMP Terbuka.

2.Untuk mengatahui tujuan dari SMP terbuka

3.Untuk mengetahui komponen sistem SMP terbuka

4. Untuk mengetahui perkembangan pola pembelajaran SMP Terbuka

5 Untuk mengetahui aplikasi teknologi dalam Pemerataan Pendidikan

2.1. Landasan Falsafah SMP Terbuka

Berdasarkan pertimbangan ontologi, SMP Terbuka adalah suatu bentuk penerapan teknologi
pendidikan. Teknologi pendidikan sendiri diartikan sebagai suatu proses kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk mengatasi masalah belajar
manusia Cara mengatasi masalah itu dilakukan dengan menganalisis kebutuhan atau mengidentifikasi
alternatif, memilih dan menguji alternatif, melaksanakan, menilai, dan mengelola keseluruhan kegiatan
Teknologi pendidikan berpegangan pada falsafah agar setiap pribadi dapat mengembangakan
kemampuannya seoptimal mungkin dengan menggunakan teknologi sebagai proses dan produk selaras,
dan serasi dengan perkembangan serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan (Miarso,2007).

Pertimbangan epistemologi, secara legal keberadaan SMPT berasal dari kebijakan pemerintah untuk
memperluas kesempatan belajar. Pada tahun 1976 diidentifikasikan empat alternatif untuk perluasan
kesempatan itu, yaitu

1. Pembangunan gedung sekolah baru

2.Penambahan daya tampung sekolah yang sudah ada (memperbesar rasio murid dan guru)

3. Mendirikan sekolah terbuka

4. Menyelenggarakan pendidikan keterampilan Setelah diuji kelayakannya berdasarkan kriteria

Waktu, tenaga, biaya dan organisasi akhirnya dipilih alternatif sekolah terbuka.(Miarso, 2007)

Dengan demikian, secara konseptual adanya SMPT adalah untuk membuktikan bahwa konsep belajar
mandiri dengan bimbingan yang minimal dari guru dilaksanakan dengan dikemabangkannya sumber
belajar yang sengaja dirancang untuk keperluan belajar Cara mengusahakan pemerataan pendidikan
juga tidak terlepas dari pertimbangan konseptual.

Usaha itu dimulai dengan menafsirkan arti pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan dapat

berarti

1. Kesempatan untuk bersekolah yang merata, atau lazim disebut dengan istilah pendidikan
semesata (Universal education)

2. Pemerataan mutu pendidikan, atau berarti menghilangkan kesenjangan mutu karena faktor

sosial-ekonomis dan geografis

3. Pemerataan kemungkinan memperoleh pendidikan dengan memberikan perlakuan yang

berbeda termasuk subsisdi atau beasiswa kepada mereka yang tidak mampu, meliputi pula

untuk mereka yang menyandang kelainan;

4. Pemerataan hasil perolehan pendidikan, yang berarti para lulusannya mempunyai kesempatan

yang sama untuk memperoleh penghasilan yang setaraf (Miarso, 2007).

Pertimbangan aksiologi, sesuai dengan dasar falsafah teknologi pendidikan maka manfaat SMPT
pertama-tama ditujukan kepada peserta didik, yaitu agar dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan
lanjut sesuai dengan kondisi mereka Bagi orang tua dan masyarakat SMPT membawa manfaat :

1.Kegiatan sosial-ekonomi yang tidak terganggu;

2.Biaya dapat ditekan serendah mungkin

3. Dihargainya anggota masyarakat yang mampu bertindak sebagai nara sumber

4. Meningkatnya taraf pendidikan dasar yang diperlukan dalam menghadapi pembangunan dan

perkembangan zaman;

5. Dikembangkannya sumber belajar baru yang berarti membuka kesempatan dimanfaatkannya

sarana yang belum terpakai dan kemungkinan penambahan lapangan kerja baru

Bagi pemerintah SMPT membawa manfaat

1. Dapat dipercepatnya perluasan kesempatan belajar pada jenjang SMP

2. Tidak diperlukannya biaya besar untuk pembangunan sekolah dan pengangkatan guru baru;

3. Meningkatnya partisipasi dan kepedulian masyarakat sehingga lebih memperingan tanggung

jawab pemerintah;

4. Berkurangnya resiko/beban penghapusan.(Miarso, 2007)

Dengan demikian, keberadaan SMPT tidak, untuk mengubah atau memperbaharui lembaga/sekolah
yang sudah ada, tetapi hanya mengambil manfaat maksimal dari sistem yang ada Bahwa di kemudian
hari ada penggabungan komponen-kompenen dalam subsistem masing-masing adalah karena
pertimbangan efektivitas dan efesiensi, bukan untuk mengubah struktur atau fungsi.

2.2. Tujuan SMP Terbuka

Tujuan dari sistem SMPT adalah sebagai salah satu upaya atau subsistem pendidikan pada jenjang
SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekonomis, geografis waktu dan
lain-lain tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP, tujuan institusional SMPT adalah
1. Memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di SD yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesua dengan tingkat perkembangannya

2. Mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan atau mengikuti pendidikan menengah

(Kepmen Dikbud no. 054/U/1993 tentang SLTP)(Prawiradilaga dan Siregar, 2007).

2.3. Komponen Sistem SMP Terbuka

Komponen SMPT sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi
pembelajarannya. Komponen sistem SMPT meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran
fasilitas belajar, tenaga kependidikan da penilaian hasil belajar

1. Siswa

Calon siswa kelas I SMPT diutamakan anak-anak yang memenuhi ketentuan sebagai berikut Lulusan
SD atau MI atau setara Berusia maksimal 18 tahun Anak putus SLTP/MTs di kelas I yang masih ingin
melanjutkan ke SLTP

2.Kurikulum

SMP Terbuka menggunakan kurikulum SMP yang berlaku. Dari garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) kurikulum SMP, dikembangkan lagi menjadi Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) sebagai
acuan untuk mengembangkan berbagai macam media belajar pada SMPT GBIPM ini sering kali disebut
sebagai kurikulum SMP Terbuka

3.Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; belajar mandiri dan atau
berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat
lain yang telah disepakati. Kegiatan belajar di TKB dilaksanakan 4-5 hari dalam seminggu minimal 180
menit perharinya. Kegiatan belajar di TKB, siswa dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru yang di
sebut guru Pamong Tugas guru pamong bukan mengajar, tetapi bertugas untuk mengelola,
mengarahkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar belajar. Kegiatan belajar tutorial lebih
diutamakan untuk

(1) memecahkan kesulitan-kesulitan siswa pada waktu belajar mandiri

(2) melaksanakan kegiatan belajar yang memerlukan peralatan yang tidak

mungkin dilakukan di TKB seperti Pratikum IPA Bebarapa teori pembelajaran dan aplikasinya yang
perlu dijadikan dasar dalam pembuatan bahan pelajaran untuk SMPT misalnya adalah teori yang
berdasarkan pada "peristiwa pembelajaran (Gagne) dan elaborasi (Reigeluth) Gagne (1977)
berpendapat bahwa belajar itu merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi
(hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di
lingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya
diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode/perlakuan). Miarso, 2007)

Peristiwa pembelajaran (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut 1.
Menarik perhatian agar siap menerima pelajaran;

2. Memberitahukan tujuan pelajaran agar anak didik tahu apa yang diharapkan dalam belajar itu

3. Merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya;


4 Presentasi bahan ajaran

5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar

6 Membangkitkan timbulnya unjuk kerja (merespon)

7 Memberikan umpan balik atau unjuk kerja

8 Menilai unjuk kerja

9 Memperkuat retensi dan transfer pelajaran.

Pola pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan dengan pola instruksional sekolah reguler

seperti dapat dijelaskan pada gambar-gambar berikut ini

Pada pengelolaan pembelajaran menyeluruh yang merupakan adaptasi dari Heinich (1970

dalam Miarso; 2007). dapat dibedakan dalam lima pola. Dalam sekolah regular. pembelajaran yan9

torjadi terutama pada #1 dan #2, atau kemungkinan juga pola #3 bila guru harus menggunakan media

(termasuk buku teks) yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Sedangkan pada SMPI digunakan pola

#3 #4 dan #5, yaitu masing-masing media yang sengaja dirancang (by design) dan digunakan oleh

guru dalam menigelola kegiatan belajar: guru yang berbagi peranan dengan media (materi pelajaran

tertentu diberikan oleh guru, dan materi lainnya disajikan melaluí media) dan media saja yang9

digunakan oleh siswa secara mandir

Pola Sistem Pembelajaran (adaptasi dari Morris yang dikutip Heinich)

Pola sistem pembelajaran berdasarkan konsep Morris seperti dikutip Heinich, dimana sistem

pembelajaran yang digambarkan terdiri atas komponen guru saja, guru dengan media, dan media saja.

Dengan demikian, bahwa proses pembelajaran pada SMPT terdapat dua metode dalam proses

pembelajaran dimana metode yang dipakai dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan

disampaikan baik melalui metode belajar mandiri dan atau berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar

(TKB) dan metode tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat lain yang telah disepakati. Dengan

memanfaatkän pola pembelajaran yang ada dengan mengunakan atau tanpa menggunakan media

yang telah tersedia.

4. Bahan dan Fasilitas Belajar

Bahan belajar utama SMPT adalah modul cetak. Modul ini disusun secara sederhana supaya

dapat dipelajari secara mandiri atau sendiri oleh siswa. Dengan menggunakan modul siswa dapat

memantau kemajuan belajarnya sendini. Modul cetak ini ditunjang pula dengan media Audiovisual

yang berupa program radio, kaset audio, program TV, kaset video, program VCD dan lain-lain.

SMPT pada dasarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada pada SMP Induk atau yang sudah
ada, seperti ruang belajar. perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan, lapangan olahraga dan

sebagainya. Semua ruang kelas SMP Negeri/Swasta sebagai induk SMPT dapat dimanfaatkan

sepenuhnya oleh SMPT Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bahan dan fasilitas belajar pada
SMPT terdiri dari berbagai macam sumber baik yang bersifat paper based seperti modul maupun yang
bersifat lebih modern seperti media Audiovisual yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ataupun
media dalam proses pembelajaran pada SMPT.

5. Tenaga Kependidikan

Pada SMPT mempunyai tenaga kependidikan. yaitu kepala Sekolah, wakil kepala sekolah guru mata
pelajaran (guru Bina), guru BK, guru Pamong, guru pamong khusus, dan tenaga tata usaha. Kepala
SMP Induk otomatis menjadi Kepala Sekolah SMPT, untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari kepala
sekolah SMPT dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang diangkat dari salah satu guru senior
pada SMP tersebut! Untuk pelaksanaan belajar mengajar melalui tatap muka, SMPT mempunyai
sejumlah guru bina yang diangkat dari guru-guru mata pelajaran yang ada di SMP tersebut. Guru Bina
pada SMPT minimal setiap mata pelajaran (yang ada dalam kurikulum) di bina oleh seorang Guru Bina
Berikut ini saya.mengambil.contoh peranan Guru Dalam Pembelojaran Keterampilan Pada SMP
Terbuka

1. Guru sebagai Pendidik

Sebagai pendidik guru wajib memberikan motifasi belajar anak. penanaman apresiasi dan penanaman
sikap yang positif terhadap PPK

2. Guru sebagai Pengajar

Sebagai pengajar guru pendidikan ketrampilan harus mampu menanamkan penguasaan berbagai
kompetensi sesuai dengan jenis ketrampilan yang dipilih. Dalam pembelajaran yang perlu diperhatikan
adalah: Memperhatikan karakteristik jenis ketrampilan, kreatif, dan bermakna. Menguasai bahan dan
penggunaan alat, tekun dan produktif. Memperhatikan minat kemampuan, dan perkembangan siswa.
Penerapan pelaksanaan teori dan praktek dilakukan secara terpadu. Kegiatan praktek lebih di titik
beratkan pada penguasaan proses. Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan persiapan, proses, dan hasil.

3. Guru Sebagai Pelatihan

Sebagai pelatih guru harus mampu memberikan frekuensi pelatihan yang teratur, berurutan melalui
proses yang benar dan menuju pada dihasilkannya produk yang memadai. Dalam kegiatan pelatihan ini
peran job sheet atau lembaran kerjaatau LKS sangat penting Secara skematis langkah kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut Skematis Indikator Keberhasilan PPK 1. Siswa yang ada di TKB
yang mengikuti PPK minimal 20 orang

2. Jumlah siswa yang9 menguasai kompetensi jenis ketrampilan yang telah dirancang minimal

mencapai 75 %.

3. Produk yang dihasilkan dapat dipasarkan, dan mampu bersaing

4. Siswa mampu mencari peluang dalam pemasaran hasil

Penyelenggaraan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka ini merupakan
tanggapan positif terhadap fenomena yang secara umum muncul dalam kehidupan keseharian para
siswa SMP Terbuka. Mengingat bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua mereka kebanyakan dalam
keadaan du'afa, maka para siswa sebenarnya sudah terbiasa bekerja menurut kadar kemampuan masing-
masing sejak mereka masih kecil. Oleh karena itu pendidikan keterampilan yang dilatihkan kepada
siswa-siswa SMP Terbuka diharapkan akan dapat lebih memperkuat upaya Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama untuk mengembangkan potensi yang sudah mereka miliki selama ini.
Dalam melaksanakan Program Pendidikan Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka, kerja sama yang
telah terjalin erat di antara Staf Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama dan Staf
Pelaksana/Penanggung jawab Program-program SMP Terbuka selama ini, hendaknya tetap dapat
terpelihara dan dipertahankan. Demikian pula kerja sama dengan Dinas-dinas terkait seperti Dinas
Perindusterian dan lainnya yang berada di Kabupaten/Kota setempat perlu dilanjutkan, agar mutu hasil
produksi keterampilan siswa-siswa SMP Terbuka semakin meningkat dan mampu bersaing dengan
produk-produk sejenis yang telah beredar di pasaran Berbagai kondisi yang ada dalam penyelenggaraan
program pendidikan keterampilan di SMP Terbuka, tentunya kita harus berusaha untuk menghasilkan
sesuatu yang terbaik Untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan PPK di masing-masing SMP Terbuka,
arah pengembangan PPK dimasa yang akan datang adalah dengan menciptakan kemandirian mental
dan intelektual siswa SMP Terbuka, menumbuhkan kesadaran siswa/li untuk maju dan mandiri dalam
membangun usaha melalui keahlian yang diberikan, meningkatkan efektifitas waktu belajar,
meningkatkan kemauan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Kegiatan yang dapat diberikan pada PPK adalah dengan memberikan penguatan Kapasitas Siswa SMPT
melalui pelatihan yang intensif, menyediakan berbagai jenis keterampilan sesuai dengan minat dan
bakat siswa, memberikan pendampingan terutama dalam memasarkan hasil keterampilannya, dan
tentunya perlu evaluasi untuk setiap kegiatan.

6. Penilaian Hasil Belajar

Pada SMPT dikenal berbagai macam penilaian, yaitu tes akhir modul, tes akhir unit (akhir beberapa
modul). akhir caturwulan, dan ujian akhir. Tes akhir modul dilakukan apabila siswa telah
menyelesaikan suatu modul. Siswa yang memperoleh nilai tes akhir modul minimal 65 atau 65%
diperbolehkan untuk melanjutkan ke modul berikutnya. Untuk menentukan kelulusan siswa SMPT
dilaksanakan ujian akhir yang biasa disebut EBTANAS atau UAN. Pada pelaksanaan tes akhir
caturwulan dan ujian akhir, siswa SMPT dicampur dengan siswa SMP Induknya. Bagi siswa SMPT
yang lulus ujian akhir diberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang sama dan diperlakukan sama
dengan STTB siswa SMP reguler.

2.4. Perkembangan Pola Pembelajaran

Pola pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua yaitu pola belajar mandin dengan
pemanfaatan teknologi yang telah tersedia dan pola tutorial tatap muka. Keluwesan dalam
melaksanakan proses pembelajaran melalui tatap muka, belajar kelompok dan atau mandiri dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut

a. Alternatif

1, Pola Tatap Muka di SLTP Induk

4 hari pembelajaran dalam kelompok TKB = 16jam

2 hari pembelajaran tatap muka = 12 jam di sekolah Induk

Kegiatan belajar mandiri = 14 jam ditempat yang sesuai

Jumlah semuanya adalah 42 jam pelajaran.


b.Alternatif

11, Pola Tatap Muka Kombinasi di SLTP Induk dan di TKB

4 hari pembelajaran di TKB = 16 jam

1 hari pembelajaran tatap muka =6 jam di sekolah Induk

Anda mungkin juga menyukai