Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“PEMBELAJARAN BERNUANSA BIMBINGAN YANG


BERORIENTASI PADA PERUBAHAN PRILAKU”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen pengampu HJ. Fikriyah, MA

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Debi Meidawati 160641225


2. Faradha Nisa Nurjanah 160641
3. Robiatul Adawiyah 160641223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

CIREBON

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
taufik dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pembelajaran
bernuansa bimbingan yang berorientasi pada perubahan prilaku” Berkat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak lupa penyusun makalah mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Hj. Fikriyah, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling


2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan bimbingan dan do’a restu.
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan masukan dan saran dalam
menyelesaikan makalah ini.
Namun demikian, makalah ini tidak lepas dari segala kekurangan karena penyusun
menyadari bahwa keterbatasan pemikiran penyusun dan materi makalah ini dapat disusun.
Untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yangb bersifat membangun agar makalah ini
bersifat baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, November
2018

Penulis
i

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1
Latar belakang
.............................................................................................................................
1
Rumusan masalah
.............................................................................................................................
1
Tujuan
.............................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
3
Pengertian Pembelajaran
................................................................................................................................................
3
Pengertian dari Bimbingan
................................................................................................................................................
3
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
................................................................................................................................................
4
Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku
................................................................................................................................................
4
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
................................................................................................................................................
5
Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling
................................................................................................................................................
9
Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan
................................................................................................................................................
12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
18
Kesimpulan
.............................................................................................................................
18
Saran
.............................................................................................................................
19

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berangkat dari sebuah fenomena, fakta serta realita yang terjadi di dunia
pendidikan. fakta yang menyaratkan adanya sebuah kesenjangan antara system
pembelajaran serta metode dengan pribadi seorang siswa secara psikologi.
Kondisi Psikologi siswa merupakan factor penting yang mempengaruhi proses
dan hasil pembelajaran sedangkan pada kenyataanya hal itu seringkali diabaikan
karena terikat pada suatu kurikulim dan system yang berlaku.

System serta model pembelajaran seperti itulah yang sudah seharusnya kita
kritisi, system serta model pembelajaran yang tidak mensyaratkan
keberpihakannya terhadap kondisi psikologi siswa. Karena system itu sudah
jelas-jelas tidak sesuai dengan kondisi kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan
yang saat ini menjadi lebih komplek dan dihadapakan pada permasalahan sosial
yang begitu kompleks pula. Permasalahan-permasalahan itu akan berdampak
besar pada ketercapaian tujuan dari pendidikan, sehingga kita tidak bisa
menunggu lama untuk dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan terburuk
yang akan terjadi sebagai dampak dari model pembelajaran yang saat ini
dirasakan kurang tepat untuk digunakan.

Pribadi siswa lebih banyak diagaikan, dan hanya mementingkan


kemampuan kognitifnya saja. System pembelajaran ini tentunya harus terdapat
embaharuan agar kepribadian siswa dapat berkembang lebih baik.

Dari latar belakang tersebut maka kami akan membahas tentang


2
“Pembelajaran bernuansa Mimbingan yang Berorientasi Pada perubahan
Prilaku” pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengertian Pembelajaran?

2. Apa Pengertian dari Bimbingan?

3. Apa saja Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan?


4. Apa yang di maksud Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi
Perubahan Perilaku?

5. Apa saja Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan?

6. Apa Saja Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan


konseling

7. Apa saja Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian Pembelajaran

2. Memahami Pengertian dari Bimbingan

3. Mengetahui Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan

4. Memahami Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi


Perubahan Perilaku

5. Mengetahui Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan yang sesuai.

6. Mengetahui Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan


konseling yang tepat

7. Mengetahui Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan dengan benar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian
aktivitas pendidik dan peserta didik yang telah direncanakan yang memiliki
tujuan untuk mengefektifkan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan
terjemahan dari “learning” yang berasal dari kata belajar atau “to learn”.
Pembelajaran menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada
hakikatnya perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan
bukan sesuatu yang diam atau pasif. Secara umum pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan, yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Gagne (dalam Udin
2008, hlm. 19) Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar peserta didik. Sedangkan Smith dan
Ragan (Rusmono 2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
aktifitas penyampaian informasi dalam membantu peserta didik mencapai tujuan,
khususnya tujuantujuan belajar, tujuan peserta didik dalam belajar.

Menurut Miarso (dalam Ratna Willis, 2011, hlm. 7) pembelajaran adalah


suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau
terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pendidik untuk
membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena
adanya usaha.

B. Pengertian Bimbingan

Crow & Crow (dalam Prayitno & Erman Amti, 1999) menyatakan bahwa:
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, lkai-laki atau

3
4

perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik
kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri, dan menanggungnya sendiri”.

C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan

Secara filosofiis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal


mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten Power, yakni kekuatan, kemampuan,
keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum
me#ujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan optimal adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (Achievment)
sesuai dengan yang diprediksikan.

Secara psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan,


kemerdekaan untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia
sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan
sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya. nilai menjadi hal yang penting, oleh
karenanya bimbingan dan konseling membantu individu memelihara,
menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan
arah mengembangkan diri.

Hal lain yang menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing
untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia
kerja yang cenderung semakin berubah dan meluas. 5

D. Pembelajaran Bernuansa Bimbingan Dan Berorientasi Perubahan Perilaku

Pembelajarjaran akan berhasil apabila seorang guru menerapkan dalam


mengajarnya itu dengan suasana bimbingan. Dimana anak tidak akan merasa
jenuh, seorang guru harus mampu menciptakan suasan yang mnyenangkan di
dalam kelas. Karena seorang anak akan merasa nyaman dikelas ketika suasana
pembelajaranya itu tidak menegangkan, selama proses pembelajaran serius terus.
Oleh karena itu diharapkan seorang guru menciptakan pembelajaran yang
bernuansa bimbingan dan berorentasi pada perubahan prilaku muridnya. Secara
umum bimbingan yang dapat diberikan oleh seorang guru/dosenpada saat
mengajar diantaranya:

1. Mengenal dan memahami individu secara mendalam.

2. Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan individual.

3. Memperlakukan individu pastinya secara manusiawi, karena mereka


manusia.

4. Memberikan kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan

5. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

Suasana kelas dan proses belajar dan mengajar yang menerapkan prinsip
bernuansa bimbingan konseling akan terlihat dari, suasana kelas yang permisisf,
yaitu suasana kelas yang bebas dari ketegangan dan menempatakan individu
tersebut ditempatkan sebagai subjek pengajaran. Selain itu adanya arahan atau
orientasi agar terselenggaranya proses belajar dengan efektif, baik itu dalam
bidang studi yang diajarkan, maupun dalam keseluruhan diberbagai aspek.

E. Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning)

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk


sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
meman'aatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi dan sharingpengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi, komunikasi, sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan


cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman
agar kelompok kohesif (kompak dan partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
control dan vasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi,
pengarahan dan strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Kontekstual (TCL, contektual Teaching and Learning) 6

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan


sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa,
siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa


dibedakan dengan model lainnya, yaitu

a. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi


dan tujuan, pengarahan dan petunjuk, rambu, contoh)
b. Guestioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),

c. learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar


kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan)

d. inquiry (identi'ikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,


menemukan)

e. constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi


konsep-aturan, analisis-sintesis)

f. revlection (reviu, rangkuman, tindak lanjut)

g. authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah


pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara)

3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat in'ormasi dan prosedural yang menjurus


pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi
7
dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. -ara
ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah
bervariasi)

4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model


pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat
berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi


(analisis) interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,
sintesis, generalisasi, dan inkuiri

5. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang


tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving
adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola,
aturan, .atau algoritma. Sintaknya adalah sajian permasalahan yang memenuhi
kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau
aturan yang disajikan, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi,
menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

6. Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu


pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali
masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Sintaknya adalah pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan dan hitungan, cari alternative, menyusun soal dan
pertanyaan.

7. Problem Terbuka (OE, Open Ended) 8

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya


pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai
cara (flesibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi dan interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode,
cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya sis#a juga diminta untuk menjelaskan proses
mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses dari pada produk yang akan membentuk pola pikir,
keterpasuan
keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik


(gunakan gambar, diagram,table), kembangkan permasalahan sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan
rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian


pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan,
membuat kesimpulan.

8. Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru


menyajikan serangkaian pertanyaan yang si'atnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa
dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
9
Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep –prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan


menunjuk siswa secara acak sehingga setiap sis#a mau tidak mau harus
berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran,
setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa
dibiasakan. untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut.
ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

F. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling

Berikut ini ada bebrapa prinsip&prinsip bimbingan yang harus


diketahui oleh guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing.

1. Proses membantu individu

2. Bertitik tolak pada individu yang dibimbing

3. Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing

4. Pada batas tertentu perlu ada referral

5. Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu

6. Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel

7. Sejalan dengan visi dan misi lembaga

8. Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan

9. Ada sistem evaluasi yang digunakan

Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan


beberapa hal berikut ini:

1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. semua siswa baik yang
pandai cukup ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru sebab
secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
10

2. Sebelum memberikan bantuan guru terlebih dahulu harus berusaha


memahami kesulitan yang dihadapi siswa meneliti faktor-faktor yang
melatar belakangi kesulitan tersebut.

3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan


masalah serta faktor-faktor yang melatar belakanginnya bantuan
hendaknya
disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.

4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.


Karena
perbedaan individual siswa perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang
dihadapi siswa perbedaan individual guru serta kondisi sesaat maka dalam
memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik
bimbingan yang bervariasi.

5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama


dengan
staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua
guru
serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien
diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu
mengatasi kesulitan siswa.

6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab


utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya
orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah
tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut.
Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar
ada
keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan
orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas di
laboratorium ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di
sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat
pelajaran berlangsung yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan saat
diskusi kelas praktikum dan lain-lain. Bimbingan juga dapat diberikan
11
diluar
jam pelajaran sebelum pelajaran dimulai setelah pelajaran selesai atau sore
hari disekolah ataupun di rumah.

Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa


bimbingan di kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi
sebagai berikut:

1. Tercipta iklim kelas yang permisi bebas dari ketegangan dan


menempatkan
siswa sebagai subjek pengajaran

2. Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif


baik
dalam bidang studi yang diajarkannya maupun dalam keseluruhan
pembelajaran

3. Menerima dan memperlakukan sis!a sebagai individu yang mempunyai


harga diri dengan memahami kekurangan kelebihan dan masalah-
masalahnya

4. Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan


kebutuhan dan kemampuan individu

5. Membina hubungan yang dekat dengan siswa menerima siswa yang akan
berkonsultasi dan meminta bantuan
6. Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan
kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya terutama
dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya

7. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan terutama


yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya

8. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran. dan jabatan


atau karier

9. Memberikan bimbingan kelompok di kelas

10. Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik


12

11. Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya

12. Bekerja sama dengan guru, Wali kelas, konselor dan tenaga pendidik
lainnya
dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa

13. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi

14. Memberikan pelayanan rujukan bagi siswa yang memliki kesulitan


yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri

G. Strategi Pembelajaran Bernuansa Bimbingan

Strategi yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan peserta


didik, meliputi: konseling individual, konsultasi, nasihat, bimbingan kelompok,
kelompok konselng, pengajaran remedial, dan mengajar bernuansa bimbingan
(Setiawati & Ima, 20K7: 0) Ketujuh strategi tersebut secara perinci dapat
dijelaskan sehagai berikut:

1. Konseling individual
Konseling individual merupakan bantuan yang sifatnya terapeutik
yang diarahkan untuk mengubah sikap perilaku peserta didik. Konseling
dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan peserta didik.
Konseling ditujukan kepada peserta didik yang normal bukan yang
mengalami kesulitan kejiwaan melainkan hanya mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
sosial. Pada konseling terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Peserta
didik merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Pada hubungan
konseling, konselor menerima peserta didik secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian.
Peserta didik merasakan ada orang yang mengerti masalah
pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya. Dalam
konseling, berisi proses belajar yang ditujukan agar peserta didik dapat
mengenal, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secera
realistis dalam kehidupannya di sekolah maupun di rumah. Pada
konseling tercipta hubungan pribadi yang unik dan khas, dengan
hubungan tersebut peserta didik diarahkan agar dapat membuat
keputusan, pemilihan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat
berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling
membantu peserta didik agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu 13

mengeksplorasi dan memimpin dirinya sediri, serta menyelesaikannya


tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat emosional
diarahkan pada perubahan sikap, pola-pola hidup sebab hanya dengan
perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku
dan penyelesaian masalah.
2. Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu teknik bimbingan yang penting,
sebab banyak masalah yang dapat berhasil jika ditangani secara tidak
langsung oleh konselor, Konsultasi dalam pengertian umum dipandang
sebagai nasihat dari seorang profesional. Pengertian konsultasi dalam
program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan
bantuan teknis untuk guru, orangtua, administrator, dan konselor lainnya
dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. Adapun yang menjadi tujuan
konsultasi sebagai berikut:
a) Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi
peserta didik, orangtua, dan administrasi sekolah
b) Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi di
antara orang yang penting
c) Mengajak hersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang
bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar,
d) Memperluas layanan dari para ahli
e) Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator
f) Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku
g) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen
lingkungan belajar yang baik
h) Menggerakkan organisasi yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi, yaitu:
a) Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian
pada murid
b) Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana
kegiatan
c) Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan
d) Melakukan pemecahan masalah 14

e) Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.


3. Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat
diberikan oleh guru. Pemberian nasihat hendaknya memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a) Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh peserta
didik
b) Diawali denganmenghimpun data yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi
c) Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh
peserta didik. disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
d) Penerimaan keputusan diserahkan kepada peserta didik, alternatif
mana yang akan diambil, serta
e) Hendaknya peserta didik mau dan mampu menanggungjawabkan
keputusan yang diambilnya.
4. Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompak merupakan bantuan terhadap peserta didik
yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan
pada diri peserta didik. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas
penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok yang berkenaan
dengan masalah pendidikan, pekerjaan pribadi, dan sosial yang tidak
disajikan dalam bentuk pelajaran. Bimbingan kelompok dilaksanakan
dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecil, sedang, dan besar ataupun
kelas. Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan,
aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi,
karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk
memperbaiki, mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman
lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media
pendidikan seperti OHP, kaset, audio-video, film, buletin, brosur,
majalah dan buku. Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli
tertentu untuk memberikan ceramah informasi tentang hal-hal
15
tertentu.
Bimbingan kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika
kelompok. Teknik-teknik yang biasa digunakan yaitu kegiatan diskusi,
sosiodrama, bermain peran (role playng), dan simulasi. Bimbingan
melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu
lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya petukaan pemikiran,
pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.
5. Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta
didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan
dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling
kelompok dapat pula bersifat penyembuhan (kuratif). Konseling
kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peseta didik dalam
suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan
diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan
dan pertumbuhannya.
Konseling kclompok bersifat pencegahan, dalam arti peserta
didik yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi
secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memilki suatu titik
lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran
berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat
pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan peseta
didik dalam arti bahwa konseling kelompok menyajikan dan
memberikan dorongan kepada peserta didik yang bersangkutan untuk
merubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam konseling
kelompok, pesera didik didorong untuk melakukan tindakan yang
selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku
perwujudan diri. Konseling kelompok adalah suatu proses antar
pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang
sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi sifat permisif, orientasi
pada kenyataan, katarsis, saling mepercayai, saling menerima dan
saling mendukung.
Fungsi-fungsi terapi diciptakan dan dikembangkan dalam suatu
kelompok kecil melalui cara saling meperdulikan di antara peserta
konseling kelompok. Konseli dalam konseling kelompok pada
dasarnya adalah murid-murid normal yang memiliki berbagai
kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan
kepribadian dalam penanganannya. Konseli dalam konseling
16
kelompok dapat menggunakan intereksi dalam kelompok untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan
tujuan terentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap
dan perilaku tertentu.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok
yaitu terdiri atas:
a) Tahap pembetukan
b) Tahap peralihan
c) Tahap kegiatan
d) Tahap pengakhiran
Tahap pembentukan temanya pengenalan, pelibatan, dan
pemasukan sendiri. Tahap peralihan temanya pembangunan jembatan
antara tahap pertama dengan tahap ketiga.Tahap kegiatan temanya
kegiatan pencapaian tujuan, dan tahap pengakhiran temanya penilaian
dan tindak lanjut.
6. Pengajaran remedial
Pengajaran remedial adalah pengajaran tambahan mengulang
materi yang telah diajarkan kepada siswa namun siswa tersebut belum
menguasai apa yang diajarkan tersebut. Pengajaran remedial
dimaksudkan untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan
peserta didik atau kelompok peserta didik tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memelihara kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan dengan
melalui proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf
kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan, atau
kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana
dan lingkungannya. Pengajaran remedial merupakan salah satu
kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan
belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha
diagnostik kesulitan belajar mengajar. Strategi dan teknik pengajaran
dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pembangunan. Tindakan
pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika setelah program
pembelajaran utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif
ditujukan kepada peserta didik tertentu yang diperkirakan akan
mengalami hambatan terhadap pengajaran yang akan dipenuhinya.
Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya
diagnostik yang dilakukan guru selama berlansung pembelajaran.
Selain dengan pengajaran remedial, bimbingan belajar juga dapat
dilakukan oleh guru selama mengajar. Penerapan program bimbingan
waktu mengajar yang dilakukan oleh guru adalah upaya bimbingan
lain dalam bentuk membimbing peserta didik menentukan tujuan yang
hendak dicapainya, membimbing peserta didik dalam mencapai
17
keberhasilannya untuk mencapai tujuan.
7. Mengajar benuansa bimbingan
Penerapan mengajar yang bernuansa bimbingan sangat
diperlukan bagi guru agar peserta didik berhasil dalam mengajarnya.
Peserta didik akan berhasil dalam belajar apabila guru menerapkan
prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan waktu mengajar. Lehih
jelas bimbingan pada waktu mengajar yang dapat dilakukan oleh guru
menjelaskan tujuan dan manfaat materi pelajaran, cara belajar,
karakteristik mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk
berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu,
penyelesaian tugas, merencanakan masa depan, memberikan fasilitas
belajar, memberi kesempatan untuk berprestasi, dan lain-lain Secara
umum bimbingan yang dapat diberikan guru sambil mengajar sebagai
berikut:
1) Menganal dan memahami peserta didik secara mendalam
2) Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan
individual
3) Memperlakukan peserta didik dengan manusiawi
4) Memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara
optimal
5) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian
aktivitas pendidik dan peserta didik yang telah direncanakan yang memiliki
tujuan untuk mengefektifkan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan
terjemahan dari “learning” yang berasal dari kata belajar atau “to learn”.

Secara umum bimbingan yang dapat diberikan oleh seorang guru pada
saat mengajar diantaranya.

1. Mengenal dan memahami individu secara mendalam.

2. Memberikan perlakuan dengan memperhatikan perbedaan individual.

3. Memperlakukan individu pastinya secara manusiawi, karena mereka


manusia.

4. Memberikan kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan

5. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

B. Saran

Dalam proses pembelajaran sebaiknya tidak hanya aspek kognitifnya


saja yang ditekankan akan tetapi perkembangan prilaku siswa juga harus
disesuaikan dengan etika yang sesuai dengan kaidahnya. Perilaku siswa akan
mencerminkan kepribadiannya. Dalam proses pembelajaran kepribadian guru
juga harus memperhatikan model atau metode yang akan digunakan agar
dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Arif. Faujan. (2002) Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan Dan
Konseling.
Online:. tersedia
https2//fingeridea.wordpress.com/2015/05/23/model-
pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/

Susanto, Ahmad. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:


Prenadamedia Grup

Tohirin. (2007). Bimbingan Dan Konseling di sekolah Dan Madrasah


(Berbasis
Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf dan Nurihsan. (2011). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung:


PT.
Remaja Rosdakarya Offse.

19

Anda mungkin juga menyukai