Navri Zulirfan
Nim : 19045024
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang diharapakan antara lain
perlu dukungan oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi yang demikian itu secara tegas
mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para personil sekolah yang terlibat.Demikian pula,
organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada
keadaan dan karakteristik sekolah masing-masing.jika personil sekolah siswanya berjumlah banyak
dengan didukung oleh personil sekolah yang memadai diperlukan sebuah pola organisasi bimbingan dan
konseling yang lebih kompleks.
1. Kandepdiknas, adalah personil yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
penyelenggaraan pelayanan BK di sekolah. Dalam hal ini pengawas sebagaimana dimaksudkan dalam
petunjuk pelaksanaan BK di sekolah.
2. Kepala Sekolah ( bersama Wakasek) adalah penanggung jawab pendidikan pada satuan pendidikan
( SLTP , SMA SMK) secara keseluruhan, termasuk penanggung jawab dalam membuat kebijakan
pelaksanaan pelayanan BK.
4. Guru ( Mata pelajaran atau praktik), adalah pelaksana pengajaran dan praktik / latihan.
5. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan dan adminstrasi
( seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas tertentu.
6. Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik / latihan, dan bimbingan
di SLTP, SMA, dan SMK.
7. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi dan
ketatausahaan.
8. Komite Sekolah, adalah organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat,
yang berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang
peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis
besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan
dan konseling, sebagai berikut :
b. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan
dan konseling yang efektif dan efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian
dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
f. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan
oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Sebagai pembantu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam
melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal:
Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah
b. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa.
Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan:
b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus.
e. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas sebagai berikut:
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program satuan layanan dan
satuan kegiatan pendukung. Dan untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut
dikemas dalam program mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan.
e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.
f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
Pembagian Siswa Asuh Diantara Guru Pembimbing. Pada dasarnya, seluruh siswa yang ada di sekolah
menjadi siswa asuh guru pembimbing. Namun perlu penetapan jumlah siswa asuh masing-masing guru
pembimbing. Tentang pembagian jumlah siswa asuh masing-masing guru pembimbing telah diatur
dalam SKB mendikbud kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1992 poin 3, 4, 7, 9 bunyi pasal
ini sebagai berikut :
a. Point (3) Jumlah peserta didik yang harus dibimbing oleh seorang guru pembimbing adalah 150
orang.
b. Point (4) Kelebihan peserta didik bagi guru pembimbing yang dapat diberi angka kredit adalah 75
orang, berasal dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
c. Point (7) Guru pembimbing yang menjadi kepala sekolah, wajib melaksanakan bimbingan dan
konseling terhadap 40 orang peserta didik.
d. Point (9) Guru sebagaimana tersebut ayat (7) yang menjadi wakil kepala sekolah wajib
melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 75 orang peserta didik.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses belajar pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses
bimbingan. Ada beberapa pendapat mengenai hal ini yaitu :
1. Proses belajar menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan
pribadi siswa.
2. Guru memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya lebih peka terhadapa hal-hal yang
dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa dalam hal ini karena tenaga pembimbing masih
sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara
intensif.
2. Keterlibatan guru pembimbing sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk pelayanan
seperti memberikann pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu
Di lain pihak, guru juga mempunyai beberapa ketentuan menurut Koestoer Pratowisastro (1982).
Keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak
terlatih untuk melakukan semua tugas.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas yang lebih
banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah.