Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH PERTEMUAN 1

ANALISIS WILAYAH

“FUNGSI KAWASAN DAN KEMAMPUAN LAHAN ”

Di Buat Oleh :

1. Md. Navri Zulirfan (19045024)

Dosen Pengampu :

Sri Mariya, S.Pd, M.Pd

JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. PENGERTIAN
1. Lahan

Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi


membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan ditentukan oleh macam
sumberdaya yang merajai dan macam serta intensitas interaksi yang berlangsung antar
sumberdaya. Faktor-faktor penentu sifat dan perilaku lahan tersebut bermatra ruang dan waktu.
Maka lahan selaku suatu ujud pun bermatra ruang dan waktu.

2. Fungsi Kawasan

Undang-undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


menyebutkan bahwa: “ Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya”.

3. Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan adalah penilaian lahan secara sistematik dan pengelompokkannya


ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan
penghambat dalam penggunaan secara lestari (Arsyad, 2010).

4. Kesesuaian Lahan

kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau
setelah diadakan perbaikan. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-
sifat lingkungannya yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase
sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif

5. Kawasan Lindung

Undang-undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa


“kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”.
Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut
dan memelihara kesuburan tanah.

6. Kawasan Penyangga

Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan


kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. Kawasan penyangga ini
merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang
diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani dengan pengolahan
lahan sangat minim.

7. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya buatan. Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman
tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim.

8. Hutan Produksi

Hutan Produksi adalah areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan hutan dan
berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan konsumsi masyarakat, industri
dan ekspor.
B. TATA CARA ANALISIS ( BAGAN ALUR )

3 (tiga) faktor yang melandasi


Analisis pemilihan lokasi lahan
Analisis Kemampuan Lahan pemilihan lokasi lahan
bermukim
bermukim yaitu:

Analisis nya :
1. Kesesuaian Lahan
Permukiman
Penentuan Fungsi Lahan 1. Aspek fisik lahan
2. Analisis daya dukung setiap
zonasi kemampuan lahan untuk
permukiman

kesesuaian dan daya dukung


Data yang di Butuhkan 2. Ketersediaan fasilitas
lahan

1. Kemiringan Lereng
Kemampuan Lahan untuk
2. Jenis Tanah 3. Harga tanah/lahan.
Permukiman
3. Intensitas Hujan
A. Analisis kemampuan lahan

Analisis ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis dengan metode


tumpang susun (overlay) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelompokkan
lahan berdasarkan kemampuan lahan dalam mendukung upaya pemanfaatan lahan
permukiman. Output (hasil) dari analisis ini adalah berupa peta kelas kemampuan lahan
(zonasi) yang terdiri dari kawasan pengembangan, kawasan kendala dan kawasan limitasi,
yang merupakan gambaran dari tingkatan kemampuan lahan untuk lahan permukiman.
Analisis kemampuan lahan ini menjelaskan kriteria termasuk kajian faktor
penghambat/pembatas setiap kelas/satuan kemampuan lahan yang difokuskan untuk
mengetahui kelas kemampuan lahan untuk lahan permukiman.

Analisis kemampuan lahan terdiri dari :

a) Analisis Penentuan Fungsi Lahan


Penetapan fungsi lahan yaitu sebagai lahan hutan lindung, lahan hutan produksi tetap
(penyangga) dan lahan hutan produksi terbatas (budidaya) berpedoman pada kriteria yang
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan
Keppres Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Dalam penentuan fungsi lahan melalui analisis faktor fisik yang termuat dalam Surat
Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 837/KPTS/UM/11/1980 dan Nomor:
683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan
produksi, dimana ada 3 (tiga) faktor fisik yang dinilai sebagai penentu fungsi suatu lahan,
yaitu :
1. Kemiringan lereng
2. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi.
3. Intensitas hujan harian rata – rata.
Tahapan yang dilakukan dalam penentuan fungsi lahan adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi 3 (tiga) faktor fisik dasar berupa data vektor peta kelerengan, jenis tanah dan
curah hujan di daerah studi berikut data menyangkut dengan faktor fisik tersebut dan
data yang berhubungan dengan kawasan lindung.
2. Pemberian skor pada peta kelerengan, peta jenis tanah, dan peta curah hujan daerah
penelitian. Pemberian nilai skor faktor fisik tersebut didasarkan pada Surat Keputusan
Menteri Pertanian RI Nomor 837/KPTS/UM/11/1980 dan Nomor 683/Kpts/Um/8/1981.
3. Melakukan analisis overlay peta faktor fisik tersebut
4. Menjumlahkan nilai skor ketiga faktor tersebut sehingga diperoleh indeks lokasi, dari
nilai indeks lokasi dilakukan pembobotan sesuai dengan kriteria untuk menentukkan
fungsi kawasan di daerah studi.
5. Keluaran berupa peta fungsi lahan daerah penelitian.

b) Analisis Kemampuan Lahan untuk Permukiman


Didasarkan pada faktor pembatas atau penghambat kemampuan lahan yang
dianalisis kedalam Satuan Kemampuan Lahan (SKL) sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik
Analisis Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
B. Analisis kesesuaian dan daya dukung lahan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui taraf kesesuaian pemanfaatan lahan


untuk permukiman dan mengetahui ambang batas penggunaan lahan untuk permukiman
di setiap kelas kemampuan lahan. Analisis ini terdiri dari :

1. Analisis kesesuaian lahan permukiman

2. Analisis daya dukung setiap zonasi kemampuan lahan untuk permukiman.

Analisis kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan pada tingkat ordo atau
kondisi kesesuaian secara global dimana hanya diperoleh keadaan sesuai dan tidak sesuai
saja. Analisis ini dilakukan dengan teknik membandingkan antara karakteristik fisik
yang terdapat pada lahan dengan kriteria lahan untuk permukiman yang telah ditetapkan.
Kriteria dalam menentukan kesesuaian lahan untuk permukiman menggunakan pedoman
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 41/PRT/m/2007 tentang Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya. Berikut merupakan kriteria-kriterianya:

1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%).

2. Tersedia sumber air, baik tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan
jumlah cukup.

3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

4. Drainase baik sampai sedang.

5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata. air/saluran


pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan.

6. Tidak berada pada kawasan lindung.

7. Tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga.

8. Menghindari sawah irigasi teknis.

Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung dalam penelitian ini dilakukan
melalui tahapan:

1. Penetapan kriteria karakteristik fisik kesesuaian lahan permukiman Faktor fisik tersebut
merupakan informasi awal yang dibutuhkan bagi penilaian kesesuaian lahan yaitu
kemiringan lereng, kerentanan bencana gerakan tanah, dan kemampuan drainase di
daerah studi. Adapun parameter dari faktor fisik yang digunakan dalam menentukan
kesesuaian lahan adalah :
a) Kemiringan lereng (0-25%)
b) Kerentanan terhadap bencana gerakan tanah pada tingkat aman
c) Kondisi drainase pada tingkat nilai baik sampai dengan sedang

2. Melakukan perbandingan antara pemanfaatan lahan eksisting dengan taraf kesesuaian


lahan untuk permukiman melalui metode overlay antara peta satuan kemampuan lahan
gabungan hasil analisis dan peta penggunaan lahan eksisting daerah studi dengan
memperhatikan kriteria faktor fisik yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh peta
kesesuaian lahan untuk permukiman.
3. Sesuai data dari peta kesesuaian lahan dan peta penggunaan lahan, maka dilakukan
perbandingan antara persentase hasil perhitungan building coverage (lahan terbangun)
kondisi eksisting di setiap kawasan kemampuan lahan, dengan ketetapan building
coverage (BC) Toubier yaitu:

1. Kawasan pengembangan, rasio tutupan lahannya maksimal 70%.

2. Kawasan kendala, rasio tutupan lahan kendala I maksimal 30 % dan rasio


tutupan lahan kendala II maksimal 50%.

3. Kawasan lindung atau limitasi), rasio tutupan lahannya 0%

C. Analisis pemilihan lokasi lahan bermukim

3 (tiga) faktor yang melandasi pemilihan lokasi lahan bermukim yaitu:

1. Aspek fisik lahan

2. Ketersediaan fasilitas

3. Harga tanah/lahan.
C. DATA-DATA YANG DIPERLUKAN
a. Data Kemiringan Lereng
b. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi.
c. Intensitas hujan harian rata – rata.
DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H. Dan Samingan, T. (1980). Pendekatan pemecahan masalah


kerusakan sumberdaya tanah dan air daerah aliran sungai dipandang
dari segi ekologi. Bogor. Lembaga Penelitian Hutan.

Djaenuddin D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. (2003). Petunjuk teknis
evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan


tatacara penetapan hutan lindung dan hutan produksi

Ritung, Sofyan.,Wahyunto.,Agus, Fahmuddin.,Hidayat, Hapid.,(2007), Panduan Evaluasi


Kesesuian Lahan dengan Contoh Arahan Penggunaan Lahan, Kabupaten Aceh Barat,
Badan Penelitian Tanah dan Agroferestry Center

Lampiran SK Mentreri Kehutanantentang Pedoman Penyelenggaraan pengelolaan Daerah Aliran


Sungai (DAS) no 52/Kpts-II/2001 Tanggal 23 Februari 2001

Anda mungkin juga menyukai