Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASAS-ASAS DAN KODE ETIK BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh

Kelompok V:

1. Ingrit Despania (19023075)

2. Karmila (19016165)

3. Lastri Handayani (19231073)

4. Lutfiana Mayang Sumarti (19016173)

Dosen Pengampu

Zadrian Ardi, S.Pd., M.Pd

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, sehingga dengan keridhaan-Nya pula dan kerja keras penulis makalah tentang ASAS-ASAS
BIMBINGAN DAN KONSELING ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kita dapat ikut adil dalam
memanfaatkan ilmu yang ada. Karena kebanyakan dari kita ada yang menganggap sepele
mengenai asas-asas bimbingan konseling.

Penulis tetap menerima apa bila ada kritik dan saran dari para pembaca guna
penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa penulis hanya manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan.

Semoga makalah ini dapat digunakan dan memberi manfaat bagi kita semua demi
menambah pengetahuan kita.

Padang, 16 Maret 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling .......................................................... 3


B. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ................................................................... 3
C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling ................................................................... 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang professional, yang


menguraikan pemahaman, penanganan dan penyikapan tentang keadaan seseorang yang meliputi
unsur kognisi, afeksi, dan psikomotori.Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia
pendidikan, agar tercipta keserasian atau keharmonisan antara guru dengan siswa. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1
dan 6 :Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh kaidah-kaidah


yang berlaku atau dalam kata lain disebut “asas”. Asas-asas bimbingan dan konseling adalah
merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing/
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Asas-asas
tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan
konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan asas bimbingan dan konseling?

2. Apa saja asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling?

1
3. Bagaimana Deskripsi asas-asas bimbingan dan konseling tersebut?

4. Bagaimanakah kode etik BK?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian asas bimbingan dan konseling

2. Untuk mengetahui asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling

3. Untuk dapat memahami asas-asas bimbingan dan konseling

4. Untuk dapat memahami kode etik BK

D. Manfaat Penulisan

Dari uraian tujuan di atas maka dapat diketahui manfaat dari pembuatan makalah ini
adalah :

1. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang pengertian asas bimbingan
dan konseling.

2. Meningkatkan kualitas peserta didik dalam mengembangan potensi yang ada dalam
dirinya.

3. Sebagai referensi dalam berdiskusi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “Dasar”. Tetapi asas dalam pengertian
disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”.Jadi asas bimbingan dan konseling berarti “Rukun yang
harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau konselor dalam
menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling”. (hasil diskusi kelas : 25-03-
2012).Setiap kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut.Demikian pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas
yang dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan itu.Menurut Prayitno ada dua belas asas
yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling.

B. Asas – Asas Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai dengan makna
apeksi, dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus di laksanakan
dengan mengikuti kaidah –kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lainnya.
Kaidah – kaidah tersebut di dasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi ( antara lain
bahwa layanan harus di dasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien ), dan tuntunan
oktimalisasi proses peyelenggaraan pelayanan di segi lain ( yaitu antara lain suasana konseling di
tandai oleh adanya kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan, dan keterbukaan, serta
sebagai sumber daya yang perlu di aktifkan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah – kaidah tersebut di


kenal dengan asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan – ketentuan yang harus di terapkan
dalam peyelenggaraan pelayanan itu.

Asas – asas yang di maksud adalah asas kerahasian, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan
tutwuri hadayani ( prayitno,1987 )

3
1. Asas Kerahasiaan

Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan keterangan


peserta didik yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau keterangan yang tidak boleh
dan tidak layak diketahui oleh orang lain .

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling, kadang-
kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada
konselor.Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari
konselinya.

Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang
diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam
bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data informasi yang
dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya. Asas
ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman
dalam diri konseli.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat pelayanan
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli baik itu isi
pembicaraan atau pun sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan dijaga dengan
baik. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sewaktu atau pun sesudah wawancara
atau konseling perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh
konselor.

Contoh asas kerahasian :ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa
seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak lama maka seorang
konselor harus bisa menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui
oleh orang banyak .

2. Asas Kesukarelaan

4
Asas kesukarelaan yaitu assa BK yang menghendaki adanya kesukaaan dan kerelaan
peserta didik mengikuti atau menjalankan layanan atau kegiatan yang di peruntukan
baginya . Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.

Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu
paksaan, akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan
dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru
pembimbing dengan konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan
suka rela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.

Contoh asas kesukarelaan : ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk
dikarenakan tidak suka pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya , sebagai guru
konselor seharusnya kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka
pada mata pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkanya.

3. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan yaitu asas BK yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi
sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya .

Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru pembimbing,
karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan bathin
tanpa tedeng aling-aling.Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan
kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya
yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.Konselor yang sukses adalah
konselor yang bisa memudahkan konseli untuk membuka dirinya dan berusaha
memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri.Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa
“ada hubungan yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka
diri (self exploration).”

Asas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam
memberikan keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru pembimbing

5
berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli.Agar konseli dapat terbuka, guru
pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal demikian
akan mendorong konseli mengekspresikan pengalaman pribadinya.

Keterusterangan dan kejujuran si terbimbing akan terjadi jika si terbimbing tidak lagi
mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesuka relaan ; maksudnya , si terbimbing telah
betul-betul telah mempercayai konselornya lebih jauh, keterbukaan akan semakin
berkembang apabila klien tahu bahwa kinselornya terbuka.

Keterbukaan di sini di tinjau dari dua arah. Dari pihak klien di harapkan pertama-tama
mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat di ketahui oleh
orang lain, dan kedunya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan
masukan lain lainya dari pihak luar.

Contoh asas keterbukaan : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup sebagai
konselor kita harus dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka dan tidak
berpura-pura dalam menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga konseli dapat
berbicara jujur dan merasa nyaman dalam menyampaikan masalahhnya.

4. Asas Kekinian

Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran layanan BK
ialah permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang. Layanan yang berkenan
dengan masa depan atau masa lamoau dilihat dampak atau kaitan dengan kondisi yang
ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang .Pada umumnya pelayanan bimbingan dan
konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan konseli saat kini atau sekarang,
namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau
dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.

Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari rasa penyesalannya
terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan
dapat dikerjakannya pada saat ini.

6
Sesuai apa yang terkemukan di atas, maka diharapkan konselor dapat mengarahkan
konseli untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana
firman Allah SWT

Artinya :

“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang


yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr : 1-3).

Contoh asaa kekinian ; konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di hadapi ,
tetapi konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikisnya.

5. Asas Kemandirian

Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu : peserta
didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu yang mandiri
dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan ,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor
berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri kemandirian tersebut
yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap
kemandirian tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap
konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang terbimbing setelah dibantu
diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:

a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana mestinya.

b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.

c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

7
d. Mengarahkan diri sesui dengan keputusan itu.

e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan kemampuan-


kemampuan yang di miliki.

Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuikan dengan tingkat


perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandiran sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari baik oleh
konselor maupun klien.

Contoh asas kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan hidupnya, sebagai
konselo yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara
memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan
lingkungan ,dan mampu mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi diri
yang mandiri .

6. Asas Kegiatan

Asas kegiatan yaitu asa BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran
layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan BK.

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan


beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu
melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar konseli bisa
berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain
konselor harus berusaha/ mendorong agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang
telah ditetapkan tersebut.

Asas ini merujuk pada pola konseling”multidimensional” yang tidak hanya


mengandalkan transaksi perbal antara klien dan konselor. Dalam selenggara, yaitu klien
aktif menjalani proses konseling dan aktif pula melaksanakan/menerapkan hasil-hasil
konseling.

8
Contoh asas kegiatan : seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan
seperti ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik dapat mengenali
lingkungan yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang
baru.

7. Asas Kedinamisan

Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak monoton,dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembanganya
dari waktu ke waktu .

Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya


perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik. Untuk mewujudkan
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu tertentu
sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan
bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk
memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku
konseli.Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada
dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.

Contoh asas kedinamisan :seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman ,
agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang pada seorang konseli yang
semakin kompleks misalnya keluarga broken serta pergaulan bebas dikalangan pemuda ..

8. Asas Keterpaduan

Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan BK , baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak lain ,saling
menunjang ,harmonis dan terpaduan . Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor

9
perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu
penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua,
dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai
menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli
yang mengalami masalah.

Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber
yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam
keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling .

Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan seorang


psikologi seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, upayah mereka tidak terjerat
dalam pergaulan besar.

9. Asas Kenormatifan

Asas kenormatifan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar segenap layanan dan
kegiatan BK didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang ada, yaitu norma agama, hukum dan peraturan ,adat istiadat ilmu
pengetahuan ,dan kebiasaan yang berlaku .

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan


dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. Dalam
kegiatan bimbingan dan konseling, konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang
dianutnya ke dalam hubungan konseling, baik secara langsung atau tidak langsung.
Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang
dianutnya itu kepada konselinya. Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
ini adalah didasarkan pada norma-norma yang berlaku yaitu norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat

10
meningkatkan kemampuan siswa/ konseli dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan norma-norma tersebut.

Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya , harus sesui
dengan norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana yang harmonis
diantara konseli dan konselor karena seorang konselor yang profesional harus bisa
menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseli.

10. Asas Keahlian

Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan BK
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk menjamin keberhasilan
usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan
yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh
konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil konseling. Pendek kata bahwa para
pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus benar-benar ahli dibidang
bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah profesional.

Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang pada
seorang konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap seprti dokter
maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli .

11. Asas Alih Tangan

Asas alih tangan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pihak –pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan BK secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-


masalah yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi konseli adalah
unik (kedalamannya, keluasannya, dan kedinamisannya), disamping pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah terbatas, maka ada kemungkinan suatu
masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini
konselor perlu mengalih tangankan (referal) konseli pada pihak lain (konselor) yang lebih
ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli tersebut.

11
Contoh asas alih tangan :ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami tidak lulus
sekolah, seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini ,seorang
konselor harus melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini
seperti membawa konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Asas tutwuri handayani yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pelayanan BK secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi rasa
aman),mengembangkan keteladanan , memberikan ransangan dan dorongan serta
kesempataan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju

Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa
bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan.Oleh karena itu
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat
konseli mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing
saja.Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan
aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Asas ini menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.(Anas Salahudin.

Contoh asas tut wuri handayani : seorang konselor harus menjadi guru teladan ,dan
menyenangkan agar peserta didik/konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada
kita dan mampu mengayomi pasaerta didik.

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja
yang ingin berkicimpung dalam bidang bimbingan dan konseling demi untuk kebaikan. Kode
etik dalam satu jabatan bukan merupakan hal yang baru. Tiap-tiap jabatan pada umumnya

12
mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada kemungkinan bahwa kode etik itu tidak
secara formal diadakan.

Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling
tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia
dimana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung ketentuan-
ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa kaibat yang
menyenangkan.

Menurut Walgito (2010:37) ada beberapa kode etik bimbingan dan konseling tersebut,
antara lain:

1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
konseling harus memegah teguh prinsip bimbingan dan konseling.

2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik-
baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggungjawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.

3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang


maka seorang pembing harus:

a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.

b. Menunjukkan sikap hormat pada klien.

c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing


harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.

4. Pembimbing tidak diperkenankan:

a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.

b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.

13
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang
tidak baik bagi klien.

d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.

5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan keahliannya atau
di luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.

6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang memerlukan


pengabdian sepenuhnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan subuah dasar yang dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno
ada dua belas asas yang mendasari layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, asas-asas
tersebut sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan di atas. Kedua belas asas bimbingan dan
konseling tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa para konselor merupakan para ahli yang
memiliki kemampuan untuk membimbing konselinya, baik secara ikhlas maupun profesional
sehingga mereka mampu meningkatkan taraf kehidupannya yang lebih baik, terutama berkaitan
dengan persoalan mentalitas konseli, baik dalam menghadapi lingkungannya maupun orang-
orang yang ada di sekelilingnya.

Demikianlah beberapa asas-asas penting yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

B. Saran

Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat
penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/ guru pembimbing dalam memberikan
pelayanan pada konseli/ siswa.Maka dari itu penulis dapat memberikan saran kepada semua
pihak yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan atau bisa disebut sebagai seorang guru
(pembimbing) dan calon guru (mahasiswa jurusan pendidikan), agar tetap selalu
bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan
bagi calon guru diharapkan mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan
konseling, karena kami (penulis) merasa isi makalah ini ada kekurangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung :
Ciptapustaka Media Perintis.

Salahudin, Anas. 2010. BimbingandanKonseling. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Prayetno. Dasar-dasar Bimbingan Konseling.jakarta : Rineka Cipta

16

Anda mungkin juga menyukai