Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

“ Memahami Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling ( BK)”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Annisa (18129051)

Miftahul Riska ( 18129156)

Nadya Rivansyah( 18129023)

Restu Bagus Andika (18129136)

SEKSI: 18 Bkt 13

Dosen Pengampu :Dra. Rahmatina, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Memahami Asas dan Kode Bimbingan
Konseling ( BK) ”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah “Bimbingan
Konseling ”. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibuk Dra.Rahmatina ,


M.Pd selaku dosen yang mengampu Mata Kuliah ini.Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 22 Maret 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

BAB I ....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4

BAB II ...................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5

A. Asas Bimbingan Konseling ( BK) ...................................................................... 5

B. Peran guru mata pelajaran dan guru kelas dalam penerapan asas BK ................ 14

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling ( BK) .................................................... 18

D. Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Bimbingan Konseling..23

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 25

A. Kesimpulan .................................................................................................. 25

B. Saran............................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan pekerjaan pelayanan yang professional,
yang menguraikan pemahaman, penanganan dan penyikapan tentang keadaan
seseorang yang meliputi unsur kognisi, afeksi, dan psikomotori.Pekerjaan ini sangat
penting sekali dalam dunia pendidikan, agar tercipta keserasian atau keharmonisan
antara guru dengan siswa.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
kaidah-kaidah yang berlaku atau dalam kata lain disebut “asas”. Asas-asas bimbingan
dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh
seorang guru pembimbing/ konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling. Asas-asas tersebut adalah sebagai jiwa dan nafas dari
seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak
dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan
berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana peran guru mata pelajaran dan guru kelas dalam penerapan asas BK?
3. Apa saja kode etik BK?
4. Apa saja Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Bimbingan
Konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja asas-asas dalam pelayanan bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui bagaimana peran guru mata pelajaran dan guru kelas dalam
penerapan asas BK
3. Untuk mengetahui apa saja kode etik BK
4. Untuk mengetahui apa saja Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan
Bimbingan Konseling

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas-Asas Bimbingan Konseling (BK)

1. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling


Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “Dasar”. Tetapi asas dalam
pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”.Jadi asas bimbingan dan
konseling berarti “Rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru
pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan
dan konseling”. Setiap kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan
dalam melaksanakan kegiatan tersebut.Demikian pula dalam layanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan pegangan dalam menjalankan
kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang harus menjadi dasar
pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

2. Asas – Asas Bimbingan Konseling


Pelayanan bimbimngan dan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai
dengan makna apeksi, dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional
itu harus di laksanakan dengan mengikuti kaidah –kaidah yang menjamin efisien dan
efektivitas proses dan lainnya. Kaidah – kaidah tersebut di dasarkan atas tuntutan
keilmuan layanan di satu segi ( antara lain bahwa layanan harus di dasarkan atas data
dan tingkat perkembangan klien ), dan tuntunan oktimalisasi proses peyelenggaraan
pelayanan di segi lain ( yaitu antara lain suasana konseling di tandai oleh adanya
kehangatan, pemahaman, penerimaan, kebebasan, dan keterbukaan, serta sebagai
sumber daya yang perlu di aktifkan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah – kaidah
tersebut di kenal dengan asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan – ketentuan
yang harus di terapkan dalam peyelenggaraan pelayanan itu.

5
Asas – asas yang di maksud adalah asas kerahasian, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tutwuri hadayani ( Prayitno,1987 ).

a. Asas Kerahasiaan
Asas-asas kerahasian yaitu menuntun dirahasiakanya segenap data dan
keterangan peserta didik yang menjadi sasaran layanan , yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling,
kadang-kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia
kepada konselor.Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang
diperolehnya dari konselinya.
Sebgai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data
yang diperoleh dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong
dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data
informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat
dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas
kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri konseli.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka apa yang terjadi saat
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli
baik itu isi pembicaraan atau pun sikap konseli, kerahasiaanya perlu dihargai dan
dijaga dengan baik. Demikian pula catatan-catatan yang dibuat sewaktu atau pun
sesudah wawancara atau konseling perlu disimpan dengan baik dan kerahasiaanya
dijaga dengan cermat oleh konselor.
Contoh asas kerahasiaan : ada seorang konseling yang menceritakan kepada
konselor bahwa seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang didapatnya sejak
lama maka seorang konselor harus bisa menjaga kerahasian tersebut agar penyakit
konseli itu tidak di ketahui oleh orang banyak .

b. Asas Kesukarelaan
Asas kesukarelaan yaitu assa BK yang menghendaki adanya kesukaaan dan
kerelaan peserta didik mengikuti atau menjalankan layanan atau kegiatan yang di

6
peruntukan baginya. Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses
membantu individu.
Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan
merupakan suatu paksaan, akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu
dalam kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang
demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan konselinya. Kerjasama akan
terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan serta menjelaskan
masalah yang dialaminya kepada konselor.
Contoh asas kesukarelaan : ada seorang peserta didik yang selalu tidak masuk
dikarenakan tidak suka pada pada salah satu mata pelajaran di sekolahnya ,
sebagai guru konselor seharusnya kita harus mengubah sikap/perilaku konseli
tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut dengan selalu membina dan
mengembangkanya.

c. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu asas BK yang menghendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan atau kegiataan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya .
Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan
pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling.Dengan adanya keterbukaan ini dapat
ditumbuhkan kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk
membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan
psikisnya.Konselor yang sukses adalah konselor yang bisa memudahkan konseli
untuk membuka dirinya dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya
sendiri.Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang erat antara
keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka diri (self exploration).”
Asas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura
dalam memberikan keterangan maupun informasi.Dalam hal ini konselor/ guru
pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli.Agar konseli
dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak

7
berpura-pura. Hal demikian akan mendorong konseli mengekspresikan
pengalaman pribadinya.
Keterusterangan dan kejujuran si terbimbing akan terjadi jika si terbimbing
tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesuka relaan ; maksudnya , si
terbimbing telah betul-betul telah mempercayai konselornya lebih jauh,
keterbukaan akan semakin berkembang apabila klien tahu bahwa kinselornya
terbuka.
Keterbukaan di sini di tinjau dari dua arah. Dari pihak klien di harapkan
pertama-tama mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya
dapat di ketahui oleh orang lain, dan kedunya mau membuka diri dalam arti mau
menerima saran-saran dan masukan lain lainya dari pihak luar.
Contoh asas keterbukaan : ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup
sebagai konselor kita harus dapat mengubah konseli untuk bicara secara terbuka
dan tidak berpura-pura dalam menceritakan maslah pribadinya sendiri ,sehingga
konseli dapat berbicara jujur dan merasa nyaman dalam menyampaikan
masalahhnya.

d. Asas Kekinian
Asas kekinian yaitu asas bimbingan yang mengkehendaki agar obyek sasaran
layanan BK ialah permasalahan peserta didik dalam kondisi masa sekarang.
Layanan yang berkenan dengan masa depan atau masa lamoau dilihat dampak
atau kaitan dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang .Pada
umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan
bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas,
yaitu masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari rasa
penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam
menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa
dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini.
Sesuai apa yang terkemukan di atas, maka diharapkan konselor dapat
mengarahkan konseli untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya
sekarang.

8
Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya :
“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al
Ashr : 1-3).

Contoh asas kekinian ; konselor tidak banyak fokus pada masalah yang telah di
hadapi , tetapi konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan
psikisnya.

e. Asas Kemandirian
Asas kemandirian yaitu asas BK yang menunjuk pada tujuan umum BK,yaitu :
peserta didik sebagai sasaran layanan BK diharapkan menjadi individu –individu
yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan ,mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri.
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar
konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli.Ciri-ciri
kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap kemandirian
tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap konseli
atas keluhan-keluhan yang diungkapkan.Individu yang terbimbing setelah dibantu
diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana mestinya.
2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4) Mengarahkan diri sesui dengan keputusan itu.
5) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat dan kemampuan-
kemampuan yang di miliki.

9
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandiran sebagai
hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu didasari
baik oleh konselor maupun klien.
Contoh asaa kemandirian : ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada
kita dia menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meluruskan
hidupnya, sebagai konselo yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa
semangat hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal
dan menerima dirinya dan lingkungan ,dan mampu mengambil sebuah keputusan agar
konseli tersebut menjadi diri yang mandiri .

f. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan atau kegiatan BK.
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor
memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli
harus mampu melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan.Asas ini
menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif atas kegiatan yang
diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus berusaha/ mendorong
agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.
Asas ini merujuk pada pola konseling”multidimensional” yang tidak hanya
mengandalkan transaksi perbal antara klien dan konselor. Dalam selenggara, yaitu
klien aktif menjalani proses konseling dan aktif pula melaksanakan/menerapkan
hasil-hasil konseling.
Contoh asas kegiatan : seorang konselor harus bisa membuat suatu program
kegiatan seperti ospek maupun MOS (siswa baru ) agar konseli /peserta didik
dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu untuk mnyesuaikan dirinya
dengan lingkungan yang baru.

10
g. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,tidak
monoton,dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembanganya dari waktu ke waktu . Keberhasilan usaha pelayanan
bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah
laku konseli ke arah yang lebih baik.
Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu
membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan
masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini
adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama
sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan
cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.Asas
kedinamisan mengacuh pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan
menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasil nya.
Contoh asas kedinamisan :seorang konselor harus mampu mengikuti
pergerakan zaman, agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahn yang
pada seorang konseli yang semakin kompleks misalnya keluarga broken serta
pergaulan bebas dikalangan pemuda.

h. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan yaitu asas BK yang mengkenhendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan BK, baik yang di lakuakn oleh guru BK/konselor maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis dan terpaduan. Pelayanan bimbingan dan
konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang
dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang
diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli.
Dalam hal ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali
sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang saling
mengerti dan saling membantu demi terbantunya konseli yang mengalami
masalah.

11
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan
yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta
berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam
upaya bimbingan dan konseling .
Contoh asas keterpaduan : seorang konseli melakuakn kerjasama dengan
seorang psikologi seks mupun dokter kandungan ,dan mengundang kesekolah
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar
konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas
tentang seks, upayah mereka tidak terjerat dalam pergaulan besar.

i. Asas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar segenap layanan
dan kegiatan BK didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan
norma-norma yang ada, yaitu norma agama, hukum dan peraturan ,adat istiadat
ilmu pengetahuan ,dan kebiasaan yang berlaku.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan
lingkungannya. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling,
Konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke dalam
hubungan konseling, baik secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus
diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya
itu kepada konselinya. Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini
adalah didasarkan pada norma-norma yang berlaku yaitu norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
Kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/
konseli dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
Contoh asas kenormatifan : seorang konselor dalam menjalankan tugasnya ,
harus sesui dengan norma, hukum , adat istiadat sehingga terciptanya suasana
yang harmonis diantara konseli dan konselor karena seorang konselor yang
profesional harus bisa menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseling.

12
j. Asas Keahlian
Asas keahlian yaitu asas BK yang mengkehendaki agar layanan dan kegiatan
BK diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Untuk menjamin
keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang
hasil konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan
konseling ini harus benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau
dalam istilah lain adalah profesional.
Contoh asas keahlian : apabila ada seorang peserta didik/konselor yang datang
pada seorang konselor , seorang harus bersikap seprti konselor bukan bersikap
seprti dokter maupun yang lainya yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan
pada konseling.

k. Asas Alih Tangan


Asas alih tangan yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pihak –pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan layanan BK secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani
masalah-masalah yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi
konseli adalah unik (kedalamannya, keluasannya, dan kedinamisannya),
disamping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah
terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses
konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan (referal)
konseli pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang
sedang dihadapi oleh konseli tersebut.
Contoh asas alih tangan :ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami
tidak lulus sekolah , seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks
ini ,seorang konselor harus melakuakn kerjasama dengan pihak yang lebih
kompeten dalam kasus ini seperti membawa konseli tersebut pada seorang
psikiater maupun dokter.

13
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tutwuri handayani yaitu asas BK yang mengkehendaki agar pelayanan
BK secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi
rasa aman),mengembangkan keteladanan, memberikan ransangan dan dorongan
serta kesempataan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju.
Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling
bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu
tujuan.Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
dirasakan adanya pada saat konseli mengalami masalah dan menghadapkannya
kepada konselor/ guru pembimbing saja.Kegiatan bimbingan dan konseling harus
senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana konseli telah
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Asas ini menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya
kepada konseling untuk maju.
Contoh asas tut wuri handayani : seorang konselor harus menjadi guru teladan,
dan menyenangkan agar peserta didik/ konseli tidak takut menceritakan
masalahnya kepada kita dan mampu mengayomi pasaerta didik.

B. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Penerapan Asas BK

1. Peran Guru Kelas/Mata Pelajaran


Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali
lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas
tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata
pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius,

14
bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan
menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung
jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
b. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan
dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu
peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman
(2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:

a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.

15
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran
dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan


mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses
pembelajaran peserta didik, yang mencakup :

a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik
& humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching
problems).
c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

16
2. Peran Wali Kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
Wali Kelas berperan:
a. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya
dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan
dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus.
e. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing/konselor.
f. Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.

3. Peran Guru Pembimbing/ Konselor


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang harus dimili oleh seorang guru
penyuluh / konselor.
a. Kwalifikasi Dan Pendidikan Guru Penyuluh
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang guru penyuluh sekurang-
kurangnya harus seorang sarjana muda. Ia harus memiliki kwalifikasi yang
memungkinkannya untuk dapat melaksanakan tugas penyuluhan dengan berhasil
baik. Diantarannya : kecakapan scholastic, minat terhadap pekerjaannya, dan
berkepribadian yang baik.
b. Kewajiban Dan Tanggungjawab Guru Penyuluh
Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan
Bimbingan Pendidikan ( Educational Guidance ), dan Bimbingan dalam masalah-
masalah pribadi ( Personal Guidance ). Iapun harus menetapkan kasus-kasus
yang perlu mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan meneliti
catatan-catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota-
anggota staff sekolah lainya, melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri
dan menggunakan teknik sosiometrik.

17
C. Kode Etik Bimbingan Dan Konseling (BK)

1. Pengertian Kode Etik BK


Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung
dalam bidang bimbingan dan konseling demi kebaikan. Kode etik didalam bidang
bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap dalam
keadaan baik, serta di harapkan akan menjadi semakin baik. Kode etik mengandung
ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa
akibat yang tidak menyenangkan.

2. Tujuan Kode Etik


a. Panduan perilaku berkarakter dan profesional bagi anggota organisasi dalam
memberikan pelayanan BK.
b. Membantu anggota organisasi dalam membangun kegiatan pelayanan yang
professional.
c. Mendukung misi organisasi profesi, yaitu ABKIN.
d. Landasan dan arah menghadapi permasalahan dari dan mengenai diri anggota
asosiasi.
e. Melindungi anggota asosiasi dan sasaran layanan (konseli).
f. Etika organisasi profesi BK adalah kaidah nilai dan moral sebagai rujukan bagi
anggota organisasi melaksanakan tugas atau tanggungjawabnya dalam layanan
BK kepada konseling.
g. Wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran pengurus dan anggota
organisasi tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.
h. Etika organisasi profesi BK adalah kaidah nilai dan moral sebagai rujukan bagi
anggota organisasi melaksanakan tugas atau tanggungjawabnya dalam layanan
BK kepada konseling.
i. Wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran pengurus dan anggota
organisasi tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.

18
3. Manfaat Kode Etik
Munro dalam Peter W.F.Davies (1997:97-106), menegaskan, sekurang-
kurangnya terdapat empat manfaat kode etik profesi.
a. Kode etik profesi dapat meningkatkan kredibilitas korporasi atau perusahaan.
Adanya kode etik profesi, secara internal mengikat semua pihak dengan norma-
norma moral yang sama sehingga akan mempermudah pimpinan untuk
mengambil keputusan dan kebijakan yang sama untuk kasus-kasus sejenis.
b. Kode etik profesi menyediakan kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri,
bagi sebuah korporasi dan bisnis-bisnis pada umumnya. Pada aras ini, kode etik
profesi dapat mendewasakan sebuah korporasi dalam arti kode etik profesi dapat
membantu semua yang terlibat secara internal dalm korporasi itu untuk
meminimalisir ketimpangan-ketimpangan yang biasanya terjadi pada masa
sebelum ada kode etik profesi. Pada tataran kongret, hadirnya kode etik profesi
dapat meminimalisir campur tangan pemerintah khususnya dalam ikatannnya
dengan kasus-kasus ketenagakerjaan dan prosedur perdagangan.
c. Kode etik profesi dapat menjadi alat atau sarana untuk menilai dan mengapresiasi
tanggung jawab sosial perusahaan. Dari segi efisiensi, rumusan dalam kode etik
profesi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya tidak terlalu
umum. Sebaliknya, harus disertai dengan keterangan yang cukup agar
menghindarkan korporasi atau perusahaan dari kecenderungan untuk
melaksankan tanggung jawab sosial hanya pada tataran minmal.
d. Kode etik profesi merupakan alat yang ampuh untuk menghilangkan hal-hal yang
belum jelas menyangkut norma-norma moral, khususnya ketika terjadi konflik
nilai.

4. Kode Etik Bimbingan Konseling ( BK)


Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling
Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 20006 tentang penetapan kode etikprofesi
bimbingan dan konsseling, maka sebaian dari kode etik itu adalah sebagai berikut:
a. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan wawasan.
1) Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia
wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya
sendiri, yang dapat mempengarui hubunganya dengan orang lain dan
mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien.

19
2) Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar,
menepati jajni, dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat
3) Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan –rekan seprofesi
dalam hubunyanga dengan pelaksanaan ketentuan-keteentuaan tingkah laku
profesional sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini
4) Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial,
dan popularitas
5) Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur
khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah
ilmiah.
b. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.
1) Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat
menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang
bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien.
Penggunaan data/ informasi untuk keperlian riiset atau pendidikan calon
konselor dimungkinkan, sepanjang identitas kien di rahasiakan
2) Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi
lain membutuhka persetujuan klien
3) Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau
yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak
meruikan klien.
4) Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada
orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.
c. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan
1) Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan
antara klien dengan konselor
2) Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor, meskipun
proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya
konselor tidak akan melanjutkan hubugan apabila klien ternyata tidak
memperoleh manfaat dari hubungan itu.
d. Hubungan dengan Klien
1) Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.

20
2) Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan
pribadinya.
3) Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas
dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
4) Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang
tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
5) Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-lebih dalam
keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.
6) Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki
oleh klien.
7) Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang
dibinadan batas-batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan
profesional.
8) Kon selor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul
masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak
yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor.
9) Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-teman
karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
e. Konsultasi dengan Rekan Sejawat
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor
merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat
selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari
kliennya.
f. Alih Tangan Kasus
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli.

21
Adapun Kode Etik Bimbingan dan Konseling yang secara umm biasa
diterapkan antara lain sebagai berikut: :

1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan
dan konseling harus memegah teguh prinsip bimbingan dan konseling..
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang
baik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh
karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggungjawab
yang bukan wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi
orang maka seorang pembing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat pada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien,
pembimbing harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan:
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang
tidak baik bagi klien.
d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan
keahliannya atau di luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan dan
konseling.
6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang
memerlukan pengabdian sepenuhnya.

22
D. Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Bimbingan Konseling

1. Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional


(UUSPN) tempo dahulu.
UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disahkan bulan
Maret 1989 di lingkungan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Timbul
berbagai kegusaran dan rasa was-was mengenai status tenaga bimbingan dalam
UUSPN, juga kekhawatiran mengenai implikasi dari pernyataan dalam UUSPN
terhadap masa depan jurussan PPB, nasib para lulusannya dan profesi bimbingan
secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena ada inkonsistensi antara Pasal 1 ayat
8 dengan Pasal 27 ayat 1, 2 dan 3.
Pasal 1 (8): “Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas
membimbing, mengajar, dan atau melatih peserta didik”. (catatan: disini kata
membimbing disebut lebih dahulu).
Pasal 27 (1): “Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan
mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan
layanan teknis dalam bidang pendidikan”.
Pasal 27 (2): “Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan,
pustakawan, laboran, serta teknisi sumber belajar”.
Pasal 27 (3): “Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus
diangkat dengan tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen”.

2. Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional


(UUSPN) tempo sekarang.
Dengan disahkannya UU NO 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
memberikan makna tersendiri bagi pengembangan profesi bimbingan dan konseling,
dan melahirkan berbagai Peraturan Pemerintah sebagai peletakan dasar pelaksanaan
Undang-undang tersebut. PP no 27, 28, 29, dan 30 tahun 1990 mengatur tata laksana
pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi serta mengakui sepenuhnya tenaga guru dan tenaga lain yang berperan dalam
dunia pendidikan, selain guru.

23
Peluang lain yang memberikan angin baru badi pengembangan bimbingan dan
konseling adalah SK. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 026/1989, yang
menyatakan, “adanya pekerjaan bimbingan dan konseling yang berkedudukan
seimbang dan sejajar dengan kegiatan belajar”. PP tersebut memberikan legalisasi
yang cukup mantap bagi keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Aspek legal keberadaan konselor juga dipeyung UURI No. 20 tahun 2003
tentang Sistim Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 yang menyatakan, “Pendidik
adalah tenaga kepandidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan ke khususannya, serta bepartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan” (PB ABKIN, 2005: 3-4

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asas-asas bimbingan dan konseling adalah merupakan subuah dasar yang
dijadikan pedoman dalam melaksanakan pelayanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang mendasari layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, asas-asas tersebut sesuai dengan apa yang sudah
dikemukakan di atas. Kedua belas asas bimbingan dan konseling tersebut pada
dasarnya menegaskan bahwa para konselor merupakan para ahli yang memiliki
kemampuan untuk membimbing konselinya, baik secara ikhlas maupun profesional
sehingga mereka mampu meningkatkan taraf kehidupannya yang lebih baik, terutama
berkaitan dengan persoalan mentalitas konseli, baik dalam menghadapi
lingkungannya maupun orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Demikianlah beberapa asas-asas penting yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, peran guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005)
mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan
kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur
dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat

B. Saran
Dari uraian tersebut di atas, asas bimbingan dan konseling merupakan hal
yang sangat penting yang harus dipegang teguh oleh para konselor/ guru pembimbing
dalam memberikan pelayanan pada konseli/ siswa.Maka dari itu penulis dapat
memberikan saran kepada semua pihak yang terlibat sebagai pelaksana pendidikan
atau bisa disebut sebagai seorang guru (pembimbing) dan calon guru (mahasiswa
jurusan pendidikan), agar tetap selalu bertanggungjawab atas keberhasilan siswa
dalam rangka mencetak kepribadian yang luhur. Dan bagi calon guru diharapkan
mencari refrensi lain yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling, karena kami
(penulis) merasa isi makalah ini ada kekurangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anas Salahudin. 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung:CV Pustaka Setia.

John Mcleod. 2008. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua
(Jakarta: Pustaka Ilmu, 2004) .

Sofyan S. Willis. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV Alfabeta.

W.S Winkel. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a:
Gramedia.

26

Anda mungkin juga menyukai