Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRINSIP UMUM DAN PRINSIP KHUSUS BIMBINGAN KONSELING

(Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Bimbingan Konseling)

Dosen Pengampu : Riana Anjarsari, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 3

Halimatus Sa’diyah [2001012004]


Nur Wahyuni [2001011082]

KELAS E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO (IAIN METRO)

T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Bimbingan Konseling tentang “Prinsip Umum dan Prinsip Khusus Bimbingan
Konseling” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad Saw. yang telah menunjukkan jalan yang
lurus berupa ajaran Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Makalah yang berjudul “Prinsip Umum dan Prinsip Khusus Bimbingan


Konseling” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Bimbingan Konseling yang diampu oleh Ibu Riana Anjarsari, M.Pd. Selain itu,
kami juga berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi
para pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Riana Anjarsari, M.Pd.


Karena tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses penyusunan tugas makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Metro, 11 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling...................... 2
B. Prinsip Umum Bimbingan Konseling........................................ 3
C. Prinsip Khusus Bimbingan Konseling....................................... 9
BAB III PENUTUP....................................................................................... 11
A. Kesimpulan............................................................................... 11
B. Saran.......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai
pengetahuan dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda
dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini
ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih
dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap pontensi tanpa
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan
keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap
individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.
Bimbingan dan konseling dilakakukan sebagai suatu upaya pemberian
bantuan untuk menunjukkan perkembangan manusia secara optimal baik
secara kelompok maupun individu sesuai dengan hakikat kemanusiannya
dengan berbagai potensi yang dimilikinya, kelebihan dan kekurangan,
kelemahan serta setiap permasalahan yang ada didalam dirinya.
Disekolah, gerakan atau program bimbingan dan konseling sangat
diperlukan karena dengan adanya bimbingan dan koseling dapat membantu
siswa dalam mencapai standar dan kemampuan profesional dan akademik
siswa. Disamping itu dalam program bimbingan dan konseling selain
memberikan pelayanan, program bimbingan dan koseling juga memiliki
prinsip-prinsip yang terkait dengan bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari prinsip-prinsip bimbingan konseling?
2. Apa saja prinsip-prinsip umum dan khusus bimbingan konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari prinsip-prinsip bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip umum dan khusus bimbingan
konseling.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling


Prinsip berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulaan dengan
cara tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung
pada pemula itu. Prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoretis
dan teori lapangan yang terarah dan digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. (Halaen, 2002:63)
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main
yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan main
yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan “Prinsip merupakan hasil kajian teoretis dan
telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan”. Dari pendapat ini dapat dinyatakan bahwa prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktik
yang dirumuskan dan dijadikan pedoman, sekaligus dasar bagi
penyelenggaraan pelayanan.1
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang
digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan
pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan
manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Misalnya Van Hoose
(1969) mengemukakan bahwa:
1. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak
terkandung kebaikan-kebaikan, setiap anak mempunyai potensi dan

1
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 43.

2
pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan
potensinya itu.
2. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik,
seseoarang anak berbeda dari yang lain.
3. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam
peertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang
sehat.
4. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya
untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan
umumnya.
5. Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan
bimbingan diperlukan minat pribadi yang khusus pula.2
Berdasarkan butir-butir pernyataan yang telah dikemukakan oleh van
Hosse itu adalah benar, akan tetapi belum merupakan prinsip-prinsp yang
jelas aplikasinya dalam praktik bimbingan dan konseling. Oleh karena itu
agar butir-butir pernyataan dari van Hosse dapat dijadikan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling maka perlu ditambahkan pula aspek-aspek
operasionalnya.

B. Prinsip Umum Bimbingan Konseling


Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penangan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut
ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang diramu dari
sejumlah sumber (Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960;
Miller & Frueshing, 1978).

2
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm. 218.

3
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan Sasaran Layanan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial
ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah
laku individu yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan konseling memerhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
d. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
2. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Permasalahan Individu
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian
dirinya di rumah, sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak
sosial, pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap
kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu, yang kesemuanya menjadi
perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.3
3. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari
upaya pendidikan dan pengembangan individu. Oleh karena itu,
program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga
program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi.

3
Hamdani dan Afifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
hlm. 106.

4
c. Isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus
terarah dan teratur.
4. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahan.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling, keputusan yang diambil
akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan
individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
pembimbing atau pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam
bidang yang akan relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru lain, dan orangtua akan
menentukan hasil bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil
pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.4
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah, sekolah menjadi suatu lembaga yang wajah dan sosoknya
sangat jelas. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara baik, hal ini
mengingat bahwa sekolah merupakan lahan yang secara potensial
sangat subur, keadaan sekolah semakin cenderung menuntut adanya
pelayanan bimbingan dan konseling yang lebih tinggi.
Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di
sekolah akan tetapi pelaksanaannya belum sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam kaitan ini Belkin (1975) menegaskan enam prinsip

4
Ibid, hlm. 106-107.

5
untuk menegakkan dan menumbuhkan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.5
a. Pertama, konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan
program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk
melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberikan
kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk
mengetahui program-program yang hendak di jalankan itu.
b. Kedua, konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional
tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor
dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini,
konselor harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi
menghindari sikap elitis atau kesombongan atau keangkuhan
personal.
c. Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya
sebagai konselor profesional dan menerjemahkan perananya itu
kedalam kegiatan nyata. Konselor harus pula mampu dengan
sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia
akan bekerja sama tentang tujuan yang hedak dicapai oleh konselor
serta tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor.
d. Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik
siswa-siswi yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang
berkemungkinanan putus sekolah, yang mengalamui permasalahan
emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswi
yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang
pemalu, dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap
menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor, dan
profesional sekolah lainnya.
e. Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan
kompetensi untuk membantu siswa-siswi yang mengalami masalah
dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswi yang menderita

5
Prayitno dan Erman Amti, op.cit., hlm. 223.

6
gangguan emosional, khusussnya melalui penerapan program-
program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di
luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
f. Keenam, konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan
kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap
kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya. Konselor
memiliki kesempatan yang baik untuk menegakkan citra
bimbingan dan konseling profesional apabila ia memiliki hubungan
yang saling menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala
sekolah.
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakan dan
penumbuh-kembangan pelayan bimbingan dan konseling di sekolah
hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional yang tahu dan
mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar
akan profesinya, dan mampu menerjemahkannya kedalam program
dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki
komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap
variasinya di sekolah, dan mampu bekerjasama serta membina
hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah. Konselor
yang demikian itu tidak akan muncul dengan sendiri, melainkan
melalui perkembangan dan peneguhan dan keterampilan wawasan dan
pemahaman profesional yang mantap.6

Selain itu ada beberapa prinsip dasar yang di pandangan sebagai fondasi
atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah/madrasah maupun di luar
sekolah/madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.

6
Ibid, hlm. 224.

7
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua siswa
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua siswa,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif
dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok daripada perorangan (individual)
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi
Setiap siswa bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan, siswa dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa fokus sasaran
bantuan adalah siswa, meskipun pelayanan bimbingannya
menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif
Dalam kenyataannya masih ada siswa yang memiliki persepsi negatif
terhadap bimbingan karena menganggap bimbingan sebagai satu cara
menekan aspirasi. Padahal, bimbingan sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, serta merupakan
cara untuk membangun pandangan positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor,
melainksn juga tugas guru dan kepala sekolah sesuai dengan tugas dan
peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.7
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan dan konseling
Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada siswa, yang sangat penting
baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan siswa diarahkan oleh

7
Hamdani dan Afifuddin, op.cit., hlm. 108-109.

8
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk
mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, melainkan
kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan
adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai seting
(adegan) kehidupan
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
sekolah/madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada
umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multiaspek, yaitu
meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.8

C. Prinsip Khusus Bimbingan Konseling


1. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang
Memberikan Bimbingan
a. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian,
pendidikan, pengalaman, dan kemampuannya. Karena pekerjaan
bimbingan merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian dan
keterampilan-keterampilan tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu
tidak dapat dilakukan oleh semua orang.
b. Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan
dirinya serta keahliannya melalui berbagai latihan penataran.
Karena ilmu tentang bimbingan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.
c. Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia
mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai

8
Ibid, hlm. 109.

9
bahan untuk membantu individu yang bersangkutan ke arah
penyesuaian diri yang lebih baik.
d. Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi
tentang individu yang dibimbingnya.
e. Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan
tehnik yang tepat dalam melakukan tugasnya.
f. Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil
penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar
individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.9
2. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan
Administrasi Bimbingan
a. Bimbingan harus dilakukan secara berkesinambungan.
b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi
(cumulative record) bagi setiap individu (siswa).
c. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebuthuhan
sekolah yang bersangkutan.
d. Pembagian aktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
e. Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam
situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang
dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
f. Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar
sekolah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan
dengan bimbingan dan penyuluhan pada umumnya.
g. Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan bimbingan.10

9
Gusman Lesmana, Kapita Selekta Pelayanan Konseling, (Medan: Umsu Press, 2021),
hlm. 17-18.
10
Ibid, hlm. 18-19.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pemaduan hasil-hasil
kajian teoritik dan praktik yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan suatu pelayanan. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis,
hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya,
pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penangan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, sekolah
menjadi suatu lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang secara baik, hal ini mengingat bahwa sekolah merupakan lahan
yang secara potensial sangat subur, keadaan sekolah semakin cenderung
menuntut adanya pelayanan bimbingan dan konseling yang lebih tinggi.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani dan Afifuddin. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV


Pustaka Setia.

Lesmana, Gusman. 2021. Kapita Selekta Pelayanan Konseling. Medan: Umsu


Press.

Prayitno dan Erman Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

12

Anda mungkin juga menyukai