Disusun oleh :
Kelompok 7
KELAS E
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO (IAIN METRO)
T.A. 1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Kepramukaan tentang “Pokok-pokok Tindakan Pertolongan, Pembalutan,
Pembidaian dan Transportasi” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad Saw. yang telah
menunjukkan jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).......................... 3
B. Pokok-pokok Tindakan Pertolongan dan Pembalutan.............. 7
C. Pembidaian dan Transportasi.................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 20
B. Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)?
2. Bagaimana pokok-pokok tindakan pertolongan dan pembalutan?
3. Bagaimana langkah-langkah pembidaian dan transportasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K).
2. Untuk mengetahui pokok-pokok tindakan pertolongan dan pembalutan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembidaian dan transportasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
diisi oleh orang pertama yang terdekat dengan korban yang telah memiliki
keterampilan pertolongan pertama. Pertolongan yang diberikan harus
menjadi satu kesatuan pertolongan korban dari lapangan sampai
perawatan lanjutan di rumah sakit (Armstrong et al, 2002).2
Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah pertolongan sementara
yang diberikan kepada seseorang yang mendapat kecelakaan mendadak
sebelum mendapat pertolongan dari dokter maupun ahlinya
(Hasan,91:2005). Pertolongan pertama ini sangat penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya hal yang dapat memperparah keadaan penderita
kecelakaan.3 Artinya pertolongan yang diberikan tersebut hanya
penanganan sementara dan bukan sebagai pengobatan yang sempurna,
yang mana hanya merupakan pertolongan sementara yang dilakukan oleh
petugas P3K orang awam yang pertama kali melihat korban mengalami
cidera (Suharni, 2011).4
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pertolongan pertama pada kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan
sementara terhadap korban yang dilakukan secepat dan setepat mungkin
sebelum mendapatkan pertolongan dokter agar kondisi korban tidak
menjadi lebih parah.
4
kematian. Terdapat langkah yang harus diambil ketika menghadapi
pendarahan. Pertama, tutup luka dengan kain kasa atau kain apapun
yang ada di sekitar, berikan tekanan pada sumber darah untuk
menghentikan aliran darah. Jangan lepaskan kainnya, kalau perlu
tambahkan lapisan kain. Kain tersebut akan membantu pembentukan
gumpalan untuk menghentikan aliran.
b. Pertolongan Pertama untuk Luka Bakar
Luka bakar dapat ditimbulkan oleh panas baik itu api, air panas,
arus listrik dan sebagainya atau oleh zat- zat kimia. Pengetahuan
tentang luasnya luka bakar sangat diperlukan karena pokok – pokok
tindakan pertolongan pertama pada luka bakar ialah : (1) mencegah
atau mengobati shock.(2) mengurangi rasa sakit dan (3) mencegah
infeksi, mohamad (1996 : 70) Apabila pernafasan buatan diperlukan
maka hal ini harus dikerjakan lebih dahulu. Pada kecelakaan karena
arus listrik misalnya pernapasan harus di dahulukan. Pertolongan
terhadap luka bakarnya dikerjakan kemudian. Pertolongan pertama
pada jenis luka bakar di kemukakan oleh Mohamad (1996 : 70) yaitu :5
1) Pada luka bakar yang kurang dari 20 % (tanpa luka terbuka)
Tindakan pertolongan pertama yang harus diberikan adalah rendam
bagian yang terbakar dalam air es atau air dingin. Dapat pula
dengan menggompresnya dengan handuk yang direndam air es.
Tindakan ini dilakukan sampai rasa sakit tidak terasa lagi, apabila
bagian yang terbakar itu diangkat dari air. Ini dapat berlangsung
antara 30 menit sampai kadang- kadang mencapai 5 jam.
2) Pada luka bakar yang luas
Tindakan pertolongan pertama yang diberikan pada kasus ini adalah
dengan menutup bagian – bagian yang terbakar dengan kain yang
bersih. Sedemikan rupa sehingga bagian itu tidak berhubungan
langsung dengan udara. Ini untuk mencegah infeksi dari kuman-
kuman yang ada diudara. Baringkan penderita dengan kepala lebih
5
Syahrizal., Saifuddin, dan Abdurrahman., hlm. 12.
5
rendah dari bagian tubuh lainnya dan kemudian kirim kerumah
sakit.
3) Pada luka bakar akibat zat- zat kimia
Luka bakar akibat basa keras lebih merusak dari pada akibat asam
keras. Kecepatan mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat
kimia sangat menentukan dalam usaha membatasi akibat –
akibatnya.Sambil melepaskan pakaian penderita, siramlah bagian
yang terbakar dengan air mengalir. Untuk luka bakar yang
disebabkan oleh asam keras cukup diguyur dengan air mengalir atau
dengan larutan soda kue .sedangkan pada luka bakar basa keras
selain diguyur air beri pula larutan cuka dapur untuk menetralkan
basa penyebabnya.
c. Pertolongan Pertama untuk Kulit Melepuh
Jika mengalami lecet kecil, tidak pecah, dan tidak terlalu sakit,
mungkin masih bisa dibiarkan saja dan pulih dengan sendirinya. Tetapi
tetap perlu menutup luka untuk mencegah gesekan dan tekanan yang
menyebabkan pembengkakan dan pecah dengn sendirinya. Apabila
lebuhan cukup besar dan menyakitkan (terutama jika aktivitas belum
selesai), maka perlu mengeringkannya dan menutupinya supaya tidak
lecet. Gunakan jarum yang disterilkan dan buat tusukan kecil pada
bagian tepi lepuhan dan keluarkan cairan. Kemudian oleskan salep
antibiotik dan tutup bekasnya untuk melindunginya dari gosokan dan
tekanan.
d. Pertolongan Pertama untuk Patah Tulang
Hampir semua cidera ekstrem seperti patah tulang perlu dilakukan
pertolongan pertama, bahkan jika perlu sampai mendapatkan
perawatan sinar-X. Baik itu patah ringan maupun berat memiliki
pertolongan yang sama, karena dampaknya dapat menyebabkan tidak
bisa berjalan atau beraktivitas dengan baik. Lakukan langkah-langkah
berikut jika ada dugaan patah tulang:
1) Jangan mencoba untuk meluruskannya
6
2) Stabilkan ekstremitas menggunakan bantalan supaya tidak
bergerak
3) Letakkan kompres dingin pada luka, hindari menempelkan es
secara langsung pada kulit.
4) Berikan obat antiinflamasi seperti ibuprofen dan naproxen.
e. Pertolongan Pertama untuk Keseleo
Pertolongan pertama yang dilakukan untuk keseleo hampir sama
dengan tulang yang patah. Jika ragu, pertolongan pertama untuk
keseleo harus sama dengan tulang yang patah. Immobilisasi anggota
tubuh, berikan kompres dingin, dan gunakan obat antiimflamasi.6
6
https://id.scribd.com/document/541141233/KELOMPOK-4-KEPRAMUKAAN (diakses
pada tanggal 21 Maret 2023)
7
gawat darurat (merah), gawat (putih atau abu-abu), darurat (kuning),
tidak gawat tidak darurat (hijau), atau mati (hitam). Dan ini
menggambarkan dengan cara memprioritaskan live saving. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
Airways open : bebaskan jalan napas dari segala yang menyumbat
Breathing restored : memberikan nafas buatan apabila korban
tidak bernafas. Sampai saat ini metode yang paling efektif adalah
dari mulut ke mulut.
Circulation maitained : jika denyut nadi menghilang (negatif),
lakukan resusitasi jantung dan paru.
c. Hentikan Pendarahan
Darah-darah yang keluar dari pembuluh-pembuluh darah besar
dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan
menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih, tekanlah tempat
pendarahan kuat-kuat dengan tangan Anda. Kemudian ikatlah sapu
tangan dengan dasi, baju, atau apapun juga yang dapat menekan luka
itu. Letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya,
kecuali kalau keadaannya tidak mengizinkan.
d. Perhatikan Tanda-Tanda Shock
Korban ditelentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari
bagian tubuh lainnya. Apabila korban muntah-muntah dalam keadaan
setengah sadar, baringkanlah telungkup dengan letak kepala lebih
rendah dari bagian tubuh lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk
korban-korban yang dikhawatirkan tersedak darah, muntahan atau air
ke dalam paru-parunya. Apabila korban mengalami cidera di dada dan
menderita sesak nafas (dalam keadaan masih sadar), letakkanlah dalam
keadaan setengah duduk.
e. Jangan Memindahkan Korban secara Terburu-Buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat
dipastikan jenis serta keparahan cidera yang dialaminya. Kecuali
apabila tempat kecelakaan tidak memungkinkan korban dibiarkan di
8
tempat tersebut (misalnya di tempat kebakaran). Apabila korban
hendak diusung, terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan , serta
tulang-tulang yang patah harus dibidai. Dalam mengusung korban,
usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung. Dan setiap kali
harus diperhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat
oleh kotoran atau muntahan. Jika korban diusung oleh dua orang,
letakkanlah kepalanya di dekat pengusung yang di belakang. Dengan
demikian pengusung akan dapat memperhatikan hal-hal tadi.
Dalam kedaan massal, urutan prioritas korban yang diusung ke
tempat pertolongan lanjutan adalah sebagai berikut:
1) Korban dengan luka di dada dan leher yang disertai sesak nafas.
2) Korban dengan luka di dada atau perut yang disertai pendarahan
dalam rongga-rongga tersebut.
3) Korban dengan luka terbuka di perut
4) Korban yang diberikan torniket (balutan yang menjepit sehingga
aliran darah di bawahnya terhenti sama sekali).
5) Korban dengan cidera di kepala
6) Korban dengan luka bakar yang lebih dari 20% luasnya.
7) Korban dengan patah tulang pinggul, paha, dan betis.7
2. Pembalutan
Membalut merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai
dengan baik oleh dokter dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Istilah
pembalut merujuk pada aplikasi secara luas maupun secara sempit
pembalutan untuk tujuan terapeutik. Apapun alasannya, perlu diingat
bahwa jika tidak diterapkan dengan benar, membalut dapat lebih cepat
dan mudah menyebabkan injury. Tekanan pembalutan harus tidak
melebihi tekanan hidrostatik intravaskuler, jika membalut bertujuan untuk
7
Ibid.
9
mengurangi pembentukan oedema tanpa meningkatkan tahanan vaskuler
yang dapat merusak aliran darah.8
a. Tujuan Pembalutan
Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser dari tempatnya
Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka
Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian
itu tidak bergeser
Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
Melindungi atau mempertahankan dressing lain pada tempatnya
b. Macam-macam Pembalutan
1) Mitella
Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga. Bahan pembalut terbuat
dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm. Pembalut ini dipergunakan
pada bagian kaki yang tebentuk bulat atau untuk menggantung
bagian anggota badan yang cedera. Pembalut ini biasa dipakai pada
cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak
kaki, dan untuk menggantung lengan.
2) Dasi
Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti
dasi. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu
sisi segitiga agar beberapa lapis dan berbentukseperti pita dengan
kedua ujung-ujungnya lancip dan lebamya antara 5-10cm. Pembalut
ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan
kaki terkilir.
3) Pita
Pita adalah pembalut gulung. Pembalut ini dapat dibuat dari kain
katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering
8
Saryono, SKP., MKes., Modul SkillabA-Jilid I : Pembalutan, (Lab. Keterampilan Medik
PPD Unsoed), hlm. 1.
10
adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah
dan tidak mudah bergeser ( Kendor). Macam-macam pembalut dan
penggunaannya:
Lebar 2,5 cm : Biasa untuk jari-jari
Lebar 5cm : Biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm : Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah,
betis dan kaki
Lebar 10 cm : Biasa untuk paha dan sendi pinggul
Lebar >10-15cm : Biasa untuk dada, perut, dan punggung
4) Plester
Plester adalah pembalut berperekat. Pembalut in untuk merekatkan
penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Khusus untuk penutup luka,
biasa dilengkapi dengan obat anti septik.
5) Pembalut yang spesifik
Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan
kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan
dipergunakan, sering dipakai pada luka-luka lebar yang terdapat
pada badan.
Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat
pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka-luka kecil
6) Kassa Steril
Yaitu kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup
luka kecil yang sudah diberi obat-obatan (antibiotik, antiplagestik).
Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.9
c. Prosedur Pembalutan
1) Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan
a) Bagian dari tubuh yang mana ?
b) Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
9
Ibid, hlm. 2-3.
11
c) Bagaimana luas luka tersebut ?
d) Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak?
2) Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan, dapat salah satu atau
kombinasi
3) Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau
dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau
dislokasi perlu direposisi
4) Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang
memang perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan
pokok penderita
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan
beriapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
Tidak mudah kendor atau lepas10
d. Cara-cara Pembalutan
1) Cara membalut dengan mitella
a) Salah satu sisi mitella dilipat 3 - 4 cm sebanyak 1 - 3 kali
b) Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang
akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu
diikatkan
c) Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan
pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat
dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan
kepentingannya
2) Cara pembalutan dengan dasi
a) Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga
berbentuk pita dengan masing-masing ujung lancip
10
Saryono, SKP., MKes., op.cit., hlm. 3.
12
b) Bebatkan pada tempat yangakan dibalut sampai kedua ujungnya
dapat diikatkan
c) Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik
d) Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
3) Cara membalut dengan pita
a) Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih
pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai
b) Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salaah satu
ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup
sepanjang bagian tubuh , yang akan dibalut kemudian dari distal
ke proksimal dibebatkan dengan. arah bebatan saling menyilang
dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan
berikutnya
c) Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang
lain secukupnya
4) Cara membalut dengan plester
a) Jika ada luka terbuka
Luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru
lekatkan pembalut plester.
b) Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir)
Balutan plester dibuat "strapping" dengan membebat berlapis-
lapis dari distal ke proksimal, dan untuk membatasi gerakkan
tertentu perlu masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
5) Penggunaan pembalut yang steril
Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada saat
akan digunakan.11
11
Ibid, hlm. 3-4.
13
C. Pembidaian dan Transportasi
1. Pembidaian
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah bantuan pertama yang
diberikan kepada orang yang cedera akibat kecelakaan dengan tujuan
menyelamatkan nyawa, menghindari cedera atau kondisi yang lebih parah
dan mempercepat penyembuhan. Ekstremitas yang mengalami trauma
harus diimobilisasi dengan bidai. Bidai (splint atau spalk) adalah alat yang
terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan untuk
imobilisasi tulang yang patah dengan tujuan mengistirahatkan tulang
tersebut dan mencegah timbulnya rasa nyeri.12
Tanda tanda fraktur atau patah tulang:
Bagian yang patah membengkak (oedema)
Daerah yang patah terasa nyeri (dolor)
Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah
Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi (fungsiolesia).
a. Tujuan Pembidaian
Mahasiswa menguasai penggunaan bidai untuk imobilisasi dengan
maksud:
1) Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang
yang patah.
2) Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh
darah pada bagian distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen
tulang yang tajam.
3) Mengurangi nyeri
4) Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.
5) Mengistirahatkan anggota badan yang patah.
b. Macam-Macam Bidai
1) Splint improvisasi
Tongkat: payung, kayu, koran, majalah
12
Jarot Subandono, dkk., Buku Pedoman Keterampilan Klinis: Pembebatan dan
Pembidaian. (Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2019),
hlm. 12.
14
Dipergunakan dalam keadaan emergency untuk memfiksasi
ekstremitas bawah atau lengan dengan badan.
2) Splint konvensional
Universal splint extremitas atas dan bawah
c. Persiapan Pembidaian
1) Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan
periksa status vaskuler dan neurologis serta jangkauan gerakan.
2) Pilihlah bidai yang tepat.
d. Alat-alat Pokok yang Dibutuhkan untuk Pembidaian
1) Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan.
2) Pembalut segitiga.
3) Kasa steril.
e. Prinsip Pembidaian
1) Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua
sendi, sendi di sebelah proksimal dan distal fraktur.
2) Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera
dilepas, periksa adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan
dislokasi.
3) Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis
(status vaskuler dan neurologis) pada bagian distal yang mengalami
cedera sebelum dan sesudah pembidaian.
4) Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
5) Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah
trauma (dicurigai patah atau dislokasi).
6) Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian
kecuali ada di tempat bahaya. Jangan menambahkan gerakan pada
area yang sudah dicurigai adanya fraktur (Do no harm).
7) Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.
Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun
terlalu ketat sehingga menjamin pemakaian bidai yang baik
15
Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.13
f. Syarat-syarat Pembidaian
1) Siapkan alat alat selengkapnya.
2) Sepatu dan seluruh aksesoris korban yang mengikat harus dilepas.
3) Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya bidai
diukur dulu pada anggota badan kontralateral korban yang sehat.
4) Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu longgar.
5) Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan kain pembalut.
6) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tulang yang patah.
7) Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai.
8) Penggunaan bidai , jumlah 2 bidai saja diperbolehkan , tetapi 3 bidai
akan lebih baik dan stabil hanya prinsip nya adalah dalam
pemasangan bidai tidak boleh menambah pergerakan atau nyeri
pada pasien.14
g. Prosedur Pembidaian
1) Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2) Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai.
3) Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur panjang bidai pada
sisi kontralateral pasien yang tidak mengalami kelainan.
4) Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar
5) Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan
6) Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan
distal dari tulang yang patah
7) Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang
dibidai.15
13
Ibid, hlm. 12-14.
14
Jarot Subandono, dkk., op.cit., hlm. 14.
15
Ibid, hlm. 14.
16
2. Transportasi
Transportasi merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat
darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah
sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah
sehingga harus dirujuk ke dokter. Tata cara pemindahan korban:
a. Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat,
pengawasan korban, pelihara udara agar tetap segar.
b. Syarat pemindahan korban:
1) korban tentang keadaan umumnya cukup baik
2) tidak ada gangguan pernapasan
3) pendarahan sudah di atasi
4) luka sudah dibalut
5) patah tulang sudah dibidai
Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan
pemantauan dari korban tentang:
Keadaan umum korban
Sistem persyarafan (kesadaran)
Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
Sistem pernapasan
Bagian yang mengalami cedera.16
Pengangkutan korban merupakan upaya penting dalam proses
pemberian pertolongan. Cara-cara pengangkutan korban yang mengalami
cedera secara benar.perlu diketahui dan dikuasai:
1) Pengangkutan di tempat kejadian (tempat yang berbahaya)
2) Sambil jongkok lutut penolong disamping kiri korban. Lengan dan
tangan kanan penolong dimasukkan dibawah leher korban, kemudian
tangan kanan penolong di sebelah ketiak kanan korban sehingga
sampai ke depan dadanya.
16
https://hamkasukau.wordpress.com/p3k-pramukapatah-tulangpingsanpernapasan-
buatanbentuk-pembalutangambar-pembalutan/ (diakses pada tanggal 21 Maret 2023)
17
3) Tangan kiri penolong menyilangkan lengan kanan korban didadanya,
kemudian tangan kanan penolong memegang tangan kanan korban.
4) Kemudian lengan dan tangan kiri penolong dimasukkan dibawah
ketiak kiri korban dan memegang lengan kanan korban.
5) Kedua tangan penofong saling bertaut melingkari lengan bawah kanan
korban.
6) Kemudian kaki kiri penofong diletakkan setinggi pinggang korban.
7) Sambil membongkokkan tubuh kedepan (prinsip mengungkit) badan
korban dapat terangkat.
8) Korban didekatkan ke dada penolong, kemudian penolong berdiri dan
menarik korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring.
9) Di tempat yang aman korban dibaringkan lagi secara hati-hati untuk
dilakukan resusitasi. Penderita harus dilakukan resusitasi dalam usaha
membuat penderita sestabil mungkin sebelum dilakukan trasnportasi
ke tempat yang mempunyai fasilitas /untuk melakukan tindakan
definitif.
Selama dalam perjalanan/transportasi yang harus diperhatikan :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Bantuan kardio repirasi bila diperiukan
3) Pemberian obat sesuai prosedur
4) Menjaga komunikasi dengan dokter selama transportasi
5) Melakukan dokumentasi selama transportasi17
Adapun transportasi penunjang dalam tindakan pertolongan antara lain:18
a. Mobil
Korban dapat dibawa untuk bantuan medis dengan menggunakan
mobil, dalam keadaan berikut:
Korban hanya mengalami cidera ringan seperti luka potong atau
bakar ringan, sendi yang terkilir atau keseleo (bila luka terkilir
sudah dilakukan pembidaian)
17
Saryono, SKP., MKes., op.cit., hlm. 12.
18
https://id.scribd.com/document/541141233/KELOMPOK-4-KEPRAMUKAAN
(diakses pada tanggal 21 Maret 2023)
18
Patahan tulang minor pada tulang jari tangan atau kaki
Korban dicurigai keracunan, dan jangan lupa untuk membawa
kemasan racun yang diduga.
Jika penolong ragu, lebih baik memanggil ambulans dibanding
membawa korban dalam mobil pribadi.
b. Memindahkan korban dengan mobil biasa
Jika memungkinkan, pilihlah mobil dengan kapasitas besar (agar
posisi korban lebih aman)
Letakkan korban pada kursi belakang, dengan bantalan yang cukup
sebagai penyangga tubuh yang baik, lengkap dengan jaket atau
selimut untuk menjaga suhu tubuh korban. Penolong harus berada
di kursi belakang bersama korban.
Apabila korban tidak sadar, posisikan korban dalam posisi
pemulihan
Menyetirlah secara perlahan dan stabil ke rumah sakit terdekat,
sebaiknya telfon rumah sakit yang dituju sebelum memindahkan
korban dan mencari jalan yang bebas hambatan.
c. Strecher atau Tandu
Cidera yang cukup serius sehingga korban membutuhkan tandu.
Untuk memindahkan korban tidak boleh dilakukan oleh penolong
atau pemberi bantuan yang tidak berpengalaman, segera panggil
ambulans.
Pada keadaan emergensi dan tidak tersedia tandu, gunakan daun
pintu, meja, atau dengan papan sebagai pengganti atau modifikasi
tandu. Gunakan jaket atau selimut untuk mengalasi dan sebagai
bantalan pada bagian seperti belakang leher, panggul, dan lipatan
lutut.
Jangan menggunakan tandu yang tidak dimodifikasi, kecuali apabila
tandu tersebut dapat menyokong korban dengan penuh.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah suatu bentuk
pertolongan sementara terhadap korban yang dilakukan secepat dan setepat
mungkin sebelum mendapatkan pertolongan dokter agar kondisi korban tidak
menjadi lebih parah. Perlu diperhatikan pokok-pokok tindakan pertolongan,
yaitu: (1) jangan panik, (2) perhatikan pernapasan korban, (3) hentikan
pendarahan, (4) perhatikan tanda-tanda shock, dan (5) jangan memindahkan
korban secara terburu-buru. Membalut merupakan salah satu keterampilan
yang harus dikuasai dengan baik yang bertujuan untuk mengurangi
pembentukan oedema tanpa meningkatkan tahanan vaskuler yang dapat
merusak aliran darah. Bidai (splint atau spalk) adalah alat yang terbuat dari
kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan untuk imobilisasi tulang
yang patah dengan tujuan mengistirahatkan tulang tersebut dan mencegah
timbulnya rasa nyeri. Adapun transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik,
seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup
parah sehingga harus dirujuk ke dokter. Transportasi penunjang dalam
tindakan pertolongan bisa menggunakan mobil maupun strecher atau tandu.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Putu Adi., Ni Luh Kadek Alit Arsani, dan Ni Made Sri Dewi Lestari.
2019. “Pendampingan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pada Siswa
SMA Wisata Darma Di Desa Lembongan.” Jurnal Widya Laksana, Vol. 8
No. 1.
https://id.scribd.com/document/541141233/KELOMPOK-4-KEPRAMUKAAN
(diakses pada tanggal 21 Maret 2023)
https://hamkasukau.wordpress.com/p3k-pramukapatah-tulangpingsanpernapasan-
buatanbentuk-pembalutangambar-pembalutan/ (diakses pada tanggal 21
Maret 2023)
21