Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN SD/MI


A. Pengertian dan Landasan Media Pembelajaran
SD/MI
1. Pengertian Media Pembelajaran SD/MI
Media merupakan bentuk jamak dari medium (perantara)
yang artinya sarana komunikasi. Kata media berasal dari
bahasa Latin. Dalam bahasa Latin media diartikan sebagai
antara. Istilah ini dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan untuk membawa informasi dari sebuah sumber
kepada sebuah penerima (Smaldino, dkk. 2014:7).
Beberapa pakar dan juga organisasi memberikan batasan
mengenai pengertian media. Diantaranya mengemukakan
bahwa media adalah sebagai berikut:
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah
perluasan dari guru (Schram, 1982)
b. National Education Asociation (NEA) (1969)
memberikan batasan bahwa media merupakan sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,
termasuk teknologi perangkat kerasnya.
c. Briggs (1977) berpendapat bahwa media merupakan alat
untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi
proses belajar.
d. Asociation of Education Comunication Tecnology
(AECT) (1976) memberikan batasan bahwa media
merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan
untuk proses penyaluran pesan
e. Gagne (1975) berpendapat bahwa media merupakan
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang untuk siswa belajar
f. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemampuan siswa untuk belajar (Miarso,
1989).
g. Alat saluran komunikasi. Contohnya seperti film, televisi,
diagram, bahan tercetak (printed material), komputer dan
instruktur (Heinich, 1993).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media di SD/MI adalah sebagai suatu alat atau sejenisnya yang
dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan.
Dikaitkan dengan pembelajaran SD/MI, media diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses
pembelajaran di SD/MI untuk membawa informasi berupa
materi ajar dari guru kepada siswa sehingga siswa menjadi
lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan bagian integral dari
dalam sistem pembelajaran. Media pembelajaran dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan (message), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar (Asyhari dan Silvia, 2016).
Heinich, dkk (1985) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung
maksud-maksud pembelajaran.
Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video
recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, televisi,
dan komputer.
Rossie dan Breidle dalam Sanjaya (2013),
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti
radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.
Selain pendapat di atas, ada juga yang berpendapat
bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah
alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head
Projector, radio, televisi dan sebagainya. Sedangkan software
adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi
yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan
cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi
yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain
sebagainya (Sanjaya, 2013:205)
Media pembelajaran bukan hanya alat atau perantara
seperti televisi, radio, slide, bahan cetakan, tetapi juga meliputi
orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa
kegiatan seperti diskusi, seminar, simulasi, karyawisata, dan
sebagainya untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
mengubah sikap siswa serta untuk menambah keterampilan.
Pendapat sejalan juga dikemukakan oleh Gerlach dan Ely
(1980), bahwa media pembelajaran adalah A medium,
conceived is any person, material or event that establishs
condition which enable the learner to acquire knowledge, skill
and attitude. Menurut Gelach dan Ely, media meliputi orang,
bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Berdasarkan pengertian tentang media pembelajaran di
atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran di SD/MI
adalah suatu alat yang dapat digunakan sebagai perantara untuk
menyampaikan isi pelajaran atau materi pelajaran SD/MI dari
guru kepada siswa agar siswa mudah untuk memahami materi
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa ciri umum yang
dikemukakan mengenai media pembelajaran di SD/MI,
diantaranya sebagai berikut:
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang
dikenal sebagai hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan
pancaindera dan pengertian non-fisik yang dikenal
software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang
ingin disampaikan kepada siswa.
b. Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan
visual
c. Media pembelajaran digunakan dalam rangka
komunikasi interaksi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran
d. Media pembelajaran merupakan komponen sumber
belajar (pesan, orang, material, teknik dan lingkungan)
e. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen
yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

2. Landasan Media Pembelajaran SD/MI


Agar interaksi proses pembelajaran di SD/MI dapat
berjalan efektif dan efisien maka perlu digunakan media
pembelajaran yang tepat. Ketepatan tersebut tergantung pada
tujuan pembelajaran, pesan (isi) pembelajaran dan karakteristik
siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Jennah (2009:8-12), ada beberapa landasan penggunaan media
pembelajaran, antara lain: landasan filosofis, psikologis,
teknologis dan empirik.
a. Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya
berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, dapat
mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi
(anak akan dianggap seperti robot yang dapat belajar sendiri
dengan mesin). Dengan kata lain penerapan teknologi dalam
pembelajaran akan terjadi “dehumanizes” (dehumanisasi).
Benarkah pendapat tersebut. Bukankah dengan adanya
berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai
banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai
dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa
dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk
menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai
dengan kemampuannya, jadi penerapan teknologi tidak berarti
dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak
perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru
terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan
pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik
menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan
pendekatan humanisme (tidak terjadi dehumanisari).
b. Landasan Psikologis
Dari hasil kajian psikologis tentang proses belajar yang
terkait dengan penggunaan media pembelajaran, dapat
dikemukakan antara lain hal-hal berikut:
1) Belajar adalah proses kompleks dan unik
Hakekat perbuatan belajar adalah usaha terjadinya
perubahan perilaku bagi orang yang belajar. Perubahan
perilaku hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Belajar adalah proses yang kompleks
dan unik. Kompleks karena kegiatan belajar mengikutsertakan
segala aspek kepribadian, baik jasmani maupun rohani. Unik
artinya setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda satu
dengan yang lain, yang disebabkan karena adanya perbedaan
karakteristik individual seperti minat, bakat, kemampuan,
kecerdasan, dan tipe belajar (auditif, visual, motorik). Dengan
memahami bahwa belajar adalah proses yang kompleks dan
unik, maka dalam mengelola proses pembelajaran harus
diusahakan dapat memberikan fasilitas belajar yang sesuai
dengan perbedaan individual siswa. Dengan memperhatikan
kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan
pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2) Persepsi
Persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indra.
Orang akan memperoleh pengertian dan pemahaman tentang
dunia luar dengan jelas jika ia mempengaruhi kejelasan
persepsi antara lain yaitu keadaan alat indra (mata, telinga, dan
sebagainya), perhatian, minta, dan pengalaman serta kejelasan
objek yang diamatinya. Dengan memahami makna persepsi
serta faktor-fkator yang berpengaruh terhadap kejelasan
persepsi, maka untuk mengefektifkan proses pembelajaran
perlu diusahakan agar:
a) Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat
menarik perhatian siswa dan memberikan kejelasan objek
yang diamatinya
b) Bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan
dengan pengalaman siswa (bahan apersepsi)

3) Kontinum Konkrit-Abstrak
Anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
daripada yang abstrak. Dalam proses pembelajaran
terdapat rentangan untuk menunjukkan hal yang konkrit
(wujud benda nyata) sampai yang abstrak (simbol bahasa
lisan). Kaitannya dengan konkrit-abstrak dalam
penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat
yaitu:
a) Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan pengalaman langsung (enactive) ke
belajar dengan film atau gambar (iconic representasion
or experience), kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu
menggunakan kata-kata (symbolic representasion).
Menurut Bruner hal ini juga berlaku tidak hanya untuk
anak tetapi juga untuk orang dewasa.
b) Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya
nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam
proses penanaman konsep. Ia membuat jenjang berbagai
jenis media mulai yang paling nyata (konkrit) ke yang
paling abstrak, yaitu
c) Edgar Dale membuat jenjang konkrit abstrak dengan
dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman
nyata, kemudian menuju ke siswa sebagai pengamat
kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat
terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan
terkahir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan
dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan
dengan bagan dalam bentuk kerucut yang disebut kerucut
pengalaman (Cone of Experience), sebagai berikut:
Abstrak

Konkret Gambar Kerucut pengalaman Edgar Dale


Sumber : Media pembelajaran (Arsyad, 2011)
Kerucut pengalaman menjadi acuan secara luas untuk
menentukan alat bantu atau media pembelajaran apa yang
sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara
mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar
Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar
yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit media
pembelajaran yang digunakan siswa dalam proses
pembelajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka
semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya
semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya
haya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sadirman, dkk., 1996)

c. Landasan Teknologis
Landasan teknologis penggunaan media pembelajaran
dapat dilihat dari dua konsepsi yaitu teknologi dalam
pembelajaran (pendidikan) dan teknologi pembelajaran.
1) Teknologi dalam pembelajaran (Pendidikan)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat khususnya dibidang mekanik dan elektronik, dapat
memperkaya sumber dan media pembelajaran seperti foto,
slide, film dan video. Dengan demikian maka hasil teknologi
baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan proses
pembelajaran penggunaan atau media hasil teknologi baru
dalam kegiatan pembelajaran (pendidikan) biasa disebut
dengan istilah teknologi dalam pembelajaran (pendidikan).
2) Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran (instruksional) adalah bagian
teknologi pendidikan, berdasarkan konsep bahwa pembelajaran
adalah bagian dari pendidikan. Teknologi pembelajaran adalah
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi, untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan
dan terkontrol.
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah itu
berupa: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran
yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam
pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini
mencakup pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan
latar (AECT).
d. Landasan Empirik
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada
interaksi antara penggunaan media instruksional dan
karakteristik siswa dalam menentukan hasil belajar. Dengan
kata lain siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila
ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe
belajar visual akan lebih mendapatkan keuntungan dari
penggunaan media visual, seperti gambar, diagram, video atau
film. Sedangkan siswa yang memiliki tipe belajar auditif lebih
mendapatkan keuntungan dari media audio seperti: radio,
rekaman suara, atau ceramah guru. Jika ingin menguntungkan
kedua tipe belajar tersebut akan lebih tepat menggunakan
media audio visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik siswa,
materi pelajaran dan media itu sendiri. Atas dasar ini maka
prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual siswa
menjadi semakin mantap.
B. Prinsip dan Tujuan Media Pembelajaran SD/MI
1. Prinsip Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2013:224-226), prinsip media
pembelajaran terdiri atas prinsip pemilihan media pembelajaran
dan prinsip penggunaan media pembelajaran.
a. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pemilihan media pembelajaran di SD/MI, diantaranya:
1) Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif
atau psikomotor. Perlu dipahami tidak ada satupun media
yang dapat dipakai cocok untuk semua tujuan. Setiap
media memiliki karakteristik tertentu, yang harus
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pemakaiannya.
2) Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas.
Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan pada
kesempatan guru atau sekedar selingan dan hiburan,
melainkan harus menjadi bagian integral dalam
keseluruhan proses pembelajaran untuk meningkatkan
efektiivtas dan efisiensi pembelajaran siswa
3) Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik
siswa.
4) Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa
dan gaya serta kemampuan guru. Oleh karena itu, guru
perlu memahami karakteristik dan prosedur penggunaan
media yang dipilih
5) Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi
lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk
kebutuhan pembelajaran.
Selain prinsip di atas, ada beberapa pertimbangan juga
yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran di
SD/MI yang tepat, yaitu: Access, cost, technology,
interactivity, organization, dan novelty atau yang dirumuskan
dengan kata ACTION.
1) Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam
pemilihan media. Apakah media yang kita perlukan itu
tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa?
Misalnya kita ingin menggunakan media Internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran
untuk koneksi ke Internet? Akses juga menyangkut aspek
kebijakan, misalnya apakah siswa diijinkan untuk
menggunakannya?.
2) Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media
yang dapat menjadi pilihan kita. Media canggih biasanya
mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung
dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang
menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan
semakin menurun.
3) Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu.
Tetapi kita perlu perhatikan apakah teknologinya tersedia
dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin
menggunakan medai audiovisual di kelas. Perlu kita
pertimbangkan, apakah ada jaringan listrik, apakah
voltase listriknya memadai?.
4) Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan
komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan
pembelajaran yang Anda kembangkan tentu saja
memerlukan media yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
5) Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan
organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah
mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya?
6) Novelty
Kebaruan dari media yang Anda pilih juga harus menjadi
pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik
dan lebih menarik bagi siswa.
b. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam
penggunaan media pembelajaran di SD/MI pada setiap
kegiatan pembelajaran adalah bahwa media digunakan dan
diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya
memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan
media pembelajaran harus dipandang dari sudut kebutuhan
siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media
dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.
Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan
pelajaran yang akan diajarkan, maka guru mempersiapkan
media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk
kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan
menggunakan prinsip-prisip media pembelajaran, melainkan
seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada
transparan hingga menyerupai koran.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang
diperhatikan, diantaranya:
1) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media
tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-
mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru
menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk
membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi
pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan
dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus
sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
Contohnya, untuk membelajarkan siswa memahami
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, maka guru
perlu mempersiapkan semacam grafik yang
mencerminkan pertumbuhan itu.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit
memahami pelajaran manakala digunakan media yang
bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang
memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan
sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan
melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan
dan gaya yang berbeda. Guru perlu memperhatikan setiap
kemampuan dan gaya tersebut.
4) Media yang akan digunakan harus memperhatikan
efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan
peralatan mahal belum tentu efektif untuk mencapai
tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat
sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media
yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas
penggunanya.
5) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan
kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sering
media yang kompleks terutama media-media mutakhir
seperti media komputer dan media elektronik
memerlukan kemampuan khusus dalam
mengoperasikannya. Media secanggih apapun, itdak akan
dapat menolong tanpa kemampuan teknis
mengoperasikannya. Oleh karena itulah, sebaiknya guru
mempelajari lebih dulu bagaimana mengoperasikan dan
memanfaatkan media yang akan digunakan.

2. Tujuan Media Pembelajaran


Secara leksikal, tujuan berarti arah yang ingin dicapai.
Dalam kaitannya dengan media pembelajaran, Mayer (2009)
menyatakan tujuan media pembelajaran adalah menciptakan
“meaningfull learning” “pembelajaran bermakna’ karena
dengan adanya suatu instrumen pengantar pesan-pesan
pembelajaran, siswa akan mengalami aktivitas kognitif dan
psikomotorik dalam pembelajaran. Aktivitas ini disebabkan
oleh berfungsinya media dalam mentransfer pesan-pesan
pembelajaran sehingga menyebabkan bekerjanya kompetensi
siswa dalam meretensi pesan-pesan pembelajaran tersebut.
Adapun Sanaky (2015) mengemukakan bahwa tujuan media
pembelajaran adalah mengantarkan materi pembelajaran dari
guru kepada siswa dengan cara yang mudah dan efisien,
menjaga konsentrasi siswa, serta meningkatkan efektivitas dan
kualitas pembelajaran. Pendapat lain juga dikemukakan oleh,
Sudjana dan Rivai (2010) bahwa tujuan media pembelajaran
adalah untuk meminimalisir penyampaian materi pembelajaran
secara verbal, membantu siswa lebih memahami secara konkrit
materi pembelajaran, memvariasikan strategi-strategi
pembelajaran, dan menciptakan pembelajaran berbasis student-
centered. Smaldino, dkk (2014) menyatakan bahwa media
yang tepat berkontribusi terhadap tercapainya pembelajaran
yang efektif. Hal itu disebabkan oleh para siswa akan terbantu
dalam meraih potensi mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan media pembelajaran SD/MI adalah untuk meminimalisir
penyampaian materi pembelajaran secara verbal, membantu
siswa memahami secara konkrit materi pembelajaran,
menciptakan pembelajaran yang bermakna dan bersifat
student-centered serta tercapainya pembelajaran di SD/MI yang
efektif.
C. Fungsi Media Pembelajaran SD/MI
Ditinjau dari proses pembelajaran di SD/MI maka fungsi
media pembelajaran SD/MI adalah sebagai pembawa informasi
dari sumber (guru) ke penerima (siswa). Sedangkan metode
adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan
memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut S. Gerlach dan P. Ely (1980), fungsi media
dalam pembelajaran dapat bersifat fiksatif, manipulatif dan
distirbutif.
1. Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan
untuk menangkap, menyimpan dan kemudian
menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian.
2. Bersifat Manipulatif, artinya menampilkan kembali
obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan
manipulasi sesuai keperluan, mislanya dirubah:
ukurannya, benda yang besar dapat dikecilkan dan
sebaliknya, kecepatannya, warnanya serta dapat diulang-
ulang penyajiannya, sehingga semuanya dapat diatur
untuk dibawa keruangan kelas.
3. Bersifat Distributif, artinya bahwa penggunaan media
dapt menjangkau sasaran yang lebih luas atau media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam
satu kali penyajian secara serempak. Misalnya siaran
televisi, radio dan surat kabar.
Derek dalam Jennah (2009:20) mengemukakan bahwa
fungsi media dalam pembelajaran, antara lain:
1. Dapat membangkitkan motivasi siswa dalam menerima
pesan
2. Menimbulkan respon siswa dalam menanggapi stimulus
yang terkandung dalam media
3. Dapat memberikan masukan (umpan balik lebih cepat)
4. Dapat merangsang siswa untuk mengadakan latihan
Harry dalam Jennah (2009:20), mengemukakan bahwa
fungsi media pembelajaran, yaitu:
1. Dapat merubah situasi belaajr yang semula bersifat
teoritis dan abstrak menjadi lebih praktis dan konkrit.
2. Dapat menimbulkan motivasi anak untuk lebih aktif dan
memustakan perhatian pada objek yang dipelajari
3. Dapat memperjelas isi pembelajaran dan membangkitkan
rasa ingin tahu terhadap isi pembelajaran.
Levi dan Lentz dalam Jennah (2009:20-21),
mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya
media visual, yaitu:
1. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks
yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif, media visual dapat terlihat dari temuan-
temuan penelitian yang megungkapkan bahwa lambang
visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris, media visual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Selain itu, fungsi media pembelajaran bagi pengajar
yaitu:
1. Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
2. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik
3. Memberikan kerangkan sistematis mengajar dengan baik
4. Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran
5. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi
pelajaran
6. Meningkatkan kualitas pelajaran
Adapun fungsi media pembelajaran bagi siswa adalah
untuk:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa
2. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar siswa
3. Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan
siswa untuk belajar
4. Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara
sistematis sehingga memudahkan siswa untuk belajar
5. Merangsang siswa untuk berfokus dan beranalisis
6. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan
7. Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan
sistemasi yang disajikan pengajar lewat media
pembelajaran (sanaky, 2009:5)

D. Manfaat Media Pembelajaran SD/MI


Berbagai manfaat media pembelajaran telah
dikemukakan oleh banyak ahli. Salah satunya Menurut Kemp
dan Dayton (1985:3-4), manfaat media pembelajaran antara
lain: penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, lebih menarik,
lebih interaktif, waktu pembelajaran dapat dipersingkat,
kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat
diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan, sikap
positif iswa dapat ditingkatkan, peran siswa dapat berubah
kearah yang lebih positif.
Sudjana dan Rivai (2010:2) mengemukakan manfaat
media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya
menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata berkomunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti menamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
penggunaan media pembelajaran SD/MI didalam proses
pembelajaran sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses serta hasil
belajar
2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa,
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi
yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.
3. Mengatasi keterbatasan indra ruang dan waktu.
Contohnya objek atau benda yang terlalu besar untuk
ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti dengan
gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
4. Memberikan kesempatan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan
guru, masyarakat dan lingkungannya melalui karya
wisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun
binatang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S Sadiman, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Asociation of Education Comunication Tecnology (AECT).
1976. Evaluating Media Programs District and School.
Washington, D. C: Association.
Asyhari, A. & Silvia, H. 2016. Pengembangan Media
Pembelajaran Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku
untuk Pembelajaran IPA Terpadu. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) 1-13. (Online)
(http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-
biruni/article/view/100/91) diakses, 21 Maret 2021.
Briggs, L. J. 1977. Instructional Design: Principles and
Aplication. Englewood Cliffs: Educational Publication
Gagne, R. M. 1975. Essentials of Learning for Instruction.
Illions: The Dryden Press.
Gagrie & Briggs. 1975. Instructional Technology:
Foundations. Hillsddle: Lawrence Erlmaun Assciates,
Publishers.
Gerlach, V.G. & Ely, D. P. 1980. Teaching and Media. A
Systematic Approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hall,
Inc.
Heinich, R., et all. 1993. Instructional Media and Technologies
fir Learning, 5 edition. New York: Macmillan Publishing
Company.
Jennah, R. 2009. Media Pembelajaran. Banjarmasin: Antasari
Press.
Kemp, J. E. & Dayton, D. K. 1985. Planning and Producing
Instructional Media. Cambridge: Harper & Row
Publishers, New York.
Mayer, R. E. 2009. Multimedia Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Miarso. 1989. Definisi Teknologi Pendidikan. Depok: Prenada
Media Group.
National Education Asociation. 1969. Audiovisual Instruction
Departemen New Medai and College Teaching.
Washington, D.C.: NEA.
Sudjana, N. & Rivai, A. 2010. Media Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Sanaky, A. H. H. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Safira Insania Press.
Schram. 1982. Big Media Little Media:Tollsang Very Hills.
California.
Sanjaya, W. 2013. Perencanaan & Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russel, J.D. 2014.
Instructional Techonolgy and Media for Learning
Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar (9th
ed.). Diterjemahkan oleh Arif Rahman. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
BIODATA PENULIS

Marlina, M.Pd lahir di Baruh Jaya


kecamatan Daha Selatan Kabupaten
Hulu Sungai Selatan Kalimantan
Selatan, pada tanggal 21 Mei 1993.
Anak ketiga dari empat bersaudara
pasangan Bapak H. Karna dan Ibu Hj.
Paramah. Penulis memulai pendidikan
di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS)
Baruh Jaya, lulus tahun 2004. Setelah
lulus MIS, penulis melanjutkan sekolah
ke Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Izharussalam Baruh Jaya, lulus tahun 2007. Kemudian dilanjutkan di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Negara, lulus tahun 2010.
Pendidikan berikutnya penulis tempuh di Universitas Negeri
Lambung Mangkurat Banjarmasin mengambil Program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), lulus tahun 2014 dan
Pendidikan Pascasarjana di Universitas Negeri Malang mengambil
Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Guru Kelas, lulus
tahun 2017. Penulis sekarang bertugas sebagai Dosen PGSD di
Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai