3) Kontinum Konkrit-Abstrak
Anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
daripada yang abstrak. Dalam proses pembelajaran
terdapat rentangan untuk menunjukkan hal yang konkrit
(wujud benda nyata) sampai yang abstrak (simbol bahasa
lisan). Kaitannya dengan konkrit-abstrak dalam
penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat
yaitu:
a) Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan pengalaman langsung (enactive) ke
belajar dengan film atau gambar (iconic representasion
or experience), kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu
menggunakan kata-kata (symbolic representasion).
Menurut Bruner hal ini juga berlaku tidak hanya untuk
anak tetapi juga untuk orang dewasa.
b) Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya
nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam
proses penanaman konsep. Ia membuat jenjang berbagai
jenis media mulai yang paling nyata (konkrit) ke yang
paling abstrak, yaitu
c) Edgar Dale membuat jenjang konkrit abstrak dengan
dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman
nyata, kemudian menuju ke siswa sebagai pengamat
kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat
terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan
terkahir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan
dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan
dengan bagan dalam bentuk kerucut yang disebut kerucut
pengalaman (Cone of Experience), sebagai berikut:
Abstrak
c. Landasan Teknologis
Landasan teknologis penggunaan media pembelajaran
dapat dilihat dari dua konsepsi yaitu teknologi dalam
pembelajaran (pendidikan) dan teknologi pembelajaran.
1) Teknologi dalam pembelajaran (Pendidikan)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat khususnya dibidang mekanik dan elektronik, dapat
memperkaya sumber dan media pembelajaran seperti foto,
slide, film dan video. Dengan demikian maka hasil teknologi
baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan proses
pembelajaran penggunaan atau media hasil teknologi baru
dalam kegiatan pembelajaran (pendidikan) biasa disebut
dengan istilah teknologi dalam pembelajaran (pendidikan).
2) Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran (instruksional) adalah bagian
teknologi pendidikan, berdasarkan konsep bahwa pembelajaran
adalah bagian dari pendidikan. Teknologi pembelajaran adalah
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi, untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan
dan terkontrol.
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah itu
berupa: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran
yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam
pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem
pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini
mencakup pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan
latar (AECT).
d. Landasan Empirik
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada
interaksi antara penggunaan media instruksional dan
karakteristik siswa dalam menentukan hasil belajar. Dengan
kata lain siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila
ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe
belajar visual akan lebih mendapatkan keuntungan dari
penggunaan media visual, seperti gambar, diagram, video atau
film. Sedangkan siswa yang memiliki tipe belajar auditif lebih
mendapatkan keuntungan dari media audio seperti: radio,
rekaman suara, atau ceramah guru. Jika ingin menguntungkan
kedua tipe belajar tersebut akan lebih tepat menggunakan
media audio visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik siswa,
materi pelajaran dan media itu sendiri. Atas dasar ini maka
prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual siswa
menjadi semakin mantap.
B. Prinsip dan Tujuan Media Pembelajaran SD/MI
1. Prinsip Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2013:224-226), prinsip media
pembelajaran terdiri atas prinsip pemilihan media pembelajaran
dan prinsip penggunaan media pembelajaran.
a. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pemilihan media pembelajaran di SD/MI, diantaranya:
1) Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif
atau psikomotor. Perlu dipahami tidak ada satupun media
yang dapat dipakai cocok untuk semua tujuan. Setiap
media memiliki karakteristik tertentu, yang harus
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pemakaiannya.
2) Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas.
Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan pada
kesempatan guru atau sekedar selingan dan hiburan,
melainkan harus menjadi bagian integral dalam
keseluruhan proses pembelajaran untuk meningkatkan
efektiivtas dan efisiensi pembelajaran siswa
3) Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik
siswa.
4) Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa
dan gaya serta kemampuan guru. Oleh karena itu, guru
perlu memahami karakteristik dan prosedur penggunaan
media yang dipilih
5) Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi
lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk
kebutuhan pembelajaran.
Selain prinsip di atas, ada beberapa pertimbangan juga
yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran di
SD/MI yang tepat, yaitu: Access, cost, technology,
interactivity, organization, dan novelty atau yang dirumuskan
dengan kata ACTION.
1) Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam
pemilihan media. Apakah media yang kita perlukan itu
tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa?
Misalnya kita ingin menggunakan media Internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran
untuk koneksi ke Internet? Akses juga menyangkut aspek
kebijakan, misalnya apakah siswa diijinkan untuk
menggunakannya?.
2) Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media
yang dapat menjadi pilihan kita. Media canggih biasanya
mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung
dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang
menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan
semakin menurun.
3) Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu.
Tetapi kita perlu perhatikan apakah teknologinya tersedia
dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin
menggunakan medai audiovisual di kelas. Perlu kita
pertimbangkan, apakah ada jaringan listrik, apakah
voltase listriknya memadai?.
4) Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan
komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan
pembelajaran yang Anda kembangkan tentu saja
memerlukan media yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
5) Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan
organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah
mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya?
6) Novelty
Kebaruan dari media yang Anda pilih juga harus menjadi
pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik
dan lebih menarik bagi siswa.
b. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam
penggunaan media pembelajaran di SD/MI pada setiap
kegiatan pembelajaran adalah bahwa media digunakan dan
diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya
memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan
media pembelajaran harus dipandang dari sudut kebutuhan
siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media
dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.
Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan
pelajaran yang akan diajarkan, maka guru mempersiapkan
media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk
kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan
menggunakan prinsip-prisip media pembelajaran, melainkan
seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada
transparan hingga menyerupai koran.
Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk
membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang
diperhatikan, diantaranya:
1) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media
tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-
mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru
menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk
membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi
pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan
dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus
sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
Contohnya, untuk membelajarkan siswa memahami
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, maka guru
perlu mempersiapkan semacam grafik yang
mencerminkan pertumbuhan itu.
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit
memahami pelajaran manakala digunakan media yang
bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang
memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan
sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan
melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan
dan gaya yang berbeda. Guru perlu memperhatikan setiap
kemampuan dan gaya tersebut.
4) Media yang akan digunakan harus memperhatikan
efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan
peralatan mahal belum tentu efektif untuk mencapai
tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat
sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media
yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas
penggunanya.
5) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan
kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Sering
media yang kompleks terutama media-media mutakhir
seperti media komputer dan media elektronik
memerlukan kemampuan khusus dalam
mengoperasikannya. Media secanggih apapun, itdak akan
dapat menolong tanpa kemampuan teknis
mengoperasikannya. Oleh karena itulah, sebaiknya guru
mempelajari lebih dulu bagaimana mengoperasikan dan
memanfaatkan media yang akan digunakan.