Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Metode dalam Ilmu Pengetahuan

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Subiyanto, S.T., M.T. dan Dr. Suprayogi, M.Pd.

Oleh
Kelompok 1 /Rombel 3 PGSD

Anggota:
Septi Risnawati (0103517049)
Imam Ma’arif Syah (0103517054)
Indianasari (0103517056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metode dalam Ilmu Pengetahuan“.
Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada
penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Subiyanto, S.T., M.T. dan Dr. Suprayogi, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Filsafat Ilmu.
3. Orang tua yang selalu mendukung  setiap aktivitas penulis.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Semarang, 10 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B.   Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C.   Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.   ........................................................................................................
B.   ........................................................................................................
C. ........................................................................................................
D. .........................................................................................................

BAB III PENUTUP


A.   Kesimpulan ...................................................................................
B.   Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
           

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita ketahui bersama bahwa di era post modern saat ini telah begitu
banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan.
Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang
dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu teknologi yang
semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui
sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin
pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat
terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu
sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin
tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut
maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil
yang sesuai dengan keilmuannya.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode
tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin
membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut
berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki
berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.Untuk memperoleh
pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua
pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah.
Selain pembahasan mengenai metode ilmiah, perlu dipelajari juga
mengenai hukum dan teori ilmiah. Sebab akibat timbulnya suatu peristiwa
sangat penting untuk dipelajari agar kita sebagai umat manusia lebih berhati-
hati dalam melangkah. Ketika ada masalah dalam hidup manusia atau dalam
alam ini. Masalah tersebut dapat ditemukan sebabnya. Dengan ditemukannya
sebab tadi, bisa dicari pula pemecahan atau jalan keluarnya.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan metode ilmiah?
1.2.2 Apakah jenis metode ilmu pengetahuan?
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan hukum dan teori ilmiah?
1.3 Tujuan
1.3.1Menjelaskan metode ilmiah.
1.3.2 Mendeskripsikan jenis metode ilmu pengetahuan.
1.3.3 Menjelaskan hukum dan teori ilmiah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah


2.1.1 Hakikat Metode Ilmiah
Menurut Bekker (dalam Surajiyo, 2014:8) metode adalah cara bertindak
menurut sistem aturan tertentu. Senn (dalam Suriasumantri, 2007: 119)
menjelaskan bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara
bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat
terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu (Suriasumantri, 2007: 119).
Menurut Rachman (2006: 124) berpikir merupakan kegiatan mental yang
menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai
cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang
dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang
diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang
memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan
yang benar dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena
itu, metode ilmiah dalam pelaksanaanya menggunakan langkah-langkah yang
melibatkan beberapa cara berfikir yaitu abduksi, deduksi, dan induksi dalam
membangun tubuh pengetahuannya.
2.1.2 Langkah-langkah dalam Metode Ilmiah
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.

6
Menurut Suaedi (2016: 55) langkah-langkah dalam metode ilmiah yaitu
sebagai berikut.
1) Merumuskan masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran
akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya
diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data
tersebut, kemudian menyimpulkannya.
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang
masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis.
Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis
sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Sering
kali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua
data sangat penting. Oleh karena itu, melalui rumusan hipotesis yang
baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang
benar-benar dibutuhkannya. Hal ini disebabkan berpikir ilmiah
dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3) Mengumpulkan data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari
tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data
dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan
metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang
telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting
dalam metode ilmiah sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis.
Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data
yang dikumpulkan.

7
4) Menguji hipotesis
Berpikir ilmiah pada hakikatnya merupakan sebuah proses pengujian
hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti
tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, tetapi menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Oleh karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi
berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian
hipotesis itu sendiri. Setelah itu, barulah data di analisis dengan
menggunakan uji statistik, kemudian hasil uji statistik dijadikan
sebagai bukti apakah hipotesis diterima atau ditolak.
5) Merumuskan kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode
ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan
harus sesuai dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif
secara singkat, tetapi jelas.

2.2 Metode Ilmu Pengetahuan


2.2.1 Metode Abduksi
Menurut C.S. Pierce (dalam Keraf dan Dua (2001: 91) tugas utama
ilmuwan tidak berhenti dengan mengumpulkan data saja, melainkan lebih
dari itu yaitu mencoba mencari dan menemukan eksplanasi atas data.
Ilmuwan tidak pernah puas dengan hanya menerima data begitu saja.
Dibutuhkan pemikiran untuk dapat menjelaskan data tersebut. Dengan
demikian ilmu pengetahuan dibutuhkan oleh ilmuwan dalam menentukan
hipotesis untuk menjelaskan fenomena atau fakta. Semua proses yang
terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran
seorang ilmuwan. Proses yang terjadi dalam pikiran ilmuwan ini disebut
dengan abduksi. Terdapat dua ciri abduksi, yaitu:

8
1) Abduksi menawarkan suatu hipotesis yang memberikan
eksplanasi yang probable. Kebenaran hipotesis masih harus
dibuktikan melalui proses verifikasi.
2) Hipotesis dapat memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain
yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara
langsung.
Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis
Berikut akan dijelaskan beberapa syarat-syarat yang harus
diperhatikan dalam memilih suatu hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis yang dipilih dapat di verifikasi secara eksperimental,
namun sebelum itu pemilihan hipotesis perlu mendapat
pertimbangan ekonomi (dilihat dari finansial dan waktu).
2. Dampak positif dari hipotesis bagi ilmu. Jika sebuah hipotesis
dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan, hipotesis itu
perlu dipertimbangkan untuk di verifikasi lebih lanjut.
3. Nilai suatu hipotesis. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang
dapat diuji sekaligus dapat membantu bagi perkembangan ilmu itu
sendiri secara dinamis.
2.2.2 Metode Deduksi
Menurut Suaedi (2016: 53) Metode deduksi bergerak dari hal-hal
yang bersifat umum kemudian ditetapkan menuju hal-hal yang bersifat
khusus. Sama halnya dengan pendapat Teluma, A (2014; 4) yang
menjelaskan bahwa deduktif bertitik tolak dari yang umum kemudian
menghasilkan yang khusus. Dalam penalaran deduktif yang sah,
kesimpulan berasal dari premis-premis yang sedemikian rupa sehingga
kebenaran premis-premisnya membawa kepada kebenaran kesimpulan.
Tuntutan itu terpenuhi misalnya dalam silogisme:
Semua orang akan mati (premis mayor)
Karel adalah orang (premis mayor)
Jadi karel akan mati (kesimpulan)

9
Jadi dapat dismpulkan bahwa metode deduksi adalah suatu metode
dalam merumuskan kesimpulan dengan bertitik tolak dari yang umum
kemudian menghasilkan yang khusus.
2.2.3 Metode Induksi
Menurut Keraf dan Dua (2001: 99) metode induksi adalah suatu
metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Dan menurut
suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-ilmu empiris ditandai oleh
metode induktif, suatu interfensi bias disebut induktif bila bertolak dari
pernyataan-pernyataan tunggal, seperti gambaran mengenai hasil
pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan-pernyataan
universal. Menurut Suaedi (2016: 53) metode induksi adalah suatu cara
penganalisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus
menuju pada hal-hal yang bersifat umum.
Jadi, cara induksi dari penelitian terhadap suatu kenyataan yang
ditarik terlebih dahulu secara khusus kemudian diadakan generalisasi dan
abstraksi, lalu diakhiri dengan kesimpulan umum. Metode ini kebanyakan
digunakan oleh ilmu pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan alam yang
dijalankan dengan cara observasi dan eksperimentasi. Jadi, metode ini
berdasarkan pada fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya.
Contoh Induksi :
Kita tahu bahwa gajah memiliki mata, kambing juga memiliki mata, dan
demikian pula kucing memiliki mata. Dengan demikian, dapat
disimpulkan secara induktif bahwa semuah hewan memiliki mata.

2.3 Hukum dan Teori Ilmiah


2.3.1 Hukum Hubungan Sebab Akibat
Menurut Keraf dan Dua (2001: 119) hubungan sebab akibat adalah
hubungan antar peristiwa, dimana peristiwa yang satu menjadi sebab dari
peristiwa lainnya atau bahwa yang satu menjadi akibat dan yang lainnya
menjadi sebabnya. Ilmu pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau

10
meneliti hubungan sebab akibat antara berbagai peristiwa dalam alam dan
dalam hidup manusia. Hubungan tersebut disebut sebagai hukum. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum ilmiah atau hubungan sebab
akibat menjadi objek material utama dari ilmu pengetahuan.
Hubungan sebab akibat sering dipahami sebagai hubungan susul-
menyusul di antara dua peristiwa atau lebih yang terjadi dalam alam ini.
Tetapi, tidak semua peristiwa yang terjadi secara susul menyusul dianggap
mempunyai hubungan sebab akibat. Dua peristiwa atau lebih hanya bisa
dianggap mempunyai hubungan sebab akibat jika keduanya berkaitan
langsung tanpa kecuali.
2.3.2 Sifat-sifat Hukum Ilmiah
Menurut Keraf dan Dua (2001: 121) macam-macam sifat ilmiah yaitu
sebagai berikut.
a. Lebih pasti. Dibandingkan dengan hipotesis, hukum ilmiah disini
bersifat lebih pasti, dimana dugaan dalam hipotesis sudah terbukti
benar dengan didukung oleh fakta dan data yang tak terbantahkan dan
terdapat hubungan langsung tanpa terkecuali antara peristiwa yang
satu dengan peristiwa yang lainnya.
b. Berlaku umum atau universal. Karena hukum lebih pasti sifatnya
maka dengan sendirinya akan lebih umum atau universal juga
keberlakuannya. Hukum bersifat umum karena, hukum
mengungkapkan hubungan yang bersifat universal antara dua
peristiwa dengan demikian, sejauh merupakan hukum ilmiah,
siapapun akan sepakat dan menyetujui bahwa memang benar ada
hubungan sebab akibat antara peristiwa sejenis yang satu dengan
peristiwa sejenis yang lainnya.
c. Punya daya terang yang lebih luas. Hal yang paling membedakan
hukum dengan hipotesis adalah bahwa hukum memiliki daya terang
yang lebih luas. Dengan hukum, peristiwa di alam ini yang tadinya
terlihat hanya berdiri sendiri menjadi semakin jelas bahwa memiliki
hubungan satu dengan yang lainnya. Berkat adanya hukum, manusia

11
secara bebas dapat meramalkan berbagai peristiwa tertentu yang
belum terjadi dan dapat merencanakan hidupnya secara lebih pasti dan
teratur.
2.3.3 Hukum, Kebetulan dan Kontinuitas Alam
Menurut Keraf dan Dua (2001: 124) hukum berkembang dari
kebetulan, dengan pengertian bahwa variasi kebetulan secara bertahap
tunduk pada hukum kemudian menjadi mantap dalam pola-pola yang
regular lalu selanjutnya dapat dipahami. Hal ini terjadi secara kontinu.
Pada penemuan dan perumusan hipotesis kita tidak dapat bicara tentang
hukum yang tetap, melainkan tentang tendensi atau kebetulan-kebetulan.
Selain kebetulan, pemunculan regularitas atau hukum alam dapat pula
dipahami dalam konteks kontinuitas. Kontinuitas merupakan kenyataan
dasar dari setiap benda. Kontinuitas sudah ada sejak permulaan, atau
ketika benda-benda belum terbentuk tetapi masih sebagai permulaan yang
mengandung segala kemungkinan (arkhe). Kontinuitas merupakan unsur
yang penting dalam perkembangan alam atau benda-benda tertentu, yakni
kontinuitas dari chaos kepada formation of habits, dari kebetulan kepada
hukum.
2.3.4 Evolusi dan Kontinuitas Pengetahuan
Menurut Keraf dan Dua (2001: 127) evolusi dan kontinuitas tidak
hanya merupakan kenyataan alam, melainkan juga kenyataan
pengetahuan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pikiran manusia selalu
mengalami perkembangan. Selain itu metode ilmu pengetahuan juga
mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Maka dari itu, ilmuwan
melihat ilmu pengetahuan sebagai proses, suatu penelitian yang hidup
tanpa henti. Masih begitu banyak hal yang belum diketahui yang
mengundang perhatian. Karena itu ilmuwan tidak akan pernah berhenti
dan terus berusaha meneliti alam.
2.3.5 Aktivitas Pikiran dan Alam
Menurut Keraf dan Dua (2001: 128) kesuksesan ilmu pengetahuan
adalah aktifitas antara budi manusia dengan alam, karena pikiran manusia

12
dengan alam selalu berhubungan satu sama lain. keberhasilan ilmu
pengetahuan dalam memilih hipotesis juga merupakan akibat dari fakta
bahwa pikiran manusia berjalan bersamaan dengan alam. Ilmuwan yang
baik adalah ilmuwan yang selalu mengecek hipotesisnya dengan
melakukan observasi yang sungguh-sungguh pada fakta, serta berani
mengungkapkan secara jujur kekeliruannya.
2.3.6 Dari Hukum Menuju Teori
Menurut Keraf dan Dua (2001: 129) fungsi dari teori adalah untuk
menjelaskan hukum ilmiah. Oleh karena itu antara hukum dan teori saling
berkaitan dengan erat. Namun walaupun demikian ada perbedaan diantara
keduanya, yaitu: hukum lebih bersifat empiris dan harus diperiksa dan
ditolak berdasarkan fakta empiris. Sebaliknya teori lebih merupakan
pandangan umum yang sulit diperiksa langsung secara empiris. Ada
beberapa fungsi teori, yaitu:
a. Teori merupakan upaya tentatif untuk membangun hubungan yang
cukup luas antara sejumlah hukum ilmiah.
b. Teori berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang mempunyai
hubungan satu sama lain sehingga hukum-hukum tersebut dapat
dipahami dan masuk akal.
Arti dari teori menjelaskan hukum adalah:
 Jika kita menerima teori tersebut sebagai suatu hal yang benar, maka
kita dapat membuktikan bahwa hukum yang harus dijelaskan juga benar
dengan sendirinya.
 Teori menjelaskan hukum dengan memberi pernyataan yang jauh lebih
dikenal umum atau diterima.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode ilmiah dalam dalam
pelaksanaanya melibatkan beberapa cara berpikir yaitu:
a. Abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan
hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan, hanya menghasilkan hipotesis
sebagai penjelas sementara yang harus dibuktikan dengan induksi dan
deduksi.
b. Deduksi adalah suatu metode yang bertitik tolak dari yang umum
kemudian menghasilkan yang khusus.
c. Induksi adalah suatu cara penganalisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal
yang bersifat khusus menuju pada hal yang bersifat umum.
Hukum dan teori ilmiah kajiannya yaitu: hubungan sebab akibat, sifat-sifat
hukum ilmiah, kebetulan dan kontinuitas alam, evolusi dan kontinuitas
pengetahuan, aktivitas pikiran dana lam dan dari hukum menuju teori.
3.2 Saran
Metode yang digunakan dalam menganalisis suatu masalah berbeda-beda.
Maka kita diharapkan bisa menganalisis dulu permasalahannya dan
menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, S & Dua, M. 2001. Ilmu Pengetahua sebagai Tinjauan Filosofis.


Yogyakarta: PT Kanisius.
Rachman, Maman, dkk. 2006. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT UNNES Press

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


PT. Pancaranintan Indahgraha.
Teluma, A. 2014. E-Learning Filsafat Sains & Teknologi Mahasiswa Fakultas
Ilmu Komunikasi dan Multimedia, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2 &
5 Desember 2014.

15

Anda mungkin juga menyukai