Anda di halaman 1dari 26

PAPER

METODOLOGI PENELITIAN
“ Penelitian dan Pendekatan Ilmiah ”
“Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan
Metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, MSIE

Kelas F5

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
I Komang Junaedi 1907521133
I Putu Indra Saputra 1907521134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Anugrah-Nya,
sehingga tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan judul “ Penelitian dan Pendekatan
Ilmiah ” ini bisa terselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Kami mengetahui bahwa tugas yang kami buat ini sangatlah jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada
pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para
pembaca, semoga semua isi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 22 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
2.1 Ilmu Pengetahuan, dan Pendekatan Ilmiah (Deduktif dan Induktif) ......................... 3
2.2 Pendekatan Ilmiah ........................................................................................................... 5
2.3 Pendekatan Non Ilmiah ................................................................................................... 8
2.4 Cara Berpikir Ilmiah ....................................................................................................... 9
2.5 Defenisi Riset .................................................................................................................. 12
2.6 Pentingnya Metode Penelitian....................................................................................... 14
2.7 Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ............................................................................ 17
2.8 Etika Penelitian .............................................................................................................. 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 22
3.1. Simpulan ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak abad ke-8, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan
teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia. perkembangan ilmu
pengetahuan telah mengubah sejarah peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur,
dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki.
Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses. Seseorang yang ingin mempelajari sains
diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya sehingga
akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam.
Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan
suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin
tahu manusia terhadap suatu kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus
berkembang karena para ilmuan tak berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-
gejala alam yang terjadi.
Oleh karena itu penulis akan membahas masalah pentingnya ilmu pengetahuan dan
pendekatan ilmiah di tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan telah
membawa perubahan besar di segala sektor kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu ilmu pengetahuan dan pendekatan ilmiah ?
 Bagaimana cara berpikir ilmiah ?
 Apa definisi riset ?
 Apa pentingnya metodologi penelitian ?
 Apa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif ?
 Apa itu etika dalam penelitian ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu ilmu pengetahuan dan pendekatan ilmiah
 Untuk mengetahui bagaimana cara berpikir ilmiah

1
 Untuk mengetahui apa definisi riset
 Untuk mengetahui apa pentingnya metodologi penelitian
 Untuk mengetahui apa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif
 Untuk mengetahui apa itu etika dalam penelitian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Pengetahuan, dan Pendekatan Ilmiah (Deduktif dan Induktif)


Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya (Suriasumantri dan Jujun S.,
1984 dalam (Rahyuda, 2020)).
Ilmu tidak sekadar pengetahuan (knowledge), melainkan rangkuman
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih
jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan merupakan produk
epistemologi.
Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan dengan penyerapan kata, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-
masalah sosial, dan sebagainya (Suriasumantri dan Jujun S., 1984 dalam (Rahyuda,
2020))
Syarat-syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus, yaitu
dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-iimu alam yang telah ada lebih dahulu
(Suriasumantri dan Jujun S., 1984 dalam (Rahyuda, 2020))
1) Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, baik tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran,

3
yakni persesuaian antara tahu dan objek sehingga disebut kebenaran objektif,
tidak subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2) Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“metodos” yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti cara tertentu
yang digunakan memecahkan masalah.
3) Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
4) Universal
Kebenaran yang akan dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segi tiga bersudut 180‫ﹾ‬.
Sumber-sumber Pengetahuan
Sumber-sumber pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi lima hal seperti
berikut.
1) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber informasi yang kuat untuk menggambarkan
sesuatu yang pernah dialami dan mampu memberikan jawaban atas berbagai
persoalan yang dihadapi. Manusia menjadikan pengalaman sebagai acuan
dan batasan untuk melakukan sesuatu untuk menghindari kesalahan.
2) Wewenang/otoritas
Wewenang dalam hal ini berarti manusia menjadikan orang lain atau objek
yang mempunyai pengalaman atau memiliki sumber keahlian yang dapat
dipercaya sehingga dapat diterima sebagai kebenaran. Semisal, guru dan
buku. Manusia cenderung menjadikan guru dan buku sebagai pusat informasi
dan belajar untuk mengetahui sesuatu. Kelemahan wewenang, yaitu orang-
orang atau objek yang berwenang juga bisa salah, orang yang dianggap
berwenang berbeda pendapat tentang beberapa masalah. (Rahyuda, 2020)

4
2.2 Pendekatan Ilmiah

Suatu pendekatan yang merupakan metodologi (urut-urutan berpikir secara logik dan
sistematis dalam mengkaji kebenaran-kebenaran) yang bersifat rasional sehingga
mendapatkan kebenaran koherensi yang bersifat empirik dan objektif berdasarkan
kebenaran korespondensi serta mengandung maslahat bagi kehidupan manusia
(Saryono, 2008 dalam (Rahyuda, 2020)).
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu
pengetahuan yang fungsional terhadap masalah tertentu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989). Wujud pendekatan ilmiah adalah metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, iimu
merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
Menurut Checkland (1993) dalam (Portaljurnalisitk99, 2019), berdasarkan
sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan
ilmiah, yaitu:
1) Reductionism
Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas
permasalahan menjadi bagian bagian yang lebih kecil sehingga dapat dengan
mudah di amati dan di teliti. Contohnya : permasalahan mutu belajar di UNJ
dalam pendekatan Reductionism di perinci agar lebih fokus di suatu
permasalahan menjadi permasalahan mutu belajar di PPKN UNJ.
2) Repeatability
Repeatability adalah Suatu pengetahuan di sebut ilmu, bila pengetahuan
tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang di
lakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda. Contohnya :
seorang mahasiswa di UNJ melakukan pengujian kafein pada kopi yang
menghasilkan bahwa kopi dapat menyebabkan Insomnia, dan pada waktu dan
tempat berbeda Mahasiswa UI menguji kafein pada Kopi dapat menyebabkan
Insomnia. Jadi pengujian kopi menyebabkan insomnia merupakan suatu
kebenaran.
3) Refutation
Refutation adalah sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus memuat
informasi yang dapat di tolak kebenarannya oleh orang lain. Contohnya : teori
atom menurut john Dalton yang menganggap atom merupakan unsur terkecil

5
di alam semesta yang ditolak beberapa ilmuan seperti J.J Thomson yang
membagi atom menjadi proton dan neutron dalam teorinya roti kismis.
Almack (1939) membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan
kebenaran. Dengan demikian, penelitian pada dasarnya merupakan proses penerapan
metode ilmiah yang hasilnya adalah ilmu (kebenaran).
Menurut (Rahyuda, 2020) untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan dapat
dilakukan melalui pendekatan ilmiah seperti berpikir dedukti, induktif, dan
reflektif/formatif, serta memahami proses penyelesaian masalah.
1) Berpikir Induktif
Induksi atau induktif adalah proses penarikan simpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini
berarti bahwa dalam berpikir induksi, permbuatan simpulan tersebut
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indra. Kemudian
disimpulkan dalam satu konsep yang memungkinkan sesorang untuk
memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil
pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa
induktif beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak
(Saryono, 2008) dalam (Rahyuda, 2020).
Proses berpikir induksi dikelompokkan menjadi dua, yakni induksi
sempurna dan tidak sempurna.
a) Induksi Sempurna
Induksi sempurna terjadi apabila simpulan diperoleh dari penjumlahan
simpulan khusus. Misalnya, tiap-tiap atau tiap-tiap anak yang lahirnya
prematur perkembangannya lambat. Jadi, kesimpulannya, semua anak
yang lahir prematur perkembangannya lambat. Proses berpikir induksi
ini terjadi apabila dalam proses berpikir tersebut digunakan hasil
pengamatan terhadap seluruh kejadian khusus yang berhubungan
dengan satu hal, sehingga disebut induksi sempurna atau lengkap.
Dalam hal ini proses berpikir berusaha mengidentifikasi seluruh subjek
yang menjadi anggota objek yang diamati secara satu per satu, kemudian
keseluruhan objek itu diidentifikasi pula keumumannya (kesamaan-
kesamaannya dalam sesuatu hal) dan ditarik simpulan umumnya.
b) Induksi Tidak Sempurna

6
Induksi tidak sempurna terjadi apabila simpulan diperoleh dari lompatan
pernyataan-pernyataan yang khusus. Hal ini berarti bahwa dasar
simpulan tersebut tidak penjumlahan tiap-tiap subjek yang diamati,
melainkan hanya beberapa subjek sebagai sampel (Saryono, 2008).
2) Berpikir Deduktif
Deduktif adalah pembuatan simpulan dari pernyataan-pernyataan umum
ke khusus. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai simpulan yang baik. Silogisme sebagai
bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri tiga pernyataan atau proposisi,
yaitu sebagai berikut.
a) Pernyataan pertama disebut premis mayor yang berisi pernyataan yang
bersifar umum.
b) Pernyataan kedua disebut premis minor, sifatnya lebih khusus daripada
pernyataan pertama.
c) Pernyataan ketiga disebut konklusi yang merupakan kesimpulan.
3) Berpikir Reflektif
Berpikir Reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali hal-hal apa
yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan instropeksi , refleksi, dan
spirit koreksi atas berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah dilakukan
dalam kehidupan ini (Saryono, 2008) dalam (Rahyuda, 2020).
Kemampuan berpikir reflektif terdiri atas lima komponen, yaitu seperti
berikut.
1) Recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan
mengidentifikasikan masalah.
2) Location and definition of the problem, membatasi dan
merumuskan masalah.
3) Suggestion of posible solution, mengajukan beberapa
kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah
4) Rational elaboration of an ide, mengembangkan ide untuk
memecahkan masalah dengan cara mengumpuikan data yang
dibutuhkan.
5) Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji
solusi pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan
pertimbangan membuat kesimpulan.

7
Model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan reflektif
dikembangkan berdasarkan pendekatan filosofis konstruktivisme dan
psikologi kognitif, Konstruktivisme dalam pembelajaran pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang didasarkan pada
pengalaman (experience is the only basis for knowledge and wisdom), yang
kemudian direorganisasi dan direkonstruksikan (Saryono, 2008).

2.3 Pendekatan Non Ilmiah


Menurut (Rahyuda, 2020) Pendekatan nonilmiah adalah kegiatan manusia dalam
usaha mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum
ditemukannya metode ilmiah, dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan
Penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan yakni tanpa menggunakan
langkah-langkah sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ilmiah.
2) Penemuan ilmu pengetahuan dengan menggunakan akal sehat (common
sense)
Akal sehat (common sense) merupakan konsep atau pandangan umum yang
digunakan oleh manusia secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada
satu sisi akal sehat memang merupakan suatu kebenaran, tetapi pada sisi yang
lain akal sehat dapat menyesatkan manusia dalam mengambil suatu
Keputusan. Seperti pandangan akal sehat yang mengatakan bahwa bulan
berbentuk bulat dan rata setelah diteliti oleh para ilmuwan pandangan
tersebut tidak benar karena konstur permukaan bulan tidak rata dan
bergelombang.
3) Penemuan ilmu pengetahuan dengan menggunakan intuisi
Merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui bisikan hati.
Contoh: pada saat seorang ingin melakukan suatu tindakan maka dia akan
merasa apakah tindakan itu sesuai hati nurani.
4) Penemuan ilmu pengetahuan melalui wahyu
Merupakan suatu pengetahuan yang datang secara langsung dari tuhan, sama
sekali bukan merupakan usaha aktif manusia melalui kegiatan kenalaran.
Contoh: kitab-kitab suci yang diwahyukan tuhan kepada orang pilihannya
seperti Zabur kepada Daud As, Taurat kepada Musa As, Injil kepada Isa Al-

8
Masih, Al-Quran kepada Muhammad Saw.
5) Penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba (trial and error).
Yakni serangkaian percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
menggunakan cara dan materi yang berbeda-beda. Contoh: pada saat Issac
Newton bersandar di bawah pohon Apel secara tidak sengaja buah Apel itu
jatuh di hadapannya, lalu ia berpikir mengapa buah apel jatuh kebawah, hal
inilah yang menginspirasi terciptanya teori gaya gravitasi bumi

2.4 Cara Berpikir Ilmiah

1) Makna Berpikir
Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa pikiran memberi manusia
pengetahuan yang dapat dipakainya sebagai pedoman dalam perbuatannya,
sedangkan kemauanlah yang menjadi pendorong perbuatan mereka. Oleh
karena itu, berpikir merupakan atribut penting yang menjadikan manusia
sebagai manusia, berpikir merupakan fondasi sedangkan kemauan adalah
pendorongnya. (Suharsaputra, 2012:4 dalam (Rahyuda, 2020)
MenurutJ.M.Bochenski (dalam berpikir adalah perkembangan ide dan
konsep, definisi ini tampak sangat sederhana, tetapi substansinya cukup
mendalam. Berpikir tidaklah kegiatan fisik, melainkan kegiatan mental.
Berpikir merupakan upaya untuk mencapai pengetahuan. (Suharsaputra,
2012:4) dalam (Rahyuda, 2020)
Sementara itu Partap Sing Mehra memberikan definisi berpikir
(pemikiran), yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu
yang sudah diketahui. Dengan demikian, kedua definisi yang dikemukakan ahli
tersebut pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Berpikir merupakan upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut proses berpikir
dapat terus berlanjut untuk memperoleh pengetahuan yang baru, dan proses itu
tidak berhenti selama upaya pencarian pengetahuan terus dilakukan
(Suharsaputra, 2012:5) dalam (Rahyuda, 2020).
Menurut Jujus S. Suriasumantri berpikir merupakan suatu proses yang
membuahkan pengetahuan. Sementara itu Partap Sing Mehra menyatakan
bahwa proses berpikir mencakup hal-hal berikut,
a) Conception (pembentukan gagasan)

9
b) Judgement (menentukan sesuatu
c) Reasoning (pertimbangan pemikiran/penalaran)
Cakupan proses berpikir sebagaimana disebutkan di atas menggambarkan
bentuk substansi pencapaian kesimpulan, dalam setiap cakupan terbentang
suatu proses (urutan) berpikir tertentu sesuai dengan substansinya. Menurut
John Dewey proses berpikir mempuyai urutan-urutan (proses) sebagai berikut :
a) Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit
mengenai sifat, maupun dalam menerangkan hal-ha! yang muncul
secara tiba-tiba.
b) Kemudianrasa sulit tersebut diberikan definisi dalam bentuk
permasalahan.
c) Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa rekareka,
hipotesis, inferensi, atau teori.
d) Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan
implikasi dengan jalan mengumpulkan buktibukti (data).
e) Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan
menyimpulkannya, baik melalui keterangan-keterangan maupun
percobaan-percobaan.
Sementara itu, Kelly mengemukakan bahwa proses berpikir mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Timbul rasa sulit
b) Rasa sulit tersebut didefinisikan
c) Mencari suatu pemecahan sementara
d) Menambah keterangan terhadap pemecahan itu, yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar.
e) Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental.
f) Mengadakan penelitian terhadap penemuan-penemuan eksperimental
menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak
sehingga kembali menimbulkan rasa sulit.
g) Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental
tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan
pemecahan tersebut secara tepat.

10
2) Berpikir Ilmiah
Langkah-langkah dalam berpikir sebagaimana dikemukakan di atas
sebenarnya menunjukkan suatu aktivitas atau proses dari suatu kegiatan umum
penelitian, sehingga dapat dipahami bahwa penelitian, merupakan suatu modus
berpikir ilmiah. Tahapan-tahapan logis diterapkan untuk mendapat pemahaman
dan pemecahan masalah pada tingkatan empiris. Oleh karena itu, berpikir
ilmiah merupakan dasar penting bagi suatu penetitian. ( Suharsaputra, 2012:7
dalam (Rahyuda, 2020)).
Secara historis, upaya-upaya berpikir untuk menjawab dan memahami
masalah yang dihadapi ada berdasarkan pada kemampuan rasio semata dengan
menggunakan hukum-hukum logika (silogisme/analogi). Akan tetapi ada juga
yang lebih mendasarkan pada bukti-bukti yang diperoleh dalam dunia nyata,
yang pertama sering disebut aliran rasionalisme idelisme (dasar teori
kebenarannya adalah kebenaran koherensi) yang mengacu pada pengetahuan
apriori yang sering juga disebut berpikir deduktif dan yang kedua disebut aliran
Empirisme (dasar teori kebenarannya adalah kebenaran korespondensi) yang
mengacu pada pengetahuan aposteriori yang sering juga disebut berpikir
induktif. ( Suharsaputra, 2012:7) dalam (Rahyuda, 2020).
Pada dasarnya penelitian merupakan suatu metode ilmiah, baik
menggunakan berpikir deduktif maupun induktif, dalam membantu memahami
dan menjawab berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan,
baik yang berkaitan dengan alam maupun kehidupan sosial masyarakat. Oleh
karena itu, bidang ilmu sosial pun jelas memerlukan metode ilmiah dalam
memahami /menjelaskan berbagai masalah dalam bidang kehidupan. Hal itu
penting agar suatu pemahaman dan suatu simpulan tentang berbagai fenomena
kehidupan sosial dapat dipertanggungjawabkan. ( Suharsaputra, 2012:8) dalam
(Rahyuda, 2020).
Penelitian merupakan manifestasi berpikir ilrniah sebagai bahasa ilmu
pengetahuan yang bersifat universal, dalarn ilmu apa pun, latar sosial budaya
dimanapun, penelitian mernpunyai peran sebagai media penting dalam
mengkomunikasikan antara pengalaman dan pemikiran. Pemikiran
memerlukan basis pembenaran dari pengalaman. Di pihak lain pengalaman juga
memerlukan dukungan pemikiran agar kehidupan tidak menjadi absurd tanpa

11
kepastian (secara relatif) tentang kebenarannya. ( Suharsaputra, 2012:8) dalam
(Rahyuda, 2020).

2.5 Defenisi Riset

Secara etimologi kata riset berasal dari bahasa Inggris , research yang terdiri
atas re berarti kembali dan search berarti pencarian . Dengan demikian kata riset
bermakna suatu pencarian secara sistematik dan mendalam untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih luas dan lebih sempurna tentang sesuatu yang dipelajari.
Riset adalah proses yang sistematis yang meliputi pengumpulan dan analisis
informasi (data) dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang suatu fenomena
yang diminati atau menjadi perhatian. Berdasarkan definisi riset tersebut diketahui
terdapat beberapa hal yang perlu digaris bawahi tentang apakah suatu kegiatan bisa
dikategorikan sebagai riset (Suhartanto, 2014:6) dalam (Rahyuda, 2020).
1) Riset Tidak Sekadar Mengumpulkan Data
Seorang mahasiswa mengajukan usulan riset untuk meneliti konsumen
menikmati acara TV. untuk tujuan tersebut, mahasiswa menggunakan peralatan
canggih untuk mendeteksi saluran yang digunakan oleh saluran TV sehingga
seorang responden menonton saluran TV yang mana dan utuk berapa lama akan
terdeteksi. Dengan pendekatan tersebut, mahasiswa yakin bahwa riset yang
dilakukan akurat. Meskipun peralatan yang digunakan canggih sehingga data
yang terkumpul akurat, yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut tidak riset,
melainkan kegiatan pengumpulan data, yaitu mengukur pola konsumsi
konsumen terhadap jasa stasiun TV ( Suhartanto, 2014:7) dalam (Rahyuda,
2020).
2) Riset Tidak Hanya Memindahkan Fakta
Seorang mahasiswa telah menyelesaikan sebuah “riset” tentang teknik-
teknik penjualan yang dipraktikkan oleh suatu minimarket Mahasiswa tersebut
berhasil mengumpulkan banyak artikel, baik dari suatu majalah bisnis,
pemasaran, maupun publikasi lainnya dan secara sistematis melaporkannya
dalam bentuk makalah. Mahasiswa tersebut tidak melakukan riset, tetapi
sekadar mengumpulkan informasi dan merakit kutipan-kutipan pustaka (yang
mungkin dibangun dari riset vang baik). untuk disebut sebagai riset, apa yang
telah dilakukan oleh mahasiswa tersebut masih kurang karena tidak dilakukan

12
analisis data. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, misalnya dengan
menambahkan data. Fakta yang terkumpul mengindikasikan bahwa metode
penjualan X atau Y yang dilakukan oleh minimarket tersebut sangat
memengaruhi tingkat penjualannya. Dengan menambahkan analisis dan
pemaknaan tersebut, periset tidak hanya memindahkan informasi /data/fakta
dari artikel ke makalahnya, tetapi juga menganalisis informasi/data/ fakta
sehingga dapat dimaknai dan ditemukan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi
kalangan bisnis maupun bagi ilmu pengetahuan ( Suhartanto, 2014:7) dalam
(Rahyuda, 2020).
3) Penelitian Tidak Hanya Membongkar-bongkar Informasi
Seorang manajer menyuruh untuk memilihkan tiga staf pemasaran yang
memenuhi beberapa kriteria untuk diberikan penghargaan atas prestasi
penjualannya. Berdasarkan instruksi manajer tersebut, seorang Staf melakukan
“riset”. la kemudian pergi ke bagian arsip perusahaan, membongkar
arsip/dokumen yang ada. Dengan membandingkan data vang terkumpul dari
dokumen penjualan yang ditemukan dia mencocokannya dengan kriteria yang
diberikan oleh manajemen sehingga berhasil memilih tiga staf yang paling
memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Staf tersebut kemudian melaporkan hasil
“risetnva " ke manajemen. Pada proses ini Sebetulnya yang dilakukan oleh staf
tersebut hanya mencari data dan mencocokkan dengan kriteria ( Suhartanto,
2014:8) dalam (Rahyuda, 2020).
Karakteristik Riset
a) Riset dimulai dari masalah
b) Riset membutuhkan tujuan
c) Riset menjadi petunjuk hipotesis
d) Riset membutuhkan rencana
e) Riset mendasarkan pada asumsi-asumsi
f) Riset memerlukan data
g) Riset merupakan siklus
Jenis Riset
Riset, baik di bidang bisnis maupun bidang lainnya, pada prinsipnya dapat
diklasifikasikan menjadi riset dasar (basic research) dan riset terapan (applied
research).

13
1) Riset Dasar
Riset dasar atau juga disebut sebagai riset murni mencoba untuk
memperluas batas-batas pengetahuan. Jenis riset ini tidak ditujukan untuk
secara langsung mencari solusi terhadap suatu permasalahan tertentu. Tujuan
riset ini adalah tidak mengaplikasikan temuan-temuannya untuk memecahkan
masalah dengan segera. Tujuan riset ini adalah menghasilkan pengetahuan dan
pemahaman tentang fenomena-fenomena yang terjadi dan membangun teori-
teori berdasarkan temuan riset. Meskipun bentuk riset ini tidak ditujukan
untuk mencari pemecahan suatu permasalahan tertentu, tetapi hasil riset dasar
ini akan dapat digunakan sebagai dasar bagi riset terapan. Riset pemasaran
yaitu bertujuan untuk meningkatkan pemasaran sebagai suatu proses
merupakan jenis riset dasar ini ( Suhartanto, 2014:11) dalam (Rahyuda, 2020)
2) Riset Terapan
Riset terapan meliputi studi yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan
tentang masalah tertentu atau untuk membuat keputusan tentang suatu
tindakan atau kebijakan tertentu. Prosedur dan teknik yang digunakan oleh
para periset dasar dan terapan pada dasarnya sama. Keduanya menggunakan
metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan riset. ( Suhartanto, 2014:12) dalam
(Rahyuda, 2020).

2.6 Pentingnya Metode Penelitian

Di dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita melakukan penelitian tanpa kita
sadari, tetapi jika mengacu kepada ilmu, penelitian yang kita lakukan sudah
seharusnya mengacu pada kaidah-kaidah yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Sebelum melakukan penelitian seorang peneliti perlu menjawab tiga buah pertanyaan
pokok sebagai berikut.

1. Urutan kerja apakah yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian?


2. Alat-alat apakah yang digunakan dalam mengukur maupun dalam
mengumpulkan data?
3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Berdasarkan ketiga pertanyaan pokok tersebut dapat dicermati perbedaan antara
prosedur penelitian, teknik penelitian, dan metode penelitian. Prosedur penelitian

14
memberikan peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian. Teknik penelitian mengarahkan kepada alat-alat yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian. Metode penelitian memandu si peneliti tentang
urutan-urutan pelaksanaan penelitian. Membicarakan metode penelitian berarti
sekaligus membicarakan prosedur dan tektik peneliti (Nazir, 1999 dalam
(Rahyuda,2020)).

Ada beberapa hal yang menyebabkan betapa pentingnya tujuan suatu penelitian
bagi hidup kita. Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan aspek penting
bagi kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan yaitu:

1. Tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial terus berkembang


sejalan dengan perkembangan kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut manusia selalu berusaha untuk mencoba menemukan,
menghasilkan, dan menerapkan berbagai pengetahuannya. Termasuk
penemuan di bidang teknologi dan inovasi.
2. Penemuan di bidang teknologi dan inovasi telah mendorong para ilmuan
untuk terus meneliti dan mengembangkan penemuan-penemuannya.
3. Selain didorong oleh rasa ingin tahu, para peneliti juga didorong oleh
adanya tuntutan praktis di lapangan. Eskalasi perkembangan tuntutan
praktis dengan jelas tidak lepas dari invensi, inovasi, dan kegiatan penelitian
yang terus-menerus. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mendorong invensi-invensi.Invensi inilah yang mendorong perkembangan
inovasi dan telah menjadikan suatu bangsa semakin maju dan berkembang.
Invensi (penemuan baru) timbul karena adanya dorongan untuk
mengadakan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian-penelitian ilmiah
itulah yang didorong oleh keingintahuan dan tuntutan praktis.
Selain itu jika dilihat dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh masing-masing
peneliti, penelitian dapat dibagi menjadi tiga aspek tujuan yaitu:

1. Memperkaya ilmu pengetahuan yang telah ada


2. Mencari dan menunjukkan masalah beserta pemecahannya
3. Menyelesaikan masalah yang telah diketahui

15
Ketiga macam bentuk penelitian tersebut mempunyai dimensi yang berbeda-
beda, dimana dimensi-dimensi tersebut antara lain adalah Disciplinary research,
Subject matter research, dan problem solving research.

Metodologi penelitian dapat pula dilihat dari kacamata yang lain. Sudut pandang
yang berbeda akan mengakibatkan klasifikasi yang berbeda pula. Apabila penelitian
ditinjau dari sudut pandang peneliti dalam hubungannya dengan objek yang diteliti,
tujuan penelitian dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Eksploratoris research
Penelitian ini dilakukan dengan cara menggali permasalahan yang mungkin
ada.
Contohnya : penelitian ruang angkasa
2. Deskriptif research
Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat deskripsi permasalahan yang
telah diidentifikasi.
Contohnya : Penelitian sejarah, antropologi , dan ilmu sosial lainnya
3. Eksplanatoris research
Penelitian ini dilakukan dengan cara menjelaskan gejala yang ditimbulkan
oleh suatu objek penelitian.
Contohnya : misalnya penelitian terhadap masalah yang menyebabkan
penurunan penjualan produk dalam sebuah perusahaan.
Dalam melakukan penelitian terdapat banyak sekali cara yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan hasil penelitian. Adapun cara-cara tersebut yaitu:

1. Metode Sejarah
Metode sejarah ini memberikan persfektif historis. Biasanya metode ini
dipersamakan dengan metode dokumenter karena banyak data didasarkan
pada dokomen-dokumen.
2. Metode Deskripsi/survei
Metode deskripsi adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.

16
3. Metode Eksperimental
Metode eksperimental yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian disertai konrol.
4. Metode Grounded research
Metode ini merupakan lawan dari metode penelitian verifikasi yang banyak
digunakan dalam penulisan expost facto yang berajak dari teori. Sedangkan
grounded research beranjak dari fakta.
5. Metode Penelitian Tindakan
Metode penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan
secara bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-
variabel yang dapat dimanipulasi dan dapat segera digunakan untuk
menentukan kebijakan.
Selain itu, penelitian menurut sifatnya juga dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Penelitian Historis
Penelitian historis bertujuan untuk membuat rekontruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverivikasi, dan menyintesiskan bukti-bukti untuk memperoleh
kesimpulan yang akurat.
2. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah
tertentu.
3. Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan bertujuan untuk menyelidiki pola urutan
pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.

2.7 Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-
prosedur atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan
penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang didasarkan pada data
kuantitatif atau temuan-temuannya dicapai dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (Rahyuda, 2020).

17
Beberapa perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dan kuantitatif
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Penelitian Kualitatif Penelitian Kuantitatif

Penelitian mulai dengan konsep-konsep Penelitian dimulai dengan variabel-


umum variabel untuk uji hipotesis
Variabel merupakan Hasil Variabel merupakan alat
Pengamatan dilakukan secara mendalam Pengamatan dilakukan pada serangkaian
variabel yang ditetapkan
Dalam mengumpulkan data, peneliti Daftar pertanyaan merupakan alat
adalah instumen /Informan pengumpulan data yang utama
Menggunakan Pendekatan Induksi Cenderung menggunakan pendekatan
analitik dalam pengambilan keputusan deduksi
Hasil penelitian menekankan pada makna Hasil penelitian menekankan pada
generalisasi

2.8 Etika Penelitian


Masalah etika akan muncul saat peneliti merancang dan merencanakan
penelitian, mencari akses ke organisasi dan individu, mengumpulkan, menganalisis,
mengelola, dan melaporkan data penelitian. Dalam konteks penelitian, etika
mengacu pada standar perilaku yang memandu perilaku peneliti dalam
hubungannya dengan hak-hak mereka yang menjadi subjek penelitian (Mark
Saunders, 2016).
Standar perilaku akan dipandu oleh sejumlah pengaruh. Kesesuaian atau
penerimaan perilaku peneliti akan dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang
berlaku di masyarakat. Norma sosial menunjukkan jenis perilaku yang harus
diadopsi seseorang dalam situasi tertentu. Sehingga dalam upaya mengatasi dillema
etika yang timbul dari norma-norma sosial yang berbeda dan pendekatan filosofis
yang berselisih telah mengakibatkan berkembangnya kode etik secara luas terhadap
etika dalam penelitian.
Dengan adanya standar kode etik ini diharapkan akan dapat memandu
peneliti dalam melakukan penelitian secara etis dan dapat mengantisipasi masalah
dan risiko yang dapat menyebabkan konflik dan bahaya dalam sebuah penelitian.

18
Berikut ini adalah beberapa prinsip-prinsip etika dalam penelitian beserta alasan
dalam penerapannya.
Prinsip Etika Alasannya

Integritas dan Kualitas penelitian sebagian bergantung pada


Objektivitas dari peneliti integritas dan objektivitas peneliti. Ini berarti
bertindak secara terbuka, jujur, dan
mempromosikan ketepatan dalam penelitian
adalah salah satu tindakan yang sesuai dengan
prinsip etika penelitian. Sebaliknya juga berarti
sebisa mungkin peneliti harus bisa untuk
menghindari penipuan, ketidakjujuran,
misrepresentasi data dan temuan, keberpihakan,
sembrono dalam penelitian.
Menghargai orang lain Posisi seorang peneliti didasarkan pada
pengembangan kepercayaan dan rasa hormat.
Pelaksanaan penelitian memerlukan tanggung
jawab dan kewajiban sosial kepada mereka yang
berpartisipasi dalam penelitian. Hak semua orang
harus diakui dan dihormati martabatnya.
Menghindari Bahaya Segala kerugian bagi peserta harus dihindari.
Kerugian dapat terjadi melalui risiko terhadap
kesejahteraan emosional, kesehatan mental atau
fisik, kohesi sosial atau kelompok. Ini mungkin
mengambil beberapa bentuk termasuk rasa malu,
stress, ketidaknyamanan, sakit atau konflik. Ini
mungkin disebabkan oleh penggunaan metode
penelitian yang mengganggu, seperti melibabtkan
tekanan mental atau sosial, dapat juga disebabkan
oleh pelanggaran jaminan kerahasian dan
anonimitas, atau melalui pelecehan atau
diskriminasi.
Memastikan Privasi Privasi adalah prinsip utama yang menghubungkan

19
partisipasi penelitian atau menopang beberapa prinsip lainnya dalam
penelitian. Menghormato orang lain, menghindari
bahaya, sifat sukarela dari partisipasi, persetujuan,
memastikan kerahasian dan menjaga anonimitas,
tanggung jawab dalam analisis data dan pelaporan
penelitian, serta kepatuhan dalam mengelola data
semuanya terkait dengan prinsip memastikan
privasi mereka yang ikut berpartisipasi dalam
penelitian.
Sifat Sukarela sebagai Hak untuk tidak berpartisipasi dalam proyek
partisipasi dalam sebuah penelitian tidak dapat diganggu gugat. Hal ini
penelitian seperti hak untuk ikut berpartisipasi dalam
penelitian atau tidak. Hak untuk menjawab sederet
pertanyaan atau tidak. Memberikan atau tidak data
yang diminta. Dan mungkin menarik data yang
mereka miliki.
Persetujuan dari mereka Prinsip ini melibatkan peneliti memberikan cukup
yang ikut berpartisipasi informasi dan jaminan tentang mengambil bagian
untuk memungkinkan individu memahami
implikasi partisipasi dan untuk mencapai informasi
yang lengkap, dipertimbangkan dan diberikan
keputusan secara bebas tentang apakah akan
melakukannya atau tidak tanpa pelaksanaan
tekanan atau paksaan apapun.
Memastikan kerahasian Penelitian dirancang untuk menjawab siapa, apa,
data dan anonimitas kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa, tidak
mereka yang fokus pada mereka yang menyediakan data untuk
berpartisipasi dijawab ini. Oleh karena itu, individu dan
organisasi harus tetap anonim dan data yang
mereka berikan harus diproses agar tidak dapat
didistribusikan kepada pihak lain, kecuali ada
kesepakatan antar kedua belah pihak.
Tanggung jawab dalam Jaminan tentang privasi, aninimitas, dan

20
analisis data dan kerahasiaan harus ditegakkan saat menganalisis
pelaporan temuan data. Data primer tidak boleh dibuat-buat atau
diubah dan hasilnya tidak boleh dipalsukan agar
sesuai dengan keinginan peneliti. Kondisi sama
juga berlalu untuk data sekunder atau sumber data
juga harus diakui dengan jelas. Analisis dan
interpretasinya harus diperiksa dengan hati-hati
untuk memastikan keakuratan laporan penelitian
dan setiap hasil lainnya.
Kepatuhan dalam Peneliti kemungkinan akan melibatkan
manajemen data pengumpulan data pribadi. Banyak pemerintah
telah mengesahkan undang-undang untuk
mengatur pemrosesan data. Oleh karena itu ada
persyaratan hukum untuk mematuhi perundang-
undangan. Sehingga seorang peneliti penting untuk
memahami dan mematuhi batasan hukum dan
peraturan yang terkait dengan pengelolaan data
penelitian di dalam negara atau negara-negara
dimana mereka melakukan penelitian.
Memastikan keamanan Keamanan peneliti juga merupakan pertimbangan
peneliti yang sangat penting ketika merencanakan atau
melakukan proyek penelitian. Praktik keselamatan
peneliti mengidentifikasi kemungkinan risiko dari
interaksi sosial termasuk risiko ancaman fisik, atau
pelecehan, risiko dari trauma psikologis, dan risiko
lainnya yang mungkin dapat mengancam
keselamatan peneliti.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah suatu pendekatan yang
merupakan metodologi (urut-urutan berpikir secara logik dan sistematis dalam
mengkaji kebenaran-kebenaran) yang bersifat rasional sehingga mendapatkan
kebenaran koherensi yang bersifat empirik dan objektif berdasarkan kebenaran
korespondensi serta mengandung maslahat bagi kehidupan manusia.

Selain itu jika dilihat dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh masing-masing
peneliti, penelitian bertujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang telah ada,
mencari dan menunjukkan masalah beserta pemecahannya, dan menyelesaikan
masalah yang telah diketahui.

Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-


penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur atau
dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan penelitian
kuantitatif merupakan jenis penelitian yang didasarkan pada data kuantitatif atau
temuan-temuannya dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara lain dari kuantifikasi.

Dalam konteks penelitian, etika mengacu pada standar perilaku yang memandu
perilaku peneliti dalam hubungannya dengan hak-hak mereka yang menjadi subjek
penelitian. Standar perilaku akan dipandu oleh sejumlah pengaruh. Kesesuaian atau
penerimaan perilaku peneliti akan dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang
berlaku di masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Portaljurnalisitk99, 2019. Wordpress.com. [Online]


Tersedia:
https://www.google.com/amp/s/portaljurnalistik99.wordpress.com/2019/05/03/pendekatan-
ilmiah-dan-non-ilmiah-serta-tahapan-metode-ilmiah/amp/
[Diakses pada Senin 20 September 2021].

Rahyuda, K., 2020. Metode Penelitian Bisnis Base of the Research Pyramid. 2020 ed.
Denpasar: CV. Sastra Utama.

Mark Saunders, Philip Lewis, Adrian Thornhill. 2016. Research Methods For Business
Students (7th ed)

23

Anda mungkin juga menyukai