Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Ilmu Komputer
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengetahuan yang
benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan kualitas hidup manusia melalui
pendayagunaan sumber daya yang tersedia secara benar dan bertanggung jawab. Sehubungan
dengan itu, hal yang paling mendasar untuk dipahami oleh setiap mahasiswa adalah hakekat
ilmu dan penelitian, termasuk pendekatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar
atau kebenaran.
Ilmu pengetahuan berawal dari kekaguman akan alam yang dihadapinya, baik alam
besar (macro-cosmos) maupun alam kecil (micro-cosmos).
Manusia sebagai Animal Rational dibekali dengan hasrat ingin tahu. Keingintahuan
manusia telah dapat disaksikan sejak manusia masih kanak-kanak. Pertanyaan-pertanyaan
seperti “ini apa”, “itu apa” sering muncul dari mulut seorang anak, kemudian timbul
pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini”, “mengapa begitu” dan selanjutnya berkembang
menjadi pertanyaan-pertanyaan semacam “bagaimana hal itu terjadi”, “bagaimana
memecahkannya”? dan sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti di atas juga telah
banyak anda temukan dalam kehidupan keluarga anda sendiri. Termasuk ke dalam sejarah
kehidupan manusia.
Manusia senantiasa berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut; dan
dari dorongan ingin tahu manusia, maka mereka berusaha untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia,
ternyata yang dikejar adalah esensi, yakni “pengetahuan yang benar” atau secara singkat
disebut dengan “kebenaran”.
Hasrat ingin tahu manusia bisa dipuaskan jika dia memperoleh pengetahuan mengenai
hal yang dipertanyakannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang
benar. Menurut Nawawi (1987), bahwa pengetahuan yang benar adalah pengakuan hubungan
antara dua sesuatu, yang ternyata memiliki persesuaian objeknya. Kebenaran seperti ini
disebut juga objektivitas (objectivity). Dengan kata lain, bahwa didalam pengetahuan yang
benar atau kebenaran (pengetahuan objektif) memang secara inherent dapat dicapai manusia
melalui paling tidak dua pendekatan, yakni pendekatan Non-ilmiah dan pendekatan Ilmiah.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
1. Pendekatan Ilmiah...........................................................................................................6
1.1. Tahapan Metode Ilmiah...............................................................................................8
1.2. Syarat-syarat/kriteria agar suatu penelitian dikatakan sebagai penelitian ilmiah........9
2. Pendekatan non-ilmiah..................................................................................................11
3. Perbedaan Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non-ilmiah.............................................14
4. Tugas Ilmu dan Penelitian................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah (istilah yunani itu
berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode adalah cara bertindak menurut
sistem atau aturan tertentu. Arti khusus; cara berpikir menurut aturan atau sistem
tertentu.
Penelitian dalam tinjauan sosial adalah suatu proses yang berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan
tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).
Metode penelitian dapat diartikan suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam
suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan permasalahan atau jawaban
tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian metodologi penelitian adalah metode
penelitian yang telah diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga
dibedakan pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat.
Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para filsuf atau
ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau kenyataan.
4
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendekatan Ilmiah
1) Reductionism
2) Repeatability
3) Refutation
6
diteliti. Pendekatan analitikal adalah nama lain dari reductionism, yaitu mencoba untuk
mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena tersebut dengan hukum sebab akibat.
Asumsi dari reductionism ini adalah bahwa fenomena keseluruhan dapat dijelaskan
dengan mengetahui fenomena dari unsur-unsurnya. Ada satu istilah yang sering
digunakan dalam hal ini, yaitu keseluruhan adalah merupakan hasil penjumlahan dari
unsur-unsurnya. Oleh karena itu, berfikir linier adalah juga merupakan nama lain dari
reductionism.
Sifat kedua dari ilmu adalah repeatability, yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu,
bila pengetahuan tersebut dapat dicheck dengan mengulang eksperimen atau penelitian
yang dilakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda. Sifat ini akan
menghasilkan suatu pengetahuan yang bebas dari subyektifitas, emosi, dan kepentingan.
Ini didasarkan pada pemahaman bahwa ilmu adalah pengetahuan milik umum, sehingga
setiap orang yang berkepentingan harus dapat mengecheck kebenarannya dengan
mengulang eksperimen atau penelitian yang dilakukan.
Sifat ilmu yang ketiga adalah refutation. Sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu
harus memuat informasi yang dapat ditolak kebenarannya oleh orang lain. Suatu
pernyataan bahwa besok mungkin hujan atau pun tidak, memuat informasi yang tidak
layak untuk disebut ilmu, karena tidak dapat ditolak. Ilmu adalah pengetahuan yang
memiliki resiko untuk ditolak, sehingga ilmu adalah pengetahuan yang dapat
berkembang, sebagai contoh Teori Newton ditolak oleh Eisntein sehingga menghasilkan
teori baru tentang relativitas. (Blog. Juli 12, 2008 ).
Metode induktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah metode yang
digunakan menarik kesimpulan dari hal yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan
bersifat umum.
7
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan
empiris. Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan
komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai
fakta dengan yang tidak.
Terdapat lima langkah dasar atau tahapan dalam penulisan metode ilmiah.
Dimulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis,
melakukan percobaan dan analisis data, menarik kesimpulan hingga
mengomunikasikan hasil penelitian.
1) Merumuskan masalah
Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan saat kita akan merumuskan masalah:
2) Mengumpulkan Informasi
3) Menyusun Hipotesis
4) Melakukan Percobaan
8
Untuk menguji kebenaran dari hipotesis atau jawaban sementara yang
telah kita buat di tahapan sebelumnya, maka yang harus kita lakukan adalah
melakukan percobaan atau penelitian. Penelitian harus dilakukan dengan teliti
sehingga didapatkan data yang akurat.
5) Menganalisis Data
Di tahapan ini, data-data yang telah kita peroleh dari hasil penelitian lalu
dicatat dan diolah ke dalam bentuk grafik atau diagram sehingga mudah untuk
dianalisis.
6) Membuat Kesimpulan
9
3) Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
4) Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang
sejenis
5) Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional
6) Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin
berguna
7) Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi.
8) Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode
penelitiannya.
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara
berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana
sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut
prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang
dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan
umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu
cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan
yang bersifat umum.
3. Empirik
10
sama lain), Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan Hal-
hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
5. Replikatif,
2. Pendekatan non-ilmiah
Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum ditemukannya metode ilmiah,
dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan,
menggunakan akal sehat (common sense), menggunakan intuisi, melalui wahyu, melalui
usaha coba-coba (trial and error), dan lain sebagainya.
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda, sekalipun dalam batas
tertentu, keduanya mengandung persamaan. Menurut Conant yang dikutip Kerlinger
(1973), bahwa akal sehat adalah serangkaian konsep (concept) dan bagan konseptual
(Conceptual Schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.
Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang
khusus. Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-
dalil hipotesis dan teoritis. Walaupun akal sehat yang berupa konsep atau bagan
konsep dapat menunjukan hal yang benar namun dapat pula menyesatkan.
b. Prasangka
11
Penemuan pengetahuan melalui akal sehat sering diwarnai oleh kepentingan
orang yang melakukannya. Dengan demikian menyebabkan akal sehat mudah beralih
menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit
pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya sendiri, dan cenderung
mengkambinghitamkan orang lain atau mendukung suatu pendapat yang belum teruji
kebenarannya. Orang sering tidak dapat mengendalikan keadaan yang juga dapat
terjadi pada keadaan lain. Ada kecenderungan bahwa sering orang melihat hubungan
antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat yang langsung dan sederhana, yang
justru gejala yang diamati itu merupakan akibat dari beberapa faktor.
Dengan demikian penggunaan akal sehat yang tidak didasari oleh pengetahuan
dan persepsi dan pengalaman mengakibatkan orang cenderung kearah pembuatan
generalisasi yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka.
c. Pendekatan Intuitif
12
Sepanjang sejarah manusia, penemuan kebenaran secara kebetulan telah
banyak terjadi dan banyak diantaranya yang memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia itu sendiri. Misalnya, penemuan seorang penderita malaria (orang indian)
pada kolam berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang ditumbanh dahulu
sungai. Walaupun secara kebetulan seperti contoh di atas sangat berguna, namun
penemuan tersebut bukan penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Karena
penemuan ini diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-
langkah yang sistematik dan terkendali. Penemuan kebenaran seperti ini bukanlah
cara yang terbaik, karena manusia yang bersifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara
seperti ini tidak mungkin membawa perkembangan sebagaimana diharapkan, karena
sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti,
datangnya tidak dapat diperhitungkan secara terencana dan terarah. Penemuan
kebenaran seperti ini bukanlah cara yang terbaik, karena manusia yang bersifat pasif
dan menunggu. Bagi ilmu, cara seperti ini tidak mungkin membawa perkembangan
sebagaimana diharapkan, karena sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada dalam
keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara terencana dan
terarah. Penemuan kebenaran dengan cara coba-coba dilakukan tanpa kepastian akan
diperolehnya suatu kondisi tertentu atau pemecahan suatu masalah atau manfaat
tertentu. Penemuan masalah terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian
usaha - usaha yang berikut biasanya mengalami kemajuan dari usaha sebelumnya.
Penemuan kebenaran dengan cara coba-coba pada umumnya tidak efisien dan tidak
terkendali.
13
Kemampuan berpikir yang dimiliki manusia telah banyak menghasilkan
kebenaran, baik yang bertolak dari pengalaman maupun yang melampaui dan
mengatasi pengalaman. Kebenaran dapat diungkapkan melalui proses berpikir
rasional, kritis dan logis. Seseorang yang menghadapi masalah, didalam proses
berpikirnya, ia berusaha menganalisanya dengan mempergunakan pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya untuk sampai pada pemecahan masalah yang setepat-
tepatnya. Dalam memecahkan masalah, pada permulaan, sering orang menempuh dua
cara berpikir, yaitu : (a) cara berpikir analitik dan (b) cara berpikir sintetik. Pada tahap
berikutnya, usaha orang untuk menemukan dengan mengikuti proses berpikir ilmiah
atau menggunakan pendekatan ilmiah.
1. Perumusan masalah jelas dan spesifik Perumusan masalah kabur dan abstrak
2. Masalah merupakan hal yang dapat diamati Masalah tidak selalu diukur secara empiris
dan diukur secara empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis.
3. Jawaban permasalahan didasarkan pada data Jawaban tidak diperoleh dari hasil
dan fakta. pengamatan dari data di lapangan.
4. Proses pengumpulan dan analisis data,serta Keputusan tidak didasarkan pada hasil
pengambilan keputusan berdasarkan logika pengumpulan data dan analisis data secara
yang benar. logis.
5. Kesimpulan yang didapat siap atau terbuka Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang
untuk diuji oleh orang lain. oleh orang lain.
Tujuan utama penelitian, pada umumnya adalah mengumpulkan informasi bagi (a)
perencanaan kegiatan sosial; dan (b) mengembangkan substansi ilmu itu sendiri.
14
Memang dewasa ini, kepaduan antara ilmu dan penelitian sudah sedemikian erat,
sehingga tidak mungkin orang memisahkannya. Ilmu dan penelitian dapat diibaratkan
dengan dua sisi dari mata uang yang sama. Oleh karena itu, tugas ilmu dan penelitian
dapat dikatakan identik.
Adapun tugas-tugas ilmu dan penelitian, secara singkat dapat disajikan sebagai berikut :
d. Tugas prediksi :
Ilmu dan penelitian bertugas membuat prediksi (ramalam), estimasi dan proyeksi
mengenai peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang bakal muncul;
e. Tugas pengendalian :
Ilmu dan penelitian juga bertugas melakukan tindakan-tindakan guna
mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala.
Lebih jauh, keterpaduan Ilmu dan penelitian dapat dikatakan bahwa, penelitian
merupakan suatu Way of Thinking, yaitu : cara bagaimana menilai suatu fenomena
problematik dengan menggunakan teori yang ada, sehingga teridentifikasi dan
terumuskan permasalahan utama yang dihadapi peneliti; bagaimana hipotesis yang
tergayut (relevan) dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan
tersebut; dan bagaimana suatu model rancangan penelitian dipilih dalam rangka
15
pembuktian kebenaran hipotesis; dan mencari jawaban yang akurat bagi permasalahan
tersebut.
Oleh karena itu, dan untuk dapat memahami metodologi penelitian sebagai Way
of Thinking, maka seorang peneliti tidak cukup hanya menguasai substansi ilmu yang
akan diteliti serta kemampuan mengeksplorasi data saja. Penguasaan metodologi lebih
merupakan Pembudayaan alur berpikir tertentu seseorang dapat merespon permasalahan
yang dihadapi. Kemampuan metodologi seorang peneliti tidak mungkin dicapai hanya
dengan mempelajari buku-buku metodologi saja. Praktek menyusun perencanaan
penelitian, melaksanakan serta mengevaluasinya yang didasari pemahaman metodologi
yang adekuat, merupakan jalan yang paling tepat bagi kemampuan diatas.
Makin banyak siklus penelitian harus disertai dasar pemahaman metodologi yang
adekuat. Adekuasitas ini dapat dicapai dengan dua hal : (a) penguasan pokok-pokok
metode keilmuan, dan (b) pemahaman alur penelitian.
Penguasaan metode keilmuan yang dimaksud ialah mampu berfikir secara ilmiah
yang biasanya digambarkan dengan sifat-sifat : kritis, objektif, logis, analitis dan
sistematis.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati
sesuatu. karena ada masalahlah maka proses kegiatan berpikir dimualai, dan karena
masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada
pengamatan objek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Dan karena bersifat empiris dan dari proses pengamatan pula maka yang dikatakan
diatas dapat pula dinamakan pengetahuan ilmiah yang berasal dari pendekatan ilmiah.
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18