Anda di halaman 1dari 8

OBSERVASI, WAWANCARA, SISTEMATIKA PENULISAN DAN PENILAIAN

A. Observasi
Observasi adalah proses sistematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek dan
kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek. proses
tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, dan
makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.
Ada beberapa jenis observasi, yaitu :
1) Observasi sistematik
Disebut juga observasi terstruktur, ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri
khusus dari setiap faktor yang diamati. Sistematik disini maksudnya lebih menekankan pada
segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya sertiap 10 menit)
Hal yang perlu diperhatikan:
a) Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus.
b) Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin
dikuantifikasikan.
c) Dapat menggunakan one way screen.
2) Observasi eksperimental
Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa
sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk
mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
situasi. Ciri penting:
a) Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda.
b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku.
c) Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi.
3) Observasi partisipan
Observer turut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi, umumnya
untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial
seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik, penjara, dan lain-lain.
Perlu diperhatikan:
a) Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi.
b) Waktu dan bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dgn kata kunci. Kronologis –
sistematis.
c) Hubungan : mencegah kecurigaan, pendekataan yg baik dan menjaga situasi tetap wajar.
d) Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi.
4) Observasi formal
Jenis observasi ini mempunyai sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk
penelitian. perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati, menyusun data, melatih observer
dan menjaga reliabilitas antar penilai, pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur
yang sohisticated.
5) Observasi informal
Observasi jenis ini mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat
terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian.
Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan. Observasi
informal sering disebut juga dengan naturalistic observation.

B. Wawancara
Menurut Moleong (1991) wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud
tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan
permasalahan penelitian. Sedangkan menurut Sudijono (2012), wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak,  berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Zainal (2010) tujuan wawancara adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.
Adapun jenis-jenis wawancara yang diantaranya yaitu:
1. Wawancara Berstruktur
Wawancara terpimpin dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara
sistematis. Bentuk wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar
sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan sudah direncanakan secara rinci dan jelas dan dijadikan sebagai pedoman
wawancara.
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak
yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, orang tua, atau wali murid dalam
rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya.
2. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tidak terpimpin dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara
tidak berstruktur, atau wawancara bebas. Bentuk pertanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan
yang bersifat terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban
dalam pertanyaan itu bebas. Dalam wawancara tidak berstruktur, evaluator mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Adapun tahap-tahap wawancara yang diantaranya yaitu:


1. Tahapan Persiapan Wawancara
 Menentukan maksud atau tujuan wawancara “topik wawancara”.
 Menentukan informasi yang akan dikumpulkan atau didata.
 Memilih instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi keterangan atau data yang diperlukan.
 Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan sekaligus merundingkan
dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya
mengenai waktu, tempat dan sebagainya.
 Menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
2. Tahapan Pelaksanaan Wawancara
a) Tahap pembukaan
1. Pewawancara memperkenalkan diri sekligus mengemukakan maksud dan tujuan
wawancara.
2. Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan baik dalam penampilan
maupun penggunaan bahasa.
3. Pewawancara hendaknya berpenampilan rapi, bersih dan enak dipandang.
4. Pewawancara hendaknya menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung
perasaan orang yang diwawancarai.
5. Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik akan lebih baik apabila
pewawancara mengenal lebih jauh mengenai identitas atau keterangan-keterangan yang
berkenaan dengan pribadi narasumber.
6. Pewawancara sebaiknya mengenal informasi pribadi yang dimiliki oleh narasumber
dengan baik, mulai dari nama, keahlian sampai pada pekerjaan atau jabatannya.
b) Tahap inti
 Ajukanlah pertenyaan secara sistematis.
 Kemukakan pertanyaan itu secara jelas dan singkat.
 Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan waktu.
 Pertanyaan-pertanyaan disampaikan dengan ramah sehingga dapat menciptakan suasana
akrab dengan orang yang diwawancarai.
 Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendaknya bersikap sebagai pihak
yang netral, artinya ia tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa ataupun
konflik-konflik lainnya yang mungkin dikemukakan narasumber.
 Pewawancara hendaknya tidak pula mempengaruhi sikap, pendirian ataupun emosi-emosi
narasumber.
 Pewawancara juga harus mempunyai kesiapan dan teknik-teknik khusus dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi misalnya jawaban yang dikemukakan
narasumber dan sebagainya.
 Pewawancara hendaknya memiliki kemampuan medengar yang akurat, catatlah data
penting yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai, apabila perekaman data
menggunaklan tape recorder, hendaknya berdasarkan persetujuan narasumber terlebih
dahulu. Namun demikian walaupun sudah menggunakan tape recorder sebaiknya
pewawancara tetap melakukan pencatatan yang cukup berupa kata-kata kunci dari
pendapat yang dikemukakan narasumber. Catatan atau kata-kata kunci itu gunanya untuk
membantu pewawancara agar dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya dan
membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita kaset sehingga
mempermudah proses penganalisisnya.
c) Tahap penutup
1. Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan, pewawancara
hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan pula pengharapannya agar
kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain.
2. Tetaplah pelihara hubungan baik dengan narasumber.
3. Sebelum hasil wawancara itu diolah atau dipublikasikan sebaiknya narasumber
mengetahui rekaman atau catatan dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakannya itu.
Cara ini dapat meghindari kesalahpahaman di samping memberikan kesempatan kepada
narasumber untuk mengoreksi kekeliruan yang mungkin terjadi dari yang telah
dikatakannya.

C. Sistematika Penulisan Laporan Observasi dan Wawancara


Akhir dari kegiatan observasi dan wawancara, mahasiswa menyusun laporan observasi dan
wawancara. Laporan ini merupakan hasil observasi dari potensi dan sifat kewirausahaan secara
empiris serta hasil wawancara dari wawasan dan motivasi berwirausaha yang selanjutnya
dianalisis oleh mahasiswa berdasarkan dengan kajian teoritis. Secara garis besar, laporan hasil
observasi dan wawancara disusun dalam sistematika sebagai berikut:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
C. MANFAAT OBSERVASI DAN WAWANCARA
D. WAKTU DAN TEMPAT OBSERVASI DAN WAWANCARA
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III HASIL OBSERVASI, WAWANCARA DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

B. Penjelasan Format Laporan


1. Laporan hasil observasi dan wawancara dianalisis berdasarkan dengan teori. Laporan diketik
dengan font times new roman, spasi 1,5 (satu setengah), ukuran kertas A4 dengan margins
top: 4 cm, left: 4 cm, bottom 3 cm, right: 3 cm.
2. Literatur/Daftar Pustaka/Rujukan minimal 5 (lima) dari buku/jurnal yang terakreditasi.
3. Kata Pengantar
Dalam kata pengantar dicantumkan ucapan terima kasih mahasiswa yang ditujukan kepada
orang-orang, lembaga, organisasi, dan atau pihak-pihak lain yang telah membantu dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan kegiatan observasi dan wawancara.
Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas A4. Pada bagian akhir teks (di pojok kanan
bawah) dicantumkan kata Kelompok (Sebutkan nama kelompoknya).
4. Daftar Isi
Sudah jelas, menyesuaikan dengan sistematika penulisan
5. Daftar Tabel
Sudah jelas
6. Daftar Lampiran
Sudah jelas
7. Latar Belakang
Dalam bagian ini dikemukakan latar belakang sehingga dilaksanakannya kegiatan observasi
dan wawancara secara umum dan secara khusus mata kuliah pengantar kewirausahaan
8. Tujuan
Pada bagian ini dijelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pelaksanaan observasi dan
wawancara khususnya pada bidang garapan pengantar kewirausahaan.
9. Manfaat
Pada bagian ini dijelaskan manfaat teoritis dan praktis pelaksanaan observasi dan
wawancara khususnya pada bidang garapan pengantar kewirausahaan.
10. Waktu dan Tempat
Pada bagian ini dijelaskan dari kapan sampai kapan pelaksanaan observasi dan wawancara
serta lokasi observasi dan wawancara
11. Kajian Teori
Pada bagian ini dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan tema garapan pengantar
kewirausahaan.
12. Hasil dan Pembahasan
Pada bagian hasil observasi dan wawancara dijelaskan hasil analisis data yang didapatkan
dari lapangan, baik dari hasil observasi maupun wawancara. Pembahasan dijelaskan
berdasarkan hasil analisis dan teori yang mendukung.
13. Simpulan
Pada bagian ini, disusun kesimpulan hasil observasi dan wawancara.
14. Saran
Pada bagian ini, mahasiswa memberikan rekomendasi hasil observasi dan wawancara
tentang garapan pengantar kewirausahaan.
15. Daftar Pustaka
Daftar pustaka/rujukan, mahasiswa mencamtumkan refrensi yang digunakan dalam
menyusun laporan.

D. PENILAIAN LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA


No Kriteria Penilaian
1 Kesesuaian Sistematika Penulisan
2 Isi Laporan
3 Kelengkapan Lampiran
Keterangan Nilai:
0-39 = Tidak sesuai/Sangat Kurang
40-59 = Kurang Sesuai/Kurang
60-69 = Cukup
70-79 = Sesuai/Baik
80-100 = Sangat Sesuai/Sangat Baik
Skor Perolehan ………
Nilai rata − rata = = = …….
3 3

Anda mungkin juga menyukai