Anda di halaman 1dari 26

Sabtu, 30 November 2019

PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN TEORI

Dosen pengajar: Sitti Satriani IS, S.Pd.I., M.Pd.I

Mata kuliah : Filsafat Umum

Di susun Oleh:

MUH. ILHAM SAPUTRA SYACHRUL (105191115519)

ANINDITA PUTRI (105191115019)

MUH. ZULFIKAR AK. (105191114319)

KELAS 1E
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk

dan bimbingan-Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah dengan tema

“PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN TEORI” sebagai salah satu tugas

kuliah kami.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mengalami kesulitan

karena kurangnya ilmu pengetahuan. namun berkat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak

kekurangan. penulis menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya

belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif

untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai

bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amiin.

Makassar, Desember 2019

Penulis

ii
RINGKASAN

Teori adalah rangkaian fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi-

generalisasi, di pihak lain merupakan perkiraan tentang implikasi (akibat) dari

rangkaian fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi-generalisasi tersebut, yang

satu sama lainnya sangat berhubungan.

Teori perkembangan :
1. Teori-teori Psikoanalitis

2. Teori-teori Kognitif

3. Teori-teori Perilaku dan Belajar Sosial

4. Teori Etologis

5. Teori-teori Ekologi

6. Orientasi Teoritis Eklektis

Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat :

1. Teori korespondensi

2. Teori konsistensi

3. Teori Pragmatisme

4. Teori Religius

5. Teori Performatif

Penerapan Teori kebenaran Filsafat ilmu

1. Teori Kebenaran Korespondensi

Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “matahari terbit dari

timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat

iii
faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit dari timur dan

tenggelam di sebelah barat.

2. Teori konsistensi

Misalnya bila kita menganggap bahwa pernyataan “semua hewan akan

mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “bahwa ayam

adalah hewan, dan ayam akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua

adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

3. Teori Performatif

Dalam kehidupan sehari-hari, manusian terkadang harus mengikuti

kebenaran performatif. Pemegang otoritas yakni pemerintah, pemimpin agama,

pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya.

4. Teori Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain

5. Teori pragmatis

Teori ini mengatakan bahwa pernyataan diukur dengan kriteria apakah

pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Maksudnya,

suatu pernyataan adalah benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari

pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

iv
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

RINGKASAN MAKALAH ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori.......................................................................... 3

B. Perkembangan Teori Filsafat Ilmu ............................................. 4

C. Teori-Teori Kebenaran Filsafat Ilmu .......................................... 7

D. Penerapan Teori Kebenaran Filsafat Ilmu .................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 19

B. SARAN ....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap

individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan

berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari

perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.

Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk

memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.

Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya

disebut “akulturasi diri” adalah sangat penting. Namun tujuan ini tidak pernah

statis. Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu

yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan

baik secara fisik maupun psikologis. Seiring dengan berkembangnya zaman

dan dari bertambahnya masalah diri manusia itu sendiri muncul lah berbagai

teori mengenai studi perkembangan sehingga memunculkan pemahaman-

pemahaman baru mengenai perkembangan manusia.

Perkembangn pemikiran dan kajian empirik di kalangan para ahli

tentang perkembangan manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam

sesuai dengan perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang

membangun teori tersebut. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik

dari teori-teori sebelumnya. Memang patut diakui bahwa titik pandang (teori)

dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka bagi ilmuwan untuk

1
2

memberikan kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori yang sudah

ada. Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita

untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang

kenyataan tersebut. Teori juga dapat diartikan sebagai sekumpulan atau

seperangkat asumsi yang relevan dan secara sistematis saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari teori ?

2. Bagaimana perkembangan teori filsafat ilmu ?

3. Apa teori kebenaran menurut filsafat ?

4. Bagaimana penerapan teori ?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini

adalah :

1. Mengetahui pengertian teori

2. Mengetahui perkembangan teori filsafat ilmu

3. Mengetahui teori-teori kebenaran menurut filsafat

4. Mengetahui penerapan teori


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori

Teori adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa

yang kita amati dan membuat prediksi. Teori yang baik memiliki hipotesis, yang

merupakan asumsi yang harus diuji, dan juga teori adalah sarana pokok untuk

menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang

dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau

hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori dinyatakan

sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis

dari fenomena.

Istilah teori secara normal diberlakukan bagi pengintegrasian tatanan

hipotesis yang lebih tinggi ke dalam jaringan sistematis yang mencoba untuk

menguraikan dan meramalkan cakupan peristiwa yang lebih luas dengan

membiarkan satu hipotesis menjadi berkualitas atau untuk menetapkan kondisi-

kondisi itu di bawah yang lain yang akan menjadi sesuai.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori adalah

rangkaian fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi-generalisasi, di pihak

lain merupakan perkiraan tentang implikasi (akibat) dari rangkaian fakta-fakta,

konsep-konsep serta generalisasi-generalisasi tersebut, yang satu sama lainnya

sangat berhubungan.

3
4

B. Perkembangan Teori Filsafat ilmu

Macam-macam teori perkembangan :

1. Teori-teori Psikoanalitis

Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur , yaitu id,

ego dan superego serta bahwa kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat

tidak disadari. Tuntutan struktur kepribadian yang saling bertentangan

menyebabkan kecemasan. Mekanisme pertahanan, khususnya represi,

melindungi ego dan mengurangi kecemasan. Freud yakin bahwa masalah

berkembang karena pengalaman masa anak-anak sebelumnya. Ia

mengatakan bahwa individu melampaui lima tahap psikoseksual – oral,

anal, phallic, latency dan genital. Selama tahap phallic, Oedipus Complex

merupakan sumber utama konflik.

Erikson mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan

tahap perkembangan psikososial : kepercayaan versus ketidakpercayaan;

otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu; prakarsa versus rasa bersalah;

tekun versus versus rasa rendah diri; identitas versus kebingungan identitas;

keintiman versus keterkucilan; bangkit versus mandeg; kepuasaan versus

kekecewaan (keputusasaan).

2. Teori-teori Kognitif

Piaget mengatakan bahwa anak-anak melampaui empat tahap

perkembangan kognitif, yaitu : sensorimotor, praoperasional, operasional

konkrit, dan operasonal formal. Teori pemrosesan informasi mengenai

bagaimana individu memproses informasi tentang dunianya, yang meliputi


5

: bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi

disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk

memungkinkan kita berpikir dan memecahkan masalah.

3. Teori-teori Perilaku dan Belajar Sosial

Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidak penting dalam

memahami perilaku. Menurut B.F. Skinner, seorang pakar behavioris

terkenal, perkembangan adalah perilaku yang diamati, yang ditentukan oleh

hadiah dan hukuman di dalam lingkungan. Teori belajar sosial yang

dikembangkan oleh Albert Bandura dan kawan-kawan, menyatakan bahwa

lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, tetapi

proses-proses kognitif tidak kalah pentingnya. Menurut pandangan belajar

sosial, manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilakunya

sendiri.

4. Teori Etologis

Konrad Lorenz adalah salah seorang pengembang penting teori

etologi. Etologi menekankan landasan biologis dan evolusioner

perkembangan. Penanaman (imprinting) dan periode penting (critical

periods) merupakan konsep kunci. Garis besar teori ini mengatakan pada

dasarnya sumber dari semua perilaku social ada dalam gen. ada instink

dalam makhluk untuk mengembangkan perilakunya. Analogi yang

dikemukakan adalah “genes setting the stage, and society writing the play”.

Teori ini memberikan dasar bagi pemahaman periode kritis perkembangan

dan perilaku melekat pada anak segera setelah dilahirkan.


6

5. Teori-teori Ekologi

Teori etologis menempatkan tekanan yang kuat pada landasan

perkembangan biologis. Berbeda dengan teori etologi, Urie Bronfenbrenner

(1917) mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang

perkembangan yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teori

ekologi adalah pandangan sosiokultular Bronfenbrenner tentang

perkembangan, yang terdiri dari 5 sistem lingkungan mulai dari masukan

interaksi langsung dengan gen-gen social (social agent) yang berkembang

baik hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas. Ke 5 sistem dalam

teori ekologis Bronfenbrenner ialah mikrosystem, mesosyem, ekosistem,

makrosistem dan kronosistem.

6. Orientasi Teoritis Eklektis

Tidak satupun toeri dapat menjelaskan kompleksitas perkembangan

masa hidup yang kaya dan mengagumkan. Masing-masing teori

memberikan sumbangan yang berbeda, dan barangkali strategi yang paling

bijaksana adalah mengadopsi perspektif teoritis eklektis jika kita ingin

memahami perkembangan masa hidup secara lengkap. Sebagai suatu

perspektif, pandangan masa hidup mengkoordinasikan sejumlah prinsip

teoritis tentang hakekat perkembangan. Dengan mempertimbangkan

gagasan-gagasan tentang perspektif masa hidup bersama dengan teori-teori

perkembangan yang ada, maka dapat diperoleh suatu rasa konsep teoritis

yang penting dalam memahami perkembangan masa hidup.


7

C. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat

1. Teori korespondensi

Menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu

terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu

pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh

pernyataan atau pendapat tersebut. Masalah kebenaran menurut teori ini

hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa,

pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau

kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita,

objek, maka sesuatu itu benar.

Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang

berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan

demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :

a. Statemaent (pernyataan)

b. Persesuaian (agreemant)

c. Situasi (situation)

d. Kenyataan (realitas)

e. Putusan (judgements)

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran

dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato,

aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas

Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
8

Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori

korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di

dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah

pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan

kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan

sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.

Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai

dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan

antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu

dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud

sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di

dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan

apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu

benar.

Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling

awal (tua) yang berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles, teori ini

menganggap bawa “suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila

pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan (realitas

empirik) yang diketahuinya”, Contoh, ilmu-ilmu pengetahuan alam.

Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada

kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu

pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan atau

pendapat tersebut. Dengan demikian kebenaran epistimologis adalah


9

kemanunggalan/keselarasan antara pengetahuan yang ada pada subjek

dengan apa yang ada pada objek, atau pernyataan yang sesuai dengan fakta,

yang berselaras dengan realitas, yang sesuai dengan situasi actual.

Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut

realisme. diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Russel,

Ramsey dan Tarski. Mengenai teori korenspondensi tentang kebenaran,

dapat disimpulkan sebagai berikut: "Kebenaran adalah kesesuaian antara

pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri".

2. Teori konsistensi

Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran.

Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-

turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen

yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran.

Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-

turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen

yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna

bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab

apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan

comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh

karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan
10

mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek

lain.

Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang

sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang

pengukuran pendidikan.

Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori

korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi

adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dan teori korespondensi. Teori

korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori

konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.

Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu

pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren

dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.

Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu

dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang

telah diterima kebenarannya.

Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut

is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C

Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran

koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika

premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran

metafisikus rasional dan idealis.


11

Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian di kembangan oleh

Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila

telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini

bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang

benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.

Jadi menurut teori ini, “putusan yang satu dengan putusan yang

lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lain. Maka

lahirlah rumusan kebenaran adalah konsistensi, kecocokan.”

Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori

korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang

dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dan sesuai

dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri,

1990:57).

3. Teori Pragmatisme

Teori kebenaran Pragmatis. Tokohnya adalah William James dan

John Dewey. Suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar menurut

teori ini adalah “bila proposisi itu mempunyai konsekwensi-konsekwensi

praktis (ada manfaat secara praktis) seperti yang terdapat secara inheren

dalam pernyataan itu sendiri”, maka menurut teori ini, tidak ada kebenaran

mutlak, universal, berdiri sendiri dan tetap. Kebenaran selalu berubah dan

tergantung serta dapat diroreksi oleh pengamalan berikutnya.

Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra

pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam
12

pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu

memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika

mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan

tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah

supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus

mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.

Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat

segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas

pengajaran, jika tidak, teori ini salah.

Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat

barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah

itulah teori yang benar (kebenaran).

Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap

suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki

kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.

Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan

kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn

memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran

yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.

Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :

a. Sesuai dengan keinginan dan tujuan

b. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen

c. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)


13

Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup

Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh

Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).

4. Teori Religius

Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk

menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan

karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi

yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang

tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal,

budi, rasio, dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan

wahyu yang bersumber dari tuhan.

Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan

berfikir setelah melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan

manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan

jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari

atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar

apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran

mutlak.

Kebenaran bersifat objective, universal, berlaku bagi seluruh umat

manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber

dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.


14

Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan

perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada

persesuaian, persamaan maka itu benar.

Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan

individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat

manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber

dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah

objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi

kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua

kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf

dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :

Agama sebagai teori kebenaran

Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta,

realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama

digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari

kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui

agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren

dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu

kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat

memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.


15

5. Teori Performatif

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau

dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai

penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau

keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti

fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal

yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu

walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti

empiris.

Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti

kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa

pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan

sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan

sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan

sebagainya.

Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa

berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena

terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah

yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-

akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan

pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari

kebenaran.
16

D. Penerapan Teori kebenaran Filsafat ilmu

1. Teori Kebenaran Korespondensi

a. Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “matahari terbit dari

timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut

bersifat faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit

dari timur dan tenggelam di sebelah barat.

b. Pernyataan “Ibu adalah orang yang melahirkan kita”, pernyataan

tersebut benar karena faktanya memang ibulah yang telah melahirkan

kita. Sedangkan pernyataan lain “Bapak adalah orang yang melahirkan

kita”, pernyataan tersebut tidak benar sebab tidak ada obyek yang

berhubungan dengan pernyataan tersebut. Jadi secara faktual “Orang

yang melahirkan kita bukan bapak, melainkan ibu”

2. Teori konsistensi

a. Misalnya bila kita menganggap bahwa pernyataan “semua hewan akan

mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “bahwa

ayam adalah hewan, dan ayam akan mati” adalah benar pula, sebab

pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

b. Pernyataan “Seluruh mahasiswa UNS harus mengenakan almamater

saat perkuliahan berlangsung”. Sulis adalah mahasiswa UNS, Sulis

harus mengenakan almamater saat perkuliahan berlangsung. Pernyataan

tersebut adalah benar sebab pernyataan kedua konsisten dengan

pernyataan pertama.
17

3. Teori Performatif

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia terkadang harus mengikuti

kebenaran performatif. Pemegang otoritas yakni pemerintah, pemimpin

agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya.

Misalnya, Ketua RT memutuskan bahwa hari minggu pada minggu

pertama tiap bulan akan menjadi agenda rutin untuk para warga

melaksanakan kerja bakti, sebagian masyarakat menyetujuinya, namun juga

sebagian masyarakat ada yang tidak setuju dengan keputusan tersebut.

4. Teori Religius

salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui

agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas

segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam,

manusia maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya

lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, maka dalam

teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari tuhan.

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain

5. Teori pragmatis

Teori ini mengatakan bahwa pernyataan diukur dengan kriteria

apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Maksudnya, suatu pernyataan adalah benar apabila pernyataan atau


18

konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam

kehidupan manusia.

Misalnya, Seseorang yang mencetuskan ide untuk menciptakan

suatu alat perontok padi, kemudian ide tersebut direalisasikan hingga

tercipta alat perontok padi yang dapat digunakan oleh manusia untuk

mempermudah pekerjaannya dalam proses merontokkan padi. Maka alat

perontok padi dianggap benar, karena alat tersebut adalah fungsional dan

mempunyai kegunaan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat kesimpulan, yaitu :

filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah

dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses

penyelidikan ilmiah itu sendiri. Sedangkan, Teori adalah keyakinan umum yang

membantu kita menjelaskan apa yang kita amati dan membuat prediksi. Teori

yang baik memiliki hipotesis, yang merupakan asumsi yang harus diuji, dan

juga teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam

gejala sosial maupun natura yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan

abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut

Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai sebuah set dari proposisi yang

mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.

Perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan

berhubungan dengan kematangan yang ditinjau dari perubahan yang

bersifat progresif serta sistematis. Maupun penerapan adalah suatu perbuatan

mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan

tertentu.

19
20

B. SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat. Pada saat penulisan makalah

penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.

Harapan dari penulisan ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apa bila

ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, diharapkan sampaikan kepada

kami.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/muncis/550ec6c9813311b72cbc6530/penerapan-
filsafat-ilmu-dalam-pengembangan-keilmuan

Hasan, Hamid .2008. Pengantar ilmu sosial. Jakarta: PT Bumi aksara

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Teori – Teori psikologi sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

http://mangihot.blogspot.com/2017/01/teori-lengkap-filsafat-dan-ilmu.html

21

Anda mungkin juga menyukai