Anda di halaman 1dari 8

HAKIKAT AKSIOLOGI

A. Konsep Aksiologi
Pengertian aksiologi menurut bahasa yunani “axios” yang berarti bermanfaat dan
“logos” berarti ilmu pengetahuan atau ajran (Salim,1986:53). Aksiologi dipahami sebagai
teeori nilai. Jujun S Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Sedangkan menurut
Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi,realitas,dan
arti dari nilai-nilai (kebaikan,keindahan,dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi
adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Aksiologi
senantiasa diberi pengertian umum sebagai teori filisofis tentang nilai yaitu studi terhadap
watak dasar nilai-nilai atau petimbangan dan argumen- argumen filosofis berkenaan
dengan nilai-nilai.Melalui aksiologi, dunia filsafat melakukan apa yang disebut
investigasi secara rasional terhadap saling hubungan antara ilmu pengetahuan dan
eksistensi manusia berdasarkan sudut pandang etis. Aksiologi menelisik sejauh mana
hubungan antara ilmu pengetahuan dan eksistensi manusia tak memporakporandakan
tatanan etis. Terutama ketika kehidupan sosial,ekonomi dan politik sedemikian rupa
berada dalam pusaran kompleksitas sehingga berkembang menjadi obyek dari berbagai
kecamuk kepentingan,maka akdiologi berperan penting sebagai kerangka studi terhadap
makna kebaikan dalam kehidupan manusia. Aksiologi mengusung tugas-tugas evaluative
terhadap opsi rasional maupun opsi irasional manusia dalam kehidupan sosial,ekonomi
dan politik.

B. Konsep nilai
1. Hakikat Nilai
Definisi dari sebuah nilai secara umum adalah sebuah pemaknaan akan sesuatu
mengenai baik buruk dari sesuatu yang kita amati. Nilai disusun untung saling
berlawanan antara bernilai dan tidak ada nilainya. Nilai sebagai posisi mengenai
kehidupan batin dan makna dari kehidupan. Tanpa ada sebuah penilaian,semua
barang ataupun benda akan sama saja karna sama adanya. Berikut ,makna sebuah
penilaian dari berbagai sudut pandang meliputi:
a. Nilai keorangan dan kebendaan.
Nilai keorangan hanya dihadapkan pada orang-orang saja seperti
setia,pengasih,curang,terpelajar,jujur dantanggung jawab. Sedangkan nilai
kebendaan dihadapkan pada benda saja seperti kemewahan,mahal,sudah
using,berguna dan sesuatu benda yang indah.

b. Nilai sendiri
Nilai sendiri menyakini bahwa nilai yang baik dan benar terletak pada keyakinan
diri sendiri terhadap seseorang atau sesuatu benda yang dialaminya.

c. Nilai pinjaman atau turunan


Nilai tersebut dikatakan sesuatu yang bernilai dikarenakan adanya hubungan
dengan nilai yang lain. Sehingga nilai ini berlawanan dengan nilai sendiri. Pada
niai sendiri bahwa nilai terletak pada keyakinan diri sendiri. Sedangkan nilai
pinjaman dikatakan pada sesuatu yang diperuntukkan untuk kita mempunyai nilai
guna.

d. Nilai pancaran
Nilai pancaran merupakan bentuk khusus daari nilai pinjaman. Nilai tersebut
dipandang terpancar jika bernilai kebendaan dan orang melalui bentuk dan tidak
memandanb isinya bagaimana.

e. Nilai panca indera


Nilai panca indera terbagi menjadj nilai hikmat,nilai hidup dan nilai guna. Nilai
hikmat bisa disebut dengan hedonism yaitu nilai yang berkutat pada kesenangan
dan kegembiraan duniawi. Nilai hidup merupakan nilai-nilai yang dijadikan dasar
tingkah laku manusia. Sedangkan nilai guna berpandangan pada pada nilai
utilitarisme yaitu nilai baik buruknya perbuatan atau tingkah laku berdasarkan
atas nilai kegunaan. Sehingga bisa dinyatakan yang baik adalah nilai yang
berguna.
Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan. Kualitas
merupakan sesuatu yang dapat disebut dari suatu obyek atau suatu segi dari
barang yang merupakan bagian dari barang tersebut dan dapat membantu
melukiskannya. Adapaun kualiatas empiris didefinisikan sebagai kualitas yang
dapat diketahui melalui pengalaman. Sebagai contoh pengertian baik, artinya
pengertian nilai. Moore mengatakan bahwa baik merupakan pengertian yang
bersahaja ,namun tidak dapatditerangkan apakah baik itu. Pendefinisian nilai juga
didasarkan pada hal-hal seperti rasa nikmat atau kepentingan. Nilai tidak dapat
dipersamakan dengan pengertian yang setara,nilai dapat didefinisikan dengan cara
cara lain, seperti dengan menunjukkan contohnya sehingga dapat diketahui secara
langsung. Jika nilai merupakan suatu kualitas obyek dan perbuatan tersebut dapat
didefinisikan tidak berarti nilai tidak bisa dipahami.

Katsoff juga menambahkan bahwa pertanyaan mengenai hakikat nilai dapat


dijawab dengan tiga macam cara yaitu:
a. Subyektivitas yaitu nilai sepenuhnya berhakikat suyektif. Ditinjau dari sudut
pandang ini,nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku
dan keberadaan tergantung dari pengalaman.
b. Obyektivitas logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditnjau dari segi
ontology,namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut
merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal
c. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun
kenyataan.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan


value and valuation ada 3 bentuk:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak


2. Nilai sebagai kata benda konkret
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,memberi
nilai,dan dinilai

Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa


permasalaha yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang
apa yang dinilai. Dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai yaitu:

1. Nilai objektif atau subjektif.


Nilai itu objektif jika dia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya,maknanya,dan
validitasnya tergantung pada reaksi sunjek yang melakukan penilaian,tanpa
mempertimbangkan apah ini bersifat psikis atau fisik.
2. Nilai absolute
Suatu nilai dikatan absolut atau abadi apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku absah sepanjang
masa,serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras,kelas social.
Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai
keinginan atau harapan manusia.

2. Kebebasan dan Ketidakbebasan Sebuah Nilai


Nilai dari suatu ilmu yang berlaku untuk saat ini dan yang akan datang
hendaknya harus mempertimbangkan nilai guna suatu keilmuan yang dipelajari
maupun yang diperolehnya. Oleh karena itu, terdapat sebuah pembatasan
ilmupengetahuan yang ada batasnya san tidak ada batasnya. Namun dalam hal ini
,aksiologi memberikan analog dan gambaran mengenai kebermanfaatan sebuah
ilmu pengetahuan yang selama ini dicari dan diperoleh oleh manusia yang terbagi
dalam ilmu yang bebas nilai dan yang tidak bebas nilai.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga factor
sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai,yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian nilai. Maksudnya bahwa ilmu
harus bebas dari pengaruh eksternal,seperti faktor
politis,ideologis,religious,dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu terjamin.
Kebebasan disini menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu,karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.

Sedangkan dalam pandangan Jurgen Habernas berpendapat bahwa ilmu alam


sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena pengembangan setiap ilmu selalu
asa kepentingan-kepentingan. Jurgen Habernas membedakan tiga macam ilmu
dengan kepentinganya masing-masing,yaitu:

a. Berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris dan analisis. Ilmu-ilmu
ini menyelidiki geja-gejala alam secara empiris dan meyajikan hasil
penyelidikan itu untuk kepentingan-kepentingan manusia.teori-teori ilmiah
disusun agar dirinya dapat diturunkan pengetahuan terapan yang bersifat
teknis,pengetahuan teknis menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
mengelola dunia dan alamnya.
b. Pengetahuan yang memiliki pola yang sangat berlainan,sebab tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu,melainkan memahami
manusia sebagai sesamanya,serta memperlancar hubungan sosial. Oleh
Habernas ilmu ini disebut dengan studi hidtori hermeneutik. Sifat historis
memperlihatkan adanya gejala perkembangan dari objek yang diselidiki,yakni
manusia. Hasil yang dihasilkan disini adalah kemampuan komunikas,saling
pengertian karena pemahaman makna. Dan hermeneutic yaitu penafsiran
menurut tata cara tertentu yang dihasilkan oleh pengetahuan itu. Aspek
kemasyarakatan yang dibahas disini adalah hubungan sosial atau interaksi,
sedangkan kepentingan yang di tuju oleh pengetahuan ini adalah pemahaman.
c. Teori kritis sebagai teori yang membongkar penindasan dan mendewasakan
manusia pada otonomi dirinya sendiri. Disini peran manusia yang sadar diri
sangat dipentingkan. Aspek sosial yang mendasar adalah dominasi kekuasaan
dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
Jelas sekali dalam pandangan Habernas bahwa ilmu itu sendiri diskontruksi
untuk kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia
dan alam,manusia dan manusia,dan nilai penghormatan terhadap manusia.
Jika lahirnya ilmu saja terkait dengan nilai,maka ilmu itu sendiri tidak
mungkin bekerja lepas dari nilai.

Namun seiring berjalanya waktu,pandangan ilmu bebas nilai tidak lepas dari
kritik. Hal itu terjadi terutama setelah terjadi perang dunia I danII. Ini dilihat dari
sisi aksiologis ilmu,bahwa saja ilmu bukan hanya digunakan untuk menguasai
alam melainkan juga untuk memerangi sesame dan menguasai mereka. Berbeda
dengan ilmu yang bebas nilai memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan
nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.

Menurut Wibisono pembahasan aksiologi menyangkut ilmu tidak bebas nilai


yaitu tahap-tahap tertentu yang terkadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai
kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan bersama,bukan sebaliknya menibulkan bencana.
Menurut pandangan T Jacob dalam menganalisis ilmu yang tidak bebas nilai
memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Alat eksplanasi
Alat eksplanasi khususnya dalam ilmu sains merupakan suatu sistem
eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem
lainya dalam memahami masa lampau,sekarang,serta mengubah masa
depan.
b. Alat prediksi
Ketika membuat eksplanasi biasanya para ilmuan telah mengetahui factor
yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari factor tersebut para
ilmuan dapat membuat ramalan atau prediksi.
c. Alat pengontrol
Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan atau prediksi dan
aat pengontrol. Perbedaan antara prediksi dengan alat pengontrol adalah
prediksi lebih cendrung bersifat pasif ,karena timbul gejala tertentu,maka
kita dapat membuat prediksi,misalnya akan terjadi keadaan atau kondisi
tertentu. Sedangkan alat pengontrol lebih bersifat aktif terhadap sesuatu
keadaan,contohnya kita membuat tindakan efektif yang mampu
meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu gejala tertentu.

3. Penilaian dalam Aksiologi


Selanjutnya nilai yang dideskripsikan sebagai alat eksplanasi, prediksi,dan
pengontrol dalam penilain aksiologi terdapat dua penilaian yang digunakan
yaitu:
a. Etika
Etika lebih fokus pada perilaku,norma,dan adat istiadat manusia.
Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis Franz Magnis Suseno
diartikan sebagai pemikirankritis,sistematis,dan mendasar tentang ajaran
dan pandangan moral. Etika dapatdijelaskan dalam dua makna yaitu:
1. Etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia.
2. Etika merupakan suatu predikat yang digunakan untuj
membedakan hal-hal,perbuatan-perbuatan,atau manusia-
manusia yang lain.

Didalam etika nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi


sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan
tanggung jawab. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan
mampu mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan. Dalam
perkembangan sejarah ada empat teori etika sebagai sitem filsafat moral
yaitu utilitarisme,eudemonisme,deontology,dan hedonisme.

Pertama utilitarisme berpendapat bahwa tujuan hokum adalah


memajukan kepentingan para warga Negara dan bukan memaksakan
perintah- perintah ilahi atau melindungi hak kodrati. Kedua
eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan dan
tujuan dari manusia sendiri kebahagiaan. Ketiga deontologi yaitu
pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Khant,yang bisa
disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua
hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya
kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak
manusia. Keempat hedinisme adalah pandangan moral yang menyamakan
baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.

b. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan
tentang nilai keindahan. Maksudnya suatu objek yang indah bukan
semata-mata bersifat selaras melainkan harus mempunyai
kepribadian.Maka ,dalam keindahan memiliki argument bahwa didalam
diri dari segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertera tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh.
Oleh sebab itu, Brannel merangkum rumusan aksiologi dalam tiga
bagian,yaitu:
a. Moral conduct yaitu tindakan moral, bidang ini telah
melahirkan disiplin khusus,yakni etika.
b. Esthetic expression yaitu ekspresi keindahan ,bidang ini
melahirkan keindahan.
c. Sasio-polotical-life yaitu kehidupan dalam sosial politik,yang
akan melahirkan filsafat sosio-politik.

C. Peran Aksiologi dalam Kehidupan


1. Aksiologi dalam ilmu pengetahuan
Menilai sebuah kegunaan ilmu pengetahuan dalam aksiologi dapat
diketahui dari kegunaan filsafat itu sendiri yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi
dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk duatu
dunia,atau hendak menentang suatu system kebudayaan atau system
ekonomi,
b. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini
semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Filsafat
sebagai pemecah masalah gunanya filsafat dapat menyelesaikan suatu
permasalahan.

2. Aksiologi dalam filsafat ilmu


Menilai sebuah filsafat ilmu dalam aksiologi yaitu dengan melihat apakah suatu
nilai bersifat objektif atau bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada sunjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya,bukan pada subjeknya yang melakukan penilaian. Kebenaran
tidak tergantung pada kebenaran pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu
harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang yang membedakan antara pernyataan
ilmiah dan pendapat umum ialah terletak pada objektivitasnya. Seorang imuan harus
melihat realitas pada empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologid,agama dan budaya. Seorang imuan haruslah bebas dalam menentukan topic
penelitiannya,bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan
bekerja dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiah dan tujuan agar penelian berhasil
dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utama dan tidak mau terikat pada
nilai subjektif. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
memberi penilaian, kesadarn menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia,seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka,senang
atau tidak senang.
Secara garis besar,dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh nilai dalam ranah
kehidupan manusia tidak hanya nilai akan menentukan aspek ontologis dan aksiologis
juga nilai akan menentukan:
a. Memilih objek penelitian
b. Cara meneliti
c. Menggunakan hasil penelitian

D. Contoh Makna Aksiologi Tentang Kesempurnaan

Arti Sebuah Kesempurnaan

Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti
menciptakan seseorang perempuan yang sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya
karena itu dia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah dia di
sebuah desa. Dia bertemu dengan seorang petani yang memiliki 3 anak perempuandan
semuanya cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa dia ingin
mengawini salah satu anaknya tapi bingung,mana yang paling sempurna. Sang petani
menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si lelaki setuju. Hari pertama
dia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak petani
“Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil,yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari
jempol kaki kanan”.
Hari berikutnya dia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata
“Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling”.
Akhirnya pergilah dia dengan anak ketiga,begitu pulang dia dengan gembira mendatangi
petani dan berkata, “Inilah yang saya cari-cari, dia benar-benar sempurna”.
Lalu menikahkah si lelaki dengan anak ketiga petani tersebut. Sembilan bulan
kemudian si istri melahirkan,dengan penuh kebahagian si lelaki menyaksikan kelahiran
anak pertamanya. Ketika si anak lahir, dia begitu kaget dan kecewa karena anknya
sangatlah jelek. Dia menemui bapak petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini
pak,Anak bapak cantik dan saya tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu?”
Petani menjawab , “Dia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan. Waktu
itulah dia sudah hamil duluan..”
Kadang kala saaat kita mencari kesempurnaan,yang kita dapat kemudian
kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka sgala sesuatunya akan terasa
istimewa.

Anda mungkin juga menyukai