KELOMPOK IX
PROGRAM S1 KEPERAWATAN 5B
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
Jl. Raden Patah No.100 Ledug Kec.Kembaran Kab. Banyumas Jawa
Tengah 53132
Web : www.shb.ac.id Telp.(0231) 53434
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah,Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Selesainya
penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam membuat makalah yang
berjudul “Delekuensi Defek Moral”.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan...............................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah sosial yang sangat sering
terjadi ditengah-tengah masyarakat, masalah ini merupakan masalah sosial yang
harus dikaji terus menerus karena, penyakit masyarakat ini tidak bisa kita pandang
sebelah mata karena dari remajalah yang menentukan masa depan suatu bangsa.
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa
ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik
dirumah, sekolah atau dilingkungan pertemanannya. Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja. Banyak sekali faktor internal dan eksternal penyebab
kenakalan remaja yang perlu diperhatikan. Untuk mengatasinya maka bimbingan
dari orang tua dan juga lingkungan yang baik bisa menjadi penentu bagi
perkembangan remaja tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Delikuensi Defek Moral?
2. Apa saja penyebab Delikuensi Defek Moral?
3. Apa saja tanda dan gejala Delikuensi Defek Moral?
4. Apa dampak yang terjadi akibat Delikuensi Defek Moral?
5. Bagaimana pencegahan Delikuensi Defek Moral?
6. Bagaimana Penanganan Delikuensi Defek moral?
C. Tujuan Makalah
1
1. Untuk mengetahui definisi Delikuensi Defek Moral
2. Untuk mengetahui penyebab Delikuensi Defek Moral
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Delikuensi Defek Moral
4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat Delikuensi Defek Moral
5. Untuk mengetahui pencegahan Delikuensi Defek Moral
6. Untuk mengetahui Penanganan Delikuensi Defek moral
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Defek ( defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang. Atau delinkuensi merupakan bentuk delinkuensi yang sering kali
melakukan pengerusakan, pencederaan, dan antisosial sebagai akibat adanya
disfungsi intelegensi (IQ), akan tetapi dalam dirinya tidak terdapat penyirnpangan
mental lainnya.
Moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan perilaku, akhlak
yang dimiliki semua orang.
B. Penyebab
1. Identitas
Menurut Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja adalah tahap krisis
identitas versus disfungsi identitas. Perubahan fisik akan mernengaruhi
pembentukan sikap. perilaku, emosi. dan peran sosial. Salah satu bentuk
3
perubahan yang paling mencolok adalah perubahan perilaku dan sikap
memberontak. Erikson (dalam Santrock. 1996) menilai bahwa delinkuen
remaja ditandai dengan kegagalan dalam mencapal integritas pribadi yang
melibatkan gangguan peran identitas. Seseorang yang mengalami masa lalu
yang kurang menyenangkan memungkinkan kesulitan dalam menjalankan
peran individu dan sosial. Kegagalan dalam menjalankan peran menyebabkan
remaja membentuk geng-geng baru atau meleburkan diri pada kelompok geng
lama sebagai geng korban pengabaian sosial.
2. Kontrol Diri
Delinkuen remaja juga digambarkan sebagai kegagalan dalam
mengemhangkan kontrol diri yang cukup mendalam pada tingkah laku.
Hampir sebagian besar remaja mengalarni kegagalan dalam mengembangkan
kontrol diri selama proses pertumbuhan sekalipun mereka lah mcncrirna
ataupun rncmpclajani perbcdaan mana tingkah laku yang dapat diterirna atau
ditolak masyarakat. Hasil penelitian dan Santrock (1996) menemukan bahwa
ternyata kontrol diri memegang peranan penting dalam delinkuen remaja.
Pembelajaran kontrol diri berawal dari pola asuh orang tua yang konsisten
atau inkonsisten dan keterampilan atau kegagalan dalam pengaturan diri.
Semakin konsisten dan terampil dalam pengaturan diri maka semakin baik
kontrol diri seseorang. Sebaliknya pula, semakin inkonsisten dan semakin
tidak terampil dalam pengaturan diri, maka semakin gagal dalam mengontrol
perilaku dan senang memicu timbulnya tindakan-tindakan delinkuensi.
3. Usia dan Jenis Kelamin
Munculnya perilaku delinkuen dan antisosial pada usia dini akan
memengaruhi pada pembentukan perilaku delinkuen dan sosial pada fase-fase
berikutnya. Namun berdasarkan penelitian McCord (dalam Kartono, 2003)
menemukan bahwa mayoritas dari remaja yang nakal cenderung
menghentikan tindakan delinkuen pada usia memasuki 21-23 tahun.
4
Sementara berdasarkan perbedaan gender, ditemukan bahwa gender pria Iebih
banyak dan Iebih dominan melakukan tindakan delinkuen dibandirigkan
dengan wanita. Diperkirakan hampir 50 kali lipat lebib besar delinkuen pria
dibandingkan delinkuen perempuan.
4. Sekolah, Keluarga dan Teman Sebaya
Rernaja yang menjadi pelaku delinkuen sering memiliki harapan yang rendah
terhadap pendidikannya di sekolah. Mereka sering merasa sekolah tidak
bermanfaat untuk kehidupan masa depan sehingga tidak memiliki motivasi
dan nilai-nilai sekolah. Peran keluarga sangat berpengaruh dalam
pembentukan delinkuen remaja, terutama yang berkaitan dengan rendahnya
perhatian dan dukungan pada aktivitas anak. Apalagi jika dibarengi dengan
kurangnya penerapan disiplin yang efektif dan kurangnya kasih sayang orang
tua. Hal ini didukung dan penelitian Gerald Patterson, dkk. (dalam Sant-rock.
1996) yang menemukan bahwa pengawasan orang tua yang tak memadai pada
keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tak efektif merupakan pemicu
terjadinya delinkuen remaja, seperti tingginya angka perselisihan dan
pertengkaran antar-anggota keluarga dan tingkat stres. Pengaruh teman-teman
sebaya dalam pembentukan sikap dan perilaku seseorang dapat dikatakan
sangat besar. Remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal dan delinkuen
tidak terlepas dari peniruan, keterlibatan dan peleburan diri dalam pelaku
delinkuen. Diperkirakan sebagian besar pelaku delinkuen remaja memiliki
relasi yang secara reguler dengan teman sebaya yang delinkuen.
5. Psikososial
Faktor-faktor psikososial yang berkaitan pada pembentukan perilaku
delinkuensi remaja adalah perasaan rendah diri, rasa tidak nyaman, rasa takut,
pembentukan identitas diri yang kurang mantap, proses identifikasi terhadap
tindakan kekerasan, penanaman nilai-nilai atau norma yang salah dan
pengaruh media massa. Ada kecederungan bahwa pelaku delinkuen remaja
Iebih hanyak berasal dari kelas sosio-ekonomi yang lebih rendah dengan
5
perbandingan jumlah remaja nakal di daerah perkampungan miskin yang
rawan dengan daerah yang memiliki privilage. Diperkirakan perbandingannya
sekitar 50:1. Faktor pcnyebabnya adalah minimnya kesempatan para remaja
kelompok sosial ekonomi rendah untuk mengembangkan keterampilan yang
diterima masyarakat. Salah satu cara yaitu dengan melakukan tindakan
delinkuen. Komunitas masyarakat yang memiliki kriminalitas yang tinggi
memungkinkan remaia meniru berbagai model tindakan delinkuen demi
mendapatkan penghargaan dan status. Ciri dari kualitas komunitas yang bisa
memicu perkembangan perilaku delinkuen adalah daerah-daerah kantong
kemiskinan.
6. Faktor Genetik
Faktor-taktor yang bertalian dengan faktor genetik adalah gangguan pada
tingkah laku sebagi akibat dan bertambahnya usia, factor kepribadian berupa
perilaku impulsif, mudah marah, tidak mampu berpikir panjang, kerusakan
otak, dan ganguan ADHD.
C. Tanda gejala individual Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian
khusus yang menyimpang, seperti :
1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
3. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak
mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab
secara sosial.
4. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir, walaupun
mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di
dalamnya.
5. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
6. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
6
7. Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi liar
dan jahat.
D. Dampak
7
E. Pencegahan
1. Melalui pendekatan keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam tantanan kehidupan masyarakat
merupakan unsur pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak.
Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan,
mendewasakan, dan didalamnya anak mendapat pendidikan pertama kali.
2. Melalui pendekatan Eksistensi Pendidikan Formal
Dalam konten ini sekolah merupakan ajang pendidikan yang ke dua setelah
lingkungan keluarga bagi anak dan remaja. Mewujudkan lingkungan sekolah
yang sehat.
3. Mengarahkan anak dan remaja untuk terlibat dalam organisasi
Problematika sosial secara esensial bukan sekedar merupakan tanggung
jawab para orang tua/wali atau pengasuh di rumah, pemuka-pemuka
masyarakat dan pemerintah semata. Apabila anak dan remaja ini dilibatkan
dalam organisasi diharapkan akan menumbuhkanrasa tanggung jawab serta
dengan sendirinya akan muncul solidaritas dari mereka terhadap masyarakat.
4. Penyuluhan dan pendidikan dan latihan bagi anak dan remaja yang nakal.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa instansi terkait.Seperti mengadakan
penyuluhan kesadaran hukum bagi anak dan remaja yang dapat
divisualisasikan dengan berbagai cara. Dengan tujuan untuk mendidik anak
dan remaja tersebut,sehingga mereka mengerti hukum,kemudian mereka
akam menghargainya dan akhirnya mampu mematuhidengan sebaik-
baiknya.
5. Pembinaan Mental dan Spiritual
Dapat dilakukan dengan cara moralistik:dilaksanakan dengan penyebaran
luasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang baik dan
sarana-sarana lain yang dapat menekan nafsu untuk berbuat
kenakalan/kejahatan.
8
6. Tindakan preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenalakan remaja secara umum dapat
dilakukan melalui cara berikut:
Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para
remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab
timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.
9
F. Penanggulangan Kenakalan Remaja
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Delinkuensi merupakan bentuk delinkuensi yang sering kali
melakukan pengerusakan, pencederaan, dan antisosial sebagai akibat adanya
disfungsi intelegensi. Penyebab Delikuensi defek moral bisa dari faktor
internal maupun eksternal. Penyebabnya bisa dari identitas, kontrol diri, usia
dan jenis kelamin, sekolah, keluarga teman sebaya, psikososial, faktor
genetik.
B. Saran
Untuk mengatasi terjadinya delikuensi defek moral secara dini perlu
pencegahan dan untuk penanganan apabila delikunsi defek moral pada remaja
sudah tidak dapat dicegah. Oleh karena itu untuk mengatasi delikuensi defek
moral perlu bantuan dari berbagai lapisan masyarakat.
11
DAFTAR PUTAKA
12