Anda di halaman 1dari 11

ABRAHAM MASLOW

Abraham Maslow (1908-1970)

Teori Abraham Maslow dimasukkan ke dalam paradigma traits karena teori itu menekankan
pentingnya peran kebutuhan dalam pembentukan kepribadian. Dalam hal ini kedudukan Maslow
menjadi unik. Pada Mulanya dia adalah pengikut John Watson, sehingga dapat dimasukkan ke
dalam kelompok behaviorisme. Namun kemudian dia menyadari bahwa behaviorisme dan
psikoanalisa yang mengembangkan teori berdasarkan penelitian binatang dan orang neurotik, tidak
berhasil menangkap keajaiban nilai-nilai kemanusiaan. Abraham Maslow akhirnya menjadi orang
pertama yang memproklamirkan aliran humanistik sebagai kekuatan ketiga dalam psikologi.

Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan
psikologis manusia didorong oleh hierarki kebutuhannya, yaitu kebutuhan fisiologis
(physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan cinta dan kasih sayang
(love & belonging needs), kebutuhan untuk dihargai (esteem needs), dan aktualisasi diri
(selfactualization).

Pandangan Para Ahli

Isu -isu penting tentang eksistensi manusia menjadi perhatian penting para ahli psikologi
humanistik, teori belajar menurut para ahli seperti aspek cinta, kreativitas, kesendirian dan
perkembangan diri. Para ahli humanistik tidak mempunyai keyakinan bahwa manusia bisa
mempelajari sesuatu dengan melakukan penelitian terhadap binatang. Para ahli teori humanistik
meyakini beberapa hal yaitu:

 Manusia memang mempunyai dorongan bawaan untuk mengembangkan diri


 Manusia mempunyai kebebasan untuk merancang dan mengembangkan tingkah lakunya,
dan bukan merupakan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungannya.
 Manusia merupakan makhluk rasional yang sadar dan tidak dikuasai oleh ketidaksadaran,
kebutuhan irasional dan konflik.

Teori Humanistik Abraham Maslow

Abraham Maslow dianggap sebagai bapak psikologi humanistik yang menghadirkan teori yang
komprehensif atau menyeluruh dan sangat jelas menunjukkan bahwa orientasi humanistik
memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran modern mengenai perilaku manusia. Teori
Maslow berdasarkan pada anggapan bahwa setiap individu memiliki dua hal di dalam dirinya:

o Adanya usaha yang positif untuk berkembang


o Adanya kekuatan untuk melawan atau memberi penolakan terhadap perkembangan itu.

Maslow menyatakan bahwa manusia bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya
hierarkis. Adanya rasa takut pada diri masing – masing individu sekaligus juga adanya dorongan
untuk menjadi lebih maju dan memaksimalkan potensinya, percaya diri menghadapi dunia luar
dan juga bisa menerima dirinya sendiri. Beberapa teori psikologi lain menurut para ahli yaitu teori
identitas sosial, teori perkembangan anak menurut para ahli, dan teori kepercayaan diri.

MOTIVASI HIRARKI KEBUTUHAN

Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun
dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang
sebelumnya telah relatif terpuaskan.

Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus
relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih
tinggi. Jadi, kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa
aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih
sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan- baru akan muncul kebutuhan meta

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah
kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi
dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya.
Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan
keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan
untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi
sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar
bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang
lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu
hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering
kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta
kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta
yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu
mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.

Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)

Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas untuk mengejar
kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Maslow menemukan
bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu
kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk
menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian,
reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan
harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk
memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan
makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan). Kebutuhan-
kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di
atasnya. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan
fisiologisnya itu terpuaskan. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli
dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama,
kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau
minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik
ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah
hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan
akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.

Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut


Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini
diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari
daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,
kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara psikis yang mengancam kondisi kejiwaan
seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman
berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia
tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau
perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak
yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.
Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan
serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
AKTUALISASI DIRI

Aktualisasi diri adalah Keinginan seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk
mencapai apapun yang mereka mau dan bisa dilakukan. (Disadur dan diterjemahkan dari:
dictionary.cambridge.org)
Ahli jiwa Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi
diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow
menemukan bahwa tanpa memandang suku asal usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-
tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya masing-masing. Kebutuhan
tersebut meliputi:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan pangan, pakaian, dan tempat


tinggal maupun kebutuhan biologis.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan keamanan kerja,
kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan
yang mengancam.
3. Kebutuhan rasa memiliki sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan terhadap
persahabatan, berkeluarga, berkelompok, dan interaksi.
4. Kebutuhan terhadap penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan harga diri, status, martabat,
kehormatan, dan penghargaan dari pihak lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan memenuhi keberadaan
diri (self fulfillment) dengan memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri.

● Karakteristik pengaktualisasi diri menurut Maslow


Pengaktualisasi diri adalah orang yang hidup secara kreatif dan sepenuhnya menggunakan
potensinya. Ini mengacu pada keinginan untuk pemenuhan diri, yaitu, kecenderungan untuk
menjadi aktualisasi dalam apa yang berpotensi di dalam dirinya.Maslow mendasarkan teorinya
sebagian pada asumsi atau keyakinannya sendiri tentang potensi manusia dan sebagian lagi pada
studi kasusnya tentang tokoh-tokoh sejarah yang ia yakini sebagai pengaktualisasi diri, termasuk
Albert Einstein dan Henry David Thoreau.Dia menganggap orang yang mengaktualisasikan diri
memiliki "kemampuan yang tidak biasa untuk mendeteksi kepribadian palsu, dan tidak jujur, dan
secara umum menilai orang dengan benar dan efisien." Maslow telah memeriksa kehidupan
masing-masing orang ini dengan seksama untuk menilai beberapa kualitas-kualitas yang membuat
masing-masing menjadi pribadi yang berhasil mengaktualisasi dirinya.Dalam studinya, Maslow
menemukan bahwa pengaktualisasi diri benar-benar memiliki beberapa kesamaan. Dia juga
percaya bahwa masing-masing orang ini entah bagaimana berhasil menemukan sifat inti mereka
yang unik bagi mereka, dan merupakan salah satu tujuan hidup yang sebenarnya. Entah terkenal
atau tidak dikenal, berpendidikan atau tidak, kaya atau miskin, pengaktualisasi-diri cenderung
cocok dengan beberapa karakteristik berikut.

1. Persepsi realitas yang efisien. Pengaktualisasi-diri dapat menilai situasi dengan benar dan
jujur. Mereka sangat peka terhadap yang palsu dan tidak jujur, dan bebas melihat
kenyataan dengan 'apa adanya'.
2. Penerimaan diri, orang lain, dan alam yang menyenangkan. Pengaktualisasi-diri menerima
sifat manusia mereka sendiri dengan segala kekurangannya. Kekurangan orang lain dan
kontradiksi kondisi manusia diterima dengan humor dan toleransi.
3. Bergantung pada pengalaman dan penilaian sendiri. Mandiri, tidak bergantung pada
budaya dan lingkungan untuk membentuk opini dan pandangan.
4. Spontan dan alami. Teguh pada diri sendiri, daripada menjadi seperti yang diinginkan
orang lain.
5. Berorientasi pada tugas. Sebagian besar subjek Maslow memiliki misi untuk diselesaikan
dalam kehidupan atau tugas atau masalah yang 'melampaui' diri mereka sendiri (bukan di
luar diri mereka) untuk dirampungkan.
6. Otonomi. Pengaktualisasi diri bebas dari ketergantungan pada otoritas eksternal atau orang
lain. Mereka cenderung banyak akal dan mandiri.
7. Kesegaran penghargaan yang berkelanjutan. Pengaktualisasi diri tampaknya terus
memperbarui apresiasi terhadap barang-barang dasar kehidupan seperti contohnya benda-
benda di alam.
8. Hubungan interpersonal yang mendalam. Hubungan interpersonal dari pengaktualisasi-
diri ditandai oleh ikatan cinta yang mendalam.
9. Nyaman dengan kesendirian. Meskipun hubungan mereka memuaskan dengan orang lain,
orang yang mengaktualisasikan diri menghargai kesendirian dan merasa nyaman sendirian.
10. Selera humor yang tidak menyerang. Ini mengacu pada kemampuan untuk menertawakan
diri sendiri daripada membuat lelucon yang cenderung menyakitkan hati orang lain.
11. Pengalaman puncak. Semua subjek Maslow melaporkan seringnya terjadi pengalaman
puncak (momen sementara aktualisasi diri). Peristiwa-peristiwa ini ditandai oleh perasaan
ekstasi, harmoni, dan makna yang dalam.
12. Welas asih sosial. Memiliki rasa kemanusiaan yang cenderung tinggi.
13. Beberapa teman. Beberapa teman dekat yang intim daripada banyak hubungan dangkal.
14. Gemeinschaftsgefühl. Menurut Maslow, pengaktualisasi-diri memiliki
"Gemeinschaftsgefühl", yang mengacu pada "kepentingan sosial, perasaan menyatu, atau
rasa kesatuan dengan seluruh umat manusia."

ORGANISASI KEPRIBADIAN
1. Sindrom kepribadian
Unit utama dari kepribadian adalah sindrom kepribadian, sejumlah sifat sifat yang
berbeda beda (tingkah laku, persepsi, fikiran, dorongan untuk berbuat, dll)
Maslow baru meneliti 3 sindrom yang terpenting, yaitu sindrom harga diri (self
esteem), sindrom keamanan (security), dan sindrom kecerdasan (intelectual) penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode holistic analistik . pendekatan holistic
menjelaskan bagaimana interaksi bagian bagian dalam organisasi dinamik dari individu
sebagai satu kesatuan. Pendekatan analitik memahami detail apa bagaimana dan peran
unsur unsur yang terlibat didalamnya.

Contoh Sindrom Keamanan


Level 1 Personality syndrome Security – insecurity
Level 2 Subsyndrome Kekuatan – kepatuhan
Level 3 Su-subsyndrome Curiga – persamaan derajat
Level 4 Sub-sub-subsyndrome Warna kulit – ciri terdalam
manusia
Level 5 Sub-sub-sub-subsyndrome Menekankan - menekankan
Perbedaan persamaan
Antar manusia antar
manusia

Konsep sindrom kepribadian yang berisi sub sindrom, merupakan bagian dari usaha
Maslow menolak pandangan yangmemecah atau merinci manusia menjadi bagian bagian
kecil yang saling tidak berhubungan, menjadi bagian elementer dalam situasi yang spesifik.
2. Kekurangan dan Menjadi (deficiency – being )
Menurut Maslow, orang berhubungan dengan dunia luar dalam dua bentuk, alam –
kekurangan menjadi alam – menjadi. Alam kekurangan atau D-realm adalah D-need, bias
berujud D-love, D-value, dan D- lainnya, (D= deficiency=kekurangan); merupakan bentuk
hubungandimana orang terlibat dengan kegiatan memuaskan kebutuhan dasar untuk
bertahan – orang berusaha untuk mengatasi atau menhindari kebutuhan kekurangan seperti
makanan, minuman, tempat istirahat.
Sebagai tambahan dan untuk membedakan motiv/ kebutuhan D dengan B, Maslow
membedakan jenis kognisi yang menjadi ciri dari dua alam itu, D-cognition dengan B-
cognition. Orang mungkin brfikir bahwa B-kognisi lebih diharapkan, namun Maslow
mengingatkan bahwa D-kognisi sama sama dibutuhkan. Semata mata B-kognisi bias
membuat orang hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak mempedulikan orang lain. Itu
tidak sehat, orang harus tetap memikirkan tentang kekurangan dirinya sendiri,
membandingkan dirinya dengan orang lain, dan berkomunikasi memakai fikiran orang lain
yang “lebih baik” dari pemikiran yang dimiliki.

APLIKASI TEORI ABRAHAM MASLOW

Personal Orientation Inventory (Shostrom)

POI adalah tes yang diusun berdasarkan teori Maslow mengenai aktualisasi diri dan bertujuan
untuk mengatur aktualisasi seseorang. Shostrom melaporkan tes yang disusunya cukup valid dan
reliabel menghasilkan ukuran yang kompeherensif mengenai nilai-nilai dan tingkah laku – tingkah
laku dari aktualisasi diri seseorang. Tes ini terdiri dari 150 item pilihan ganda, sidites diminta
untuk memilih mana yang sesuai dengan dirinya, pernyataan (a) atau (b), tetapi mereka boleh tidak
menjawab kalau dua pernyataan itu tidak ada yang cocok dengan dirinya atau dia sama sekali tidak
tau mengenai pernyataa itu.

POI mempunyai 2 skala utama dan 10 subskala. Skor tinggi pada 12 skaala itu menunjukkan
tingginya tingkat aktualisasi diri , sedang skor rendah memberi petunjuk kekurangan-kekurangan
dalam nilai-nilai dan tingkah laku yang membuat orang terhambat mencapai aktualisasi diri. Nilai
rendah ini tidak berarti orangnya patologis. Menurut Shostrom, ketika Maslow mengisi POI
dengan jujur, dia hanya mencapai skor “berada dalam jalur menujun aktualisasi diri” yang tentu
tidak setinggi skor orang yang mencapai aktualisasi diri.
Neurotik

Maslow tidak banyak tertarik dengan abnormalitas dan psikoterapi, dan lebih banyak menganalisis
orang yang normal bahkan supernormal. Karena itu konsep-konsepnya tentang neurotik tidak utuh,
tersebar di berbagai keinginan dasar berkembang sehat, bergerak menuju aktualisasi diri. Gagal
dalam mengembangkan keinginan dasar itu akan menimbulkan neurosis dan perkembangan
abnormal. Penderita neurotik adalah orang yang terhalang atau menghalangi diri sendiri dari
memperoleh kepuasan kebutuhan daar mereka sendiri. Halangan itu menghentikan gerak maju
menuju aktualisasi diri. Jika orang tidak mempunyai makanan dan tempat tinggal, mereka tidak
akan mencapai perkembangan potensi psikologis sepenuhnya. /individu yang merasa terancam dan
tidak aman banyak yang memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah. Kompleks Junus
merupakan bentuk hambatan neurotik, yang pada kadar tertentu dimiliki oleh semua orang.

Psikoterapi

Walaupun Maslow bukan praktisi psikoterapiss, dia berpendapat teorinya dapat diaplikasikan ke
dalam psikoterapi. Menurutnya, kepuasan kebutuhan dasar hanya dapat terjadi melalui hubungan
interpersonal, karena itu terapi harus bersifat interpersonal. Suasana terapi harus melibatkan
perasaan saling terus terang/ jujur, saling percaya dan tidak difensif. Suasana itu juga mengijinkan
ekspresi yang kekanak-kanakan dan memajukan. Ekspresi kelemahan diri ini bisa terjadi kalau
hubungan terapi mendukung, tidak menimbulkan ancaman. Dalam suasana yang demokratis,
terapis harus memberi klien penghargaan, cinta, dan perasaan bahwa klien itu berada dalam alur
perkembangan yang benar. Dengan kata lain, terapis harus memuaskan kekurangan kebutuhan
dasar klien. Tetapi terapi efektif harus maju lebih jauh. Hubungan teraputik bukan hanya dibangun
melalui cinta yang diberikan kepada klien, tetapi juga ekspresi cinta dan afeksi dari klien kepada
terapisnya. Klien secara umum didorong untuk menampilkan nilai-nilai yang berhubungan dengan
perkembangan positif. Ia didorong untuk berani membuka diri, belajar memahami lebih lanjut
mengenai kompleksitas kehidupan manusia. Maslow menyadari bahwa terapi yang suportif dan
hangat tidak dapat dipakai dengan klien tertentu, misalnya mereka yang kronis, neurotik yang
melibatkan ketidakpercayaan dan kemarahan kepada orang lain. Pada kondisi semacam itu,
Maslow yakin analisis memakai pendekatan Freud lebih berhasil.
Evaluasi

Teori holistik-dinamis dari Maslow menarik perhatian bukan hanya di kalangan psikolog, tetapi
juga dikalangan manajer, pendidik, pedagang, dan perawat. Model kebutuhan hirarkis paling
banyak pengaruhnya. Banyak kasus di lingkungan industri dan kekaryawanan, dapat diselesaikan
memakai konsep kebutuhan hirarkis. Pada industri padat kerja, terkadang sukar sekali dapat
memenuhi kebutuhan fisiologis karyawan. Karyawan digaji rendah, tetapi tetap dituntut untuk
bekerja keras dan setia dengan perusahaan. Teori Maslow mengajarkan kepada perusahaan untuk
bisa memberi rasa aman, menumbuhkan rasa dimiliki dan cinta kepada perusahaan., dan tentu saja
melibatkan meningkatkan harga diri karyawan. Memang kepuasan pada tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi tidak dapat menghapus ketidakpuasan fissiologi, tetapi paling tidak dapat meredam
ketidakpuasan karyawan.

Teori Motivasi Hirarkis berseberangan dengan teori Dua Faktor dari Herzberg yang memandang
kepuasan dan ketidakpuasan sebagai dua dimensi yang terpisah. Hal-hal yang dapat memberikan
kepuasan, disebut faktor motivator, sedang hal-hal yang dapat menimbulkan ketidak puasan
disebut faktor higiene. Kalau orang memperoleh hal-hal yang dapat memberi kepuasan sesuai
dengan motivasinya (faktor motivator), maka orang itu merasakan kepuasan, sebaliknya kalau hal-
hal yang dapat memberi kepuasan itu tidak dapat diperoleh, orang tidak merasakan kepuasan.
Herzberg berpendapat bahwa tidak merasakan kepuasan itu tidak sam dengan merasa tidak puas.
Perasaan tidak puas baru akan timbul kalau orang tidak memperoleh faktor higiene yang menjadi
kebutuhannya, sebaliknya kalau faktor-faktor higiene ini dapat diperoleh, orang tidak merasakan
ketidakpuasan. Kembali, menurut Herzberg orang yang tidak merusakan ketidakpuasan itu tidak
sama dengan puas.

Jadi, untuk menimbulkan kepuasan harus diperoleh faktor motivator, dan untuk menghilangkan
ketidak puasan harus diperoleh faktor higiene. Dalam struktur hirarki dari Maslow, dua kebutuhan
yang teratas, harga diri dan aktualisasi diri adalah faktor motivator. Kalau dua kebutuhan- harga
diri dan aktualisasi diri- dapat terpenuhi, orang akan merasa puas. Dua kebutuhan dasar yang
terbawah, kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman adalah faktor higiene. Pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ini akan menghilangkan perasaan ketidakpuasaan. Kebutuhan afeksi dan
cinta menjadi faktor menjadi faktor antara sebagian masuk ke faktor higiene dan sebagian lainnya
masuk ke faktor motivator. Teori Herzberg menekankan perbedaan fungsi dari kebutuhan
fisiologis dengan kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis berhubungan dengan kekuatan otot
dan penginderaan, sedang kebutuhan psikologis berhubungan dengan dorongan, motivasi. Teori
Herzberg ini juga tidak luput dari kritikan, karena sering ditemui variabel yang dapat dimasukkan
ke faktor higiene dan faktor motivator sekaligus. Namun paling tidak, teori dua faktor memberi
masukan kompleksitas dari motivasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai