Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HANS J. EYSENCK DAN RAYMOND B. CATTELL

DOSEN PEMBIMBING:
CUT RIZKA ALIANA, S.Psi., M.Si.

DISUSUN OLEH:
FINA MARLIANA (210901083)
ZAKIYA ULYA FITRI (210901106)

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, kekuatan dan kemampuan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hans J. Eysenck dan Raymond B. Cattell”. Shalawat dan salam tidak lupa kami
panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia
dari alam kebodohan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua kami yang
telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual. Selanjutnya terima kasih juga
kepada bapak yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kapada kami untuk
menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa pula kepada semua teman-teman yang telah mengisi
hari-hari kami dengan berbagai motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kelemahan.
Sungguh kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan yang terbaik. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kami maupun yang membaca.

Bamda aceh, 25 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3 .Tujuan................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1. Biografi Hans J. Eysenck................................................................................................2

2.2. Teori Faktor Eysenck.....................................................................................................3

2.3. Mengukur Kepribadian Hans J. Eysenck....................................................................5

2.4. Dasar Analisis Faktor.....................................................................................................5

2.5. Kritik Terhadap Hans J. Eysenck.................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8


3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................8

3.2 SARAN................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret 1916. Ia adalah psikolog yang
menggunakan metode behavioristik dalam menganalisis kepribadian. Namun, ia berpendapat
bahwa tiga per empat dari kepribadian dipengaruhi oleh faktor biologi dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hans J. Eysenck dikenal karena teori sifat faktor/teori
trait faktor. Teori trait faktor atau teori sifat faktor milik Eysenck (dan cattel) merupakan
contoh penelitian kepribadian yang menggunakan pendekatan yang sangat empirik. Teori itu
dikembangkan menggunakan metode pengumpulan data dari responden yang jumlahnya
sangat besar. Teori Eysenck banyak memiliki kesamaan dengan Jung, Kraepelin,
Kretschmer, Jaensch karena Eysenck memang melakukan peneelitian- penelitiannya
langsung dengan perumusnya. Asumsi pemikirannya menyatakan bahwa perilaku dan
kepribadian manusia dapat diorganisasi ke dalam sistem hierarki organisasi perilaku yang
memiliki 4 tingkatan. Eysenck merumuskan dimensi kepribadian manusia diantaranya
dimensi extrovert-introvert, stable- unstable emotion, psychotism. Eysenck juga
menambahkan fitur kepribadian.
Eysenck mendapatkan kritik karena teorinya terlalu subjektif, perilaku- perilaku itu tidak
konsisten seperti yang diasumsikan dengan teori faktor, Eysenck juga menitikberatkan pada
kelompok dan rata-rata, dan adanya reifikasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Siapa itu Hans J. Eysenck?
2. Apa yang dimaksud Teori Faktor?
3. Bagaimana cara Eysenck mengukur kepribadian?
4. Apa saja dasar faktor analisis?
5. Kritikan apa saja yang ditujukan pada Eysenck tentang teorinya?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui siapa Hans J. Eysenck


2. Mengetahui Teori Faktor
3. Memahami bagaimana cara Eysenck mengukur kepribadian
4. Mengetahui apa saja dasar faktor analisis
5. Mengetahui kritikan yang ditujukan pada Eysenck tentang teorinya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Hans J. Eysenck


Hans Jurgen Eysenck lahir di Berlin pada tanggal 4 Maret 1916. Eysenck merupakan anak
tunggal dari keluarga yang berfokus pada dunia teater. Ibunya, Ruth Wernerseorang adalah
seorang bintang pada saat Eysenck lahir dan kemudian menjadi bintang film bisu Jerman dengan
nama panggung Helga Molander. Ayah Eysenck bernama Anton Eduard Eysenck yang
merupakan seorang komedian, penyanyi dan juga aktor. Eysenck jarang bertemu dengan orang
tuanya semenjak orang tuanya bercerai. Eysenck yang saat itu berusia 4 tahun, kemudian dirawat
oleh nenek dari pihak ibunya yang bekerja di seni teater dan berhenti akibat kecelakaan yang
melumpuhkannya. Nenek Eysenck merupakan seorang yang agamis. Namun, tidak ada orang tua
Eysenck yang religius sehingga Eysenck tumbuh menjadi anak yang kurang religius, tidak
disiplin dan tidak adanya kontrol orang tua atas perilakunya. Eysenck menderita Depriviasi
seperti kebanyakan warga Jerman akibat Perang Dunia I. Ia memutuskan untuk tetap
mempelajari fisika di University of Berlin saat Hilter memegang kekuasaan. Eysenck diberitahu
bahwa dia harus bergabung dengan polisi rahasia Nazi. Akan tetapi, ia memutuskan untuk
meninggalkan Jerman dan menetap di Inggris.
Eysenck yang saat itu menetap di Inggris dan melanjutkan belajarnya di Universitas of
London jurusan psikologi yang dia pilih karena universitas tersebut berporos pada pro-freudian
dan penekanan yang kuat pada psikometri Charles Spearman. Eysenck mendapat gelar PhD pada
tahun 1938 dan langsung menikahi Margaet Davies, seorang warga berkewarganegaraan Kanada
yang menempuh studi matematika. Oleh karena Eysenck merupakan warga negara Jerman, ia
dianggap sebagai musuh dan tidak diperbolehkan untuk memasuki angkatan Royar Air Force
maupun cabang lainnya di militer. Kemudian, ia bekerja di Mill Hill Emergency Hospital dan
merawat pasien yang menderita beragam gejala psikologis dengan mengemukakan dua faktor
utama kepribadian yakni neurotisme atau stabilitas emosional, ekstraversi dan introversi yang
dapat menjelaskan keseluruhan kelompok diagnostik tradisional. Gagasan tersebut yang
membuat Eysenck menerbitkan buku pertamanya "Dimension of Personality" (Eysenck,1947).
Setelah perang, Eysenck menjabat sebagai Direktur Departemen Psikologi di Maudley
Hospital dan menjadi pengakar psikologi di University of London. Eysenck menguji program
psikologi Amerika Serikat dan Kanada di Amerika Utara yang dianggap tidak akurat dan tidak
ilmiah (Eysenck,1980,1997b). Pada saat kembali ke Inggris, Eysenck bercerai dengan Margaet
Davies dan menikahi Silby Rostal seorang psikolog kuantitatif yang menjadi rekan penulisnya di

2
beberapa buku. Anak dari pernikahan pertamanya Michael menjadi seorang penulis buku-buku
psikologi dan artikel. Kemudian, saat dia kembali dari Amerika Utara, Eysenck mendirikan
departemen psikologi klinis di University of London dan menjadi profesor psikologi pada tahun
1995. Ia menulis "The Structure of Human Personality" (1952b) yang membahas tentang
kemampuan analisis faktor untuk menjadi metode terbaik dalam menjelaskan fakta-fakta tentang
kepribadian manusia.
Eysenck mungkin menjadi penulis yang paling produktif di psikologi karena ia telah
menerbitkan 800 artikel jurnal atau bab dalam buku dan lebih dari 75 buku dengan beberapa
judul buku yang cukup populer seperti: Uses and Abuses of Psychology (1953), The Psychology
of Politics (1954,1999), Sense and Nonsense in Psychology (1956), Know Your Own IQ (1962),
Fact and Fiction in Psychology (1965), Psychology is About People(1972), You and Neurosis
(1977), Sex,Violance, and The Media (dengan D.K.B Nias,1978), Smoking,Personality and
Stress (1991d), Genius The Natural History of Creativity (1955) dan Intelligence: A New Look
(1998).
Eysenck mendapatkan kritik dari Arthur Jensen karena pendapatnya yang menyatakan
skor IQ tidak bisa ditingkatkan secara signifikan melalui program sosial karena lebih banyak
ditentukan oleh faktor genetis. Buku Eysenck The IQ Argument (1971) sangat kontoversial dan
mendapat kecaman apabila ada yang menyebarkan. Pada tahun 1983, Eysenck pensiun sebagai
profesor di University of London dan Psikiater di Maudsley and Betlehem Royal Hospital.
Eysenck wafat pada tanggal 4 September 1997 akibat kanker. Beberapa tahun berlalu. Namun,
penelitiannya terus dilanjutkan dan direfleksikan menjadi beberapa topik, termasuk kreavitas
(Eysenck,1993,1955;Frois&Eysenck,1995), pembahasan intervensi perilaku terhadap kanker dan
penyakit jantung (Eysenck,1991d,1996,Eysenck&Grossarth- Marticek,1991) dan
kecerdasan(1998,a).
Penghargaan yang didapat oleh Eysenck antara lain; Distinguished Contributions Awards
dari International Society for The Study Of Individual Differences (1991). Distinguished Scients
Awards oleh APA (1988), Presidential Citation for Scientific Contribution (1993), William
James Fellow Award (1994) dan Centennial Award for Distinguished Contributtions to Clinical
Psychology (1996).

2.2. Teori Faktor Eysenck


Teori kepribadian dari Hans Eysenck mempunyai komponen biologis dan psikometri yang kuat.
Akan tetapi, Eysenk berargumen bahwa kecanggihan psikometri saja tidak cukup untuk
mengukur struktur kepribadian manusia dan dimensi kepribadian yang didapatkan dari metode
analisis faktor yang bersifat steril dan tidak bermakna kecuali jika sudah terbukti mempunyai
suatu eksistensi biologis.

3
Kriteria dalam Mengidentifikasi Faktor
Eysenck berpendapat bahwa kepribadian tersusun dari tindakan-tindakan, disposisi yang
teorganisir dalam susunan hirarkis berdasarkan kepentingan dan keumuman yang mencakup tipe,
trait, habitual response dan specific response.
Secara historis, analisis faktor hanyalah perpanjangan dari postulat logis yang mendasari semua
prosedur korelasi, yaitu.Mill disebut "metode variasi seiring". Tujuan dari analisis faktor adalah
untuk menemukan jumlah terkecil darifaktor atau variabel independen yang cukup
menggambarkan dan mengklasifikasikan kemampuan mental dan sifat temperamental;
diamencoba untuk memberikan penjelasan yang paling pelit dari temuan eksperimental sejauh
ini saling bergantung. (Eysenck, H. J : 1998)
1. Analisis Faktor
Faktor-faktor yang Eysenck maksud dalam teori kepribadian meliputi:
a. Ekstraversi: Ramah, dinamis, aktif, tegas, mencari sensasi, riang,
dominan, memberontak, berani.
b. Neurotisme: Cemas, tertekan, perasaan bersalah, harga diri yang
rendah, tegang, tidak rasional, pemalu, murung, emosional.
c. Psikotik: agresif, dingin, egosentris, tidak ramah, impulsif, anti sosial,
tidak empati, kreatif, dan keras kepala.
Neurotisme dan psikotik tidak terbatas hanya pada individu yang patologis, walaupun orang
yang terganggu cenderung mempunyai skor yang lebih tinggi daripada individu yang normal.
Ketiga faktor ini bersifat bipolar. Artinya memiliki kutub yang berlawanan, yaitu faktor
ekstravensi dengan introvensi. Neurotisme dengan stabilitas. Dan yang terakhir psikotik dengan
fungsi superego.
2. Kriteria dalam Mengidentifikasikan Faktor
Menurut Eysenck setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk mengidentifikasi
dimensi kepribadian. Kriteria-kriteria tersebut yaitu :
a. Bukti psikometri yang kuat untuk eksistensi faktor harus ada dan ditentukan di setiap faktor.
Kesimpulannya adalah faktor harus reliabel dan dapat direplikasi. Penelitian lain dari
labolatorium lain, harus juga menemukan suatu faktor, dan para peneliti ini harus
mengidentifikasi secara konsisten ekstraversi, neurotisme, dan psikotisme Eysenck.
b. Faktor harus memiliki sifat warisan yang sesuai dengan model genetik sebelumnya.

4
Berarti setiap faktor harus memiliki herbility dan sesuai dengan model genetis yang sudah
dikenal sebelumnya. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti kemampuan
mengimitasi suara-suara dari orang terkenal, keyakinan agama, ataupun pandangan politik.
c. Faktor harus rasional dari sudut pandang teoretis. Eysenck menggunakan metode deduktif
dalam
penelitiannya. Eysenck memulai dengan satu teori, kemudian mengumpulkan data yang
konsisten secara logis dengan teori tersebut.
d. Faktor harus memiliki relevansi sosial.
Faktor-faktor yang diperoleh secara matematis harus bisa
dibuktikan memiliki kaitan (meski tidak selalu kausal) dengan variabel-variabel sosial yang
relevan. Seperti kecanduan obat, kerentanan atau kecerobohan akan cedera tanpa sengaja,
performa cerdas dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan sebagainya.

Hierarki Organisasi Perilaku


Ada 4 level dalam pengorganisasian perilaku, yaitu :
a. Level terendah adalah tindakan spesifik (spesific response)
Pikiran individual yang mungkin ataupun tidak merupakan karakteristik dari seseorang.
Contohnya : seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salah satu contoh
dari respon spesifik.
b. Level kedua adalah tindakan umum (habitual response) Respon yang terjadi secara berulang
dalam kondisi serupa. Contohnya : seorang siswa sering bertahan dengan suatu tugas sampai
tugas tersebut selesai. Sebagai kebalikan dari tindakan spesifik, respon umum harus cukup
reliabel atau konsisten.
c. Level ketiga adalah Respon umum/sifat
Respon umum yang salaing berhubungan akan membentuk sifat (trait). Eyesenk (1981)
mendefinisikan sifat sebagai “disposisi kepribadian yang permanen yang penting”. Contohnya :
siswa akan memiliki sifat tekun apabila mereka mengerjakan tugas kelas dan terus bekerja pada
tugas lainnya sampai tuntas.
d. Level keempat, yaitu tipe (types) atau superfaktor
Suatu tipe terdiri atas beberapa sifat yang saling berhubungan. Contohnya ketekunan dapat
berkaitan dengan penyesuaian emosional yang buruk, inferioritas, sifat pemalu secara sosial, dan
beberapa sifat lainnya. Semua itu dapat membentuk faktor introversi (Kebalikan dari
Ekstroversi).

5
2.3. Mengukur Kepribadian Hans J. Eysenck
Eysenck mengembangkan empat inventori kepribadian yang mengukur superfaktor yang
digagasnya. Inventori pertama adalah Maudsley Personality Inventory atau MPI (Eysenck,1959)
yang hanya mengkaji E dan N, serta menghasilkan beberapa korelasi dari kedua faktor tersebut.
Untuk alasan ini, Eysenck kemudian mengembangkan tes lainnya, yaitu Eysenck Personality
Inventory atau EPI. Alat tes EPI memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-
puraan, tetapi yang terpenting, tes tersebut mengukur ekstraversi dan neurotisme secara
independen, dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N (H. J. Eysenck & B. G. Eysenck,
1964, 1968). Eysenck Personality Inventory kemudian diperluas untuk anak-anak berusia 7-16
tahun oleh Sybil B. G. Eysenck (1965)-yang mengembangkan Junior EPI.
Alat tes EPI masih merupakan inventori dua faktor, sehingga Hans Eysenck dan Sybil
Eysenck (1975) menerbitkan tes kepribadian yang ketiga, yang dinamakan Eysenck Personality
Questionnaire (EPQ), yang memasukkan skala psikotik (P). Alat tes EPQ yang mempunyai versi
dewasa maupun anak-anak adalah revisi dari EPI yang sampai sekarang masih juga diterbitkan.
Kritikan terhadap adanya skala P dalam EPQ kemudian berujung pada revisi lainnya, yaitu
Eysenck Personality Questionnaire-Revised (H. J. Eysenck & S. B. G. Eysenck, 1993.

2.4. Dasar Analisis Faktor


Untuk menggunakan analisis faktor, seseorang dapaat memulainya dengan membuat observasi
spesifik dari banyak orang. Observasi ini kemudian dikuantifikasikan dalam beberapa cara;
sebagai contoh, tinggi badan diukur dalam inci; berat badan dalam kemampuan dalam sker tes;
performa kerja dalam skala rat:ng; dan lainnya. Diasumsikan bahwa kita mempunyai 1.000
pengukuran seperti itu dari 5.000 orang. Langkah selanjutnya adalah untuk menentukan mana
dari variabel tersebut iskor) yang berhubungan dengan variabel lain dan sampai pada batas apa.
Untuk melakukan hal ini, kita mengalkulasikan koefisien korelasi (correlation coefficient) antara
setiap variabel dan masing-masing dari 999 skor lainnya (koefisien korelasi adalah prosedur
matematis untuk menunjukkan derajat koreiasi antara dua kelompok skor). Untuk
mengorelasikan 1.000 variabel dengan 999 skor lainnya akan melibatkan 499.500 korelasi
individual (1.000 dikalikan dengan 999 dibagi 2). Hasil dari kalkulasi ini membutuhkan tabel
interkorelasi, atau matriks, dengan 1000 kolom dan 1000 baris. Beberapa dari kore asi ini akan
tinggi dan positif, beberapa mendekati nol, dan beberapa akan menjadi negatif. Sebagai contoh,
kita mungkin akan dapat mengobservasi korelasi yang tinggi dan pos.tif antara panjang kaki dan
tinggi badan, karena salah satunya merupakan bagian dari pengukuran yang lainnya. Kita juga
mungkin akan menemukan korelasi positif antara kemampuan memimpin dengan peringkat
dalam kestabilan sosiai. Hubungan ini mungkin terjadi karena masing-masing adalah bagian dari
sifat yang lebih mendasar-kepercayaan diri.

6
Dengan hampir 1.000 variabel terpisah, tabel interkorelasi mungkin terlalu sulit untuk dikelola.
Pada titik ini, kita kemudian berpaling pada analisis faktor yang dapat menjelaskan jumlah
variabel yang lebih banyak dalam dimensi dasar yang lebih sedikit. Dimensi yang lebih
mendasar ini disebut sifat, yaitu faktor-faktor yang merepresentasikan kumpulan dari variabel
yang berhubungan dekat. Sebagai contoh, kita mungkin menemukan interkorelasi positif yang
tinggi antara skor tes dalam aljabar, geometri, rigonome ri, dan kalkulus. Kita sekarang telah
mengidentifikasi sekumpulan skor yang dapat kita sebut Faktor M yang menunjukkan
kemampuan matematis. Dalam bentuk yang hampir sama, kita mengidentifikasi sejumlah faktor
lainnya, atau unit kepribadian yang didapatkan dari analisis faktor. Jumlah dari faktor. tentu saja,
akan lebih sedikit daripada jumlah observasi.
Langkah selanjutnya adalah untuk menentukan sejauh mana skor individual berkontribusi pada
beragam faktor. Korelasi antara skor dengan faktor disebut pembobotan faktor (factor loading).
Sebagai contoh, apabila skor untuk aljabar, geometri, trigonometri, dan kalkulus berkontribusi
sangat tinggi terhacap Faktor M, tetapi tidak pada faktor. lainnya, mereka akan mempunyai
pembobotan yang tinggi pada M. Pembobotan faktor memberikan kita suatu indikasi atas
kemurnian dari beragam faktor dan membuat kita mampu untuk menginterpretasikan arti di
dalamnya.
Sifat yang didapatkan dari analisis faktor dapat bersifat unipolar atau bipolar. Sifat unipolar
(unipolar traits) mempunyai skala dari nol sampai suatu angka besar, Tinggi badan, berat badan,
dan kemampuan intelektual adalah contoh dari sifat unipolar. Sementara itu, sifat bipolar (bipolar
traits) meluas dari satu kutub ke kutub lain, dengan angka nol merepresentasikan titik tengah.
Introversi versus ekstraversi, liberalisme versus konservatisme, dan dominasi sosial versus sifat
pemalu adalah contoh dari sifat bipolar Untuk menghasilkan faktor yang mempunyai asti
psikologis melalui metode matematis, aksis tempat skor skar dipetakan biasanya dotasikan atau
diputar ke dalam
hubungan matematis yang spesifik satu sama lain. Rotasi ini dapat berbentuk ortogonal ataupun
miring, namun para pendukung Teori Lima Faktor lebih memilih rotasi orthogonal (orthogonal
rotation). Gambar 13.1 menunjukkan aksis yang dirotasi secara ortogonal yang bersudut siku-
siku satu sama lain. Saat skor pada variabel x meningkat, skor pada aksis y mungkin mempunyai
nilai yang sama sekali tidak berhubungan dengan skor pada aksis x.
Metode miring (oblique method) yang diperkenalkan oleh Cattell mengasumsikari korelasi
positif atau negatif, dan merujuk pada sudut yang lebih kecil atau lebih besar daripada 90°.
Gambar 13.2 menggambarkan scattergram dari kumpulan skor tempat x dan yberkorelasi positif
satu sama lain; yaitu saat skor variabel x meningkat, skor pada aksis y juga mempunyai
kecenderungan untuk meningkat. Perhatikan bahwa korealsinya tidaklah sempurna, beberapa
orang mungkin mempunyai skor yang tinggi dalam variabel x, tetapi relatif rendah dalam y, atau
sebaliknya. Korelasi yang sempurna (r = 1,00) mempunyai hasil ketika x dan y akan berada

7
dalam satu garis yang sama. Rotasi ortogonal psikologis biasanya hanya menghasilkan beberapa
sifat yang bermakna, sementara metode miring memproduksi jumlah yang lebih besar.

2.5. Kritik Terhadap Hans J. Eysenck


Dalam Hergenhahn (2013), disebutkan 4 kritik yang menyangkut teori milik Eysenck dan
Cattell, kritik-kritik tersebut adalah:
1. Terlalu Subjektif. Salah satu sumber subjektivitas dalam pengaplikasian baik teori Cattell
maupun Eysenck adalah penentuan apa yang harus dipelajari tentang manusia sejak awal. Yang
akan dihasilkan oleh analisis faktor bergantung pada apa yang ditentukan. Subjektivitas lainnya
juga terlihat dari penentuan apa yang akan diterima sebagai bukti untuk sebuah faktor.
2. Perilaku Tidak Sekonsisten yang Diasumsikan Teori Faktor. Meskipun Eysenck dan Cattell
tidak mengesampingkan pengaruh lingkungan, mereka masih mempercayai sejumlah konsistensi
yang muncul dalam perilaku, dimana bagi para pengkritik ini, konsistensi semacam itu tidaklah
eksis.
3. Penitikberatan Berlebih Terhadap Kelompok dan Rata-Rata. Kritik ini sebenarnya ditujukan
pada Cattell, tapi dapat diperluas pada Eysenck. Allport mengatakan bahwa metode oleh Cattell
menghasilkan sifat rata-rata yang aktualnya tidak pernah dimiliki satu individu pun.
4. Reifikasi. Label verbal yang diasumsikan merujuk pada suatu hal yang eksis secara fisik
memunculkan reifikasi. Dalam hal ini, baik Eysenck maupun Cattell mengasumsikan sifat
sumber dan superfaktor eksis, sama seperti Allport. Namun begitu, masih sedikit bukti yang
ditemukan terkait asumsi ini.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

8
Hans J. Eysenck dikenal karena teori sifat faktor/teori trait faktor. Teori trait faktor atau
teori sifat faktor milik Eysenck (dan cattel) merupakan contoh penelitian kepribadian yang
menggunakan pendekatan yang sangat empirik. Eysenck juga mengemukakan tentang hierarki
organisasi perilaku. Dari yang terendah ada Specific Response, merupakan tingkatan terendah
dalam hierarki organisasi perilaku Eysenck; Habitual Response, berada pada tingkatan kedua
dari hierarki organisasi perilaku dan memiliki jenis yang umum; Type adalah tingkatan tertiga
dan memiliki definisi beberapa sifat yang saling berhubungan. Eysenck banyak dipengaruhi oleh
pakar-pakar yang membahas banyak teori sebelumnya. Eysenck merumuskan dimensi
kepribadian manusia diantaranya dimensi extrovert-introvert, stable-unstable emotion,
psychotism. Eysenck juga merumuskan tipe-tipe kepribadian seperti melankolis, koleris,
sanguinis, plegmatis. Eysenck menyatakan bahwa pengetesan kepribadian yang akurat akan
mengarah pada diagnosis yang tepat dan hasilnya, penanganan yang benar dan efisien. Dalam
terapi, Eysenck mendasarkannya pada pembuktian prinsip-prinsip psikologis seperti yang sudah
diperlihatkan baik oleh pengkondisian operan maupun pengkondisian klasik.

3.2. Saran
Setelah kita mempelajari teori kepribadian menurut Hans J. Eysenck dan Baymon
B.Cattell dapat menambahkan pengetahuan kita terhadap teori-teori kepribadian, khususnya di
mata kuliah psikologi kepribadian 2
Kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran
sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

Olson, M. H. dan B. R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori Kepribadian. Edisi Kedelapan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

9
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
Feist, J; Feist, G.J; & Roberts, T.-Ann. 2017. Teori Kepribadian. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Salemba Humanika.
Jess Feist, dkk. “Teori Kepribadian Theories of Personality”, edisi 8-buku 2, Salemba Humanika.
Jakarta, 2017.

Soal Pilihan Ganda tentang Teori Hans J. Eysenck


1. Siapa yang sangat berperan penting dalam masa muda Hans eysenck?
A.Ibunya
B. Ayahnya

10
C. Neneknya
D. Temannya
2. Buku pertama yang Eysenck terbitkan ialah…
A. Dimension of Personality
B. The Strukture of Human Personality
C. Psychology is About People
D. You and Neurosis
3. Pada tahun berapa Eysenck menjadi Profesor Psikologi?
A. 1995
B. 1980
C. 1997
D. 1999
4. Menurut Hans Eysenck kepribadian terbentuk dan berkembang dari beberapa faktor,
apa saja faktor tersebut, kecuali?
A. Faktor kognitif
B. Faktor konatif
C. Faktor afektif
D. Faktor luck
5. Apa ciri khas Hans Eysenck dalam Kontribusi untuk psikologi?
A. perintis tentang ciri ciri kepribadian dan menggunakan teknik statistik
B. Pengembangan moral
C. Psikoanalisis
D. Berjuang menjadi superior
6. Suatu perilaku atau pikiran individual yang mungkin atau tidak merupakan
karakteristik dari seseorang adalah pengertian dari?
A. Type
B. Kognisi atau tindakan spesifik
C. Kognisi atau tindakan umum

11
D. Respon
7. Alat tes yang mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen ialah…
A. EPI
B. MPI
C. EPQ
D. EPQR
8. Berikut adalah tingkatan hierarki dari rendah ke tinggi adalah?
A. a. Type - habitual response - specific response
B. Habitual response - type - specific response
C. Specific response - habitual response - type
D. Specific response - type - habitual response
9. Apa saja 3 dimensi yang ditemukan Hans Eysenck?
A. Moral, etika dan perasaan
B. Ekstraversi, neurotisme dan psikotisme
C. Introvert, ekstrovert dan hyperactive
D. Reaksi, iinterpretasi dan koalisi
10. Beberapa kriteria dalam mengidentifikasi faktor kecuali…
A. Faktor harus rasional dari sudut pandang teoretis
B. Faktor harus reliabel dan tidak dapat direplikasi
C. Faktor harus memiliki sifat warisan yang sesuai dengan model genetik sebelumnya.
D. Faktor harus memiliki relevansi sosial

12

Anda mungkin juga menyukai