Anda di halaman 1dari 12

TEORI RELASI OBJEK MELANIE KLEIN

Pembimbing: Mursal Siddiq M.Psi

Disusun oleh :

Kelompok 4

Rizka Ananda :19010083

Azura :19010050

Hafzul Furqan Hadis :19010054

M izwal :19010068

STIKes Medika Nurul Islam

Program Studi Ilmu Keperawatan

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang atas berkat dn rahmat-Nya penulis dapat
menyelesikan tugas teori Relasi Objek. Tujuan utama penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Kepribadian. .

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih kurang dari sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sigli, 4 Oktober 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam psikologi, tentunya membahas tentang hubungan antara individu dengan individu
lainnya yang tidak akan pernah terpisahkan selama hidupnya (makhluk sosial), melalui kepribadian
dan bagaimana kepribadian itu dibentuk secara sosial, dari hasil perkembangan psikologis. Hal ini
juga berkaitan dengan hubungan antara ibu dengan anak serta keluarganya juga hubungan batin
antara ibu dan anaknya yang sangat kuat.

Beberapa tokoh dunia yang meneliti dan mengembangkan teori tentang hubungan ibu dan
anak ini diantaranya; Teori Melanie Klein, Paranoid-Skizoid yaitu tentang Kehidupan Psikis Bayi;
Teori John Bowlby, Theory Attachment yaitu Tentang Kecemasan Terhadap Perpisahan; Teori Mary
Ainsworth, Strange Situation. Berikut penjelasannya :

B. Rumusan Masalah
1. Penjelasan tentang teori Relasi Objek dari Melanie Klein
2. Biografi Melanie klein
3. Kehidupan psikis bayi
4. Posisi
5. Mekanisme pertahanan psikis
6. Internalisasi
7. Kritik terhadap teori relasi objek

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang teori Relasi Objek dari Melanie Klein
2. Mengetahui biografi Melanie Klein
3. Mengetahui psikis bayi
4. Mengetahui posisi
5. Mengetahui mekanisme pertahanan psikis
6. Mengetahui internalisasi
7. Mengetahui kritik terhadap teori relasi objek
BAB II

PEMBAHASAN

1. Teori Relasi Objek


Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting, tetapi penyebabnya
berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek tidak terlalu menekankan dorongan-dorongan
biologis dan lebih menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua,
kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalistis dan menekan pada kekuatan dan kontrol ayah, teori
relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori
relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia
bukan kesenangan seksual.
Secara lebih spesiik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai dengan
jumlahnya. Sebagai gambaran, Mahler menganggap penting kemampuan mempertahankan diri pada bayi
untuk mecapai otonomi dan indra mengenai diri sendiri. Kohud lebih menekankan pada pembentukan diri
sendiri, sedangkan Bowlby menekankan tahapan pemisahan kecemasan dan Aisworth lebih kepada daya
kedekatan.
Klein menekankan pentingnya empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga menekankan
bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan lainnya) dilandasi oleh sebuah objek, yaitu payudara,
penis, vagina, dan seterusnya. Menurut Klein, hubungan anak dengan payudara merupakan dasar dari sebuah
hubungan dan berperan sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya, seperti ibu dan ayah. Kecenderungan
awal seorang bayi untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu objek membuatnya mengalami suatu
kondisi tidak realistis atau serupa dengan khayalan yang memengaruhi hubungan interpersonalnya di
kemudian hari.
Jika Klein disebut sebagai ibu dari Relasi Objek, maka Freud adalah ayahnya. Tujuan dan objek
berdampak pada faktor psikologis walaupun kelihatannya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuan
masing-masing, namun tujuan dasar keduanya selalu sama yaitu untuk mengurangi ketegangan dengan
mencapai kesenangan, dalam istilah Freudian, manusia adalah objek suatu dorongan, bagian dari seseorang
atau sesuatu yang dapat membuat tercapainya suatu tujuan. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari
asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut, kemudian mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga
bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan interpersonalnya dimasa datang. Meskipun Klein terus
menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah
ditetapkan Freud. Dilain pihak, Freud sendiri cenderung mengabaikan Klein.
2. Biografi Melanie Klein (1882-1998)
Bernama asli Melanie Reies Klein lahir tanggal 30 Maret 1882 di Winn,
Austria. Melanie Klein adalah wanita yang mengembangkan teori yang
menekankan pada konsep pengasuhan dan hubungan penuh cintakasih
anttara orang tua dan anak. Walaupun demikian ia sendiri tidak mengalami
hubungan yang seperti itu dengan anak perempuannya, Melitta. Perpecahan antara ibu dengan
purinya ini terjadi diawal kelahiran putrinya. Melitta adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Ia lahir dari orang tua yang sebenarnya tidak saling mencintai. Saat Melitta
berusia 15 tahun, orang tuanya berpisah dan Melitta menyalahkan ibunya atas perpisahan ini,
juga atas perceraian mereka yang terjadi kemudian. Semakin Melitta dewasa hubungannya
dengan ibunya semakin tidak harmonis terutama ketika Melitta menikahi Walter
Schmideberg seorang analisis lain yang sangat berlawanan dengan Klein. Cerita mengenai
Melanie Klein dan anaknya menimbulkan perspektif baru yang menekankan bahwa teori
relasi objek betul-betul menempatkan pentingnya hubungan ibu dengan putrinya.

3. Kehidupan Psikis pada Bayi

Dalam kehidupan psikis bayi, Klein lebih menekankan pada pentingnya 4 sampai 6 bulan
pertama. Baginya seorang bayi tidak memulai hidupnya sebagai individu yang kosong. Bayi membawa
predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan
insting mati. Kesiapan bayi untuk bertindak atau bereaksi seperti yang diharapakan secara filogenetis
merupakan faktor bawaan, sebuah konsep yang juga disetujui oleh Freud.
a. Fantasi
Fantasia atau khayalan hidup yang akti dimiliki oleh seorang bayi sejak lahir. Fantasi ini
merupakan representasi dari ketidaksadaran insting id yang tidak bisa dicampur adukan
dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan dewasa. Ketika Klein (1932)
menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia tidak mengatakan bahwa
bayi yang baru lahir bisa merangkum pemikiranyya melalui kata-kata. Maksudnya adalah
bahkan sejak asih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketidaksadaran dari “baik “ dan
“buruk”. Contohnya perut adalah baik; perut kosong tidak baik. Selanjutnya, Klein
mengemukakan bahwa bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi
bahwa ia mengisap punting payudara ibunya. Seiring dengan berkembanganya sang bayi,
fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini di bentuk melalui kenyataan yang
dialami dan predisposisi bawaan. Salah satu dari predisposisi adalah gedius complex atau
keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orang tuanya dan untuk terlibat secara
seksual dengan orang tuanya.
b. Objek
Manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting, termasuk insting kematian.
Dorongan-dorongan tersebut berupa objek dan objek-objek tersebut adalah dorongan
lapar untuk mendapatakan puting payudara, baik dorongan yang behubungan badan dan
memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa pada sejak masa bayi
awal, anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini. Dan kemudian mulai
berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mereka. Dalam
khayalan aktifnya, bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada obek-objek
eksternalnya, termasuk penis ayahnya, tangan dan ayah ibunya, serta bagian tubuh
lainnya.

4. Posisi

Klein memilih istilah “posisi” daripada “tahapan perkembangan” untuk mengindikasikan


bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentan
waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia. Meskipun ia menggunakan label-label psikiatris atau
patologis, Klein bertujuan menempatkan posisi untuk mewakili pertumbuhan dan perkembangan normal.
Dua posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranoid-schizoid dan posisi depresi.
a. Posisi Pranoid-Schizoid
Menurut Klein bayi mengembangkan posisi pranois-schizoid ketika berusia 3-4 bulan.
Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan
fantastis, bukan objektif dan nyata. Ciri-ciri diagnostik dari kepribadian paranoid :
 Kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasi terhadap orang lain.
 Curiga bahwa orang lain sedang mengeksploitasi, mencelakai dan menipunya.
 Preokupasi dengan keragu-raguan yang tidak beralasan terhadapp loyalitasteman atau
teman-teman sejawatnya
 Kecenderungan untuk membaca maksud merendahkan atau mengancam yang
tersembunyi di balik ucapan masis
 Menyimpan dendam atas penghinaan, cedera dan kebohongan yang pernah
diterimanya
 Mempersepsi adanya serangan terhadap karakter atau reputasinya bagi orang lain sama
sekali tidak ada
 Tidak muncul secara ekslusi seperti skizofrenia, gangguan suasana perasaan dengan
itur-itur psikotik, atau gangguan psikotik lainnya.
Ciri-ciri diagnostic Gngguan Kepribadian Schizoid :
 Menggambarkan orang yang memiliki sedikit minat, bila ada, dalam hubungan sosial,
dan ekspresi emosi yang terbatas, serta tampak jauh dan menjaga jarak
 Pola pelepasan diri dari hubungan sosial dan ragam ekspresi emosi terbatas, yang
dimulai pada masa dewasa awal
 Kurangnya keinginan untuk menikmati hubungan dekat
 Hampi selalu memilih aktivitas-aktivitas soliter
 Kurang memiliki sahabat atau teman akrab di luar anggota keluarganya
 Tampak tidak peduli terhadap pujian maupun kritik dari orang lain.

b. Posisi Depresif

Saat usia lima atau enam bulan bayi mulai dapat melihat objek eksternal secara utuh dan
melihat terdapat kebaikan sekaligus keburukan pada seseorang pada saat ini bayi mengembangkan gambaran
yang lebih realistis sebagai indivdu yang indpenden dan dapat melakukan kebaikan dan keburukan.

5. Mekanisme Pertahanan Psikis

Klein mengemukakan bahwa sejak awal masa bayi, anak dapat mengadopsi beberapa
mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral
mengenai payudara-payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain.
Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti :
 Introveksi (introjections) adalah khayalan yang diperleh bayi mengenai persepsi dan
pengalaman mereka dengan objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu.
 Proyeksi (projection) proyeksi merupakan khyalan yang dirasakan oleh sesorang dan
impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan pada rang lain, tidak berasal dari dalam diri
sendiri.
 Pemisahan (splitting) bayi hanya dapat mengatur aspek baik dan buruk serta objek
eksternal dengan cara memisahkan impuls-impuls yan tidak sesuai.
 Identifikasi proyektif (projecti identification) merupakan mekanisme pertahanan pikis
dimana bayi memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterimanya. Hasil
pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi objek lain.

6. Internalisasi
Hal ini berati bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukkan aspek eksternal
kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologis.

a. Ego

Klein meyakini bahwa ego atau sifat mementingkan diri sendiri, sudah matang pada tahap
yang jauh lebih awal daripada yang diperkirakan oleh Freud.

b. Superego
Klein menyimpulkan bahwa semakin dewasa maka superego akan menghasilkan perasaan bersalah dan
inferior , tetapi analisisnya terhadap anak-anak membuatnya percaya bahwa superego awal yang muncul
pada anak-anak bukan menghasilkanperasaan bersalah tetapi perasaan terancam. Klein menyatakan bahwa
sperego berkembang sejalan dengan perkembangan odipus complex dan akhirnya menyatu dalam perasaan
bersalah yang realiistis setelah oedipus complex berkembangsepenuhnya

c. Oedipus Complex

Klein mengungkapkan bahwa oedipus complex terjadi bersamaan dengan tahapboral dan
anal , dan mencapai puncaknya pada tahap genital, yaitu sekitar usia tiga atau empat tahun. Klein percaya
bahwa bagian terpenting dari oedipus complex adalah bahwa ketakutan anak akan adanya ancaman dari
orang tuanya karena anak berkhayal mengosongkan tubuh orang tuanya. Klein juga menekankan pentingnya
anak menjaga perasaan positif terhadap kedua orang tuanya selama tahun Oedipal. Ia berhipotesis bahwa
selama tahap-tahap awal, Oedipus complex menyediakan kebutuhan yang sama , baik anak laki-laki maupun
perempuan yaitu membangun sifat positif dengan objek yang baik dan menyenangkan (payudara dan penis)
dan menghindari objek yang buruk dan menakutkan (payudara dan penis)

d. Perkembangan Oedipal pada Perempuan

Perkembangan Oedipal feminin yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan , seorang anak
melihat payudara ibunya sebagai objek baik atau buruk. Pada usia enam bulan melihatnya sebagai hal yang
positif, kemudian melihat ibunya secara keseluruhan. Pada masa ini, seorang bayi berimajinasi dan
berkhayal bahwa penis ayahnya bisa memberikan beberapa hal kepada ibunya seperti bayi, maka anak
perempuan ini mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhayal ayahnya bisa
memenuhi dengan bayi-bayi. Namun, anak perempuan ini akan merasa tersaingi dengan ibunya. Ketika anak
perempuan bisa melewati perkembangan oedipus dengan mulus, maka akan menjadi feminin dan
mengembangkan hubungan positif dengan orangtuanya. Namun pada situasi yang tidak terlalu ideal bayi
perempuan memiliki paranoid bahwa ibunya akan menyakitinya dengan cara menyakiti dan mengambil
bayi-bayinya,kecemasan ini timbul dari dalam diri anak yang merasa dilukai ibunya. Perasaan ini akan
hilangketika dia melahirkan bayi yang sehat. Menurut Klein, rasa iri akan penis datang dari keinginan anak
perempuan untukdiinternalisasi oleh penis ayahnya dan memperoleh bayi darinya. Khayalan ini menjadi
penyebab semua hasrat akan penis eksternal.

e. Perkembangan Oedipal pada laki-laki

Anak laki-laki memandang payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk. Pada bulan
pertama anak laki-laki mengganti tahap oralnya dari payudara menjadi penis ayahnya. Pada masa ini,anak
menjadi feminin dimana mengadopsi sikap homoseksual pasif terhadap ayahnya, kemudian menjadi
hubungan heteroseksual dengan ibunya. Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan faktor
awal terbentuknya hubungan heteroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya, seseorang anak laki-
laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu , sebelum dia menilai
miliknya. Klein percaya bahwa setiap orang terlahir dengan dua dorongan kuat, insting hidup dan insting
mati. Tahap yang paling penting dalam kehidupan adalah beberapa bulan pertama yang merupakan tahap
dimana hubungan dengan ibu dan objek signifikan lainnya menjadi model untuk hubungan interpersonal di
kemudian hari. Kemampuan orang dewasa untuk untuk mencintai atau membenci berasal dari relasi objek
yang didapatkan pada masa-masa awal kehidupannya.

7. Kritik terhadap Teori Relasi Objek

Teori relasi objek lebih popular di Inggris dibanding di Amerika Serikat. British school memiliki
pengaruh yang sangat kuat dalam psikoanalisis dan psikiatris di Inggris.
Pada tahun 1986, Moriss Bell dan rekan-rekannya memublikasikan Bell Object Relations Inventory
(BORI), sebuah kuesioner penelitian diri (self-report) yang mengidentifikasi empat aspek relasi objek yaitu
alienation, kedekatan, egosentrisitas, dan ketidakkompetenan sosial. Teori relasi objek telah mendorong
munculnya banyak penelitian. Dalam hal menghasilkan penelitian teori relasi objek memiliki nilai yang
rendah, namun dilihat dari aspek kegunaannya, teori ini dinilai cukup tinggi untuk memenuhi kriteria.

Teori relasi objek memiliki permasalahan dalam hal ketidakmampuannya untuk diulang atau diuji
kebenarannya, seperti halnya teori Freud (teori psikoanalisis ortodoks). Kebanyakan gagasan didasarkan
pada apa yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi sehingga asumsi tersebut tidak dapat diulang untuk
disangkal atau dibenarkan. Teori ini hanya memunculkan sedikit hipotesis yang diuji. Di lain pihak, teori
kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidakmampuannya untuk diulangi.

Kegunaan yang paling penting dari teori relasi objek adalah kemempuannya dalam mengorganisasi atau
mengelola informasi tentang perilaku bayi. Di luar masa kanak-kanak teori relasi objek kurang bermanfaat
sebagai pengorganisasi pengetahuan.

Sebagai panduan untuk para praktisi, teori relasi objek dinilai lebih baik dibanding sebagai
pengorganisasi data atau hipotesis teruji yang dihasilkannya. Orang tua para bayi dapat belajar banyak
tentang kehangatan, penerimaan, dan pengasuhan yang baik. Psikoterapis menemukan teori ini berguna
untuk memahami dan bekerja dengan hubungan yang jelas yang dibentuk klien dengan para terapisnya, yang
mereka lihat sebagai pengganti orang tua.

Kriteria kesederhanaan teori relasi objek dinilai rendah. Khususnya pada teori Klien yang menggunakan
frase-frase yang kompleks dan tidak perlu dalam mengespresikan teorinya.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Jika Klein disebut sebagai ibu dari Relasi Objek, maka Freud adalah ayahnya. Tujuan dan objek
berdampak pada faktor psikologis walaupun kelihatannya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuan
masing-masing, namun tujuan dasar keduanya selalu sama yaitu untuk mengurangi ketegangan dengan
mencapai kesenangan, dalam istilah Freudian, manusia adalah objek suatu dorongan, bagian dari seseorang
atau sesuatu yang dapat membuat tercapainya suatu tujuan. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari
asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut, kemudian mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga
bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan interpersonalnya dimasa datang. Meskipun Klein terus
menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah
ditetapkan Freud. Dilain pihak, Freud sendiri cenderung mengabaikan Klein.

DAFTAR PUSTAKA
Fiest, Jess., Fiest, Gregory J. 2010. Teori Kepribadian. Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Friedman, Howard S., Schustack, Miriam W. 2006. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern.
Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Larsen, Randy J., Buss, david M. 2002. Personality Psychology:
Domain of Knowledge About Human Nature. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai