Anda di halaman 1dari 28

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

KONSEP KEPRIBADIAN GORDON ALLPORT & ROLLO MAY

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian

Dosen Pengampu:
Tri Sulastri, S. Psi., M. Sc
Dr. Sitti Murdiana, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Oleh:
Besse Widah Faridah 200701501009
Fatimah Az-zahrah S 200701502135
Muh Ilham Nur Ilahi I 200701502111

Kelompok 11 Psikologi Kepribadian C

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang
berjudul “Konsep Kepribadian Gordon Allport dan Konsep Kepribadian Rollo May” dapat kami
selesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan data-data dari berbagai sumber. Pendekatan dan
penyajian makalah ini pada dasarnya membahas mengenai Konsep kepribadian Gordon Allport
dan Rollo May.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun menuju lebih baik dari
para pembaca yang budiman untuk pembuatan makalah selanjutnya di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami ucapkan kepada Ibu Dosen yang telah membimbing kami dalam
membuat makalah ini, sehingga dapat terselesaikan.

Makassar, 24 April 2021

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
1. Konsep Kepribadian Gordon Allport ...................................................................................... 2
A. Biografi Gordon Allport ..................................................................................................... 2
B. Asal Usul Kepribadian ........................................................................................................ 2
C. Sifat Kepribadian ................................................................................................................ 4
D. Motivasi : Kebebasan Fungsional pada Motif .................................................................... 4
E. Perkembangan Kepribadian Masa Kanak Kanak: Keunikan Diri ....................................... 6
F. Kepribadian Dewasa yang Sehat ......................................................................................... 8
G. Sifat Alami Manusia ........................................................................................................... 9
H. Asesmen dalam Teori Allport ............................................................................................. 9
I. Penelitian tentang Teori Allport ......................................................................................... 11
J. Refleksi Teori Allport ........................................................................................................ 12
2. Konsep Kepribadian Rollo May............................................................................................ 14
A. Biografi Rollo May ........................................................................................................... 14
B. Teori Ekstensialisme ......................................................................................................... 14
C. Prinsip-Prinsip Ontological : MRS. Hutchen’s ................................................................. 16
D. Konsep-Konsep Teori Rollo May ..................................................................................... 16
BAB III......................................................................................................................................... 24
PENUTUP.................................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian adalah kata yang begitu umum dipakai didunia psikologi, kepribadian
seseorang bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berinteraksi dengan
orang lain di berbagai keadaan. Dalam struktur kepribadian Gordon Allpot sendiri diuraikan
dalam bentuk sifat-sifat (traits) dan tingkah laku yang dimotivasi atau digerakkan oleh sifat-sifat
itu sendiri. Jadi, struktur dan dinamika kepribadian itu pada dasarnya satu dan sama. Dalam teori
allport sendiri membahas tentang kepribadian yang matang dan menggambarkan ciri-ciri pribadi
yang sehat itu sepeti apa. Sehingga dapat kita pahami apa itu kepribadian yang matang dan
pribadi yang sehat.
Beberapa teori dalam psikologi kepribadian berfokus pada bagian yang sempit berupa
isu-isu yang dapat dikendalikan dan dengan cepat dapat disatukan dalam gambaran yang lebih
besar. Rollo May berfokus pada lingkungan, sejarah kronis, dan isu-isu filosofi mendalam yang
berpusat pada pengalaman seseorang. Beberapa topik yang pada akhirnya memberikan
pemahaman bahwa May telah menunjukkan indikasi dari beberapa kata-kata pada judul-judul
bukunya: Being, Death, Love, Evil, dan Destiny.
Rollo May dapat dihargai dengan membawa ide-ide tentang eksistensial sebagian besar
bangsa Eropa dan pendekatan teoritis pada perhatian psikolog. Melalui antologi tulisan yang
telah May diterbitkan dan melalui kontribusinya pada pendekatan pikoanalisis eksistensial, May
membentuk pemikiran psikolog, psikoterapis sosial dan profesional kesehatan mental.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini:
1. Bagaimana konsep kepribadian Gordon Allport
2. Bagaimana konnsep kepribadian Rollomay

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kepribadian Gordon Allport
2. Untuk mengetahui konsep kepribadian Rollomay

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Kepribadian Gordon Allport

A. Biografi Gordon Allport


Gordon Williard Allport lahir pada 11 November 1897 di Mountezuma, Indiana. Anak
keempat dan bungsu dari John E Allpot dan Nellie Wise Allport. Awalnya ayahnya adalah
seorang pengusaha, namun ketika Allport lahir beliau beralih pekerjaan di bidang obat-obatan
(medis). Ibunya seorang guru. Pada waktu Gordon usia 6 tahun, keluarga mereka sudah
berpindah tempat tiga kali, dan akhirnya menetap di Cleveland, Ohio. Gordon menggambarkan
dirinya “terisolasi” secara social untuk menunjukkan tingginya lingkaran aktivitasnya sendiri.
Tahun 1915, Allport masuk Harvard, mengikuti jejak kakaknya, Floyd dan menerima gelar
sarjananya pada tahun 1919 dengan topic tentang filsafat dan ekonomi. Dia menghabiskan tahun
akademis 1919-1920 di Eropa dengan mengajarkan bahasa inggris dan sosiologi di Robert
College di Istanbul.
Allport bertemu pertama kali dengan Sigmund Freud di Wina. Pertemuan dengan Freud
ini sangat mempengaruhi perkembangan ide-ide Allport selanjutnya tentang kepribadian.
Pertemuan ini menjadi dasar hubungan seumur hidup keduanya. Allport kembali ke Amerika
Serikat dan memutuskan mengikuti program Ph.D. di Harvard. Setelah menyelesaikan gelarnya,
dia menghabiskan waktu dua tahun berikutnya ke Eropa untuk belajar di bawah bimbingan
psikolog besar Jerman Max Wertheimer, Wolfgang Koehler, William Stern, Heinz Werner. Dua
tahun beriktnya, Allport mengambil sebuah posisi di Dartmouth College. Empat tahun kemudian,
dia kembali lagi ke Havard dan masi tetap tiinggal di sana selama sisa karier profesinya.
Pada tahun 1925, Allport menikahi Lufkin Gould, yang ditemuinya ketika masih menjadi
mahasiswa pancasarjana. Allport memiliki seorang putra, Robert, yang menjadi dokter anak, dan
karenanya menjadi penghubung antara dua genersi dokter, sebuah fakta yang tampak
menyenangkan bagi ayahnya.
Allport banyak menerima penghargaan selama hidupnya. Pada 1939, dia dipipih sebagai
presiden America Psychological Association (APA). Pada 1963, dia menerima Gold Medal
Award dari APA. Di tahun 1966 mendapat penghargaan Richard Clarke Cabot Professor of
Social Ethics yang pertama kali diadakan di Havard. Pada 9 Oktober 1967 Allport meninggal
karena paru-paru.

B. Asal Usul Kepribadian


Dalam Bukunya, Pattern and Growth in personality, Allport mengulas lima puluh definisi
kepribadian sebelum memberikan definisi versinya sendiri. “Kepribadian adalah organisasi
dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menetukan karakteristik perilaku dan
pemikiran” (Allport, 1961, hlm. 28).

2
Maksud dari organisasi dinamis menurut Allport meskipun kepribadian selalu berubah
dan bertumbuh, pertumbuhannya terjadi secaar terorganisasi, tidak secara acak. Psikofisik
maksudnya adalah kepribadian terdiri dari pikiran dan tubuh yang berfungsi bersama sebagai
satu unit. Kepribadian tidak sepenuhnya mental dan tidak sepenuhnya bilogis. Maksud dari kata
menentukan adalah semua bentuk kepribadian mengaktifkan atau mengarahkan perilaku dan
pemikiran yang spesifik. Fase karakteristik perilaku dan pemikiran berarti semua hal yang kita
pikirkan dan lakukan adalah karakter, atau tipikal, diri kita. Dengan demikian, semua orang
adalah unik.

1. Keturunan dan Lingkungan


Untuk mendukung penekanannya pada keunikan kepribadian setiap individu, Allport
menyatakan bahwa kepribadian kita mencerminkan sifat turun-temurun dan lingkungan kita.
Sifat turun-temurun menyediakan kepribadian dengan bahan mentah (misalnya fisik, kecerdasan
dan temperamennya) yang dapat dibentuk, diperluas atau dibatasi oleh kondisi lingkungan.
Dengan cara ini, Allpport menggunakan variable personal dan situasional untuk menunjukkan
pentingnya genetic dan proses belajar. Bagaimanapun, latar belakang genetic kita berperan
penting pada sebagian besar keunikan kita. Kemungkinan kombinasi genetic memiliki jumlah
yang tidak terbatas, dan kecuali pada kembar identic, kemungkinan adanya duplikat anugerah
genetic sangatlah kecil.
Anugerah genetik kita berinteraksi dengan lingkungan social kita, dan tidak ada dua
orang, bahkan pada saudara yang tinggal serumah, memiliki lingkungan yang sama. Kepribadian
yang unik adalah hasil yang tidak dapat dihindari. Oleh Karena itu, Allport menyimpulkan
bahwa untuk mempelajari kepribadian, psikologi harus berhadapan dengan kasus-kasus
individual dan bukan dengan hasil rata-rata dalam kelompok.

2. Dua Kepribadian yang Berbeda


Allport menganggap bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri jelas yang tersendiri, atau
terpisah. Setiap orang tidak hanya berbeda dari manusia yang lain, tetapi setiap orang dewasa
juga terpisah dari masa lalu mereka. Ia tidak menemukan melanjutan kepribadian antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa. Dorongan biologis primitive dan reflex mendorong perilaku
bayi, sedangkan orang dewasa berfungsi lebih secara psikologis. Dapat dikatakan bahwa ada dua
kepribadian manusia yaitu saat masa kanak-kanak dan saat masa dewasa. Kepribadian saat
dewasa Kepribadian saat dewasa tidak dikekang oleh pengalaman masa kecil.
Dengan demikian, kita memperoleh pandangan unik Allport tentang asal usul
kepribadian. Ia menekankan kepribadian pada alam sadar bukan pada alam bawah sadar, dan
pada masa sekarang serta masa depan bukan pada generalisasi atau persamaan didalam
kelompok besar. Dia memilih mempelajari kepribadian yang normal bukan kepribadian yang
abnormal.

3
C. Sifat Kepribadian
Allport menganggap sifat kepribadian cenderung sebagai sebuah respons, dalam cara
yang sama atau mirip, terhadap berbagai stimuli yang berbeda. Dengan kata lain, sifat adalah
cara yang konsisten dan abadi dalam bereaksi terhadap lingkungannya. Dia menyimpulkan
karakteristik sifat sebagai berikut (Allport, 1937):
1. Sifat kepribadian adalah nyata dan ada dalam setiap diri manusia. Mereka bukan konstruk
teoretis atau label yang dibuat untuk mewakili perilaku.
2. Sifat menentukan atau menyebabkan perilaku. Mereka tidak muncul hanya untuk merespons
stimuli tertentu. Mereka memotivasi manusia untuk mencari stimuli yang layak, dan mereka
berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan perilaku.
3. Sifat dapat ditunjukkan secara empiris. Dengan mengamati perilaku dalam rentang waktu
tertentu maka konsistensi respona seseorang terhadap stimuli yang sama atau mirip dapat
diketahui.
4. Sifat saling terkait dan dapat saling melengkapi, meskipun sifat mewakili karakteristik yang
berbeda-beda. Misalinya, agresivitas dan permusuhan adalah sifat yang memiliki ciri masing-
masing, tetapi terkait dan sering kali diobservasi muncul bersamaan dalam perilaku
seseorang.
5. Sifat berubah bersama situasi. Misalnya, seseorang dapat menunjukkan sifat yang teratur
dalam satu situasi dan sifat yang beranakan dalam situasi lain.
Awalnya, Allport menawarkan dua jenis sifat: individu dan umum. Sifat individu bersifat
unik pada setiap orang dan menetukan karakter mereka. Sifat umum bersifat sama pada beberapa
orang dan menetukan karakter mereka. Misalnya anggota sebuah kebudayaan tertentu. Orang
orang dengan kebudayaan berbeda akan memiliki sifat umum yang berbeda. Sifat umum juga
lebih mungkin berubah mengikuti waktu, standar social, dan perubahan nilai. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat umum dipengaruhi oleh pengaruh social, lingkungan dan kebudayaan.

1. Watak Pribadi
Watak pribadi dibagi atas cardinal traits, central traits, dan secondary trait.Cardinal traits
sangat meresap dan berpengaruh hingga menyentuh hampir semua aspek kehidupan seseorang.
Allport menjelaskannya sebagai hasrat yang berkuasa, dorongan yang sangat kuat mendominasi
perilaku. la memberikan contoh sadisme dan chauvinisme. Tidak semua orang memiliki hasrat
yang menguasai mereka dan jika memiliki, mereka mungkin tidak menunjukkannya dalam setiap
situasi. Central traits, Semua orang memiliki beberapa central traits. Contoh dari Allport adalah
agresivitas, self-pity (mengasihani diri sendiri), dan sinisme.Secondary traits, Sifat individu yang
paling kecil pengaruhnya. muncul lebih inkonsisten daripada cardinal traits dan central traits.
Secondary traits mungkin tidak terlihat jelas atau terlalu lemah sehingga hanya seorang yang
dekat dapat menyebutkannya. Misalnya, preferensi terhadap jenis musik atau makanan tertentu.

D. Motivasi : Kebebasan Fungsional pada Motif


Konsep Allport tentang Functional autonomy (kebebasan fungsional) menjelaskan
tentang motif orang dewasa yang sehat secara emosional tidak terhubung secara fungsional

4
dengan pengalaman yang sudah pernah dialami sebelumnya. Dorongan yang memotivasi kita
pada awal masa hidup tidak terikat, atau independen dari situasi aslinya.
Mirip saat bertambah dewasa, kita menjadi independen dari orang tua mereka. Meskipun
kita masih terikat dengan orang tua kita, tetapi kita tidak lagi bergantung secara fungsional dan
mereka tidak dapat lagi mengatur atau memandu hidup kita. Allport memberikan contoh sebuah
pohon. Jelas bahwa perkembanga pohon dapat dilacak dari bibitnya. Namun, ketika pohon itu
sudah besar, bibit tidak lagi dibutuhkan sebagai sumber makanan. Pohon tersebut telah dapat
memenuhi dirinya sendiri, tidak lagi terikat secara fungsional dengan bibit.
Bayangkan seorang sarjana yang memulai karier dalam bisnis dan termotivasi bekerja
keras untuk meraih kesuksesan finansial. Pada akhirnya, investasi waktu dan tenaga mereka akan
terbayar dan mereka akan terbayar dan mereka telah mengumpulkan cukup uang untuk pension
di usia 50 tahun. Namun, mereka tetap bekerja sama kerasnya ketika mereka baru diterima kerja.
Perilaku seperti itu tidak lagi untuk tujuan yang sama, tujuan finansial keamanan finansial sudah
dicapai dan dilampaui. Motivasi untuk bekerja keras, yang tadinya untuk mencapai tujuan yang
spesifik (untuk uang), sekarang telah menjadi tujuan itu sendiri. Motif telah independen dari
sumber asalnya.
Kita semua sudah familiar dengan situasi serupa, seorang seniman ahli yang bersikeras
melakukan pekerjaan dengan teliti bahkan ketika usaha yang lebih tidak memberikan keuntungan
moneter tambahan, atau orang kikir yang meilih hidup miskin sambil menghimpun kekayaan
yang berlimpah. Perilaku yang dulu memenuhi motif tertentu kini berfungsi dengan sendirinya.
Motif yang asli telah berubah menjadi sesuatu yang bebas. Dengan demikian, motif orang
dewasa tidak dapat dimengerti dengan menjelajahi masa kanak-kanaknya. Satu-satunya cara
memahami mereka dengan menyelidiki mengapa mereka berperilaku seperti saat ini.

1. Perseverative Functional Autonomy


Allport mengajukan dua tingkat kebebasan fungsional : Perseverative Functional
Autonomy dan Propriate Functional Autonomy. Perseverative Functional Autonomy, yaitu
tingkat yang lebih dasar, berfokus pada perilaku-perilaku seperti kecanduan dan kegiatan fisik
yang berulang-ulang seperti kebiasaan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perilaku dengan
gigih dan sendirinya tanpa reward dari luar. Kegiatan yang dulu memiliki tujuan, tetapi kini
sudah tidak lagi dan berada pada tingkat yang terlalu rendah untuk dipertimbangkan sebagai
bagian yang inti dari kepribadian.
Allport memberikan binatang dan manusia sebagai contoh dari Perseverative Functional
Autonomy. Ketika seekor tikus yang sudah dilatih untuk melalui sebuah labirin demi makanan
kemudian mendapatkan makanan lebih dari cukup, tikus itu tetap melalui labirin tersebut, tetapi
tentu saja dengan motif lain selain makanan. Untuk manusia, bayangkan kesukaan kita dengan
rutinitas, untuk perilaku familiar yang tetap kita lakukan bahkan tanpa reinforcement dari luar.

5
2. Propriate Functional Autonomy
Propriate functional autonomy lebih penting daripada perseverative functional autonomy
dan diperlukan untuk memahami motivasi orang dewasa. Kata propriare berasal dari kata
proprium, istilah Allport untuk ego atau self. Motif propriate siłatnya unik pada setiap individu.
Ego yang menentukan motif mana yang disimpan dan mana yang dibuang. Individu
mempertahankan motif yang meningkatkan rasa percaya diri atau self-image (citra diri). Dengan
demikian, ada hubungan langsung antara minat dengan kemampuan kita: Kita lebih menyukai
apa yang dapat kita lakukan dengan baik.
Motif awal untuk mempelajari suatu kelahlian seperti misalnya, bermain piano, mungkin
sama sekali tidak ada hubungannya dengan minat kita. Contohnya, saat kecil kita mungkin
dipaksa untuk les piano dan latiha. Semakin kita mahir, kita semakin terikat dengan piano. Motif
awal (takut melawan orang tua) sudah menghilang, dan perilaku bermain piano terus berulang
dan menjadi kebutuhan bagi self-image (citra diri) kita.
Propriate function adalah sebuah proses mengorganisasi untuk menjaga konsep diri.
Menetukan bagaimana cara individu memandang dunia, ingatan dari pengalaman, dan
bagaimana mengarahkan pemikiran individu. Proses persepsi dan kognisi ini hanya memilih
stimuli yang relevan dengan minat dan nilai-nilai dari bermacam-macam stimuli yang ada di
lingkungan. Proses mengorganisasi ini diatur oleh ketiga prinsip berikut:

• Organizing the energy level (Pengaturan tingkat energy), menjelaskan bagaimana kita
mendapatkan motif-motif baru. Motif-motif baru ini muncul dari kebutuhan, untuk
membantu dalam menggunakan energy berlebih yang mungkin dapat tersalurkan dengan
cara yang negative dan merusak.
• Mastery dan competence (Penguasaan dan kompetensi), mengacu pada tingkatan yang
kita pilih untuk memenuhi motif kita. Kita masih merasa kurang dengan hanya mencapai
tingkatang cukup. Ornag dewasa sehat akan merasa termotivasi untuk bekerja lebih baik
dan lebih efisien, untuk menguasai kemampuan baru, dan meningkatkan derajat
kompetensi mereka.
• Propriate patterning (pemolaan propriasi), menggambarkan usaha untuk mencapai
kepribadian yang konsisten dan terintegrasi. Kita mengatur proses persepsi dan kognisi
disekeliling kita, menyimpan apa yang meningkatkan self-image (citra diri) dan menolak
sisanya. Dengan demikian, motif propriasi kita terbebas dari struktur dan pola diri
sendiri.

E. Perkembangan Kepribadian Masa Kanak Kanak: Keunikan Diri


Seperti yang sudah dicatat, Allport memilih istilah proprium untuk atau ego, seperti yang
sudah diketahui sebelumnya. la menolak kata atau self karena keragaman makna yang dibuat
oleh teoretikus lain dapat memahami kata proprium paling baik dengan memerhatikan sifat
appropriate. Proprium memasukkan aspek-aspek kepribadian yang dan sesuai dalam kehidupan

6
emosional kita. Aspek-aspek ini unik dalam setiap diri manusia dan menyatukan sikap, persepsi,
dan intensi kita.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ANAK


Allport menggambarkan sumber dan perkembangan proprium dengan tujuh tahap dari
bayi hingga remaja.

TAHAP PERKEMBANGAN
1. Bodily self (Kejasmanian) Tahap 1-3 muncul saat tiga tahun pertama.
Bayi sadar akan keberadaan mereka dan
membedakan tubuh mereka dari objek di
lingkungannya dalam tahap ini.
2. Self-identy (Identitas diri) Anak-anak menyadari identitas mereka tidak
berubah meskipun banyak perubahan yang
sedang terjadi.
3. Self-esteem (Kepercayaan diri) Anak-anak belajar untuk merasa bangga
dengan pencapaian mereka.
4. Extension of self (perpanjangan diri) Tahap 4-5 muncul saat umur 4 hingga 6
tahun. Anak-anak mengenali objek dan orang-
orang yang menjadi bagian hidup mereka
dalam tahap ini.
5. Self-image (Citra diri) Anak-anak mengembangkan gambaran actual
dan idealis dalam diri mereka dan perilaku
mereka serta menjadi lebih peduli terhadap
kepuasan (atau ketidakpuasan) terhadap
harapan orang tua.
6. Self as a rational coper (Self sebagai Tahap 6 berkembang saat usia 6-12 tahun.
penolong rasional) Anak-anak mulai menggunakan alasan dan
logika dalam mencari solusi masalah sehari-
hari.
7. Pencapaian propriasi Tahap 7 berkembang saat masa remaja. Para
pemuda mulai membuat tujuan dan rencana
jangka panjang.
Masa Dewasa Orang dewasa normal dapat berfungsi dengan
bebas, independen dari motif masa kanak-
kanak. Mereka hidup secara rasional dimasa
sekarang dan menciptakan gaya hidup mereka
sendiri secara sadar.

7
Interaksi Orang Tua-Anak
Interaksi sosial dengan orang tua sangat penting sepanjang tahap perkembangan
proprium. Salah satu yang paling signifikan adalah ikatan ibu dan bayi sebagai sumber kasih
sayang dan keamanan, proprium akan terus tumbuh secara perlahan dan anak akan memperoleh
perkembangan psikologis yang positif. Motif masa kanak-kanak akan bebas untuk berubah
menjadi autonomous propriate striving (kebebasan pencapaian propriasi) di masa dewasa. Pola
watak pribadi akan terbentuk dan menghasilkan pribadi dewasa yang sehat emosional.
Jika kebutuhan kanak-kanak terhambat, bagaimanapun, self tidak akan tumbuh dengan
benar. Si anak akan tumbuh merasa tidak aman, agresif, penuntut, pencemburuan, dan
egnosentris. Pertumbuhan psikologis terhenti. Hasilnya adalah orang dewasa neurotic yang
berfungsi dengan dorongan masa kecil. Motif orang dewasa tidak dapat bebas berfungsi tanpa
terikat dengan masa lalunya. Sifat dan watak pribadi tidak berkembang dan kepribadian tidak
berubah, sama seperti bayi.

F. Kepribadian Dewasa yang Sehat


Allport memandang, kepribadian yang sehat datang dari perubahan seorang bayi yang
didominasi dorongan biologis ke seorang dewasa yang matang secara psikologis. Motivasi kita
terpisah dari masa kanak-kanak dan mengarah ke masa depan. Seperti yang sudah diketahui, jika
kebutuhan akan kasih sayang dan keamanan saat masa kanak-kanak telah terpenuhi, proprium
akan berkembang memuaskan. Kepribadian dewasa tumbuh dari masa kecil tanpa didominasi
dan ditentukan oleh dorongan masa kanak-kanak. Allport tidak menjelaskan apakah orang
dewasa yang neurotic dapat melawan atau mengatasi pengalaman masa kecil yang tidak
menyenangkan, ia lebih tertarik dengan perkembangan psikologi positif. Ia menggambarkan
enam kriteria untuk kepribadian dewasa yang normal, matang, dan sehat emosional:
1. Orang dewasa yang matang dapat melibatkan dirinya pada orang lain dan dalam kegiatan
diluar dirinya sendiri.
2. Orang dewasa yang matang berhubungan hangat dengan orang lain, menunjukkan
keintiman, tenggang rasa, dan toleransi.
3. Penerimaan diri seorang dewasa yang matang membantu mereka mencapai rasa aman
secara emosional.
4. Orang dewasa yang matang memiliki persepsi ralistis tentang kehidupan,
mengembangkan kemampuan pribadi, dan membuat komitmen di suatu pekerjaan.
5. Orang dewasa yang matang memiliki rasa humor dan memahami dirinya sendiri.
6. Orang dewasa yang matang menganut satu filosofi hidup, yang berperan untuk
mengarahkan kepribadian ke masa depan.
Dengan memenuhi keenam kriteria tersebut, seorang dewasa dapat dikatakan sehata
secara emosional dan bebas untuk berfungsi, serta bebas dari motif masa kanak-kanak. Hasilnya,
mereka berhadapan dengan masa sekarang dan merencanakan masa depan tanpa merasa menjadi
korban dari pengalaman masa kecil.

8
G. Sifat Alami Manusia
Konsep Allport tentang kebebasan fungsional dan perkembangan kepribadian
menegaskan bahwa orang dewasa yang sehat secara emosional tidak terikat atau didorong oleh
konflik masa kanak-kanak. Dengan demikian, teori Allport memberikan pandangan optimis
tentang orang dewasa yang mengontrol hidup hidup mereka secara sadar, menjalani masa
sekarang dengan rasional, merencanakan masa depan, dan dengan aktif membangun identitas.
Semuanya adalah sebuah proses kreatif merancang dan menerapkan gaya hidup yang pantas,
dipengaruhi oleh kejadian masa sekarang dan rencana untuk masa depan.
Allport memiliki pendirian yang lunak mengenai pertanyaan kehendak bebas versus
determinisme. Ia mengakui pilihan bebas dalam pertimbangan kita tentang masa depan, tetapi ia
juga menyadari beberapa perilaku ditentukan oleh sifat dan watak pribadi. Untuk masalah
nature-nature, ia percaya sifat turun-menurun dan lingkungan mempengaruhi kepribadian. Latar
belakang genetic kita menjelaskan porsi signifikan dari kepribadian, menyediakan fisik,
temramen, dan tingkat kecerdasan. Bahan-bahan mentah ini kemudian dibentuk oleh proses
belajar dan pengalaman. Allport percaya dengan keunikan setiap orang. Meskipun sifat umum
menunjukkan kesamaan perilaku, sifat individu atau watak pribadi lebih akurat menggambarkan
sifat alami kita.
Bagi Allport, tujuan hidup paling tinggi bukanlah untuk mengurangi tekanan, seperti
yang diajukan Freud, tetapi untuk menambah tekanan, mengharuskan kita untuk mencari sensasi
dan tantangan baru. Saat satu tantangan terpenuhi, kita termotivasi untuk mencari yang lain.
Rewardnya ada dalam proses bukan dalam pencapaian itu sendiri, berusaha untuk mencapai
tujuan bukan tujuan yang tercapai. Kita membutuhkan tujuan untuk memotivasi kita untuk
menjaga tingkat tekanan yang optimal dalam kepribadian.
Citra optimis Allport terhadap sifat alami manusia tercermin dari pandangan liberal dan
minat dalam reformasi social. Sikap humanistic yang terungkap dalam hasil karyanya juga
terlihat dari kepribadiannya. Kolega dan muridnya ingat bahwa ia sungguh-sungguh peduli pada
orang lain dan perasaan tersebut timbal balik.

H. Asesmen dalam Teori Allport


Allport lebih banyak menulis tentang teknik asesmen/penilaian kepribadian daripada
teoris lain. Ia menulis dalam buku populernya, Pattern and Growth in Personality (1961),
meskipun dengan keberadaan banyak pendekatan untuk menilai, tidak ada satu teknik yang
terbaik. Kepribadian sangat kompleks sehingga kita harus menggunakan banyak teknik untuk
mengujinya. la membuat daftar sebelas metode utama:

• Diagnosis konstitusi dan fisiologis


• Latar belakang budaya, keanggotaan, dan peran
• Dokumen pribadi dan studi kasus
• Self-appraisal
• Analisis tingkah laku
9
• Rating
• Tes dan skala
• Teknik proyeksi
• Analisis kedalaman
• Perilaku ekspresif
• Prosedur sinopsis (Menggabungkan informasi dari beberapa sumber dalam sebuah
sinopsis)

1. Teknik Dokumen pribadi


Teknik dokumen pribadi melibatkan pemeriksaan buku harian, otobigrafi, surat,
literature, dan sampel lain dari catatan seseorang, baik secara tertulis atau lisan, untuk
menentukan jumlah dan jenis sifat kepribadian. Kasus Allport yang paling terkenal adalah
analisis dari koleksi 300 surat yanag tertulis dalam periode lebih dari 12 tahun oleh wanita paruh
baya bernama Jenny (Allport, 1965, 1966). Diketahui kemudian bahwa Jenny adalah ibu dari
teman sekamar Allport dan menulis surat untuk Allport dan menulis surat untuk Allport dan
istrinya (Winter, 1993).

Analisis yang mirip dapat dilakukan dengan materi pihak ketiga, misalnya sejarah kasus
atau bigrafi. Dalam teknik Allport, grup penilai akan membaca otobiografi ataumateri biografi
lalu mencatat sifat-sifat yang mereka temukan. Berdasarkan persetujuan para penilai, asesmen
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. 36 orang penilai membuat daftar hamper 200
sifat dalam penelitian surat Jenny. Allport dapat mengurangi jumlahnya hingga tersisa 8 kategori
karena banyak menggunakan istilah yang sama.

Salah satu murid Allport melakukan analisis computer terhadap surat-surat tersebut untuk
menemukan keberadaan sifat tertentu (Paige, 1966). Misalnya, kata-kata yang menunjukkan
amarah, permusuhan, dan agresi dikelompokkan dalam sifat agresif. Pendekatan ini lebih cerdas
dan kuantitatif daripada analisis awal Allport karena lebih sedikit melibatkan penilaian yang
subjektif. Ananlisi computer menghasilkan delapan sifat menonjol dalam kepribadian Jenny
mirip dengan kategori yang telah diidentifikasi Allport. Berdasarkan konsistensi tersebut, Allport
menyimpulkan bahwa pendekatan subjektifnya terhadap asesmen kepribadian menghasilkan
informasi valid tentang sifat dan dapat dibandingkan dengan analisis computer yang lebih
objketif

2. Study of Values
Allport dan dua koleganya mengembangkan tes self-report objektif yang disebut Study of
Values (Allport, Vernon, & Lindzey, 1960). Mereka&Lindzey, 1960). Mereka mengajukan
bahwa nilai-nilai pribadi adalah dasar filosofi hidup kita, salah saru dari enam kriteria untuk
kepribadian yang sehat dan matang. Nilai-nilai adalah sifat kepribadian dan mewakili minat serta
motivasi yang kuat. Allport percaya semua orang memiliki setiap jenis nilai, tetapi satu atau dua
di antaranya paling dominan dalam kepribadian. Kategori nilai-nilai itu adalah sebagai berikut.

10
1. Nilai teoretis memerhatikan penemuan kebenaran dan memiliki karakteristik empiris,
intelek, dan pendekatan yang rasional terhadap kehidupan.
2. Nilai ekonomis memerhatikan hal-hal yang bermanfaat dan praktis.
3. Nilai estetis berhubungan dengan pengalaman artistik, bentuk, harmoni, dan keanggunan.
4. Nilai sosial mencerminkan hubungan manusia, altruisme, dan filantropi.
5. Nilai politis menghadapi kekuatan pribadi, pengaruh, dan prestise di semua usaha, tidak
hanya kegiatan politik.
6. Nilai religi memerhatikan hal-hal mistis dan pemahaman terhadapseluruh alam semesta.

I. Penelitian tentang Teori Allport

1. Perilaku Ekspresif
Allport melakukan banyak penelitian tentang apa yang ia sebut perilaku ekspresif,
dijelaskan sebagai perilaku yang menunjukkan sifat-sifat kepribadian kita. la juga
mengidentifikasi perilaku coping, yang mengarah pada tujuan spesifik dan secara sadar
direncanakan dan dilakukan, Perilaku coping ditentukan oleh kebutuhan yang dipengaruhi situasi
dan biasanya bertujuan untuk membawa perubahan di lıngkungan kita.
Perilaku ekspresif muncul secara spontan dan mencerminkan aspek dasar kepribadian.
Berlawanan dengan perilaku coping, perilaku ekspresif Sulit untuk diubah, tidak memiliki tujuan
tertentu, dan biasanya muncul tanpa kita sadari. Allport mencontohkan perilaku berbicara di
depan publik. Pembicara berkomunikasi dengan audiens dalam dua tingkatan. Tingkat tidak
terencana yang inrormal perilaku ekspresif) yang terdiri dari gerak-gerik pembicara, gestur, aan
intonasi vokal. Pembicara mungkin gugup, berbicara rerialu cepat, atau memainkan antingnya.
Perilaku spontan seperti ini menunjukkan elemen dari kepribadian mereka.
Dalam studi perilaku ekspresifnya yang terkenal, Allport meminta subjek melakukan
berbagai hal dan Kemudian menilai konsistensi perilaku ekspresif mereka dalam situasi yang
berbeda-beda (Allport & Vernon,1933). la menemukan konsistensi tinggi di suara, tulisan,
postur, dan gestur. Dari perilaku ini, ia menyimpulkan eksistensi kepribadian introvert dan
ekstrovert.

2. Perbedaan Budaya dalam Ekspresi Wajah


Bagaimana dengan ekspresi wajah secara universal? Apakah ekspresi yang sama
menunjukkan factor kepribadian yang sama dalam setiap kebudayaan? Bukti-bukti yang ada
tidak konsisten. Studi terhadap anak-anak, orang dewasa Amerika dan China menemukan bahwa
beberapa emosi dasar diketahui dengan ekspresi wajah yang identic di kedua kebudayaan dan
kelompok usia. Namun, sebuah studi membandingkan ekspresi wajah anak-anak Amerika,
China, dan Jepang mendapatkan kesimpulan yang berbeda. Anak-anak China secara konsisten
menunjukkan variasi perilaku ekspresi wajah yang lebih sedikit daripada anak-anak Amerika dan
Jepang. Anak-anak Amerika secara signifikan memiliki ekspresi emosi yang berbeda dengan
anak-anak China, tetapi tidak terlalu berbeda dengan anak-anak Jepang.

11
Penelitian lain melibatkan anak perempuan usia 3 tahun menemukan bahwa anak kulit
putih lebih banyaktersenyum daripada anak China daratan atau China-Amerika. Seberapa tegas
fitur ibu dan jumlah anak sertaorang dewasa lain di dalam rumah juga mempengaruhi intensitas
ekspresi wajah dalam kebudayaan tersebut. Kedalaman para gadis tersebut mengespresikan
emosi mereka bergantung pada kebudayaan dan karakter keluarga (Camras, Bakeman, Chen,
Norris, & Cain, 2006).
Penelitian yang melibatkan orang dewasa di Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan
bahwa setiap kelompok dapat lebih baik mengenali ekspresi wajah dari orang-orang yang berasal
dari kebudayaan mereka sendiri. Sebuah peneltian dengan gambar wajah yang sudah dibuat
netral (tidak menampilakn emosi apapun) menemukan bahwa wajah orang kulit putih lebih
sering dinilai menunujukkan ekspresi marah daripada orang kulit hitam, dan wajah orang kulit
hitam lebih sering dinilai menunjukkan ekspresi senang atau terkejut (Zebrowitz, Kikuchi, &
Feloos, 2010).

3. Mengenali Ekspresi Wajah dengan Komputer


Jika kita dapat menerjemahkan ekspresi wajah orang lain dengan akurat, apakah
regognisi computer tertinggal jauh dibelakang? Kelihatannya tidak, sebuah program computer
tengah dikembangkan untuk rekaman video wajah dengan rasio 30 frame per detik. Komputer ini
mencapai akurasi derajat tinggi untuk mengenali emosi-emosi dasar seperti kebahagiaan,
kesedihan, rasa takut, rasa muak, amarah, dan rasa terkejut (Susskind, Litterwort, Bartlett,
Movellan, & Anderson, 2007).
Seandainya computer dapat mengenali emosi yang ditunjukkan wajah manusia, apakah
mereka juga dapat menyampaikan keadaan emosi? Dalam penelitian yang malibatkan 158
remaja di Belanda, usia rata-rata 16 tahun, emoticon digunakan untuk mempelajari transmisi
perasaan pribadi secara online. Dalam simulasi ruang chatting, para remaja ditemukan lebih
banyak menggunakan emoticon untuk komunikasi dalam konteks social daripada untuk konteks
tugas atau pekerjaan. Mereka menggunakan icon yang lebih positif, misalnya yang
menggambarkan senyuman, untuk situasi yang positif dan icon yang lebih negative, misalnya
yang menggambarkan kesedihan, untuk situasi yang negative, sama seperti apa yang dilakukan
saat kontak tatap muka. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa emosi yang
ditampilkan orang saat berkomunikasilewat computer mirip dengan situasi tatap muka (Derks,
Bos, & von grumbkow, 2007)

J. Refleksi Teori Allport


Meskipun banyak penelitian tentang perilaku ekspresif yang sudah dilakukan, teori
Allport secara keseluruhan hanya merangsang sedikit penelitian untuk menguji gagasannya.
Pendekatan penelitan idiografisnya berjalan melawan aliran pemikiran utama di psikologi
kontemporer, yang menerima penelitian nomothetic (studi tentang kelompok subjek besar
dengan analisis statistik yang rumit). Fokus Allport pada orang dewasa yang sehat emosional

12
juga berbeda dengan pendirian yang umum saat itu dalam psikologi klinis, yaitu menghadapi
orang neurotik dan psikotik.
Sulit menerjemahkan konsep Allport dalam istilah dan gagasan spesifik yang sesuai
untuk studi denganmetode eksperimen. Contohnya, bagaimana kita mengamati kebebasan
fungsional atau propriasi di dalam laboratorium? Bagaimana kita dapat memanipulasi konsep
tersebut untuk menguji efeknya?
Kritik sudah dilayangkan terhadap konsep kebebasan fungsional. Allport tidak
menjelaskan bagaimana motif asal berubah menjadi motif yang bebas. Contohnya, saat
seseorang aman secara finansial, denganproses apa motif bekerja keras untuk keuntungan
finansial diubah menjadi motif bekerja keras demi pekerjaan itu sendiri? Jika mekanisme
perubahan tidak dijelaskan. bagaimana kita dapat memprediksi motif masa kanak kanak mana
yang akan menjadi bebas pada masa dewasa?
Penekanan Allport pada keunikan kepribadian telah ditantang karena pendiriannya
berfokus secara eksklusif pada individu yang tidak mungkin disamaratakan dari satu orang ke
orang yang lain. Banyak psikolog kesulitan menerima gagasan Allport mengenai
ketidaksinambungan antara anak-anak dan dewasa, binatang dan manusia, normal dan abnormal.
Mereka menunjukkan bahwa penelitian tentang perilaku anak-anak binatang, dan subjek yang
terganggu secara emosi telah menghasilkan banyak pengetahuan tentang cara berfungsi orang
dewasa yang normal dan sehat emosional.
Meskipun kritikan tersebut, teori Allport telah diterima baik dikomunitas akademik.
Pendekatannya terhadap perkembangan kepribadian penekanannya pada keunikan, dan fokusnya
pada pentingnya tujuan tercermin dalam hasil karya psikolog humanis Carl Rogers dan Abraham
Maslow. Allport sering dianggap sebagai salah satu psikolog pertama yang membawa nilai dan
perhatian humanistik ke bidang psikolog (Jeshmaridian, 2007). Minat dalam karya Allport telah
dibangkitan kembali baru-baru ini sebagai bagian dari fokus pada sifat-sifat kepribadian yang
memberikan dukungan empiris untruk beberapa idenya.Karya utama Allport tentang ekspresi
emosi adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan bidang neurosains kognitif. Telah
terjadi kebangkitan minat terhadap teknik dokumen pribadi Allport untuk mempelajari
kepribadian (Barenbaum, 2008; Zunshine, 2010).
Bukunya ditulis dengan gaya yang mudah dibaca dan konsepnya memiliki daya tarik
yang masuk akal. Penekanan pada determinan perilaku yang sadar dan rasional memberikan
alternatif untuk psikoanalisis yang memandang manusia secara irasional dan didorong oleh
kekuatan yang tidak terkontrol secara taksadar. Pandangan Allport bahwa manusia lebih
dibentuk oleh harapan masa depan bukan kejadian masa lalu sesuai dengan filosofi yang penuh
harapan dan humanistik. Kontribusi Allport terhadap psikologi yang paling kuat adalan membuat
studi kepribadian dihormati secara akademik dan menekankan peran faktor genetik dalam
pendekatan sifat pada kepribadian.

13
2. Konsep Kepribadian Rollo May

A. Biografi Rollo May

Rollo Reese May lahir pada tanggal 21 April 1909, di Ada, Ohio, tetapi sebagian besar
masa kecilnya dihabiskan di Marine City, Michigan. May menerima gelar sarjana seni dari
perguruan tinggi Oberlin pada tahun 1930, setelah itu ia menempuh kursus Eriksonian dengan
berkeliling eropa sebagai seorang seniman dan guru keliling. Selama waktu ini dia menghadiri
sekolah musim panas Alfred Adler, yang pekerjaannya dia kagumi tetapi dianggap terlalu
menyederhanakan hidup.

May kembali ke amerika serikat untuk memperoleh gelar keilahian dari seminari teologia
serikat di New York pada tahun 1938, di mana dia pertama kali menemukan pemikiran mengenai
eksistensial, dan kemudian melayani di sebuah paroki di Montclair, New Jersey. Tapi dia
menjadi lebih tertarik pada psikologi dan menjalani pelatihan psikoanalisis di institut William
Alanson White, dimana dia bertemu dan diasuh oleh Fromm dan Sullivan. May membuka
praktik pribadinya pada tahun 1946, dan menerima gelar Ph.D. pertama dalam psikologi klinis
yang pernah dihadiahkan oleh universitas Columbia pada tahun 1949. Kira-kira pada waktu itu,
ia mengalami trauma akibat tuberkulosis, yang jauh lebih meyakinkan bahwa ia akan
eksistensialisme ketimbang pendidikan formal.

Mei menikah dengan Florence defree pada tahun 1938, dan dikaruniai satu anak laki-laki
dan dua anak perempuan, dan menikah dengan Georgia Johnson pada saat kematiannya. Karya-
karya yang diterbitkan pada bulan mei mencakup sekitar selusin buku, khususnya Love and Will
yang paling laris (1969c), dan sejumlah artikel. Selain menjadi psikoterapis praktek, ia kuliah di
lembaga-lembaga seperti Harvard, Yale, Princeton, Columbia, Dartmouth, Vassar, Oberlin, New
York University, dan sekolah baru untuk riset sosial. Rollo mungkin meninggal karena gagal
jantung di rumahnya di Tiburon, California, pada tanggal 22 oktober 1994.

B. Teori Ekstensialisme

1. Pengertian Eksistensialisme
Eksistensi manusia adalah suatu proses yang dinamis, suatu “menjadi” atau “mengada”.
Hal ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri yakni existence yang artinya “ke luar dari”
atau “ mengatasi” dirinya sendiri. Jadi eksistensi bersifat lentur dan mengalami perkembangan
atau sebaliknya kemunduran tergantung padindividu dalam mengaktualisasi potensinya.
Psikologi Eksistensial yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha perilaku manusia
untuk memahami manusia dengan mengatasi jurang pemisah antara subjek dan objek. Psikologi
eksistensial berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup:
kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnnya sendiri,

14
tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin, usaha untuk
menemukan makna dari kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain,
kematian, serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
Terdapat dua konsep dalam eksistensialisme, yaitu :
a. Mengada-dalam-Dunia(Being in the-World)
Istilah ini menunjukkan kemenyatuan subjek dan objek, pribadi dan dunia. Perasaan
terisolasi dan keterasingan-diri daridunia diderita tidak hanya oleh individu yang terganggu
secara patologis, tetapi juga oleh banyak idividu di masyarakat wilayah modern. Alienasi
adalah penyakit zaman ini, dan dia termanifestasikan di ketiga ini: (1) keterpisahan dari
alam, (2) kekurangan hubungan antarpribadi yang bermakna, dan (3) ketersaingan dari diri
yang autentik. Kalau begitu, munusia sebenarnya mengalami tiga mode mengada-dalam-
dunia sekaligus, yaitu: Umwelt atau lingkungan di sekitar kita, Minwelt atau hubungan kita
dengan orang lain, dan Eigenwelt atau hubungan kita dengan diri sendiri. Oleh karena itu
pribadi yang sehat hidup dalam Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt sekaligus. Merekä
beradaptasi dengan dunia alamiah, berhubungan dengan orang lain sebagai manusia dan
memiliki kesadaran mendalam tentang apakah makna semua pengalaman ini bagi dirinya.
(May, 1958)
b. Ketidakmengadaan(Non-being)
Mengada-dalam-dunia mensyaratkan kesadaran diri sebagai makhluk yang hidup dan
êksis. Namun kesadaran ini pada gilirannya juga dapat membawa manusia pada
kesadaran akan sesuatu yang menakutkan: yaitu ketidakmengadaan (non-beig) atau
ketiadaan (nothingness). May (1958).

2. Konsep Teori Eksistensialisme


Konsep Kepribadian Psikologi Eksistensial Rollow May terdiri dari tiga bagian yaitu
Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt.
a. Umwelt adalah dunia kebutuhan biologis, yaitu dunia objek-objek di sekitar manusia yang
bisa mempengaruhi manusia, membuat manusia sakit, menderita, dan tidak berdaya. Umwelt
biasa disebut dengan lingkungan (environment).
b. Mitwelt adalah hubungan manusia dengan manusia lain dalam rangka kebersamaan.
Kebersamaan ini berlangsung dalam suatu interaksi yang jauh lebih kompleks, komunikasi
yang penuh kebersamaan, dan makna orang lain juga ditentukan oleh hubungan sesama.
c. Eigentwelt adalah hubungan individu dengan dirinya sendiri, pusat bagi dunia manusia
sendiri, dan dari pusat itulah manusia menjalani hubungannya dengan orang lain atau sesama
manusia lain. Dalam dunia ini, manusia menjalin keberadaan sebagai subjek yang
merefleksikan, mengevaluasi, menilai atau menghakimi dirinya sendiri.

15
Pribadi yang sehat hidup dalam umwelt, mitwelt, dan eigentwelt sekaligus. Mereka
beradaptasi dengan dunia alamiah, berhubungan dengan orang lain sebagai manusia dan
memiliki kesadaran mendalam tentang apakah makna semua pengalaman ini bagi dirinya.

C. Prinsip-Prinsip Ontological : MRS. Hutchen’s


1. Fenomenal Keterpusatan
Setiap orang ingin berada dalam keterpusatan, oleh karena itu kehidupan, cinta,
kebencian, apakah itu bersifat membangun atau merusak, fleksibel atau kaku, buta atau
tanggap, semua itu karena keterpusatan.
2. Keberanian untuk pengakuan diri
Setiap keberadaan seseorang memiliki karakter untuk pengakuan diri, yang mana itu
membutuhkan pertahanan keterpusatan mereka dan dapat mengarahkan keberanian untuk
melakukannya.
3. Berpartisipasi dengan orang lain
Setiap keberadaan seseorang harus memungkinkan untuk keluar dari keterpusatan mereka
agar berpartisipasi dengan orang lain.
4. Kesadaran
Sisi subjektif dari keterpusatan adalah kesadaran. Kesadaran berarti tentang kesiap-
siagaan atau kewaspadaan. Orang-orang waspada akan bahaya akan identitas mereka.
5. Kesadaran diri
Merupakan bagian unik dalam kesadaran seseorang. Orang-orang dapat sadar tentang
pikiran mereka seperti seseorang yang berpikir dan merasakan.
6. Kecemasan dan ketiadaan
Kecemasan merupkan bagian dari tindak perjuangan mereka tentang apa yang dapat
menghancurkan perasaan menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka.

D. Konsep-Konsep Teori Rollo May

1. Kecemasan
Dalam The meaning of anxiety, May menyatakan bahwa banyak perilaku manusia
memiliki motivasi dari landasan rasa takut dan kecemasan, kegagalan untuk menghadapi
kematian hingga akhirnya bertindak menghindar sebagai bentuk pelarian. Manusia mengalami
kecemasan saat mereka sadar bahwa eksistensinya atau beberapa nilai yang mereka anut
terancam rusak atau hancur.

16
Rollo May mendefinisikan kecemasan sebagai “kondisi subjektif ketika seseorang menyadari
bahwa eksistensinya dapat dihancurkan dan ia dapat menjadi bukan apa apa. May kemudian
membagi kecemasan atas dua bagian yaitu keemasan normal dan keemasan neurotic.
1) Kecemasan normal, setiap individu akan merasakan yang namanya kecemasan hal ini
agar seseorang dapat tumbuh dan berubah. Rollo May mengatakan bahwa “semua
pertumubuhan selalu meliputi pelepasan nilai nilai lama yang mengakibatkan kecemasan”
2) Kecemasan neurotic, kecemasan dapat menjadi sesuatu yang neurotic atau sakit. May
mendefinisikan bahwa kecemasan neurotic sebagai “reaksi yang tidak proporsional atas
suatu ancaman, meliputi represi dan bentuk bentuk lain dari konflik intrapsikis, yang
dikelola oleh bermacam bentuk pemblokiran aktivitas dan kesadaran.

2. Rasa Bersalah
Rasa bersalah muncul saat manusia menyangkal potensinya, gagal melihat secara akurat
kebutuhan dari sesamanya atau lupa akan ketergantungannya pada alam. Rasa bersalah bersifat
ontologis yaitu merujuk pada sifat alamiah dari suatu keadaan dan bukan perasaan yang muncul
dari situasi atau pelanggaran yang spesifik. Secara keseluruhan may mengidentifikasian tiga
bentuk dari perasaan bersalah ontologis, yang masing masing berkorelasi dengan tiap bentuk
being-inthe-world yaitu umwelt, mitwelt dan eigenwelt. Rasa bersalah seseorang muncul karena
kurangnya kesadaran terhadap being-in-the-world.
Seperti kecemasan, rasa bersalah ontologism dapat mempunyai dampak positif dan
negative pada kepribadian seseorang. Manusia dapat menggunakan perasaan bersalah untuk
mengembangkan rasa rendah hati yang sehat, meningkatkan hubungan dirinya dengan orang
lain, dan untuk secara kreatif menggunakan potensi potensi yang manusia itu miliki. Akan tetapi
saat manusia menolak untuk menerima perasaan bersalah ontologism ini, manusia menjadi
neurotic atau sakit.

• Intensionalitas
Intensionalitas merupakan suatu kemampuan untuk membuat pilihan mengimplikasikan
suatu landasan terstruktur ketika pilihan tersebut dibuat. Struktur yang memberikan arti pada
pengalaman dan membuat manusia dapat mengambil keputusan tentang masa depannya. Tanpa
intensionalitas, manusia tidak dapat memilih atau bertindak berdasarkan pilihan mereka.
May menggunakan istilah “intensionalitas” untuk menjembatani jarak antara subjek dan objek.
intensionalitas adalah “struktur dari arti dan makna yang memungkinkan kita, yang merupakan subjek,
untuk melihat serta mengerti dunia luar, yang merupakan objek.” untuk mengilustrasikan bagaimana
intensionalitas secara parsial menjembatani jarak antara subjek dan objek menggunakan contoh
sederhana dari seseorang (subjek) yan sedang dan mengobservasi sebuah kertas (objek) orang tersebut
dapat menulis dikertas, melipatnya menjadi sebuah mainan kapal terbang dari kertas atau membuat
ilustrasi gambar diatasnya. Dalam ketiga kondisi subyek orang dan objeknya adalah kertas, namun
tindakan subjek tergantung pada intensinya dan makna yang akan diberikan pada pengalaman tersebut.
Makna tersebut akan berfungsi untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

17
a. Kepedulian, cinta dan keinginan
Kepedulian (care) adalah suatu proses aktif, kebalikan dari apatis. “Kepedulian adalah kondisi
ketika sesuatu benar-benar berarti” (May, 1969). Kepedulian tidak sama dengan cinta, namun
kepedulian itu bersumber dari cinta. May (1953) mendefinisikan Cinta (love) sebagai “perasaan
bahagia terhadap kehadiran orang lain dan menegaskan nilai serta perkembangan (dari orang lain
tersebut) seperti milik kita sendiri”. Tanpa kepedulian, tidak mungkin ada cinta itu hanya
sentimental kosong atau rangsangan seksual yang bersifat sementara. May (1969) menyebut
Keinginan (will) sebagai “kapasitas untuk mengatur diri seseorang supaya pergerakan dalam arah
tertentu atau menuju suatu sasaran tertentu dapat terjadi.

• Persatuan antara Cinta dan Keinginan


May (1969) menyatakan bahwa masyarakat modern menderita suatu perpisahan antara cinta
dan keinginan yang tidak sehat. Cinta telah diasosiasikan dengan cinta yang sensual atau seks,
sementara keinginan telah berubah arti menjadi tekad yang mantap atau kekuatan dari
kemauan. Tidak ada satupun konsep diatas yang menangkap arti sebenarnya dari kedua istilah
tersebut. Misalnya saat dipandang sebagai seks, cinta berubah menjadi sesuatu yang bersifat
sementara dan tidak memiliki komitmen;sehingga tidak ada keinginan, hanya ada harapan saat
dipandang sebagai kekuatan dari kemauan keinginan berubah menjadi melayani diri sendiri
dan tidak memiliki semangat sehingga tidak ada kepedulian dan yang ada hanya sebuah
manipulasi.
Menurut May (1969), tugas kita adalah untuk mempersatukan cinta dan keinginan. Tugas
tersebut tidaklah mudah, tetapi dapat dilakukan. Tidak satu pun dari cinta yang
membahagiakan atau keinginan yang hanya melayani diri sendiri mempunyai andil dalam
mempersatukan cinta dan keinginan. Untuk seseorang yang dewasa, baik cinta maupun
keinginan, berarti berusaha menggapai terhadap orang lain. Keduanya meliputi kepedulian,
menutut pilihan, mengimplikasikan tindakan, dan membutuhkan tanggung jawab.

18
• Bentuk Bentuk Cinta
May mengidentifikasi empat macam cinta daam tradisi barat, antara lain yaitu :
- Seks
Merupakan fungsi biologis yang dapat dipuaskan melalui hubungan seksual. May
yakin bahwa pada zaman dulu seks merupakan sesuatu yang diabaikan namun pada masa
sekarang seks adalah sesuatu yang menjadi sebuah permasalahan. Hal ini bisa dilihat pada
suatu periode, masyarakat barat umumnya menyangkal perasaan seksual dan seks
bukanlah suatu pembicaraan yang sopan, yang kemudian pada tahun1920an orang orang
bereaksi melawan penindasan seksual ini. Seketika itupula seks muncul dipermukaan serta
banyak masyarakat barat justru menjadi ‘sibuk’ dengan hal ini. May (1969) menunjukkan
bahwa masyarakat berpindah dari masa ketika melakukan hubungan seks membuat
seseorang merasa bersalah dan kecemasan, hingga akhirnya tiba pada waktu dimana
ketika tidak melakukan hubungan seks mengakibatkan perasaan bersalah dan kecemasan.
- Eros
Eros adalah hasrat psikologis yang mencari untuk menghasilkan keturunan atau
persatuan dalam sebuah hubungan dengan orang yang dicintai. Eros lebih kepada sebuah
harapan untuk mengukuhkan suatu persatuan yang bertahan lama. Eros dibangun atas
kepedulian dan kelembutan. Eros mendambakan untuk membangun suatu persatuan yang
bertahan dengan orang lain dimana, kedua orang dalam hubungan itu saling merasakan
kebahagian dan hasrat yang mendalam.
- Philia
Philia adalah suatu hubungan yang terjalin dengan intim, namun nonseksual. Philia
tidak dapat dibangun dengan terburu buru serta membutuhkan waktu untuk tumbuh,
berkembang dan mengakar di diri seorang manusia. Contoh dari philia adalah rasa cinta
yang pelan pelan muncul antara saudara kandung atau antara teman lama.
- Agape
Agape merupakan penghargaan untuk orang lain, kepedulian atas kesejahteraan
orang lain yang melebihi keuntungan apapun yang dapat diperoleh seseorang dari hal
tersebut; cinta yang tidak terkecuali, seperti cinta tuhan pada manusia. Agape adalah cinta
yang bersifat altruis dan tidak mengharapkan pamrih serta bentuk cinta spiritual. Cinta ini
tidak memperdulikan perilaku atau karakteristik seseorang. Oleh karena itu agape menjadi
terasa berlebihan dan tidak bersyarat.
Singkatnya, hubungan manusia yang sehat akan mencapur keempat bentuk cinta. Manusia
didasari oleh kepuasaan seksual, juga memiliki hasrat untuk menjalani sebuah persatuan,
pertemanan yang jujur serta kepedulian yang tidak egois atas kesejahteraan dari orang lain. Pada
dasarnya cinta membutuhkan kelembutan, afirmasi atas orang lain, melonggarkan kompetisi

19
sebanyak mungkin, kadang-kadang penolakan atas diri sendiri untuk kepentingan orang lain
yang dicintai, serta nilai nilai lama seperti kebajikan dan.
c. Kebebasan dan Takdir
Kebebasan adalah kemungkinan untuk berubah walaupun kita tidak tahu apa saja
perubahan yang dapat terjadi. Kebebasan “memerlukan kemampuan untuk menaungi
kemungkinan-kemungkinan yang berbeda-beda di dalam pikiran seseorang walaupun pada
saat itu belum terlalu jelas bagaiman seseorang harus bertindak” (May, 1981). May sendiri
mengenal dua bentuk kebebasan, antara lain :

• Kebebasan Eksistensial,Kebebasan ini merupakan kebebasan untuk bertindak, kebebasan


untuk melakukan. Kebanyakan orang dewasa Amerika dari kelas menengah menikmati
kebebasan ekstensial yang cukup besar. Seperti melakukan perjalanan melewati batas
negara, untuk memilih rekan dan lain sebagainya.
• Kebebasan esensial, Kebesan ini merupakan kebebasan untuk menjadi. Kenyataannya
kebebasan eksistensial sering membuat kebebasan esensial menjadi lebih sulit. Pada tahun
1981, May bertanya “Apakah kota hanya akan mendapatkan kebebasan esensial apabila
ekstensi kehidupan kita sehari-hari diganggu?” jawaban yang dikemukakan sendiri oleh
May adala “tidak”.
Selanjutnya May (1981) mendefenisikan takdir sebagai “rancangan dari alam semesta
yang berbicara lewat rancangan dari kita masing-masing. May berpendapat bahwa kebebasan
dan takdir, seperti rasa cinta-benci atau kehidupankematian, tidaklah bersifat antitesis
melainkan hanya sekedar paradoks biasa dalam kehidupan. Kebebasan tanpa takdir adalah
otorisasi tanpa kontrol. Oleh karena itu, tanpa takdir kita tidak akan mempunyai kebebasan,
namun tanpa kebebasan, takdir kita pun menjadi tidak berarti.
d. Kekuatan Mitos
Mitos adalah cerita-cerita yang menyatukan masyarakat, “sangat penting dalam
proses menjaga jiwa kita agar tetap hidup serta membawa kita kepada makna-makna baru
didalam dunia yang sulit dan seringnya, tidak berarti” (May, 1991). May percaya bahwa
menusia berkomunikasi satu sam lain dalam dua level.
Pertama adalah melalui bahasa rasionalisme, dan dalam level ini kebenaran lebih
penting dari pada pihak-pihak yang saling berkomunikasi. Kedua adalah melalui mitos dan
simbol untuk melihat lebih jauh daripada situasi kongkret yang baru terjadi, memperluas
kesadaran diri, dan mencari identitas.
May (1990) percaya bahwa cerita Oedipus adalah mitos yang sangat kuat dalam
budaya kita karena mengandung elemen-elemen dari krisis ekstensial yang umum bagi
semua orang. Krisis-krisis ini meliputi: (1) kelahiran, (2) perpisahan atau persaingan dari
orang tua dan rumah, (3) persatuan seksual dengan salah satu orang tua dan permusuhan

20
dengan yang lainnya, (4) penengasan dari kemandirian dan pencarian identitas, serta (5)
kematian.
e. Psikopatologi
May memandang psikopatologi sebagai kurangnya komunikasi atau ketidakmampuan
untuk mengetahui orang lain dan untuk membagi diri kita dengan mereka. Orang yang terganggu
secara psikologis, menyangkal takdir mereka sehingga mereka kehilangan kebebasannya.
Mereka mengembangkan gejala-gejala neurotic, tidak untuk mendapatkan kebebasan mereka,
tetapi untuk melepaskannya. Gejala-gejala tersebut mempersempit dunia fenomenologis mereka
sampai pada suatu ukuran yang akan membuat coping lebih mudah bagi mereka. Orang yang
kompulsif mengadopsi rutinitas yang ketat, sehingga membuat pilihan-pilihan baru menjadi tidak
penting atau tidak dibutuhkan. Gejala-gejala tersebut dapat bersifat sementara, seperti ketika
stress menghasilkan rasa sakit kepala, atau mereka dapat menjadi relative sementara, seperti
ketika pengalaman masa kecil mengakibatkan sikap apatis dan kekosongan.
f. Psikoterapi
Tidak seperti Freud, Adler, Rogers, dan pakar teori kepribadian yang berorientasi klinis,
May tidak membangun aliran psikoterapi dengan pengikut yang kuat dan teknik yang dapat
dibedakan. Walaupun begitu, ia banyak menulis mengenai psikoterapi, menolak gagasan bahwa
psikoterapi harus menurunkan kecemasan dan menghilangkan perasaan bersalah. Ia malah
menyarankan bahwa psikoterapi seharusnya membuat manusia menjadi lebih manusiawi:
membantu mereka memperluas kesadaran mereka supaya mereka akan berada dalam posisi yang
lebih baik untuk dapat membuat keputusan.
May yakin bahwa tujuan psikoterapi adalah untuk membebaskan manusia. Ia berargumen
bahwa terapis yang berkonsentrasi pada gejala-gejal yang dimiliki pasien, kehilangan gambaran
yang lebih penting. Gejala-gejala neurotic hanyalah cara untuk melarikan diri dari kebebasan dan
induksi bahwa kemungkinankemungkinan internal yang dimiliki oleh pasien yang tidak
digunakan. Saat manusia menjadi lebih bebas dan lebih manusiawi, gejala-gejala neurotic
mereka biasanya akan menghilang, kecemasan neurotic berubah menjadi kecemasan normal, dan
rasa bersalah neurotic digantikan oleh rasa bersalah yang normal. Akan tetapi, keuntungan-
keuntungan ini bukanlah yang utama, dan bukanlah tujuan utama dari terapi. May bersikeras
bahwa psikoterapi harus lebih terfokus pada membantu orang lain mengalami eksistensi mereka,
dan gejala-gejala yang membebaskan, hanyalah hasil sampingan dari pengalaman tersebut.
May tidak banyak menawarkan arahan-arahan spesifik untuk diikuti. Terapis eksistensial
tidak mempunyai satu set teknik atau metode khusus yang dapat diaplikasikan kepada semua
pasien. Malahan, mereka hanya membangun hubungan satu lawan satu (Mitwelt) yang membuat
pasien mampu untuk lebih sadar akan dirinya dan hidup sepenuhnya dalam dunia mereka sendiri
(Eigenwelt). Pendekatan ini dapat berarti menantang pasien untuk mengahadapi takdirnya, untuk
merasakan kesedihan, kecemasan, dan rasa bersalah. Akana tetapi, hal tersebut juga berarti

21
membangun pertemuan “saya-anda” (I-thou), yaitu ketika terapis maupun pasien dipandang
sebagai subjek bukan objek. Di dalam hubungan
“saya-anda”, terapis memiliki empati atas pengalaman pasien dan terbuka atas dunia subjektif
dari pasien.
May (1991) juga mendeskripsikan terapi adalah sebagian agama, sebagian ilmu
pengetahuan, dan sebagian hubungan pertemanan. Akan tetapi, hubungan pertemanan di sini
bukanlah suatu hubungan sosial yang biasa, melainkan menuntut terapis untuk menjadi sangat
terbuka dan tidak berbasa-basi serta untuk menantang pasien. May yakin bahwa hubungan itu
sendiri bersifat terapeutik dan dampak perubahannya tidak berkaitan dengan apapun yang
dikatakan oleh terapis ataupun orientasi teoretis yang mungkin mereka punya.
Secara filosofis, May banyak memegang keyakinan-keyakinan yang sama dengan yang
dipegang oleh Carl Rogers. Dasar dari kedua pendekatan tersebut adalah gagasan atas terapi
sebagai pertemuan manusia yaitu sebuah hubungan “saya-anda” dengan potensi untuk
memfasilitasi pertumbuhan di dalam diri terapis dan pasien. Akan tetapi, di dalam praktiknya,
May akan lebih banyak memberikan pertanyaan, untuk masuk ke dalam masa kanak-kanak
pasien dan untuk memberi saran atas kemungkinan-kemungkinan makna dari perilaku saat ini.
g. Destiny
Menurut May destiny adalah pola batas dan bakat yang merupakan kodrat dalam hidup.
May percaya bahwa seseorang berkonfrontasi dengan batas-batas yang dimiliki. Hal inilah yang
memunculkan kreativitas dan kebebasan seseorang muncul.
May mengatakan bahwa dalam penyelesaian konflik antara determinisme dan
kebebasan menggunakan konseptualisasi yang berlawanan jelas sebagai dialektis, yaitu, yang
terlibat dalam interaksi timbal balik. May mengatakan bahwa makna dari kebebasan syarat dan
determinisme masing-masing tergantung pada yang lain.
Kebebasan dan determinisme melahirkan satu sama lain. Setiap kemajuan dalam
kebebasan melahirkan sebuah determinisme baru dan setiap kemajuan dalam determinisme
melahirkan kebebasan baru. Kebebasan adalah lingkaran dalam lingkaran yang lebih besar
determinisme, yang, pada gilirannya, dikelilingi oleh lingkaran kebebasan yang lebih besar.
May menjelaskan bahwa destiny memiliki banyak tingkatan dan masingmasing tingkat
berbeda. Ada empat tingkatan yang disampaikan May yaitu :
1. Takdir kosmik : kadang-kadang disebut "tindakan Tuhan" termasuk di sini adalah kelahiran,
kematian, gunung berapi, dan bencana alam yang relatif tak terduga lainnya yang
mempengaruhi kehidupan kitatanpa mampu melakukan apa-apa.
2. Takdir genetik : kita mewarisi, yang mengatur banyak ciri-ciri fisik saat kita dilahirkan,
termasuk warna mata atau kulit dan gender kita. genetika juga mungkin memainkan peran
dalam bakat yang kita miliki untuk seni, musik, matematika, dan sebagainya. Kita bisa
22
meningkatkan atau bekerja sama dengan genetik yang dimiliki akan tetapi ada hal yang tidak
dapat kita ruba dengan hal-hal yang kita warisi.
3. Takdir budaya : yang meliputi keluarga, masyarakat, dan kebudayaan di mana kita
dilahirkan.
4. Takdir mendalam, yang mencakup peristiwa manusia di mana kita secara individu tidak
memiliki kontrol, seperti naik turunnya pasar saham, atau aksi teroris.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gordon Allport berfokus pada alam sadar bukan alam bawah sadar. Ia percaya
kepribadian lebih dipandu oleh masa sekarang dan masa depan disbanding masa lalu. Ia
mempelajari orang normal bukannya orang orang yang terganggu emosinya. Kepribadian
didefinisikan sebagai organisasi dinamis dalam individu yang system psikofisiknya menentukan
karakteristik perilaku dan pemikiran. Kepribadian adalah hasil keturunan dan lingkungan serta
terpisah dari pengalaman masa kecil.Allport memberikan pandangan yang optimis terhadap sifat
alami manusia dan menekankan keunikan individu. Kita tidak didorong kejadian masa kecil.
Untuk mengontrol hidup secara sadar, kita merancang gaya hidup secara kreatif dan tumbuh
karena kebutuhan alami untuk kebebasan, individualis, dan keakuan. Tujuan utama kita adalah
peningkatan tekanan yang memaksa kita mencari sensasi dan tantangan baru.
Manusia bukan sebagai objek mati dalam pengalaman mereka, mereka memiliki
kesadaran akan pengalaman mereka tentang dunia yang penuh arti. Pengalaman individu tentang
dunia dunia fisik, dunia pikiran dan ide dapat dideskripsikan secara langsung, tanpa
menggunakan konsep yang abstrak yang mengarahkan pada proses impersonal atau entitas.
Manusia dapat menyadari kematian mereka. Sebagaimana kematian seperti kehidupan manusia
yang terbatas dan pentingnya memilih dan berkomitmen di masa kini. Kecemasan adalah bentuk
dari psikopatologi. Beberapa bentuk tentang kecemasan antara lain, kecemasan eksistensial,
keterlibatan dan konfrontasi individual dengan kemungkinan ketidakberadaan dan kemungkinan
dilanda kehidupan yang tidak memiliki arti. Manusia selalu mampu berubah dan berkembang.
Sebagian besar orang-orang bertanggung jawab dalam memberikan arti tentang pengalaman
mereka. Mereka memiliki protensial yang hebat untuk menjadi baik dan jahat, untuk membangun
kreatifitas atau menghancurkan.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa pada penulisan makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna terdapat banyak sekali klasifikasi setiap sub-bab yang ada karena keterbatasan
pengetahuan ini sehingga tidak meratanya bagian bagian sub-bab tertentu dan tejuga makalah ini
terbilang cukup panjang sehingga akan menimbulkan kebosanan bagi para pembaca. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu Dosen Pengampu dan teman-teman sekalian harap
memakluminya dan berkenan memberikan saran dan kritik agar kami dapat terus
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ewen, R. B. (2010). AN INTRODUCTION TO THEORIES OF PERSONALITY. New York: Psychology

Press.

Monte, C. R. (2003). Beneath the Mask: An Introduction Of Theoris Personality. USA: Lehigh Press.

Schultz, D. P. (2015). Theories Of Personality. Jakarta: EGC.

Feistandfeist.2006.TheoriesofPersonality.Boston:McGrawHill.

Anda mungkin juga menyukai