Anda di halaman 1dari 6

Antonim Einstein

XII MIPA 3 bukan tipe kelas yang biasa diceritakan, apalagi dibanggakan oleh guru-guru
karena kepintarannya. MIPA 3 Cuma kelas biasa yang Identik dengan kenakalannya dan
nggak menarik sama sekali. Murid lain, khususnya golongan MIPA 5 yang biasanya identik
dengan julukan ‘Kelas Einstein’, selalu menganggap MIPA 3 itu isinya cuman manusia-
manusia bodoh yang tidak taat pada aturan. MIPA 3 yang katanya sangat berbanding terbalik
dengan kelas-kelas lainnya. Jika MIPA 5 adalah ‘kelas Einstein’ maka MIPA 3 adalah
‘Antonim Einstein’.

Dan di sini lah aku.

Aku yang selalu melihat kelas tetangga, MIPA 5 yang selalu memegang bukunya,
keseluruhannya adalah murid yang selalu dielu-elukan para guru pada kami, agar kami dapat
mencontohi mereka.

XII MIPA 3 bagai pinggiran martabak dibandingkan dengan yang lain. Nggak ada yang
terkenal secara special di sini. Orang-orang memandang kami sama rata. Tapi….tahukah
kalian, kalau orang-orang seperti kami sebenarnya kumpulan orang-orang yang lebih aneh
dari yang kalian pikirkan, yang tidak normal dibanding manusia biasa?

Aku nggak pernah ketemu manusia macam Fadhil akbar , Tading , Dirga, Adrian sampai
Pitri dihabitat lain kalau bukan di kelas ini. Mereka yang hanya akan keluar dari kelas jika
ada kebutuhan yang mendesak. Adapun Tasya, Sintia, dan Karmila yang kerjaannya Cuma
keliling area sekolah, dari ujung ke ujung, nggak ada hentinya.

Di kelas, mungkin Cuman Dean, Mahdi dan Ghina yang kayaknya kalem. Berbeda dengan
Fuad, Miftah, Adji, dan Reza yang nggak ada kalem-kelemnya sedikit pun.

Oh, ya. Nama ku Rifka.Rifka wahdania. Biasanya yang lain memanggilku Fifi . Umur 17
tahun dan terakhir cek aku perempuan tulen. terlahir dari keluarga yang alhamdulillah
berkecukupan ayahku adalah seorang wiraswasta dan ibuku adalah seorang guru agama di
Sekolah Dasar. Aku mempunyai 1 orang adik laki-laki. Aku tinggal di Desa Batetangnga
Kec.Binuang Kab. Polewali Mandar Sulawesi barat. Aku bersekolah di sebuah sekolah
menegah atas tepatnya di SMA NEGERI 1 POLEWALI .

Dan, ini cerita ku sama kelas yang ku juluki ‘Kelas Antonim Einstein ‘.

Kelas XII MIPA 3 itulah kelasku di sini aku habiskan waktuku untuk belajar,
bercerita, dan berbagi pengalaman kepada teman-teman sekelasku. Meindar eka mentari
adalah wali kelasku beliau adalah guru Fisika beliau sangat ramah, baik, dan sosok wanita
yang santun Di kelas ini siswa berjumlah 36 orang, hampir semua siswa telah ku kenal yang
dulunya ada yang tak pernah ku lihat tetapi setelah beberapa tahun kita bersama aku mulai
mengenal mereka. Celotehan -tingkah laku- mereka yang bawel, lebay, alay, plin plan,
ceplas-ceplos, jutek, kepo, dan masih banyak lagi deh dan bahkan nomor urutnya pun aku
sudah hafal.

Huh.. lelah rasanya mengingat tingkah laku mereka semua ada yang selalu sedih,
bahagia, matanya menatap dengan tajam, cengengesan, dan bahkan galau diputuskan pacar.
Itulah hal yang biasa ku lihat dari teman-teman sekelasku. Tapi itu semua adalah sebuah
memori yang tak bisa ku lupakan dari mereka semua. Huh .. mereka lagi itulah yang bisa
terbayang di benakku ketika ku injakkan kakiku di dalam kelas ini keributan dan keasyikan
seakan milik mereka semua bahkan ketika ada guru seisi ruangan tak ada yang sadar karena
mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Biasanya terbayang di benakku tingkah laku mereka semua yang tidak terduga mulai
dari ada yang bolos, terlambat masuk kelas, dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak bisa mereka
hindari seperti menyontek main hp dan lainnya. Mereka biasa tidak sadar bahwa mereka
sedang dipantau oleh cctv.

Badanku terasa kaku, rasanya sangat pegal ketika bola mataku masih sulit dibuka tapi
itu harus ku lakukan karena ayahku sudah mulai memanggil untuk segera bangun dan salat
subuh. “Huhh..” kataku dalam hati. Airnya sangat dingin rasanya seperti di kutub tetapi ayah,
ibu, dan adikku sudah menunggu untuk memulai salat. Setelah selesai salat rasanya aku
masih ingin tidur tetapi ibuku menyuruhku cuci piring huh. Waktu demi waktu telah berganti
hari demi hari terus berganti dentingan jam terus berbunyi ayam-ayam pun bernyanyi
menyambut indahnya pagi yang telah menjadi warna tersendiri dalam hidupku.

Ku alunkan kakiku menuju singgasana ilmu yang insya Allah gemilang dan harus
melihat muka-muka sekelasku lagi.Itulah hal yang harus ku jalani sebagai seorang pelajar
yang menempati sebuah ruang kelas yang sudah menjadi bagian dari hidupku untuk meraih
cita-cita dan membanggakan kedua orangtuaku itulah misi terbesar di dalam hidupku. Bisa
membanggakan orangtuaku membalas jasa-jasa mereka yang telah membesarkanku dengan
penuh bimbingan, dan kasih sayang.

Ketika ku sampai di sekolah tepatnya di kelasku aku biasa merasa salamku dihiraukan
dengan teman-teman sekelasku yang masih pagi sibuk dengan urusan mereka masing-masing
ada yang sibuk mengerjakan tugas, nggosip -ngerumpi, online, main game, dan masih banyak
lagi deh pokoknya. Pelajaran biasa dimulai pukul 07.30 pada waktu aku masuk pun suasana
kelasku ribut banget dan biasanya mulai diam ketika guru masuk di kelas untuk mengajar
yang hanya terdengar suara ketua kelas yang memecah semua keheningan.
“Seluruhnya siap gerak, beri salam kepada Ibu guru!” kata ketua kelas

“assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” kata kami serentak.

Keheningan mulai terpecah lagi menjadi keributan ketika selesai disiapkan para siswa
memulai lagi pembicaraan entah apa yang mereka bicarakan tapi setidaknya mereka harus
menghargai guru bukan, pikirku dalam hati. Ketika pelajaran dimulai aku biasa berpikir
dengan tingkah laku teman-temanku yang nakal-nakal sebenarnya mereka ingin sekolah atau
tidak entahlah aku jadi bingung. Tapi bagiku kami sebagai pemuda harapan bangsa harus
bersungguh-sungguh untuk bisa menjadi “orang”, bisa membuat Negara Indonesia menjadi
maju dan bebas dari hutang yang banyak banget. Semoga harapanku ini bukan hanya menjadi
tulisan tetapi menjadi kenyataan agar kelak bisa bermanfaat baik itu untuk diri sendiri,
orangtua, guru, sekolah yang paling penting untuk Indonesia tercinta amin.

Jam istirahat pun tiba......dan ya semua melakukan aktifitas yang mereka senangi

Dari semua manusia di kelas ini, menurut Aku nggak ada yang ganteng, semuanya
memiliki kelakuan yang minus, semuanya aneh bin ajaib. Seperti Miftah, yang kerjaannya
cuman tidur saat jam pelajaran berlangsung dan akan menghilang saat jam istirahat tiba.
Jika Miftah menghilang maka lain halnya dengan Tasya and the geng yang akan
mengelilingi area sekolah dari ujung ke ujung.

“Kalian ngapain sih keliling mulu kerjaannya tiap hari” Tanya ku sambil mengambil
minuman yang dipengang oleh salah satu dari mereka dan langsung meminumnya.

Tasya duduk di sampingku dan diikuti yang lain sambil menghela nafas lelah “cuman
cari angin aja” jawab Tasya dan diangguki yang lain

Ha? aku Cuma bisa melongo mendengar jawaban Tasya

“Ngapain keliling kalau cuman nyari angin doang, tuh kipas angin dalam kelas, lebih
kencang anginnya” heran aku ngapain capek-capek keliling sekolah Cuma nyari angin kan
unfaedah banget.

“Fifi, tau nggak peribahasa nyelam sambil minum air” sela Sintia

“Tau, tapi apa hubungannya coba?” tanyaku sambil menyeruput habis minuman
Tasya tanpa tahu malu

“Ada lah, selain cari angin yaa cari cowok ganteng juga” celutuk Karmila tiba-tiba
Aku nggak lagi ngebalas ucapan mereka. Cuma masang muka melongo tapi juga jijik.

Ngapain coba, cari cowok di sekolah ini, bukannya aku nggak suka cowok tapi nggak
ada yang menarik perhatian. Yaa aku memang sering memperhatiakan siswa laki-laki saat
apel pagi tiba dan nggak ada sama sekali yang menarik perhatianku. Itusih pandanganku yah.

Karena itulah kerjaanku Cuma duduk di dalam atau di luar kelas fokus sama layar hp sambil
makan.

***

Hm. MIPA 3, kelas yang tiap pagi rusuh dengan satu buku tugas dan rebutan untuk nyalin.
Ataupun kelas yang tiap pagi ada aja yang karokean untuk memanaskan otak sebelum
belajar.

Seperti pagi ini.

“Ghin, contek tugas mu dong yang kemarin” hadang Izhra tiba-tiba saat Ghina baru tiba di
kelas.

“Astagfirullah, kok ngagetin sih. Untung nggak ada penyakit jantung ini” kaget Ghina. “Btw,
tugas yang mana?” tanyanya setelah duduk di kursinya, sampingku.

“tugas yang kemarin, yang di kasih sama ibu biologi”

“Heh, Ibu biologi punya nama yaa” omelnya sambil mengeluarkan buku tugasnya.

“Nih”

Aku langsung merebut buku itu sebelum diambil oleh Izrha.

“Aku dulu yang nyalin” sambarku cepat, secepat kilat.

“yaa, aku dulu lah Rifka, kan aku yang minta pertama”

“tapi akukan teman sebangkunya, jadi ya aku dulu dong”

Dan tiba-tiba Fuad, Adji, dan Miftah datang dan langsung ngambil buku yang ada
digenggamanku. Dan terjadilah aksi tarik menarik, hingga…

“HEY, ITU BUKUKU YAA, JANGAN DITARIK-TARIK GITU, NANTI KALAU


ROBEK GIMANA, SIAPA YANG MAU TANGGUNG JAWAB, HAH?” Ghina berteriak
hingga membuat kami semua yang ada di dalam kelas itu kaget

“Astaga” celutuk kami semua

Semuanya tiba-tiba diam, dengan muka melongo.

Aku bingung sendiri, atau mungkin yang lain juga merasa bingung.
Benar-benar bingung, ini Ghina loh yang biasanya cuman diam saat melihat kami semua
bertengkar atau berdebat. Dan sekarang dia teriak membuat kami semua kaget.

“kalian ngapain liat aku kayak gitu?” Tanyanya dengan muka sok polos, atau emang dia
masih polos yaa?

“Aku yang nyalin duluan yaa” kataku yang sudah menormalkan ekspresi wajahku kembali
dan langsung mengambil buku tugas itu.

“Lah kan…”

“ Foto aja udah, ribet amat sih kayak orang susah aja” sambar Karmila tiba-tiba sebelum
Izrha menyelesaikan ucapannnya.

Dan semuanya langsung mengeluarkan hp nya.

Yahh inilah kelasku ‘Antonim Einsten’ yang bisanya Cuman ricuh tiap hari nggak ada
hentinya. Apalagi saat jam kosong tiba.

“Guys, ada berita gembira nih” kata Taufik tiba-tiba saat masuk kelas

“Apaan?” tanyaku tanpa meliahatnya

“Ibu Matematika nggak masuk” jawabnya, membuat kelas tiba-tiba menjadi berisik.

“serius?” Tanya Nadilah dan diangguki oleh Taufik

Dan terjadilah konser dadakan. Ada yang duduk di atas meja sambil memangku gitar yang
diambilnya dari kelas sebelah, dan mulai menyanyikan lagu, dan yang lain duduk di kursi
menjadi penonton dadakan sambil ikut menggumamkan lagu mengikuti alunan musiknya.

Yahh itulah konser dadakan yang selalu terjadi saat jam kosong.

Meskipun saat jam kosong, tapi tetap saja ada guru yang ngasih tugas.

“Hey, ada tugas nih dari ibu” kata Evi tiba-tiba saat memasuki kelas.

“hah?”

“Tadi aku dipanggil sama bu Isni, katanya dia nggak bisa masuk, jadi dia ngasih tugas dan
disuruh kerjainnya sekarang” jawab Evi

“yeee, jam kosong, jam kosong, jam kosong” teriak kami semua
“Pulang yuk” ajak Sintia tiba-tiba

“Heh, tapi kita kan dikasih tugas dan disuruh kerjain sekarang” kata Ghina

“udahlah, kerjainnya di rumah aja, kan nggak disuruh kumpul sekarang juga” kata Nadilah
setelah menyiapkan tasnya bersedia untuk pulang.

Dan begitulah, mendadak, Aku ngerasa tambah betah dan sayang lagi sama kelas ini. Kelas
‘Antonim Einstein’ yang isinya murid-murid aneh dengan tingkah laku yang ajaib.

Memang, kedengarannya terlalu lebay, tapi kenyataanya memang gitu, jadi yah gitu aja udah.

Anda mungkin juga menyukai