Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal
Dosen Pengampu : Wening Wihartati., S.Psi., M.Si

Disusun Oleh :

1. Nisa Azzahra (1807016003)


2. Amilia Rahmah (1807016006)
3. Maratul Mukaromah (1807016009)
4. Luthfi Ma’arif (1807016039)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“gangguan makan dan gangguan somatoform”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini yang berjudul “gangguan makan dan gangguan
somatoform” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 26 Februari 2020

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar …………...………………………………………………………1

Daftar Isi ……………...…………………………………………………………...2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………3
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...…3
C. Tujuan …………………………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Tentang Pengertian Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform ……….4
B. Menjelaskan Gejala Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform ……………………..5
C. Menjelaskan Penyebab Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform ……………….…6
D. Menjelaskan Jenis Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform …………………...….7
E. Menjelaskan Penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform ………..……...9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………...........14
B. Saran ……………………………………………………………………………....…….14

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan makan merupakan kebiasaan makan yang abnormal dimana ditandai dengan
kekurangan atau kelebihan konsumsi makanan sehingga menyebabkan penurunan kesehatan
fisik dan emosional individu. Hal ini semakin banyak dijumpai dan menjadi masalah di seluruh
dunia. Penyebab ganguan makan adalah kompleks dan masih tidak dipahami sepenuhnya dan
mencakup banyak individu terutama golongan remaja perempuan.

Somatoform merupakan gangguan psikologis yang melibatkan keluhan akan simtom-


simtom fisik, dan mengartikan secara berlebihan makna dari simtom fisiknya itu, yang diyakini
sebagai suatu “penyakit” yang serius namun tidak dibenarkan oleh dokter. Yang artinya dokter
meyakini tidak ada penyakit yang serius yang dideritanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
2. Bagaimana Gejala Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
3. Apa Penyebab Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
4. Apa Jenis Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
5. Bagaimana Penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
2. Untuk mengetahui gejala dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
3. Untuk mengetahui penyebab dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
4. Untuk mengetahui jenis dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
5. Untuk mengetahui penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
1) Gangguan Makan
Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan muncul ketika
seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi
kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang
dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih
sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan
lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric
Association [APA], 2005).
Gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau dewasa
awal.Namun, mereka bisa mulai di masa kecil, juga. Wanita jauh lebih rentan. Hanya
sekitar 5% sampai 15% dari orang dengan anoreksia atau bulimia adalah laki-laki.
Gangguan makan pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik
yang serius dan bahkan kematian.
2) Gangguan Somatoform
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani, yang bearti “tubuh”. Dalam gangguan
somatoform orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun
tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagaimana penyebabnya.
Menurut DSM-IV ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik
yang berlang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaaan medic, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa
tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan
menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem
atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-
gejala anxietas dan depresi.

Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti
“kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf.

5
Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit
yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.

B. Gejala Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform


1) Gejala Gangguan Makan
Gejala gangguan makan meliputi :
a. Kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri
b. Diet bahkan ketika seseorang kurus
c. Berlebihan atau kompulsif berolahraga
d. Intens takut menjadi gemuk
e. Menstruasi yang menjadi jarang atau berhenti
f. Cepat merasa berat, dan orang tersebut mencoba menyembunyikan dengan pakaian
longgar
g. Kebiasaan makan yang aneh, seperti menghindari makanan, makan secara rahasia,
mengawasi setiap gigitan makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah
kecil
h. Tidak biasa minat dalam makanan
2) Gejala Gangguan Somatofrom
Somatic Symptom and related disorder merupakan kelompok gangguan yang
memiliki gejala somatik menonjol tanpa penjelasan medis yang kuat. Gejala fisik tersebut
sering berulang dan cukup serius untuk menyebabkan penderitaan bermakna pada pasien.
Menurut buku PPDGJ-III:
a. Ciri utama masalah ini adalah keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang
disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah terbukti hasilnya
negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang
menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas
kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam
kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan tentang gejala-gejala
anxietas dan depresi.
b. Tidak ada saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan penyebab
keluhan-keluhannya menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak.

6
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

a) Adanya keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas
dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

C. Penyebab Gangguan Makan dan Gangguan Somatofrom


1) Penyebab gangguan makan
a. Faktor psikososial : Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial
untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri
b. Faktor genetik : Adanya bukti bahwa banyak didapat pada penderita dengan riwayat
keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot
dibandingkan dizigot
c. Faktor biologik : Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan bahan
kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan pemulihan
bulimia
d. Faktor budaya : Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan
terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun menjadi
budaya yang berkembang di masyarakat
e. Perasaan pribadi : Penderita senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak
percaya diri sehingga mereka diet seperti dengan cara menggunakan pil diet bahkan
memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadap dirinya menyebabkan kecemasan
dan tekanan yang dapat menyebabkan stress.

2) Penyebab gangguan somatoform


Diagnosis somatic symptom and related disorder menurut DSM-5 yaitu
mempunyai faktor psikologis sebagai penyumbang besar dalam keparahan, durasi, dan
gejala. Penyebab utama dari gangguan ini adalah faktor psikologis. Faktor psikologis
seperti stres berperan penting terhadap terjadinya perubahan tubuh saat mengalaminya.
7
Selain faktor psikologis, banyak penyebab lainnya yang menyebabkan gangguan ini sosial,
ekonomi, budaya, pengalaman stres, jenis kelamin, umur, dan pendidikan. Prevalensi
somatic symptom and related disorder secara menyeluruh yaitu sekitar 1,5-3,5% dari
pasien pelayanan primer dan berbeda tingkat keseringannya tiap golongan.4 Diagnosis and
Statistical Manual of Mental Disorder edisi kelima (DSM-5) membagi Somatic Symptom
and Related Disorder menjadi tujuh bagian yang terdiri dari diagnosis gangguan gejala
somatik, gangguan penyakit ansietas, gangguan konversi, faktor psikologis yang
memengaruhi kondisi medis lainnya, gangguan buatan, somatic symptom and related
disorder spesifik lainnya, somatic symptom and related disorder tidak spesifik. Somatic
symptom and related disorder sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti stres yang
menyebabkan terjadi perubahan tubuh saat mengalaminya.

D. Jenis Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform


1) Jenis gangguan makan
Menurut DSM-IV terdapat beberapa jenis gangguan makan, sebagai berikut :
a. Anoreksia Nervosa
Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan dengan “keengganan
untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang
berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3
siklus berturut-turut.” Ciri khas gangguan ini adalah mengurangi berat badan dengna
sengaja, dipasu dan atau dipertahankan oleh penderita.

Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang


mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-hal yang berikut ini :

1. Merangsang muntah oleh diri sendiri


2. Menggunakan pencahar (urus-urus)
3. Olahraga berlebihan
4. Memakai obat penekan nafsu makan

Anoreksia terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu
tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan Universitas
Sumatera Utara berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka

8
terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala
pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian
memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005).

Kebanyakan orang dengan Anoreksia Nervosa itu melihat diri mereka sebagai
orang dengan kelebihan berat badan, padahal sebenarnya mereka menderita kelaparan
atau malnutrisi. Kebanyakan pasien dengan Anoreksia itu memiliki masalah psikiatri
dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk
(obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan
perkembangan fisik yang terhambat.

b. Bulimia Nervosa
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya
“extreme hunger” alias lapar yang amat sangat, mereka cenderung makan dalam jumlah
banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan, dan selanjutnya
sebagai “kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai
cara supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak.
Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya
gangguan pola makan ditandai dengan makan yang berlebihan dan diikuti dengan
muntah yang dirangsang sendiri. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan
depresif, walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi.
2) Jenis gangguan Somatoform
Menurut DSM-IV terdapat beberapa jenis gangguan somatofrom, sebagai berikut :
a. Gangguan Somatis
Gangguan ini dicirikan dengan adanya keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sediktinya 2 tahun. Biasanya penderita gangguan somatis tidak mau menerima nasehat
atau penjelasan dari bebrapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat
menjelaskan keluhan-keluhannya.

Orang dengan gangguan somatis biasanya merasa terganggu oleh simtom itu
sendiri. Gangguan somasitis melibatkan fokus yang ekstrem dan berlangsung lama
pada berbagai gejala fisik majemuk yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas.

9
b. Hipokondrik
Dalam psikopatologi, hypokondriasis (hipokondriasis) memiliki akar yang sudah
tua. Bagi orang yunani, “hypochondrya” adalah daerah di bawah tulang iga, dan organ
organ yang ada di wilayah ini mempengaruhi keadaan mental. Sebagai contoh
gangguan usus dan perut pernah dianggap sebagai bagian sidroma hipokondriakal.
hipokondriasis ditandai dengan kecemasan dan ketakutan memiliki penyakit serius.
Dengan demikian, masalah esensialnya adalah kecemasan, tetapi pengekspresianya
berbeda dengan gangguan-gangguan kecemasan lainya. Orang dengan gangguan
hipokondrik memfokuskan keluhannya pada fungsi-fungsi jasmaniah normal seperti
detak jantung atau pernapasan dan system pencernaan. Individu penderita hipokondrik
mengalami sensasi-sensasi fisik yang lumrah dialami semua orang, tetapi mereka
dengan cepat memfokuskan perhatiannya pada sensasi-sensasi ini. Hampir kebanyakan
orang bersepakat bahwa hipokondrik itu pada dasarnya sebuah disorder of cognition or
perseption (gangguan kognisi dan persepsi) dengan kontribusi emosional yang kuat.

E. Penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform


1) Penanganan gangguan Makan
Terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif harus dipertimbangkan sebagai
acuan,tetapi lini pertama bulimia nervosa : Menghentikan siklus perilaku makan
berlebihan dan diet yang dipertahankan sendiri. Mengubah kognisi dan keyakinan
seseorang yang mengalami disfungsi mengenai makanan, berat dan bentuk tubuh, serta
konsep diri secara keseluruhan. Psikoterapi dinamik, Terapi psikodinamik
mengungkapkan adanya kecenderungan mewujudkan defensi intojeksi dan proyeksi. Di
dalam sikap yang serupa dengan pemisahan. Makanan yang bergizi mungkin
dipertahankan karena secara tidak sadar menyimbolkan introjeksi yang baik, sedangkan
makanan sampah secara tidak sadar dikaitkan dengan introjeksi buruk sehingga
dikeluarkan dengan cara muntah, dan khayalan tidak disadari bahwa semua kerusakan,
kebencian, dan keburukan,sedang disingkirkan. Pasien sementara dapat merasa baik
setelah muntah karena evakuasi khayalan tetepi perasaan terkait akan semuanya baik
berlangsung singkat karena didasarkanpada kombinasi yang tidak stabil antara pemisahan
dan proyeksi.

10
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah
membaik. Setelah pengobatan biasanya klien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan
lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon
yang fisiologis. Agar klien mau makan, maka kita katakan kepadanya bahwa rasa lapar
yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi. Kalau pengobatan berhasil, maka
klien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya
akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan
yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang
paling efektif adalah dengan memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap
penampilan dan berat badannya. Farmakoterapi Antidepresan, termasuk tetrasiklik
(Tofranil), Serotonin spesipik re uptake inhibitor (SSRI) (fluoksetin (prozac)) dan
penghambat monoamin oksidase (MAOI) (fenelzin (Nardil)) bermamfaat untuk mengobati
depresi pada buklimia nervosa. Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu
program therapi yang menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas
dan agitasi dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.

2) Penanganan gangguan Somatoform


Teknik kognitif behavioral paling sering pemaparan terhadap pencegahan respon
restrukturisasi kognitif. Secara sengaja memunculkan kerusakan yang dipersepsikan di
depan umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah atau pakaian. Dalam
restrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai
penampilan fisiknya dan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan
mereka dengan bukti yang jelas.
a. Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi Kognitif Behavioral (TKB) atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
merupakan salah satu bentuk konseling yang membantu klien agar dapat memenuhi
gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola piker dan perilaku tertentu.
Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran,
keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya,
hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya).

11
CBT merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang bertujuan untuk membantu
klien menjadi lebih sehat dalam pikiran dengan mengubah bagaimana cara klien
berpikir (kognitif). CBT memfokuskan pada terapi klien kognitif yang diharapkan
dapat memperbaiki perilaku pasien. Terapi ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan
emosional berasal dari pikiran atau keyakinan yang salah yang dapat menyebabkan
perilaku yang tidak produktif. CBT bertujuan untuk membantu klien dalam
mengidentifikasi pola pikirnya atas situasi atau masalah. Terapi ini lebih berfokus pada
masalah saat ini dan sekarang yang diharapkan dapat tertanam dalam diri klien dalam
menghadapi suatu situasi yang sama pada masa mendatang. Terapi ini tidak
memfokuskan pada kasus yang menyebabkan klien distress atau bergejala dimasa
lampau, tetapi lebih mencari jalan untuk menarik keadaan pikiran klien yang menetap
sekarang.
Adapun beberapa teknik yang dapat digunakan dalam terapi kognitif perilaku
sebagai berikut :
1. Teknik relaksasi
Teknik ini dilakukan berdasar pada asumsi bahwa individu dapat secara
sadar untuk belajar menjelaskan otot-ototnya sesuai dengan keinginannya melalui
suatu cara yang sistematis. Ada bermacam-macam teknik relaksasi, salah satunya
yaitu teknik relaxtation via letting go agar subjek mampu melepaskan ketegangan
dan akhirnya mencapai keadaan tanpa ketegangan. Diharapkan subjek belajar
menyadari ketegangannya dengan mengurang dan menghilangkan ketegangan otot
tersebut.
Selain itu dilatihkan pula teknik differential relaxtation yang mengajarkan
kepada subjek ketrampilan untuk merilekskan otot-otot yang tidak mendukung
aktivitas yang dilakukan, karena dalam keadaan cemas seluruh otot cenderung
tegang, walau otot tersebut kurang berperan dalam aktivitas tertentu.
2. Meditation
Meditasi artinya memusatkan pikiran pada satu objek tertentu saja. Objek
yang paling sering digunakan adalah pernapasan. Dalam meditasi pikiran diarahkan
untuk benar-benar sadar (mindfulness) pada satu objek saja sehingga gangguan dari
pikiran yang kacau dapat dihilangkan dan meningkatkan kosentrasi.

12
Adapun beberapa teknik kognitif perilaku dalam perspektif islam sebagai
berikut :
1. Mendirikan sholat
Sholat, merupakan alat untuk menyelesaikan masalah, seperti yang
tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 45-46 :

‫﴾الَّ ِذينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم ُّم ََلقُو َربِّ ِه ْم َوأَنَّهُ ْم إِلَ ْي ِه‬٥٤﴿ َ‫صب ِْر َوالص َََّل ِة ۚ َوإِنَّهَا لَ َكبِي َرةٌ إِ ََّّل َعلَى ْال َخا ِش ِعين‬
َّ ‫َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬
﴾٥٤﴿ َ‫َرا ِجعُون‬

Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya


yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS Al-Baqarah [2]: 45-46)

Sholat memiliki berbagai unsur penting yang pertama, sholat dapat mengurangi
stimulasi reaksi psiko-fisiologis sehingga menghasilkan respons relaksasi.
Kemudia, hal iini memberikan keadaan mental yang mencerminkan penerimaan
dan kepasrahan yang dikenal sebagai respons relaksasi tingkat lanjut. Keedua,
sebagai alat komunikasi, sholat dapat memberikan dukungan psikologis bagi
mereka yang melaksanakannya.

2. Membaca Al-Qur’an
Pembacaan Al-Qur’an dapat dilakukan secara terpisah di luar sholat. Bagi
umat islam, Al-Qur’an merupakan petunjuk yang dapat memberikan jalan
keluar dari masalah yang dihadapinya. Dengan membaca Al-Qur’an hati
seseorang akan menjadi tenang karena mengingat Allah. Al-Qur’an merupakan
alat penyembuh dan penawar dari berbagai penyakit. Dalam Al-Qur’an
dinyatakan dalam surat Yunus ayat 57 dan Al-Isra’ ayat 82 :

Q.S Yunus ayat 57 :

َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬


ِ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬

13
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Q.S Al-Isra’ ayat 82 :

‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ ۙ َو ََّل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ إِ ََّّل خَ َسارً ا‬

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

3. Membaca doa
Islam juga mengajrkan umatnya uuntuk berdoa meminta pertolongan
langsung kepada Allah. Dalam keadaan sulit, seorang muslim diajarkan untuk
kembali kepada Allah, melakukan koreksi diri dan meminta ampun kepada
Allah. Setelah itu, umat islam harus berusaha untuk memperbaiki dirinya.
Doa merupakan alat komunikasi dengan Allah yang dapat memberikan
dukungan dalam menghadapi konflik. Doa dapat memberikan ketenangan. Stres
merupakan hasil kurangnya ketenangan internal karena konflik di dalam diri
manusia yang mendorong gangguan eksternal pada perilaku dan kesehatan.
Ketenangan internal hanya dapat diraih dengan percaya kepada Allah yang
Maha Perkasa, mengingatnya sesering mungkin dan memohon pertolongan dan
pengampunan pada waktu sulit.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simtom penentu anoreksia nervosa termasuk kelaparan ekstrem, persepsi yang terganggu
tentang tubuh sendiri, ketakutan intens berat badan bertambah dan terhentinya menstruasi
(pada perempuan). Simtom penentu bulimia nervosa adalah binge-eating dan perilaku
kompensatorik (purging atau olahraga eksesif), rasa kehilangan control selama binge, dan
fokus yang tidak semestinya pada berat badan dan bentuk badan. Tidak ada penanganan yang
jelas-jelas efektif untuk anoreksia nervosa, yang mungkin membutuhkan penanganan rawat
inap, meskipun suatu bentuk terapi keluarga baru menawarkan janji, paling tidak di kalangan
remaja. Terapi perilaku kognitif adalah penanganan lini-pertama yang efektif untuk bulimia.
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani, yang bearti “tubuh”. Dalam gangguan
somatoform orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun
tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagaimana penyebabnya. Adapun
terapi untuk penanganan gangguan somatoform dengan Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive
Behavioral Therapy) dengan menggunakan teknik relaksasi dan meditasi

B. Saran
Makalah yang telah tersusun ini masih banyak kekurangan atau dapat dikatakan jauh dari
kata sempurna, tetapi kami sebagai tim penyusun makalah yang telah menjadi tugas kami ini
sepenuhnya mengucapkan syukur . kami selaku tim penyusun makalah ini mengharapkan
supaya makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri dan orang lain,
tidak lupa kami mengharapkan partispasi dari dosen pengampu, teman- teman pembaca agar
menyalurkan partisipasinya untuk memeberikan saran ataupun kritikan yang membangun yang
dapat memberikan kami sebagai tim penyusun motivasi supaya hari esok menjadi lebih baik.
Aamiin.

15
Daftar Pustaka

1) Oltmans, T., Emery R., 2013. Psikologi Abnormal (buku kedua). Terjemahan Edisi VII.
Penerbit Pustaka Belajar. Yogyakarta.
2) V. Mark Durand, dkk, Psikologi Abnormal (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2006)
3) Maslim Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujuka Ringkas dari PPDGJ III,
Jakarta: PT Nuh Jaya.
4) Yusuf, David., 2017. "PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK
ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA." FK Unika Widya Mandala.
Surabaya.
5) JEFFREY S. NEVID, dkk, PSIKOLOGI ABNORMAL (Jakarta: ERLANGGA)
6) (http://etheses.uin-malang.ac.id/2208/6/08410097_Bab_2.pdf. Diakses pada tanggal 26
Februari 2020)
7) (https://docplayer.info/52433742-37-3-anorexia-nervosa.html. Diakses pada tanggal 27
Februari 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai