Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Dasar-Dasar Ilmu Penyakit II

Eating Disorder (Gangguan Makan)

DISUSUN OLEH:

Nama Kelompok 6 :

1. Ozi Junisen Afrizal

2. Nadia Putri

3. Khalifah Tulhayati

4. Lestari

5. Winda Dwi Chantika

TINGKAT 3B

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN D4 PROMOSI KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kamimpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alahamdulillah tepat pada waktunya. Isi makalah ini membahas tentang ‘’Gangguan makan
(Eating disorder)’’.

Eating disorder ini menjadi masalah kesehatan utamanya yang sering dihadapi oleh
Remaja.tuntutan untuk kurus membuat para remaja melakukan diet yang salah dan berujung
pada eating disorder.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari diskusi kelompok tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
Mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Aamiin.

Bengkulu, 21 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN3
1.1 LATAR BELAKANG4
1.2 RUMUSAN MASALAH5
1.3 TUJUAN PENULISAN6
BAB II PEMBAHASAN7
2.1 Apa yang di maksud dengan eating disorder ?8
2.2. Jenis-jenis Eating Disorder 9
2.3 Penyebab Eating Disorder pada Remaja 10
2.4 Faktor risiko eating disorder (gangguan makan)11
2.5 Dampak Eating Disorder pada Remaja 12
2.6. Solusi13
BAB III PENUTUP14
KESIMPULAN15

DAFTAR PUSTAKA16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia
mencapai kematangan seksual.

Demi tampil menarik para remaja putri berusaha memiliki tubuh seperti yang mereka
lihat di media atau majalah-majalah mode. Tubuh yang ideal menurut media dan majalah
mode adalah tubuh yang ramping dan kurus. Karena itu para remaja putri berusaha
membatasi asupan makanannya. Perilaku ini kemudian berkembang menjadi eating disorder
(gangguan makan).

Pada umumnya, penderita eating disorders adalah orang-orang yang memiliki


kepercayaan diri yang rendah, perasaan tidak berdaya, dan perasaan tidak sebanding dengan
orang lain. Mereka menggunakan makanan dan diet sebagai cara untuk mengatasi masalah-
masalah dalam hidup mereka. Banyak dari mereka berpikir bahwa makanan adalah sumber
kenyamanan atau penghilang stress sementara penurunan berat badan dianggap sebagai cara
agar diterima oleh teman-teman dan keluarga. Eating disorder dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan, mallnutrisi dan gangguan pertumbuhan.
Perlu kerja sama berbagai pihak yang terkait untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant Perubahan
fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi yang lebih besar dari pada masa
anak-anak. Asupan nutrisi itu dibutuhkan juga karena remaja sangat aktif dengan berbagai
kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan
nutrisi dibutuhkan untuk persiapan reproduksi. Perubahan psikis menyebabkan remaja sangat
mudah terpengaruh oleh teman sebaya. Mereka sangat memperhatikan penampilan fisik
untuk tampil menarik di depan teman-teman maupun lawan jenis mereka. Hal tersebut
menyebabkan remaja berusaha untuk menampilkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut oleh kelompok sebayanya.

Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah
laku makan, seperti mengurangi asupan makanan dengan ekstrem seperti makan terlalu
banyak, perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat dan bentuk tubuh yang ekstrem.
Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang
lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, hal tersebut akan
terus menerus terjadi di luar keinginan.

Mungkin tampak sederhana untuk mendefinisikan "gangguan makan," tetapi


kenyataannya adalah bahwa istilah ini mencakup berbagai perilaku abnormal yang dapat
hadir dalam sejumlah gambaran klinis. Salah satu cara paling dasar untuk mendefinisikan
gangguan makan adalah sebagai cluster kebiasaan makan abnormal yang berhubungan
dengan gangguan pikiran atau perasaan negatif. gangguan makan itu sendiri harus mencakup
gejala psikologis dan klinis.

Akibat dari gangguan makan yang berkepanjangan, bisa menyebabkan terjadinya


hipotensi kronis, bradikardia, hipotermia, pembengkakan kelenjar liur, anemia, dehidrasi,
alkalosis dan hipokloremia dan ruptur lambung. Lebih dari 90% penderita AN mengalami
amenorrea sekunder disebabkan oleh malnutrisi kronis. Pengurangan densitas tulang
merupakan masalah yang serius karena sukar diobati, dan keadaan ini meningkatkan resiko
fraktur tulang. Selain itu, gangguan makan juga dapat menyebabkan gangguan pada jantung.

Melihat dampak dari gangguan makan yang sangat membahayakan penderitanya, maka
masalah ini penting untuk ditanggulangi. Makalah ini mencoba untuk membahas tentang
gangguan makan dan penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apa yang di maksud dengan eating disorder ?
2.2. Jenis-jenis Eating Disorder
2.3 Penyebab Eating Disorder pada Remaja
2.4 Faktor risiko eating disorder (gangguan makan)
2.5 Dampak Eating Disorder pada Remaja
2.6. Solusi

1.3 Tujuan
Mengetahui peengertian eating disorder
Mengetahui jenis-jenis eating disorder
Mengetahui penyebab dan dampak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Eating disorder (gangguan makan)

Eating disorder atau gangguan makan adalah kondisi serius terkait dengan perilaku
makan yang memberikan dampak negatif pada kesehatan, emosi, dan kemampuan untuk
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi ini termasuk dalam penyakit mental dapat memengaruhi kemampuan tubuh Anda
untuk mendapatkan nutrisi yang sesuai. Akibatnya, bisa membahayakan jantung, sistem
pencernaan, tulang, gigi dan mulut, serta memicu penyakit lainnya.

Gangguan ini sering terjadi pada remaja dan orang dewasa muda, meskipun dapat
berkembang pada usia lain. Dengan pengobatan, pasien dapat kembali ke kebiasaan makan
yang lebih sehat dan terkadang mengobati komplikasi serius yang disebabkan oleh kondisi
ini.

A. Pengertian Eating Disorder (Gangguan Makan)

Eating disorders adalah suatu gangguan mental yang dapat membinasakan dan
mempengaruhi lebih dari tujuh juta wanita setiap tahunnya, terutama di negara-negara barat
seperti di Amerika Serikat dan - Eropa. Walaupun eating disorders berhubungan dengan
makanan, pola makan, dan berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan,
tetapi mengenai perasaan dan ekspresi diri.

Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian
yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Biasanya terjadi pada usia remaja.

2.2. Jenis-jenis Eating Disorder

Terdapat dua tipe utama gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa. Namun terdapat pula kategori ketiga yaitu “gangguan makan lain yang tidak
ditetapkan” (EDNOS – eating disorders not otherwise specified). Tipe ketiga ini meliputi
beberapa variasi gangguan makan. Sebagian besar gejalanya mirip dengan anoreksia atau
bulimia tetapi dengan karakter yang sedikit berbeda sedikit. Binge-eating disorder, yang
mengalamia peningkatan dalam sejumlah penelitian beberapa tahun terakhir adalah salah
satu tipe dari EDNOS

1 Anoreksia Nervosa

Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) adalah keengganan untuk menetapkan


berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan
berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.AN terbagi
menjadi dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, penderita menurunkan berat badan
dengan berdiet tanpa makan berlebihan (binge eating) atau memuntahkan kembali
makanannya (purging)

Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat
badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kekurangan nutrisi. Makan, makanan dan
kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur
berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan
jumlah yang sangat kecil dan hanya sebagian jenis makanan saja

Penderita anorexia nervosa makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolahraga berlebihan
untuk menjadi kurus, hingga mencapai 15% sampai 60% dibawah berat badan normal.
Namun demikian, mereka tetap "merasa gemuk" walaupun sebenarnya sudah sangat kurus.
Mereka menganggap daging pada tubuh mereka sebagai lemak yang harus dimusnahkan.

Penderita anorexia biasanya memiliki kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan
makanan di piringnya dan memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil, mengunyah
lambat-lambat, serta menghindari makan bersama keluarga. Mereka sangat suka
mengumpulkan resep-resep dan masak untuk keluarga dan teman-temannya, tetapi tidak
makan sedikit pun makanan yang mereka masak. Dengan berlanjutnya gangguan ini,
penderita mulai suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan keluarga.

.2 Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa (BN) digambarkan sebagai makan berlebihan (binge eating) dengan
episode berulang yang kemudian diikuti dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa,
atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan dimana penderitanya merasa
kehilangan pengendalian diri ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja serta
penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin

DSM-IV membagi BN menjadi dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging,
penderita memuntahkan kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat
pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, penderita menggunakan cara lain selain
cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa secara berlebihan

Banyak penderita bulimia memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada
masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-orang yang kelihatannya sehat,
sukses di bidangnya, dan cenderung perfeksionis. Namun, di balik itu, mereka rnemiliki rasa
percaya din yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah
laku yang kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan
pada alkohol atau lainnya.

3. Binge-eating Disorder

Menurut DSM-IV, kriteria binge-eating disorder (BED) terdiri dari episode makan
berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan adalah BED tidak melibatkan
perbuatan untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti memuntahkan kembali
makanan, penggunaan pencahar dan berpuasa secara berlebihan. Penderita EDNOS adalah
seorang yang makan dengan tidak terkontrol dan seringkali secara sembunyi-sembunyi.

2.3 Penyebab Eating Disorder pada Remaja

Eating disorders dapat dialami oleh semua orang, tidak mengenal status sosial dan
ekonominya. Menurut lembaga National Association qf Neroosu and Associated Disorders,
90% penderita eating disorders adalah wanita. Gangguan tersebut biasanya diderita oleh
remaja-remaja putri yang kembar atau memiliki adik kakak perempuan dan berumur antara
12 sampai 25 tahun. Umur 17 adalah umur rata-rata dimana eating disorder mulai
berkembang. Menurut survey, antara 5% sampai 10% dari remaja-remaja menderita eating
disorders. Gangguan tersebut juga diderita oleh wanita-wanita berumur dan pria tetapi dalam
jumlah yang sedikit.

Pada umumnya, penderita eating disorders adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan
diri yang rendah, perasaan tidak berdaya, dan perasaan tidak sebanding dengan orang lain.
Mereka menggunakan makanan dan diet sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah
dalam hidup mereka. Banyak dari mereka berpikir bahwa makanan adalah sumber
kenyamanan atau penghilang stress sementara penurunan berat badan dianggap sebagai cara
agar diterima oleh teman-teanan dan keluarga.

Kejadian-kejadian maupun keadaan tertentu dalam kehidupan seseorang dapat juga menjadi
faktor pendukung timbulnya gangguan tersebut. Kejadian-kejadian ini dapat berupa
penghinaan terhadap bentuk tubuh, pemerkosaan, perceraian, pernikahan, ataupun masuk
universitas. Orang tua yang terlalu mengkhawatirkan berat tubuh anaknya, pelatih olah raga
yang secara terus menerus mendesak agar para atletnya mencapai berat tubuh "ideal,"
ataupun hidup dalam masyarakat dan budaya dimana penghargaan diri diasosiasikan dengan
kelangsingan dan kecantikan dapat juga menjadi salah satu penyebab eating disorder. Banyak
remaja, terutama remaja-remaja putri, merasa tertekan dengan pemikiran masyarakat yang
salah tentang ukuran dan berat badan ideal seorang wanita.

Mereka merasa sangat tertekan dengan "kewajiban" untuk tampil langsing seperti yang
dimunculkan oleh televisi dan majalah. Media massa secara tidak langsung menyebabkan
perbedaan antara ukuran rata-rata tubuh seorang wanita dan ukuran yang dipikirkan wanita
sebagai ukuran "ideal" sangat jauh berbeda. Sebagai contoh, 20 tahun yang lalu, peragawati
rata-rata memiliki berat badan 8% lebih kecil dibandingkan dengan wanita-wanita pada
umumnya, tetapi sekarang peragawati memiliki berat badan 23% lebih kecil.

Walaupun etiologi gangguan makan cukup kompleks, beberapa penelitian nasional


menjelaskan bahawa riwayat penderaan fisik dan seksual merupakan faktor risiko
predisposisi bagi perkembangan gangguan makan Terdapat bukti yang kukuh bahawa
predisposisi genetik, kelahiran premature, trauma ketika lahir dan biokimia individual
memainkan peranan yang signifikan yang akhirnya berkembang menjadi suatu gangguan
makan.
2.4 Faktor risiko eating disorder (gangguan makan)

Meskipun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, ilmuwan sudah menemukan berbagi
faktor yang bisa meningkatkan risiko eating disorder, seperti:

1. Jenis kelamin dan usia tertentu

Remaja putri dan wanita lebih cenderung menderita anoreksia atau bulimia dibandingkan
remaja laki-laki dan pria. Akan tetapi, anak laki-laki dan pria juga dapat mengalami
gangguan ini. Kondisi ini bisa terjadi rentang usia yang luas, namun paling sering ditemukan
pada anak remaja awal 20-an.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Kondisi ini lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung
yang pernah mengalamim kondisi serupa.

3. Penyakit mental lain

Orang dengan kondisi ini sering kali memiliki riwayat gangguan kecemasan, depresi, atau
gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

4. Diet ketat

Diet ketat merupakan faktor risiko terjadinya eating disoderder. Ini karena rasa lapar
memengaruhi otak dan memengaruhi perubahan suasana hati, kemampuan dalam berpikir,
kecemasan, dan penurunan nafsu makan.

5. Tekanan berlebih

Entah itu masuk perguruan tinggi, pindah rumah dan sekolah, dipecat dari pekerjaan, atau
masalah keluarga atau dengan pasangan, kesemuanya dapat membawa stres, yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya masalah pada pola makan.

2.5 Dampak Eating Disorder pada Remaja

Kebanyakan pasien dengan AN juga akan mempunyai masalah psikiatri dan berbagai
macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku merusak (obsessive),
penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, serta perkembangan fisik
yang terhambat. Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu termasuk penipisan
tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan
kekuningan, tumbuhnya rambut halus diseluruh tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan,
kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan dan
pergerakan yang melemah, penurunan suhu tubuh yang menyebabkan orang tersebut sering
merasa dingin, dan kelesuan.
Sebagai akibat dari nutrisi yang buruk, akan muncul gangguan endokrin yang
melibatkan hipotalamus-pituitari-gonad , bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan
pada laki-laki yaitu kurangnya minat seksual dan kesuburan. Pada anak-anak prapubertas,
pubertasnya akan lambat dan perkembangan serta pertumbuhan fisiknya akan terhambat.
Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan
oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad Selain itu, resiko untuk mengalami fraktur
tulang berkaitan juga dengan pasien AN karena ukuran tulang yang berkurang dan densitas
mineral tulang.

Tidak seperti AN, orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat badan
yang normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN, mereka juga mempunyai
ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi berat badan,
merasa tidak bahagia hebat atas ukuran dan bentuk tubuh mereka. Perilaku bulimia adalah
rahasia, karena selalu disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan
penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu. Mirip dengan
AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas
dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari
aspek penyingkiran penyakit, termasuk ketidakseimbangan elektrolit, masalah
gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.

Gejala lain yang terkait termasuk inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan
kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan
kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam lambung, penyakit refluks
gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat pencahar, masalah
pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan
cairan tubuh.

Gangguan mood sering terjadi pada pasien dengan BN dan simptom kecemasan dan
ketegangan (tension) juga sering dialami. Kebanyakan pasien dengan BN mengalami depresi
ringan, mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti percobaan bunuh diri dan
penyalahgunaan alkohol serta obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan BN merasa
malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari keluarga dan
teman-teman

2.6 Solusi

Pencegahan eating disorder (gangguan makan)

Tidak ada cara pasti untuk mencegah eating disorder. Akan tetapi, ada beberapa tips yang
bisa Anda terapkan agar memiliki perilaku makan yang sehat, di antaranya:

1. Tingkatkan rasa percaya diri dan kesadaran untuk mencintai diri sendiri, terlepas berat
badan dan bentuk tubuh.
2. Anda yang ingin menjalani diet, sebaiknya minta saran dari ahli gizi agar diet yang
Anda jalani tidak menimbulkan masalah.
3. Terapkan pola makan yang sehat sehingga Anda tetap makan tepat waktu dan sesuai
porsi.
4. Jika sedang mengalami tekanan atau stres, jangan lampiaskan emosi Anda lewat
makan, tapi cara sehat lainnya yang bisa membantu mengatasi stres. Jika perlu
lakukan konsultasi ke psikolog.

Eating disorders bukanlah suatu masalah yang dapat hilang dengan sendirinya tanpa
perawatan. Tetapi karena perasaan malu yang diasosiasikan dengan gangguan yang kompleks
ini, banyak penderita tidak mencari pertolongan sampai bertahun-tahun kemudian.
Dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak, baik itu penderita sendiri,
keluarga, tenaga kesehatan, masyarakat dan pemerintah
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Eating Disorder merupakan masalah yang biasa dijumpai pada remaja

2. Hal tersebut tidak terlepas dari perubahan psikologis yang dialami oleh para remaja

3. Berbagai faktor, seperti trauma masa kecil, body image, dan media dapat menjadi
penyebab terjadinya eating disorder

4. Eating disorder dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan


pencernaan, mallnutrisi dan gangguan pertumbuhan

5. Perlu kerja sama berbagai pihak yang terkait untuk mengatasi masalah tersebut

6. Perlu dilakukan penelitian tentang fenomena eating disorder pada remaja, baik itu remaja
fase awal, tengah maupun akhir
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT Salemba


Medik. 2010

2. Mc. Williams, Margareth. Nutrition For The Growing Years, 4th Edition. 1986.

Anda mungkin juga menyukai