Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik


negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin
cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi
dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2009).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan
gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan
baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain
penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak.
Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar
anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus
mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma
kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan ditingkat
rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang
mendukung pola hidup sehat.
Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai
peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan
disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan
waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis / beban
pekerjaan yang dilakukannya.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja
sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan
tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan
menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang
motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan
yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal.
Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
harus sejalan pula dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu
dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan
gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan. Didalam makalah ini

1
akan dijelaskan berbagai masalah gizi pada tenaga kerja serta factor-faktor
yang mempengaruhi status gizinya.
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran kecil (Sumanto, 2009).
Obesitas adalah kelebihan lemak di dalam tubuh yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subkutan bawah kulit, sekitar organ tubuh dan
kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas biasanya disebut sebagai kegemukan atau berat badan yang
berlebihan akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Permasalahan ini
hampir terjadi di seluruh dunia dengan pravelansi yang semakin meningkat,
baik di negara maju ataupun negara berkembang termasuk Indonesia
(Tarwoto, 2010).
Pada awalnya obesitas dipandang sebagai tren atau gaya hidup
sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk
menandakan seseorang hidup berkecukupan. Namun sekarang obesitas telah
menjadi masalah yang serius karena menicu timbulnya berbagai komplikasi
penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian
khusus badan kesehatan dunia.
Gangguan makan merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan
ekstrim Gangguan makan, hadir ketika seseorang mengalami gangguan yang
parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makan dengan
ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita
atau keperihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang
dengan gangguan makan dapat berawal dari mengkonsumsi makanan yang
lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu,
keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar
keinginan.
Gangguan makan atau “ Eating Disorder ” merupakan salah satu
Psychiatric Syndromes yang digolongkan dengan penyimpangan makan,
bentuk tubuh dan berat badan. Terdapat tiga kategori dari Gangguan Makan
yang termasuk dalam DSM IV : anorexia nervosa, bulimia nervosa dan binge
eating disorder. Suatu definisi kerja dari gangguan makan, merupakan suatu
gangguan kebiasaan makan yang persisten yang behubungan dengan
konsumsi dan penyerapan nutrisi makanan yang dapat mengganggu kesehatan
jasmani atau physical health dan faktor psycho social.
Estimasi prevalensi dari anoreksia nervosa ialah 0.5 - 1 % terdapat
pada wanita dan 10 -20 kali lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan
pada pria (Garfinkle et al., 1996; Walters & kindler, 1995). Rata – rata kisaran

2
umur penderita antara 10 – 30 tahun pada umumnya. Dari beberapa study
sejak tahun 1991 insidensi terjadi pada wanita yang berumur 15 – 24 tahun.1
Pada penderita anoreksia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara 25
– 50% dari berat badan sebenarnya. Dampak fisik yang umumnya terjadi
penderita adalah kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi
apapun, lemah tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi dan terjadi gangguan
mentruasi. Namun dampak psikis juga terpengaruhi, seperti mempunyai
perasaan tidak berharga, sensitive, mudah tersinggung atau marah, mudah
merasa bersalah, kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak
percaya diri, cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, minta
perhatian orang lain, dan depresi. Dampak fisik maupun psikis yang terjadi
akibat gangguan makan tersebut memerlukan pertolongan segera dari
psikolog, dokter, ahli gizi, dan tentu saja orang tua.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana masalah gizi dalam kebidanan ?
2. Bagaimana masalah obesitas dalam kebidanan?
3. Bagaimana gangguan makan retriksi dalam kebidanan ?

1.3.Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana masalah gizi dalam kebidanan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana masalah obesitas dalam
kebidanan.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana masalah gangguan makan
retriksi dalam kebidanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Masalah Gizi Dalam Kebidanan


A. Pengertian Gizi
Gizi disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari
perihal makanan serta hubungannya dengan kesehatan. Ilmu
pengetahuan tentang gizi (nutrisi), membahas sifat-sifat nutrient (zat-zat
gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh metabolik nya serta
akibat yg ditimbulkan bila terdapat kekurangan (ketidakcukupan) zat
gizi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh, pada umumnya
diperoleh dari diet yang sesuai dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi,
yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang
dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI
adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses
tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas
maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu

4
zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara,
baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara
miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan
penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2009).
Masalah gizi masyarakat adalah hal yang sangat penting dan
mendasar dari kehidupan manusia kekurangan gizi selain dapat
menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan
disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
B. Ruang Lingkup Ilmu Gizi
Semakin berkembang pesat yang dewasa ini masalah terbaru
semakin dipandang penting, seperti :
1) Informasi gizi yang diberikan kepada komponen-komponen
masyarakat yang perlu disesuaikan dengan sumber daya gizi yang
tersedia setempat, yang mencakup gizi individu, keluarga, masyarakat,
gizi institusi (seperti gizi pada panti asuhan, panti jompo, penjara),
dan gizi olahraga.
2) Perkembangan gizi klinis yang meliputi :
 Anamnesis dan pengkajian status nutrisi klien
 Pemeriksaan fisik
 berkaitan defesiensi zat gizi
 Pemeriksaan antripometris beserta tindak lanjut terhadap
gangguannya.
 Pemeriksaaan radiology dan tes laboratorium yg bertalian dengan
status nutrisi klien.
 Suplementasi oral, enteral, dan parenteral.
 Interaksi timbal balik antara nutrient dan obat-obatan.
3) Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis)

C. Pendidikan Kesehatan Tentang Gizi


1) Konteks pendidikan kesehatan tentang gizi, dapat difahami melalui
pendekatan keluarga.

5
2) Kedudukan pangan keluarga, berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya keluarga serta aktifitas keluarga.
3) Pengetahuan umum tentang gizi, fungsi makanan, susunan makanan,
kombinasi makanan yg dapat menghindari pemborosan, cara
mengelola dan memilih serta cara menilai kesehatan yang
berhubungan dengan faktor gizi, harus benar-benar diketahui oleh
keluarga.
4) Gizi dalam keluarga tidak hanya tebatas pada persoalan makanan,
pengetahuan, dan keterampilan, sedapat mungkin pendekatan yang
diterapkan harus secara menyeluruh yaitu perbaikan gizi keluarga.
5) Perlu ada tingkatan prioritas dlm kaitan sasaran yang dituju, apakah
akan diprioritaskan bagi anggota keluarga tertentu.
6) Penyuluhan dan pendidikan kesehatan, tidak hanya menyampaikan
pengetahuan, juga konseling pada klien untuk membantu menciptakan
perubahan dalam perilaku makan.
Beberapa intervensi yang memudahkan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga adalah :
1) Dengarkan masalah dan ide klien.
2) Dorong keterlibatan keluarga bila tepat.
3) Tekankan pentingnya mendapatkan nutrisi adekuat.
4) Tenangkan klien yang khawatir tentang makan.
5) Bantu klien memilih makanan yang tepat.
6) Beri tahu klien tentang interaksi obat-nutrient.
7) Hindari penggunaan istilah “diet”.
8) Tekankan hal-hal “perlu dilakukan” bukan hal “ tidak perlu
dilakukan”.
9) Pertahankan pesan yang sederhana.
10) Tinjau ulang material tertulis bersama klien.
11) Anjurkan klien untuk menghidari makanan yang tidak dapat
ditoleransi.
D. Pendidikan Gizi Dalam kebidanan
Pendidikan gizi untuk ibu hamil pada prinsipnya gizi ibu hamil,
makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilannya, dengan porsi 2 kali makanan wanita yang tidak hamil .
Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil, untuk menghindari
masalah saat hamil, mendapatkan bayi yang sehat dan memperlancar air
susu ibu (ASI).
Hubungan gizi dengan perubahan fisiologis selama hamil :
1) Gizi sangat berpengaruh pada perubahan fisiologis kehamilan.
2) Pada awal kehamilan, ibu hamil akan merasa mual, muntah, dan nafsu
makan menurun.

6
3) Pada pertengahan kehamilan, nafsu makan ibu hamil mulai meningkat
sampai maksimal.
4) Menjelang persalinan, nafsu makan ibu mulai menurun kembali.
5) Ngidam merupakan tanda adanya perubahan enzim dan hormon
6) Hormon estrogen dan progesteron, relaksasi otot-otot polos dan
mengurangi gerakan pada usus sehingga zat gizi mudah diabsorbsi.

1. Kebutuhan gizi ibu hamil


a) Kebutuhan energi
- 2500 kalori/hari.
- Pada awal TM I kebutuhan energi masih sedikit tetapi pada
akhir TM I terjadi peningkatan.
- Pada TM II energi dibutuhkan untuk penambahan darah,
perkembangan uterus, pertumbuhan jaringan mammae, dan
penimbunan lemak.
- Pada TM III energi digunakan untuk pertumbuhan janin dan
plesenta.
b) Sumber energi : hidrat arang, beras, jagung, gandum, kentang,
ubi jalar, ubi kayu, sagu.
c) Kebutuhan protein
- Kurang lebih 76 gram/hari.
- Untuk perkembangan janin, penambahan volume darah,
pertumbuhan mamae ibu dan jaringan uterus.
- Sumber protein hewani : daging, ikan, unggas, telur, kerang.
- Sumber protein nabati : kacang-kacangan
d) Kebutuhan lemak
- Sebagai sumber kalori dan untuk mendapatkan vitamin A,
D, E dan K.
e) Kebutuhan vitamin
beberapa vitamin yang dibutuhkan ibu hamil dan perlu
diajarkan adalah :
- Vitamin A
a) Penting untuk mata, tulang, kulit, rambut dan
mencegah kelainan bawaan.
b) Minyak ikan, kuning telur, wortel, sayuran berwarna
hijau dan buah-buahan berwarna merah
- Vitamin B kompleks, vitamin B1, B2, B6, B12 dan asam
folat.
- Garam mineral, kalsium, zat besi, fospor.
Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil

7
a) Masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil, anemia gizi
besi, kenaikan berat badan selama hamil yang rendah, emesis
gravidarum.
b) Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan, BBLR,
terhambatnya pertumbuhan otak janin, bay lahir dengan anemia,
bayi mudah terkena infeksi, dan mengakibatkan abortus.
2. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Manfaat gizi bagi ibu menyusui :
a) Sejak ibu hamil, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang seimbang, agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
maupun janin yang dikandungnya, serta mempersiapkan ibu
untuk dapat menyusui bayinya setelah lahir.
b) Makanan yang terbaik bagi ibu menyusui, yang menjamin
pembentukan ASI yang berkualitas dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
c) Pemberian ASI
- Manfaat imunologik : berdaya untuk mencegah dan
melawan infeksi, bayi jarang menderita diare, sembelit dan
alergi.
- Manfaat psikologis, ada ungkapan rasa kasih sayang antara
ibu dan bayinya.
Dampak kekurangan gizi bagi ibu menyusui :
a) Kekurangan gizi pada ibu menyusui, menimbulkan gannguan
kesehatan pada bayinya, karena air susu ibu mengandung
substansi anti infeksi dan faktor-faktor proteksi terhadap
berbagai virus, dan organisme yang membahayakan.
b) Gangguan pada mata, kekurangan vit.A
c) Gangguan pada tulang, kekurangan vit.D

3. Gizi Pada Bayi


Manfaat gizi pada bayi:
a) Untuk tumbuh kembang bayi.
b) Menjaga kesehatan bayi.
c) Mencegah timbulnya berbagai penyakit
d) Bayi baru lahir-umur 6 bulan, ASI Eksklusif, karena ASI
merupakan makanan bayi paling baik.
e) Bayi usia >6 bulan, tambah makanan pendamping ASI.
Kebutuhan gizi pada bayi :
a) Bayi umur 0-6 bulan dg BB 5,5 Kg dan TB 60 cm, energi 560
Kkal dan Protein 12 gr.
b) Bayi 7-12 bulan dg BB 8,5 Kg dan TB 71 cm, energi 800 Kkal
dan Protein 15 gr.

8
c) Dianjurkan utk memenuhi 100-110 Kkal energi per Kg BB bayi
setiap harinya.
Dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi :
a) Makanan yang ideal, mengandung cukup bahan bakar/energi
dan semua zat gizi esensial dalam jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan sehari-hari.
b) Pemberian makanan yang mengandung energi yang berlebihan,
obesitas.
c) Zat gizi esensia yang berlebihan untuk jangka waktu yang lama,
penimbunan zat gizi dan dapat menjadi racun bagi tubuh, seperti
hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemia.
d) Pemberian energi yang kurang dalam waktu yang lama,
menghambat pertumbuhan, mengurangi cadangan energi dalam
tubuh sehingga terjadi keadaan gizi kurang/buruk (Marasmus).
e) Kekurangan energi esensial, menimbulkan gejala defisiensi
sesuai zat gizi yang kurang, seperti Xeroftalmia pada
kekurangan vit A, Rakitis pada kekurangan vit D.

4. Kebutuhan Gizi Bagi Balita


Manfaat gizi bagi balita :
a) Untuk memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit.
b) Melaksanakan berbagai jenis aktivitas serta pertumbuhan.
c) Mendidik kebiasaan tentang makan.
d) Kualitas makanan yang diberikan pada balita harus bergizi
karena dapat mempengaruhi kesehatan.
e) Pengetahuan tentang gizi dan pemberian makanan yang bergizi,
wajib diketahui oleh orang tua maupun guru apabila anak sudah
masuk sekolah TK
Dampak gizi bagi balita :
a) Kebutuhan zat gizi utama bagi balita meliputi 5 komponen dasar
- Karbohidrat
- Protein
- Lemak
- Mineral
- Vitamin
E. Masalah Gizi
Kekurangan gizi adalah masalah yang di alami beberapa org
dimana indikatornya adalah berat badan yang sangat kurang dari normal,
sehingga orang tersebut tampak sangat kurus dan lemas. Penyebab
kekurangan gizi di bagi menjadi 3 yaitu antara lain :
1. Penyebab Langsung
- Penyakit infeksi

9
2. Penyebab Tidak Langsung
- Kemiskinan keluarga
- Tingkat pengetahuan dan pengetahuan orang tua rendah
- Sanitasi lingkungan yang buruk
- Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
3. Penyebab lain yang Mempengaruhi Kurangnya Gizi yaitu
- Balita tidak mendapatkan makanan MP ASI pada umur 6 bulan tau
lebih.
- Balita tidak mendapatkan ASI eklusif atau sudah mendapatkan
makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan.
- Balita tidak mendapatkan MPASI pada umur 6 bulan atau lebih.
- MPASI kurang dan tidak bergizi.
- Setelah umur 6 bulan balita jarang di susui.
- Balita menderita sakit dalam waktu lama, seperti diare, campak,
TBC, batuk pilek.
- Kebersihan diri kurang dan lingkungan.

2.2. Masalah Obesitas Dalam Kebidanan


A. Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-
beda bagi setiap orang. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat
tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing
melebihi 20% dan 25% dari berat tubyh dan dapat membahayakan
kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan)
adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan
normal. Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas,
diantaranya yaitu :
- Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang
berlebihan.
- Suatu penyakit kronik yang dapat di obati.
- Suatu penyakit epidemik (mewabah).
- Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan
dapat menurunkan kualitas hidup.
- Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangan
tinggi.
B. Tipe-Tipe Obesitas
Tipe pada obesitas dapat di bedakan menjadi 2 klasifikasi,yaitu tipe
obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan tipe obesitas berdasarkan keadaan
sel lemak.
1.Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

10
a. Obesitas tipe buah apel(Apple Shape)
Tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria.Dimana lemak
tertumpuk di sekitar perut.Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi di
bandingkan dengan tipe buah pir(Gynoid).

b. Obesitas tipe buah pear(Gynoid)


Tipe ini cenderung dimeliki oleh wanita,lemak yang ada di simpan
di sekitar pinggul dan bokong.Resiko terhadap penyakit pada tipe Gynoid
umumnya kecil.
c. Tipe Ovid(Bentuk kotak buah)
Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan”.Tipe ovid
umumnya terdapat pada orang orang yang gemuk secara ginetik.
2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan sel Lemak
a. Obesitas tipe hiperplastik
Obaesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak di
bandingkan keadaaan normal.
b. Obesitas tipe hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar di
banding kan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari
normal.
c. Obesitas tipe hyperplastik dan hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi
normal.Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat
hypertropik mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang di
keluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik
C. Gejala gejala timbulnya obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diagfragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru paru,sehingga timbul gangguan pernapasan dan
sesak napas,meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.gangguan
pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernpasan
untuk sementara waktu(tidur apneu),sehingga pada siang hari penderita sering
mersa ngantuk.Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik,termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartristis(terutama di daerah
pinggul,lutu dan pergelangan kaki).Juga kadang sering di temukan kelainan kulit.

11
Seorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit di bandingkan dengan berat badannya,sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efesien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering
di temukan adema(pembengkakkan akibat penimbunan sejumlah cairan)di daerah
tungkai dan pergelangan kaki.

D. Penyebab timbulnya obesitas


Secara ilmiah,obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak
dari yang di perlukan oleh tubuh.Penyebab terjadinya ketidak seimbangan anatara
asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
a. Faktor makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai
yang dibutuhkan tubuh,maka tidak ada energi yang di simpan.Sebaliknya jika
mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang di butuhkan tubuh,maka
kelebihan energi akan di simpan.
b. Faktor Keturunan
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi
karena faktor interaksi gen dan Ingkungan.
c. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan
energi akan berkurang.
d. Faktor Psikologis
Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa
diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional
(security food).
e. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat
Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah
menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang
terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Pemakaian Obat-
Obatan. Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya
berat badan, misalnya obat kontrasepsi

E. Cara Pengukuran Obesitas


a. Pengukuran Secara Antropometri
- Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI)
adalah sebuah ukuran "berat terhadap tingg" badan yang umum
digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori.

12
Underweight (kekurangan berat badan). Overweight (kelebihan berat
badan) dan Obesitas (kegemukan).
- RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemnk perut dapat digunakan cara lain, yaitu
dengan mengukur rasio Ingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau
mengukur lingkar pinggang (LP). Rumus yang digunakan cukup sederhana
yaitu : Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda
bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risko tersebut meningkat bila
lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm Jadi "Jangan hanya menghitung
tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan
mengukur lingkar pinggang".
- Indeks BROCCA
Salah satu cara hin untuk mengukur obesitas adalah dengan
menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya: 90-110% = Berat badan normal 110-120% =
Kelebihan berat badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas).
- Pengukuran Secara Laboratorik
a) BOD POD
b) DEXA (dual energy X-ray absorptiometry)
- Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)

F. Mekanisme Terjadinya Obesitas


Makanan yang adekunt, yang di sertai dengan ketidak seimbangan
antara intake dan out put yang kehar masuk dalam tubuh akan
menyebabkan akumulasi timbunan kemuk pada jaringan adiposa
khususnya jaringan subkutan. Apabila hal ini terjadi akan timbul berbagai
masalah, diantaranya Timbunan kemak pada area abdomen yang
menyebabkan tekanan pada otot-otot dingfragma meningkat.

G. Penyakit Yang Timbul Akibat Obesitas


1. Diabetes Mellitus
Ini terjadi karena resistensi insulin Simpanan adiposa yang tinggi
pada satu enzim, yaitu orang gemuk mengaktifkan paling tidak salah
lipoprotein Ipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas
dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas menstimulasi
pekpasan sitokin seperti TNF-a (tumor necrosis factor-alpha) yang
memicu resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat.
Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka
mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%.
Dengan bertambahnya ukuran lingkaran perut dan panggul, terutam
pada obesitas tipe sentral atau android, dapat menimbulkan resistensi
insulin. Sebanyak 90% penderita diabetes tipe.
2. Hipertensi
Lebih dari 75% kasus hipertensi berhubungan langsung dengan
obesitas. Hipertensi terjadi karena peningkatan plasma darah pada

13
orang yang obesitas meningkat sebanyak 10-20% dan penyumbatan
oleh lemak sehingga jantung memompa darah dengan cepat sehingga
terjadi hipertensi Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg
terdapat pada lebih dari sepertiga orang obesitas.
3. Penyakit Jantung Koroner
Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melaki
berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah yaitu
peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat
(kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol
(kolesterol baik, yatu zat yang mencegah terjadinya penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) dan hipertensi.
4. Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak
darah, maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke. Ini
dikarenakan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh lemak yang mengendap di pembuluh darah sehingga
menyebabkan hipertensi yang kalau lama dibiarkan akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan menjadi pendarahan.
5. Sleep Apnea
Diantara para pasien yang menderita skep apnea, sekitar 60%
sampai 70% adalah orang yang menderita obesitas. Akibat kegemukan
menyebabkan kesukaran bemafas terutama pada waktu tidur malam
(sleep apnea). keadaan yang berat dapat menimbulkan penurunan
kesadaran sampai koma. Selama peristiwa sleep apnea, saluran
pernafasan atas terhalang, menghambat atau menghentikan pernafasan
dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang dan
meningkatkan tekanan darah. Orang tersebut harus segera
dibangunkan dan kembali bernafas, sehingga kadar oksigen dalam
darah dan aliran darah ke otak kembali normal. Gejala dari sleep
apnea meliputi perasaan lelah dan mengantuk walaupun sudah tidur
selama 8 jam, mendengkur yang keras sehingga mengganggu orang
hin dan nafas berhenti.
6. Osteoartitris
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, umumnya pada
sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misahya hut dan kaki,
yang akan membuat sendi bekerja lebih berat. Karena sendi tersebut
bekerja dengan keras maka terjadi penurunan fungsi sendi.
7. Batu Empedu
Terjadi karena hati menghasilkan kolesterol, yang merupakan
lemak, terlalu banyak daripada asam-asam yang berfungsi sebagai
pelrut, dan lecithin, yang berfungsi sebagai pengemuki antara lemak
dan asam- asam empedu tesebut, sehingga beberapa kolesterol
tersebut tidak larut dan membentuk partikel kolesterol yang akhirnya
menjadi batu empedu. Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan

14
kecenderungan timbul batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang
normal; pada obesitas dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7
kali lipat.
8. Kanker Payudara
Wanita yang tehh menopause lebih berisiko mengalami kanker
payudara. Ini terjadi karena pada wanita menopause yang obesitas
terjadi peningkatan estrogen yang dihasilkan dari jaringan lemak.
Karena jaringan lemak terlalu banyak maka menghasilkan estrogen
dalam jumlah yang besar sehingga berpengaruh terhadap kanker
payudara.

2.3. Gangguan Makan Retriksi (Anoreksia Nervosa, Bulimia Nervosa,


Gangguan Makan Atipikal)
A. Pengertian Gangguan Makan
Gangguan makan merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan
ekstrim Gangguan makan, hadir ketika seseorang mengalami gangguan
yang parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makan
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keperihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang
ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan dapat berawal dari
mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada
biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau
lebih banyak terus menerus di luar keinginan.
Gangguan makan atau “ Eating Disorder ” merupakan salah satu
Psychiatric Syndromes yang digolongkan dengan penyimpangan makan,
bentuk tubuh dan berat badan. Terdapat tiga kategori dari Gangguan
Makan yang termasuk dalam DSM IV : anorexia nervosa, bulimia nervosa
dan binge eating disorder. Suatu definisi kerja dari gangguan makan,
merupakan suatu gangguan kebiasaan makan yang persisten yang
behubungan dengan konsumsi dan penyerapan nutrisi makanan yang
dapat mengganggu kesehatan jasmani atau physical health dan faktor
psycho social
B. Anoreksia Nervosa
Defenisi anoreksia nervosa menurut DSM-IV adalah :
1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan
normal minimal menurut usia dan tinggi badan (misalnya,
menurunkan berat badan untuk mempertahankan berat badan kurang
dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat
badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan
berat badan kurang dari 85% dari yang diharapkan).

15
2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi
gemuk, walaupun sesungguhnya memiliki berat badan kurang.
3. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri;
berat badan atau bentuk badan yang tidak pantas atas dasar
pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan berat badannya yang
rendah.
4. Pada wanita pasca menarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga
siklus menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami
amenore jika periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon,
misalnya, estrogen).
Estimasi prevalensi dari anoreksia nervosa ialah 0.5 - 1 % terdapat
pada wanita dan 10 -20 kali lebih sering terjadi pada wanita di
bandingkan pada pria (Garfinkle et al., 1996; Walters & kindler, 1995).
Rata – rata kisaran umur penderita antara 10 – 30 tahun pada umumnya.
Dari beberapa study sejak tahun 1991 insidensi terjadi pada wanita yang
berumur 15 – 24 tahun.
Pada penderita anoreksia nervosa dapat menurunkan berat
badannya antara 25 – 50% dari berat badan sebenarnya. Dampak fisik
yang umumnya terjadi penderita adalah kehilangan selera makan, hingga
tidak mau mengkonsumsi apapun, lemah tidak bertenaga, sulit
berkonsentrasi dan terjadi gangguan mentruasi. Namun dampak psikis
juga terpengaruhi, seperti mempunyai perasaan tidak berharga, sensitive,
mudah tersinggung atau marah, mudah merasa bersalah, kehilangan minat
untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri, cenderung
berbohong untuk menutupi perilaku makannya, minta perhatian orang
lain, dan depresi. Dampak fisik maupun psikis yang terjadi akibat
gangguan makan tersebut memerlukan pertolongan segera dari psikolog,
dokter, ahli gizi, dan tentu saja orang tua.

C. Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang
ditandai oleh episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan,
diikuti dengan 3 muntah yang disengaja atau upaya pencahar lain yang
dimaksudkan untuk mencegah meningkatnya berat badan (contoh,
penggunaan laksansia).
Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan
pada laki-laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja
dibandingkan pada masa dewasa awal. Diperkirakan bulimia nervosa
terentang dari 1-3 persen wanita muda. Banyak penderita bulimia nervosa
memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah
yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-orang yang
kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis.

16
Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan
sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku
kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami
ketergantungan pada alkohol atau lainnya. Bulimia nervosa lebih sering
ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-laki, tetapi onsetnya lebih
sering pada masa remaja dibandingkan pada masa dewasa awal.
Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita muda.
Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang
normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya.
Biasanya mereka orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di
bidangnya dan cenderung perfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka
memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi.
Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya, mengutil di
pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau
lainnya.
Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan
mood dan gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah
dilaporkan terjadi pada orang yang memiliki resiko gangguan
berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian, memiliki angka
gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual. Bulimia nervosa sering terjadi pada orang
dengan angka gangguan mood dan gangguan pengendalian impuls yang
tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang yang memiliki resiko
gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian, memiliki
angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual
D. Etiologi
Faktor biologis, sosial, dan psikologis adalah terlibat dalam penyebab
Gangguan Makan :

1. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa
diantaranya juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan
nonsupresi oleh deksametason. Terjadi penekanan fungsi tiroid, amenore,
yang mencerminkan penurunan kadar hormonal. Kelainan tersebut dapat
dikoreksi dengan pemberian makanan kembali.
2. Faktor sosial
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam
masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul
dengan keluarga adalah spesifik pada anoreksia nervosa. Pasien dengan

17
anoreksia nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi,
ketergantungan alkohol, atau suatu gangguan makan.
3. Faktor psikologis dan psikodinamis
Eating Disorder tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap
kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan
fungsi social dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi
dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan
yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk
meraih pengakuan sebgai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui
tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.

E. Diagnosis
Pedoman diagnostik Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah
1. Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan
sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
2. Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah
ini, yaitu:
- Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik
yang berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body
mass index adalah 17,5% atau kurang.
- Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari
makanan yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
 Merangsang muntah oleh dirinya sendiri.
 Menggunakan pencahar .
 Olah raga berlebihan .
 Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
 Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik
dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
 Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan
hypothalamic-piyuitary-gonadal aksis, dengan manifestasi pada
wanita sebagai amenore dan pada pria suatu kehilangan minat dan
potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan hormon
pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme peripheral dari
hormone tiroid, dan sekresi insulin abnormal.
 Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan
prubertas tertunda atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan,
prubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.
Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM–IV,
Diagnostic and Kriteria Statistical Disorders, ec.

18
1. Episode rekuren pesta makan ( binge eating ) . Episode pesta makan
ditandai oleh kedua hal berikut ini : Makan, dalam periode waktu tertentu
(misalnya dalam 2 jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang
dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi yang serupa. Perasan
hilang kendali terhadap makan 9 selama episode tersebut (misalnya merasa
tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa
banyak yang dimakannya).
2. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksikan sendiri,
penyalahgunaan laksatif, enema, atau medika lain, puasa, atau olahraga
berat.
3. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi
dengan rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
4. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
5. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.

F.Komplikasi Pada Gangguan Makan


Berhubungan dengan penurunan berat badan :
1. Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid
(sindrom T3 rendah), intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan
temperatur inti tubuh.
2. Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk
kontraksi premature atrium dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas
HIS (perpanjangan interval QT, bradikardia, takikardia ventricular,
kematian mendadak.
3. Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembung,
konstipasi, nyeri abdomen.
4. Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH) yang rendah.
5. Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
6. Hematologys : leucopenia
7. Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi
dari seng ), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan. Rangka :
osteoporosis.
8. Berhubungan dengan mencahar ( muntah dan penyalahgunaan laksatif).
9. Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik,
hipokloremik, dan hipomagnesimia.
10. Pencernaan-gastrointestinal : peradangan dan pembesaran kelenjar liur dan
pancreas, dengan peningkatan amylase serum, erosi esophagus dan
lambung, usus disfungsional dengan dilatasi haustra.

19
11. Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan
gigi yang bersanngkutan.
12. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang
besar dan gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan,
gangguan kognitif lainnya.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
1. Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi
yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan
baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain
penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak.
Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak
agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus
mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
2. Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung
dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih.
3. Masalah gizi dalam kebidanan yaitu gizi pada ibu hamil, ibu menyusui,
gizi bayi, gizi balita, gizi pada wanita remaja dan dewasa dan gizi pada
keluarga.
4. Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi
setiap orang. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat
tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20%
dan 25% dari berat tubyh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara
overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana
berat badan seseorang melebihi berat badan normal.
5. Gangguan makan merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan
ekstrim Gangguan makan, hadir ketika seseorang mengalami gangguan
yang parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makan

20
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keperihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang
ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan dapat berawal dari
mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada
biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau
lebih banyak terus menerus di luar keinginan.

3.2. Saran
Dengan adanya Materi pembelajaran ini hendaknya pembaca
khususnya mahasiswa kebidanan lebih memahami masalah gizi dalam
kebidanan agar kita lebih padalam kebidanan, obesitas dan gangguan makan
retriksi paham dan dapat mengedukasi langsung kepada ibu hamil dalam
menjalankan praktek kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA
Hunteradriani. 2013. Gangguan Makan. Jakarta
Maslim. 2017. Gangguan Makan dan Tidur. Yogyakarta
Saraswati. 2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan
Stroke. Yogyakarta
Septiana Ria. 2014. Obesitas. Purwokerto
Wildayanti. 2015. Pendidikan Gizi Dalam Kebidanan. Padang

21

Anda mungkin juga menyukai