Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benarkah wanita hamil harus makan dengan porsi dua kali lebih banyak
dari wanita biasa? Dari segi kualitas memang jawabannya adalah ya. Tapi dari
segi kuantitas jawabannya adalah tidak. Dalam mengkonsumsi makanan, ibu
hamil harus memperhitungkan nilai gizi makanan yang dikonsumsi, baik bagi
dirinya maupun janin yang ada dalam kandungannya
Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki
kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin
berlangsung sangat cepat. Jangan heran jika berat badan ibu pun turut naik
pesat. Ini berbeda dengan kehamilan pada trimester pertama. Pada saat ini
pertumbuhan janin masih belum begitu pesat, sehingga kebutuhan gizinya
juga belum optimal.
Pada dua bulan terakhir kehamilan, otak bayi berkembang sangat cepat.
Pada periode ini, gizi diperlukan bagi pengembangan otak dan jaringan saraf
sang bayi. Usahakanlah makan setiap 4 jam sekali. Sebab, meskipun Anda
tidak lapar, kemungkinan bayi Anda yang lapar.
Hal lain yang perlu diperhatikan, meskipun nafsu makan meningkat,
tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang. Jangan asal
makan karena lapar mata.
Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi seperti
cokelat dan es krim. Harus diingat pertambahan berat badan ideal selama
masa kehamilan adalah berkisar antara 10-15 kg.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pengelolaan
menu makanan seimbang bagi ibu hamil usia 17 tahun dengan berat badan
54kg, tinggi badan 154 cm, serta cara penghitungan kebutuhan energi pada
ibu hamil tersebut.

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar para ibu hamil lebih mengetahui tentang apa saja menu yang cocok
dan cara pengelolaan menu makanan seimbang agar janin dalam
kandungan lahir secara normal dan sehat.
2. Agar ibu hamil dapat mengatur pola makanan yang sudah di tentukan
dengan membuat tabel menu makanan yang sudah tersedia.
3. Agar perempuan tahu bagaimana cara mengurangi sindrom pra-haid yang
sering mengganggu aktifitas mereka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gizi Kurang


Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas
berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat
gizi bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang menggambarkan
kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan
salah satu zat gizi atau di dalam tubuh (Almatsier, 2005). Gizi kurang juga
berarti, suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalamikekurangan
nutrisi penting tertentu, gagal untuk memenuhi tuntutan tubuh yang
menyebabkan efek pada pertumbuhan, kesehatan fisik, suasana hati, perilaku
dan fungsi-fungsi lain dari tubuh. Dengan demikian menjadi kekurangan gizi
tidak selalu berarti bahwa orang kekurangan berat badan.
Masalah gizi kurang ini banyak dialami anak-anak sejak masih dalam
kandungan dan fatalnya, masalah tersebut kadang sangat sulit diatasi
bahkan, tidak dapat diperbaiki ketika anak menjelang dewasa.
Golongan masyarakat yang rentan terhadap gizi kurang adalah balita, ibu
hamil dan menyusui.

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gizi Kurang


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang, antara lain :
1. Pola makan atau asupan gizi yang kurang dan pola hidup masyarakat.
2. Faktor sosial budaya
Yang dimaksud disini adalah rendahnya kesadaran masyarakatakan
pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga,banyak
balita yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin
gizi. Masalah lainnya juga berupa pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu yang mungkin memiliki nilai gizi tinggi namun, tidak

3
dikonsumsi karena sudah merupakan tradisi yang turun-
temurun sehingga, dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang.
3. Faktor pendidikan
Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan
masyarakat yang pendidikannya relatif rendah seperti, pengetahuan
orang tua tentang pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi.
4. Faktor ekonomi dan kepadatan penduduk
Kemiskinan keluarga dan penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
tidak terpenuhi. Rendahnya pendapatan masyarakat dan laju pertambahan
penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini
punbisa menjadi penyebab terjadinya gizi kurang.
5. Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi yangberpengaruh pada tubuh. Faktor penyakit lain juga berpengaruh
seperti, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
6. Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik dan sehat
dapatmemungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,
kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita
infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
7. Pola pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam
hal memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih sayang dan
sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan
mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan
dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
8. Bencana alam, perang, kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang
memberatkan rakyat. Banjir, tanah longsor, tsunami, letusan gunung
berapi dan bencana alam lain akan menghambat pemenuhan gizi di

4
Indonesia. Bencana alam berpotensi menghalang proses distribusi bahan
makanan sehingga bahan pangan yang ada tidak terdistribusi dengan
baik.
9. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan
menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi di
masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos
kesehatan,dll.

C. Masalah Gizi Kurang yang Banyak Terjadi di Indonesia


Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan
meningkatkan jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO
yang melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008
yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44.967 juta orang
yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab
utama kematian (WHO, 2008).
Sedangkan di Indonesia, data susenas menunjukkan bahwaprevalensi
gizi kurang selalu menunjukkan peningkatan yaitu dari 12,66 % (2001), 14,28
% dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004). Contoh masalah gizi kurang yang
banyak terjadi di Indonesia, antara lain :
1. KEP (Kekurangan Energi Protein) / PEM (Protein Energi
Malnutrition)
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG). Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi Protein (KEP)
adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya

5
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau
gangguan penyakit tertentu.
Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang
tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan
terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari KEP adalah
kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan
yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya
penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain. Penyebab tak langsung dari
KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan
kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena
penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi
perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada
keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999).
Bentuk Kurang Energi Protein (KEP) pada dewasa dibagi
dalam dua bentuk yaitu Undernutrition (kurang zat gizi) dan
Starvation (kelaparan) sedangkan, pada anak-anak dalam bentuk
PEM (Protein Energi Malnutrition) menurut Jelliffe mencakup seluruh
kelompok umur anak, dikelompokkan menjadi : PEM ringan, PEM
sedang dan PEM berat yang terdiri dari marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor.
Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu
menyusui. KEP pada derajat ringan dan sedang hanya menunjukkan
gejala-gejala gizi kurang seperti, pertumbuhan dan berat
badankurang, kondisi badan yang tampak kurus, ukuran lingkar lengan
menurun, aktivitas dan perhatian kurang namun, tidak banyak
ditemukan kelainan seperti, kelainan kulit dan rambut. Sedangkan, KEP

6
pada derajat berat (gizi buruk) yang dibedakan menjadi tiga tipe
yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiorkor terdapat
gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi
yang khas.

1) Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi (kalori) pada makanan
yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak
menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang
tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan
penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Gejala Klinis marasmus, antara lain :
a) Wajah seperti orang tua
b) Cengeng dan Rewel
c) Mata tidak bercahaya
d) Sering disertai penyakit infeksi (diare, umumnya kronis
berulang, TBC)
e) Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
f) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (baggy pants)
g) Perut cekung
h) Iga gambang (tulang rusuk menonjol).
2) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena
pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama
kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan
makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrien lain serta
konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan
gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

7
Gejala Klinis kwashiorkor, antara lain :
a. Edema (pada kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh), dan
bila ditekan lama kembali
b. Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
c. Kelainan kulit (dermatosis) dan pembesaran hati
d. Wajah membulat dan sembab
e. Pandangan mata sayu, apatis dan rewel
f. Sering disertai penyakit infeksi akut, diare, ISPA dll
g. Otot mengecil (hipotrofi).
3) Marasmus-Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari
gejala marasmus dan kwashiorkor, ciri khas yang dapat terlihat
secara klinis yakni :
a. Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam
hal berat badan (BB/U) dan bila dikonfirmasi dengan
BB/TBdikategorikan sangat kurus.
b. Kwashiorkor secara klinis terlihat disertai edema yang tidak
mencolok pada kedua punggung kaki
Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di
deteksi kekurangan energi proteinnya melalui :
a) Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya
kejar timbangnya
b) Surveilens gizi/KLB gizi
c) Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Poliklinik KIA/tumbuh
kembang.

8
2. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah
sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh
menderita kekurangan iodium secara terus – menerus dalam waktu yang
lama yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembanganmanusia (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat
kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau
kelainan yang ditimbulkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan
berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat
kretinisme (Chan et al, 1988), pertumbuhan yang tidak normal,
keterlambatan perkembangan jiwa, dan tingkat kecerdasan yang rendah.
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini
lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang
dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal
dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar
iodium rendah.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok
masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi
iodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita dan
anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat
hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada
umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti
pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering
dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah
lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang
notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air

9
dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah
tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik
iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997). Wanita hamil
didaerah endemik GAKI akan mengalami berbagai gangguan
kehamilan antara lain, abortus, bayi lahir mati, dan hipothyroid
padaneonatal.
3. AGB (Anemia Gizi Besi)
Sekitar 47% dari 25 juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80
juta anak usia sekolah dan remaja di Indonesia mengalami anemia gizi
besi (kurang darah), kata Direktur Gizi Masyarakat Depkes, dr Rachmi
Untoro MPH. "Secara klinis anemia gizi besi ditandai gejala '5L' yaitu
lesu, lemah, letih, lelah dan lalai," katanya pada Seminar Dampak
Anemia Gizi Besi terhadap Kecerdasan Anak, di Jakarta, Kamis
(04/08).
Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada
peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik,
motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar
menurun dan interaksi sosial berkurang.
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan
AGB.Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa
muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar
45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu hamil
rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan
tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat
hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari
janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat
menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB
dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena
kebutuhan zat besi cukup tinggi diperluka semasa pertumbuhan. Jika
asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar.
Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung

10
dapat menggangu penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh
yang dapat menyebabkan AGB.
Menurut Soedjatmiko, anak yang sejak balita mengalami anemia
ini tak bisa diobati lagi. Sedangkan bagi anak yang terkena pada usia
sekolah, masih bisa diobati dengan memberikan suplemen zat
besi.Prinsipnya, harus ada perubahan pola makan yang sehat.
4. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang
tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi
pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita).
Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Anak yang menderita kurang
vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain,
penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan
kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap
zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan
vitamin A dalam tubuh.
Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih
tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A
yang baik. Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada
bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang
rendah pada ASI.
Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan
mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak
segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.Kekurangan
vitamin A juga menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak
mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme,
bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi
pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal
dari hewan, sayuran hijau serta buah. Dalam keadaan darurat, dimana

11
makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul
vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit.
Masalah kurang vitamin A subklinis (kadar vitamin A dalam
serum <20 ug/dl) dibeberapa propinsi masih cukup memprihatinkan,
karena 50% balita masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang
vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap
penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. 9,8 persen
balita Indonesia masih kekurangan vitamin A. Program penanggulangan
Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah
kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka
kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). maka selain untuk
mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan
dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.

D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang


Gizi kurang menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi,
menyebabkann banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak
mungkin melakukan kerja keras. Seseorang kekurangan zat gizi akan
mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa
dkk,2002).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Gizi kurang pada
ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit infeksi.
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan

12
operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu
hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ibu
hamil yang juga menderitaKurang Energi Protein akan berpengaruh
pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, dan juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang
kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel
otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Secara umum
gizi kurang pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan generasi
yang secara fisik dan mental lemah.
Secara umum dampak gizi kurang antara lain, pertumbuhan anak
menjadi terganggu, produksi tenaga (energi) kurang sehingga
mempengaruhi aktivitas, pertahanan tubuh menurun dan terganggunya
fungsi otak sehingga, dapat menciptakan generasi dan SDM yang
kurang berkualitas.

E. Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang


Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang antara lain,
sebagai berikut :
1. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
memperhatikan pola makan yang teratur dengan gizi seimbang.
2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya.

13
3. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur.
4. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
posyandu untuk mengetahui apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar pada KMS. Sehingga, jika tidak sesuai atau ditemukan adanya
gejala gizi kurang maka hal tersebut dapat segera diatasi.
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama orang tua tentang
gizi melalui penyuluhan kepada masyarakat luas terutama di daerah
pedesaan dan di daerah terpencil. Sebab, menurut Samuel,dibutuhkan
peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian
makanan bergizi yang seimbang sejak bayi dan komposisi makanan
seperti apa yang dibutuhkan oleh anak mereka. Memberikan makanan
yang tepat dan seimbang kepada anak yang terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein diberikan 12 % dari total
kalori. Sisanya adalah karbohidrat. “Kuantitas makanan yang dikonsumsi
harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak
memiliki kebutuhan gizi yang berbeda tergantung usia, gender dan
aktivitas.”
6. Diperlukan peranan baik dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun
pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas posyandu dan
pelayanan kesehatan lainnya, jangan hanya sekedar untuk penimbangan
dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan
kualitas pemberian makanan tambahan, sertameningkatkan kesejahteraan
rakyat agar akses pangan tidak terganggu.
7. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehatdengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh
kembang seseorang, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut
menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber manusia di masa
datang. Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas
berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.Adapun
penyebab dari terjadinya gizi kurang adalah karena faktor sosial, kemiskinan,
laju pertambahan penduduk, infeksi, dan masih banyak lagi faktor-faktor
lainnya, baik yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi
merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada empatmasalah
gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Anemia Gizi Besi (AGB), danKurang
Vitamin A (KVA). Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi masyarakat
tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus
meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian
penduduk. Dampak dari gizi kurang sangat berpengaruh pada kehidupan
seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik, mental dan
kecerdasannya. Adapun untuk mencegah gizi kurang adalah dengan PHBS
dan peningkatan konsumsi gizi yang cukup dan seimbang, penyuluhan,
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi, dll. Jadi, secara
keseluruhan upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang
yaitu berupa peran serta pemerintah, petugas kesehatan dan seluruh
masyarakat.

15
B. Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi tingginya masalah-masalah gizikurang di
atas, pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan
berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk
mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program gizi
berbasis masyarakat, dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan
gizi (air, sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan isu gender),
sehingga sedikit demi sedikit angka-angka akibat masalah gizi di atas dapat
dikurangi.
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai gizikurang
dan akibat terparahnya yaitu gizi buruk serta, tindak lanjut terhadap faktor-
faktor penyebabnya. Sehingga, disini dibutuhkan peran penting dukungan
sosial. Dukungan sosial dibutuhkan karena masalah gizi kurangdisebabkan
oleh banyak factor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Agar upaya
pembinaan suasana dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
berhasil dengan baik maka kemitraan danadvokasi kesehatan juga perlu
dilakukan, sehingga pemberdayaan masyarakat dalam upaya perbaikan gizi
juga dapat berjalan dengan baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Kristiyanasari, Weni.2010.Gizi Ibu Hamil.Nuha Medika : Yogyakarta


http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/503-pengemasan-bahan-
pangan
http://warnadunia.com/makalah-pengawetan-dan-pengolahan-bahan-
makanan/
http://witdy.wordpress.com/2009/03/15/pengeringan-kabinet/
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-
a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&q=beberapa+bahan+makanan+memberi+warna+tertentu+ap
abila+terjadi+penurunan+kualitas+misalnya+daging+sapi+yang+seharusn
ya+berwarna+merah+segar+menjadi+kebiru+
%E2%80%93+biruan&btnG=Telusuri&meta=

17
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian ............................................................................................. 3
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gizi Kurang................................... 3
C. Masalah Gizi Kurang yang Banyak terjadi di Indonesia ...................... 5
D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Gizi Kurang .................................. 12
E. Cara Mencegah dan Menanggulangi Masalah Gizi Kurang ................ 13

BAB III PENUTUP........................................................................................... 15


A. Kesimpulan............................................................................................ 15
B. Saran..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

ii
18
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Masalah Gizi Pada Ibu Hamil, Menyusui, Bayi, Balita, Remaja dan Dewasa”
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pengertian secara umum
manfaat zat gizi bagi tubuh. Adapuan tujuan kami menulis makalah ini yang
utama untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Di sisi
lain, kamimenulis makalah ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai Pentingnya
Zat gizi.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari keempurnaan. Oleh sebab
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami untuk
ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Ende, Desember 2019

Penulis

i
19
MAKALAH

MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL, MENYUSUI, BAYI, BALITA,


REMAJA DAN DEWASA

Oleh

MARIA A. ASRIANA BHAE


KELAS RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN ENDE
2019/2020

20

Anda mungkin juga menyukai